Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PBL

TUMBUH KEMBANG ANAK DAN GERIATRI


MODUL 1
“GANGGUAN TUMBUH KEMBANG”

KELOMPOK 4

Tutor :
dr. Rasfayanah F., M.kes

Anggota :

Rizka Aldhayanti Suni 11020160022


Andi Mufida Gunawan 11020160031
Suchi Ramadhani 11020160083
Muhammad Fadli 11020160092
Rifka Misbah Syarifah 11020160105
Muh. Rafli Rachmatullah 11020160157
Ayu Azizah Syen 11020160121
Roza Linda Duarsa 11020160041
Rosdiana Baharsa 11020160170

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019
Skenario
Baso dibawa ibunya ke Puskesmas tgl 1 April 2019, untuk melanjutkan
imunisasi. Lahir tanggal 20 Januari 2018. BBL 1800 gram, PB 43 cm dan LK 28 cm.
Riwayat anak lahir dengan usia gestasi 32 minggu dan segera menangis. Dalam
perawatan Baso mengalami kuning hari ke-4. Bilirubin total 9 mg/dl, Bilirubin direk
1 mg/dl. Anak makan apa yang disajikan di rumah, ASI + Susu Formula sampai usia
6 bulan. Buku KIA, Imunisasi 1 bulan BCG, OVP; 2 bulan DTP, Hib, Hep.B, OVP; 3
bulan DTP, Hib, Hep.B. OVP.
Pada pemeriksaan BB 6900 gram, PB 75 cm, LK 42 cm. Pemeriksaan
perkembangan: duduk mandiri, merangkak, belum bisa berdiri dengan pegangan,
memanggil papa mama spesifik, menoleh ke sumber suara, melambaikan tangan,
memasukkan benda ke wadah. Pemeriksaan Nn. cranialis: tak ada kelainan, refleks
fisiologis dan patologik: tak ada kelainan. Anak pertama dan oleh bibi lebih banyak
dibedong.

Pertanyaan
1. Bagaimana penilaian bayi baru lahir ?
2. Apa saja aspek penilaian tumbuh kembang anak dan penilaian sesuai temuan
pada skenario ?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang anak pada skenario?
4. Bagaimana pengaturan imunisasi pada bayi terkait skenario?
5. Apakah diagnosis yang tepat pada skenario ?
6. Bagaimana tatalaksana yang sesuai pada skenario ?
7. Bagaimana perspektif islam melihat kasus ini ?
Analisis :
1. Anamnesis Terpimpin
Nama : Baso
Usia : 14 bulan 11 hari.
Berat badan : 6900 gram
Lingkar Kepala : 42 cm
Pemeriksaan Perkembangan :- Duduk Mandiri
 Merangkak
 Belum bisa berdiri dengan pegangan
 Memanggil papa mama spesifik
 Menoleh ke sumber suara
 Melambaikan tangan
 Memasukkan benda ke wadah
Pemeriksaan Nn. Cranial : - Tidak ada kelainan
 Refleks fisiologis dan paologis normal
2. Riwayat Kelahiran : - Berat badan lahir 1800 gram
 Panjang badan 43 cm
 Lingkar kepala 28 cm.
 Lahir pada usia gestasi 32 minggu dan
segera menangis
 Riwayat kuning hari ke-4.
 Bilirubin total 9 mg/dl
 Bilirubin direk 1 mg/dl.
3. Riwayat Imunisasi : - Imunisasi 1 bulan BCG, OVP
 2 bulan DTP, Hib, Hep.B, OVP
 3 bulan DTP, Hib, Hep.B. OVP.
4. Riwayat Pengasuhan : - ASI tidak eksklusif
 Selalu dibedong

1. Bagaimana Penilaian bayi baru lahir ?


1) Berat badan 2500 – 4000 gram

2) Panjang badan 48 – 52 cm

3) Lingkar dada 30 – 38 cm

4) Lingkarkepala 33 – 35 cm

5) Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit

6) Pernafasan ± – 60 40 kali/menit

7) Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup


8) Rambut lanugo tidakt erlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

9) Kuku agak panjang dan lemas

10) Genitalia

11) Reflek

12) Evaluasi nilai APGAR

APGAR harus didokumentasikan dengan lengkap di catatan bayi.

Kepanjangan nilai APGAR adalah :

A Appearance   :  penampilan(warnakulit)

P Pulse              : nadi (frekwensijantung)

G Grimace        : meringis (responterhadaprangsangan)

A Active           :aktif (tonus)

R Respiration    : pernapasan

Nilai dikaji pada 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran. Bantuan medis diperlukan

jika nilai kurang dari 7. Nilai Apgar tanpa warna kulit menyingkirkan tanda ke 5,

bantuan medis diperlukan jika nilai kurang dari 6. 1,2,3

Tanda 0 1 2
Frekwensi jantung Tidak < 100x/mnt < 100x/mnt
ada

Upaya pernapas Tiandak lambat, tidak Baik atau


ada teratur menangis aktif

tonus otot lunglai Fleksi aktif


ekstremitas

Respon reflek terhadap Tidak meringis Batuk atau bersin


rangsang ada minimal
Warna biru, Tubuh merah Seluruh tubuh
pucat muda, merah muda
ekstremitas biru

2. Apa saja aspek penilaian tumbuh kembang anak dan penilian sesuai
temuan pada skenario ?
Penilaian tumbuh kembang perlu dilakukan untuk menentukan apakah tumbuh
kembang seorang anak berjalan normal atau tidak. Anak yang sehat menunjukkan
tumbuh kembang yang optimal bila diberikan lingkungan bio-fisiko-psikososial yang
adekuat.

1. Pertumbuhan
Ukuran antropometrik:
a. Berat Badan (BB)
b. Panjang Badan (PB)
Dilakukan bila anak belum bisa berdiri.
 Umur 0-24 bulan: Posisi baring

Gambar 1. Pengukuran PB pada bayi

c. Tinggi Badan (TB)


Merupakan ukuran antropometrik dalam mengukur tinggi badan anak pada
masa pertumbuhan sampai tinggi maksimal yang dicapai, kemudian berhenti
pada umur 18-20 tahun, serta indikator yang baik untuk gangguan
pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting).
 Umur <24 bulan: Posisi baring
 Umur 24-72 bulan: Posisi berdiri
Gambar 2. Pengukuran TB pada anak

d. Lingkar Kepala (LK)


 Umur 0-11 bulan: Tiap 3 bulan
 Umur 12-72 bulan: Tiap 6 bulan
e. Lingkar Lengan Atas (LLA)
Dipakai untuk menilai keadaan gizi/tumbuh kembang pada kelompok umur
pra-sekolah (umur 1-3 tahun).
f. Tebal Lipatan Kulit (TLK)

Merupakan refleks tumbuh kembang jaringan lemak di bawah kulit pada


daerah triseps dan subskapular yang mencerminkan kecukupan energi,
dilakukan untuk menilai keadaan gizi berlebih, khususnya obesitas.

Gambar 3 . Interpretasi status gizi anak pada kurva growth chart5


Gambar 4. Interpretasi status gizi anak (PB/U) pada growth chart5

Gambar 5. Interpretasi LK pada growth chart

2. Perkembangan (Menurut Denver II):


a. Gerak kasar (Motorik kasar), yaitu aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan
otot-otot besar, seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
b. Gerak halus (Motorik halus), yaitu aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat, seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa, yaitu aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah, dan sebagainya.
d. Sosialisasi dan kemandirian, yaitu aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak, seperti makan sendiri, membereskan mainan
selesai bermain, berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.

Tahap perkembangan anak menurut umur:4

 Umur 0-3 bulan


1. Mengangkat kepala setinggi 450
2. Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah
3. Melihat dan menatap wajah anda
4. Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
5. Suka tertawa keras
6. Beraksi terkejut terhadap suara keras
7. Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum
8. Mengenal ibu dengan penglihatanm penciuman, pendengaran, kontak
 Umur 3-6 bulan
1. Berbalik dari telungkup ke terlentang
2. Mengangkat kepala setinggi 900
3. Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
4. Menggenggam pensil
5. Meraih benda yang ada dalam jangkauannya
6. Memegang tangannya sendiri
7. Berusaha memperluas pandangan
8. Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil
9. Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik
10. Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain sendiri
 Umur 6-9 bulan
1. Duduk (sikap tripoid-sendiri)
2. Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan
3. Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang
4. Memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain
5. Memungut 2 benda, masing-masing lengan pegang 1 benda pada saat yang
bersamaan
6. Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup
7. Bersuara tanpa arti, “mamama, bababa, dadada, tatata”
8. Mencari mainan/benda yang dijatuhkan
9. Bermain tepuk tangan/”ciluk baa”
10. Bergembira dengan melempar benda
11. Makan kue sendiri
 Umur 9-12 bulan
1. Mengangkat benda ke posisi berdiri
2. Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi
3. Dapat berjalan dengan dituntun
4. Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan
5. Mengenggam erat pensil
6. Memasukkan benda ke mulut
7. Mengulang menirukan bunyi yang didengarkan
8. Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti
9. Mengeksplorasi sekitar, ingin tau, ingin menyentuh apa saja
10. Beraksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan
11. Senang diajak bermain “Ciluuk baa”
12. Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenali
 Umur 12-18 bulan
1. Berdiri sendiri tanpa berpegangan
2. Membungkung, memungut mainan, kemudian berdiri kembali
3. Berjalan mundur 5 langkah
4. Memanggil ayah dengan kata “papa” dan memanggil ibu dengan kata
“mama”
5. Menumpuk 2 kubus
6. Memasukkan kubus di kotak
7. Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa
mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu
8. Memperlihatkan rasa cemburu/bersaing
Temuan pada kasus:
Baso umur 14 bulan (prematur) Umur 12 bulan
Pada bayi pematur, karena lahir lebih cepat daripada kelahiran normal harus
diperhitungkan periode pertumbuhan intrauteri yang tidak sempat dilalui. Contoh
pada bayi dengan umur kehamilan 32 minggu (8 minggu lebih cepat dari seharusnya
lahir yaitu 40 minggu kehamilan). Bila diperiksa pada umur kronologi 6 bulan, maka
tidak dapat dibandingkan dengan bayi yang lahir cukup bulan pada umur yang sama,
melainkan harus dibandingkan dengan bayi yang berumur 4 bulan (setelah dilakukan
koreksi 8 minggu). Koreksi umur dilakukan bila prematurnya 2 minggu atau lebih
dan dilakukan sampai anak umur 2 tahun.3
Umur awal = 14 bulan
Umur lahir = 32 minggu (prematur)
Umur lahir normal = 40 minggu (40-32) minggu = 8 minggu (2 bulan)
Koreksi umur = 14 bulan – 2 bulan = 12 bulan (1 tahun)
a. Pertumbuhan anak:
 BB: 6900 gram (6,9 kg) Sangat kurus (<-3 SD) Gizi buruk
 PB: 75 cm Normal (-2 SD – 2 SD)

 LK: 42 cm Mikrosefali (- 3 SD/di bawah – 2 SD)

b. Perkembangan anak:
 Duduk mandiri (Motorik kasar)  Umur 6-9 bulan
 Merangkak (Motorik kasar)  Umur 6-9 bulan
 Belum bisa berdiri dengan pegangan (Motorik kasar)
Umur 9-12 bulan: Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di
kursi Masalah
 Memanggil “papa-mama” spesifik (Kemampuan bicara dan bahasa) 
Umur 12-18 bulan
 Menoleh ke sumber suara (Kemampuan bicara dan bahasa)  Umur 9-12
bulan
 Melambaikan tangan (Sosialisasi dan kemandirian)  Umur 14 bulan
 Memasukkan benda ke wadah (Motorik halus)  Umur 12-18 bulan

Jadi, berdasarkan pada kasus tersebut bahwa Baso mengalami gangguan


pertumbuhan pada berat badan karena sangat kurus (gizi buruk) dan gangguan
perkembangan pada motorik kasar karena belum bisa berdiri dengan pegangan yang
seharusnya bisa dilakukan pada anak umur 9-12 bulan. Hal ini dihubungkan dengan
riwayat anak lahir prematur dengan usia gestasi 32 minggu dan anak lebih sering
dibedong.

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang anak ?


Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara
lain:
1). Faktor internal
a. Ras/etnikataubangsa
b. Keluarga.
c. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,
tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
d. Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada lakilaki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki-laki akan lebihc epat.
e. Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi
anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan
genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti
kerdil.
2). Faktor eksternal
A. Faktor Prenatal
a. Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
b. Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital
seperti club foot.
c. Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Amlnopterin, Thalldomid dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
d. Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,
hiperplasia adrenal.
e. Radiasi
Paparan radium dansinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan
pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan
deformitas anggota gerak, kelainan kongentialmata, kelainan
jantung.
f. lnfeksi
lnfeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat
menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisutuli, mikrosefali,
retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.
g. Kelainan imunologi
Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah
antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel
darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam
peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang
selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan icterus yang
akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
h. Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
i. Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuansalah/kekerasan mental
pada ibu hamil dan lain-lain.
B. Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
C. Faktor Pasca Persalinan
a. Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
b. Penyakit kronis/ kelainan kongenital,
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani.
c. Lingkungan fisis dan kimia.
Lingkungan sering disebut adalah tempat anak tersebut hidup yang
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi
lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan
sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll)
mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
d. PsikologisHubungan anak dengan orang sekitarnya.
Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak
yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam
pertumbuhan dan perkembangannya.
e. Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
f. Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat
pertumbuhan anak.
g. Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
h. Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
i. Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunansaraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormon pertumbuhan.
4. Apa saja gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang bisa terjadi
pada usia yg sama pada skenario ?
Beberapa gangguan tumbuh-kembang yang sering ditemukan :
1) Gangguan Bicara dan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan indicator seluruh perkembangan anak.
Karena kemampuan berbahasa sensitive terhadap keterlambatan atau
kerusakan pada system lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif,
motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi
akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan
ini dapat menetap.
2) Cerebral Palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif yang
disebabkan oleh karena suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik
pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai
pertumbuhannya.
3) Sindrom Down
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari
fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat
adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat
dari anak yang normal. Beberapa factor seperti kelainan jantung kongenital,
hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat
menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk
menolong diris endiri.
4) PerawakanPendek
Short Statur eatau Perawakan Pendek merupakan suatu terminology mengenai
tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva
pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena
variasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau
karena kelainan endokrin.
5) GangguanAutisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya
muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh
aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang
mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang
ditemukan pada autism mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan
perilaku.
6) Retardasi Mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ <
70) yang menyebabkan ketidakmampuan individ uuntu kbelajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap
normal.
7) Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan
perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.8
5. Bagaimana pengaturan imunisasi pada bayi ?
 Bayi lahir kurang bulan
Pada dasarnya jadwal imunisasi bayi kurang bulan sama dengan bayi cukup
bulan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi kurang bulan adalah (1) titer
imunitas pasif melalui transmisi maternal lebih rendah daripada bayi cukup bulan; (2)
apabila berat badan bayi sangat kecil (<1000 gram), imunisasi diberikan setelah berat
badan bayi mencapai 2000 gram atau umur bayi 2 bulan; (3) untuk imunisasi
Hepatitis B1 diberikan pada umur 2 bulan atau lebih, kecuali apabila diketahui ibu
mempunyai titer HBsAg positif; dan (4) apabila bayi masih dirawat setelah umur 2
bulan, vaksin
polio sebaiknya diberikan secara suntikan (IPV, inactivepolio vaccine) sehingga tidak
menyebarkan viruspolio melalui tinja bayi.
 Pasien imunokompromais
Keadaan imunokompromais dapat terjadi sebagai akibat penyakit dasar atau
akibat pengobatan. Indikasi kontra pasien imu-nokompromais, sebagian besar
disebabkan oleh vaksin hidup. Imunisasi tetap dapat diberikan pada pengobatan
kortikosteroid dosis kecil dan dalam waktu pendek. Perhatian khusus diperuntukkan
pada pasien dengan pengobatan kortikosteroid sistemik dengan dosis 2mg/ kg berat
badan/ hari atau prednison 20 mg/ hari selama 14 hari, maka imunisasi dapat
diberikan setelah pengobatan dihentikan minimal 1 bulan.
BCG
- Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Pada dasarnya, untuk
mencapai cakupan yang lebih luas, pedoman Depkes perihal imunisasiBCG
pada umur antara 0-12 bulan, tetap disetujui.
- Dosis untuk bayi < 1 tahun adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml, diberikan
intrakutan di daerah insersio M. deltoideus kanan.
- BCG ulangan tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan mengingat
(1) efektivitas perlindungan hanya 40%, (2) 70% kasus TBC berat
(meningitis) ternyata mempunyai parut BCG, dan (3) kasus dewasa dengan
BTA (bakteri tahan asam) positif di Indonesia cukup tinggi (25-36%)
walaupun mereka telah mendapat BCG pada masa kanak-kanak.
- BCG tidak diberikan pada pasien imunokompromais (leukemia, dalam
pengobatan steroid jangka panjang, infeksi HIV, dan lain lain).
- Apabila BCG diberikan pada umur >3bulan, sebaiknya dilakukan uji
tuberkulin terlebih dahulu.
Hepatitis B
- Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat
paling tidak 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko
transmisi maternal kurang lebih sebesar 45%.
- Pemberian imunisasi hepatitis B harus berdasarkan status HBsAg ibu pada
saat melahirkan. Jadwal pemberian berdasarkan status HBsAg ibu adalah
sebagai berikut:
- Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui. Diberikan
vaksin rekombinan(HB Vax-II 5 mg atau Engerix B 10 mg) atau
vaksinplasma derived 10 mg, secara intramuskular, dalamwaktu 12 jam
setelah lahir. Dosis kedua diberikanumur 1-2 bulan dan dosis ketiga umur 6
bulan.Apabila pada pemeriksaan selanjutnya diketahuiibu HbsAg-nya positif,
segera berikan 0,5 mlHBIG (sebelum 1 minggu).
- Bayi lahir dari ibu HBsAg positif. Dalam waktu 12 jam setelah lahir, secara
bersamaan,
- diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan (HB Vax-II 5 mg atau Engerix
B 10 mg), intramuskular di sisi tubuh yang berlainan. Dosis kedua diberikan
1-2 bulan sesudahnya dan dosis ketiga diberikan pada usia 6 bulan.
- Bayi lahir dari ibu dengan HBsAg negatif. Diberikan vaksin rekombinan
(HB Vax-II dengan dosis minimal 2,5 mg (0,25 ml) atau Engerix B 10 mg
(0,5ml), vaksin plasma deriveddengan dosis 10 mg (0,5 ml) secara
intramuskular, pada saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan 1-2
bulan kemudian dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi pertama.
- Ulangan imunisasi hepatitis B (HepB4) dapat dipertimbangkan pada umur 10-
12 tahun.
- Idealnya dilakukan pemeriksaan anti BHs (palingcepat) 1 bulan pasca
imunisasi hepatitis B ketiga.
- Telah dilakukan suatu penelitian multisenter di Thailand dan Taiwan terhadap
anak dari ibu pengidap hepatitis B, yang telah memperoleh imunisasi dasar 3x
pada masa bayi. Pada umur 5 tahun, sejumlah 90,7% diantaranya masih
memiliki titer antibodi anti HBs yang protektif (titer anti HBs >10 mg/ml).
Mengingat pola epidemiologi hepatitis B di Indonesia mirip dengan pola
epidemiologi negara tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa imunisasi ulang
(booster) pada usia 5 tahun, tidak diperlukan. Idealnya, pada usia ini
dilakukan pemeriksaan anti HBs.
- Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh
imunisasi hepatitis B, maka diberikan secepatnya (catch-up vaccination).

DPT
- Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan dengan interval 4-6
minggu, DPT 1 diberikan pada umur 2-4 bulan, DPT 2 pada umur 3-5 bulan
dan DPT 3 pada umur 4-6 bulan. Ulangan selanjutnya (DPT 4) diberikan satu
tahun setelah DPT 3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DPT 5 pada saat masuk
sekolah umur 5-7 tahun.
- Sejak tahun 1998, DT 5 dapat diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah
dasar (BIAS). Ulangan DT 6 diberikan pada 12 tahun, mengingat masih
dijumpai kasus difteria pada umur >10 tahun.
- Sebaiknya ulangan DT 6 pada umur 12 tahun diberikan dT (adult dose), tetapi
di Indonesia dT belum ada di pasaran.
- Dosis DPT/ DT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar
maupun ulangan.

Tetanus
- Upaya Departemen Kesehatan melaksanakan Program Eliminasi Tetanus
Neonatorum (ETN) melaluiimunisasi DPT, DT, atau TT dilaksanakan
berdasarkan perkiraan lama waktu perlindungan sebagai berikut:
- Imunisasi DPT pada bayi 3 kali (3 dosis) akan memberikan imunitas 1-3
tahun. Dari 3 dosis toksoid tetanus pada bayi tersebut setara dengan 2 dosis
toksoid pada anak yang lebih besar atau dewasa.
- Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang imunitas
5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun, pada umur dewasa dihitung
setara 3 dosis toksoid.
- Dosis toksoid tetanus kelima (DPT/ DT 5) bila diberikan pada usia masuk
sekolah, akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi yaitu pada sampai umur
17-18 tahun; pada umur dewasa dihitung setara 4 dosis toksoid.
- Dosis toksoid tetanus tambahan yang diberikan pada tahun berikutnya di
sekolah (DT 6 atau dT) akan memperpanjang imunitas 20 tahun lagi; pada
umur dewasa dihitung setara 5 dosis toksoid.
- Jadi Program Imunisasi merekomendasikan TT 5x untuk memberikan
perlindungan seumur hidup dan pada wanita usia subur (WUS) untuk
memberikan perlindungan terhadap bayi yang dilahirkan dari tetanus
neonatorum.
- Dosis TT 0,5 ml diberikan secara intramuskular.Upaya mencapai target
Eliminasi TetanusNeonatorum dengan target sasaran TT 5x selainpada
sasaran bayi, juga pada anak sekolah melalui kegiatan Bulan Imunisasi Anak
Sekolah (BIAS).
Polio
- Untuk imunisasi dasar (polio 2, 3, 4), vaksin diberikan 2 tetes per-oral, dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu. Mengingat Indonesia merupakan daerah
endemik polio, sesuai pedoman PPI untuk men-dapatkan cakupan imunisasi
yang lebih tinggi, diperlukan tambahan imunisasi polio yang diberikan segera
setelah lahir (pada kunjungan I).
- Perlu mendapat perhatian pada pemberian polio 1 saat bayi masih berada di
rumah bersalin/ rumah sakit, dianjurkan vaksin polio diberikan pada saat bayi
akan dipulangkan agar tidak mencemari bayi lain mengingat virus polio hidup
dapat diekskresi melalui tinja.
- Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio 4,
selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun).

Campak
- Vaksin campak dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan
dalam, pada umur 9 bulan.
- Hasil penelitian terhadap titer antibodi campak pada anak sekolah kelompok
usia 10-12 tahun didapat hanya 50% diantaranya masih mempunyai antibodi
campak di atas ambang pencegahan, sedangkan 28,3% diantara kelompok
usia 5 – 7 tahun pernah menderita campak walaupun sudah diimunisasi saat
bayi. Berdasarkan penelitian tersebut dianjurkan pemberian imunisasi campak
ulangan pada saat masuk sekolah dasar (5-6 tahun), guna mempertinggi
serokonversi.

MMR
- Vaksin MMR diberikan pada umur 15-18 bulan dengan dosis satu kali 0,5 ml,
secara subkutan.
- Vaksin MMR yang beredar di pasaran ialah MMRII [MSD]® dan Trimovax
[Pasteur Merieux] ®
- MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi
lain.
- Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada umur 12-18
bulan, imunisasi campak 2 pada umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan.
- Ulangan diberikan pada umur 10-12 tahun atau 12-18 tahun.

Hib (H.influenzae tipe b)


- Vaksin conjungate H.influenzae tipe b ialah Act HIB [Pasteur Merieux] ®
diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan. Bila dipergunakan vaksin PRP-
outermembrane protein complex (PRP-OMPC) yaitu Pedvax Hib, [MSD] ®
diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ketiga (6 bulan) tidak diperlukan.
- Ulangan vaksin Hib diberikan pada umur 18 bulan.
- Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hibhanya diberikan 1 kali.
- Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuskular.

Demam tifoid
- Di Indonesia tersedia 2 jenis vaksin yaitu vaksin suntikan (polisakarida) dan
oral. Vaksin capsularVi polysaccharide yaitu Typhim Vi [PasteurMerieux] ®
diberikan pada umur > 2 tahun, ulangan dilakukan setiap 3 tahun.
- Tifoid oral Ty21a yaitu Vivotif [Berna] ® diberikan pada umur > 6 tahun,
dikemas dalam 3 dosis dengan interval selang sehari (hari 1,3, dan 5).
Imunisasi ulangan dilakukan setiap 3-5 tahun.

Hepatitis A
- Vaksin hepatitis A diberikan pada daerah yang kurang terpajan (under
exposure), pada umur >2 tahun. Imunisasi dasar Hepatitis A yang telah
beredar ialah Havrix [Smith Kline Beecham] ® dosis pemberian sebagai
berikut, Dosis 360 U diberikan3 x dengan interval 4 minggu antara suntikan I
dan II. Untuk mendapatkan perlindungan jangka panjang (10 tahun) dengan
nilai ambang pencegahan >20 mlU/ml, dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah
suntikan pertama. Apabila dipergunakan dosis 720 U, imunisasi cukup
diberikan dua kali dengan interval 6 bulan.
- Suntikan diberikan secara intramuskular di daerah deltoid.

Varisela
Efektifitas vaksin varisela tidak diragukan lagi, tetapi karena cakupan
imunisasi belum tinggi oleh karena harga belum terjangkau bagi sebagian masyarakat
maka imunisasi rutin belum dapat terlaksana. Pada pemberian vaksin varisela pada
anak kecil dapat mengubah epidemiologi penyakit dari masa anak ke dewasa
(pubertas), sebagai akibatnya angka kejadian varisela orang dewasa akan meningkat
dibandingkan anak; sedangkan dampak penyakit pada orang dewasa lebih berat
apalagi bila terjadi pada masa kehamilan dapat mengakibatkan bayi menderita
sindrom varisela kongenital dengan angka kematian yang tinggi. Oleh karena itu
untuk menghindarkan perubahan epidemiologi penyakit tersebut, pada saat ini
imunisasi varisela yaitu Varillix® [Smith Kline Beecham] ®direkomendasikan pada
umur 10-12 tahun yang belum terpajan, dengan dosis 0,5 ml, subkutan, satu kali.
Apabila diberikan pada umur >13 tahun maka imunisasi diberikan 2 kali dengan jarak
4-8 minggu.Di lain pihak, atas permintaan orang tua imunisasi varisela dapat
diberikan kapan saja setelah anak berusia 1 tahun. Imunisasi ulangan sampai saat ini
belum dianjurkan.9

6. Apakah diagnosis yang tepat pada skenario ?


Jadi, berdasarkan pada kasus tersebut bahwa Baso mengalami gangguan
pertumbuhan pada berat badan karena sangat kurus (gizi buruk) dan gangguan
perkembangan pada motorik kasar karena belum bisa berdiri dengan pegangan yang
seharusnya bisa dilakukan pada anak umur 9-12 bulan. Hal ini dihubungkan dengan
riwayat anak lahir prematur dengan usia gestasi 32 minggu dan anak lebih sering
dibedong.

7. Bagaimana tatalaksana yang sesuai pada skenario ?


 Anak 14 bulan berat badan kurus, penatalaksanaannya :
a. Mulai memperkenalkan makanan yang berbentuk padat atau biasa disebut
dengan makanan keluarga, tetapi tetap mempertahankan rasa
Imunisasi yang dilakukan oleh baso, b. Menghi
berdasarkan data skenario ndari
memberikan makanan yang dapat mengganggu organ pencernaan, seperti
makanan yang terlalu berbumbu tajam, pedas, terlalu asam atau berlemak
c. Finger snack atau makanan yang bisa dipegang seperti cookies, nugget atau
potongan sayuran rebus atau buah baik diberikan untuk melatih keterampilan
dalam memegang makanan dan merangsang pertumbuhan giginya
d. Pemberian ASI masih tetap diteruskan sampai anak berumur dua tahun
e. Frekuensi pemberian : 3-4 kali sehari makanan keluarga + 1-2 kali sehari
makanan selingan atau bergantung pada nafsu makan bayi + pemberian ASI
jumlah setiap kali makan : semangkuk penuh berukuran 250 ml.10
 Anak 14 bulan dengan keterlambatan berdiri, bisa di tangani dengan
memilih intervensi.
Terdapat banyak jenis program dan pendekatan jenis intervensi yang dapat
dipertimbangan untuk anak yang memiliki gangguan motorik. Beberapa pendekatan,
seperti terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi bicara/bahasa, dapat dipertimbangkan
sebagai terapi standar atau tradisional.Terdapat pula teknik terapeutik bervariasi
(seperti terapi air atau terapi menunggang kuda) yang biasanya merujuk pada
komplementer atau alternatif.Pendekatan ini bervariasi dalam bagaimana mereka
digunakan, komitmen waktu yang dibutuhkan (intensitas), bahasa, ketersediaan dan
bahaya dan keuntungan potensial.11

8. Bagaimana perspektif islam melihat kasus ini ?


Pemberian ASI pada bayi merupakan bagian paling dasar bagi perkembangan
bayi, sehingga bayi tersebut dapat tumbuh secara alami. Adapun masa ideal untuk
pamberian ASI pada bayi adalah dua tahun atau kurang sedikit. Masa menyusui
ini tidak boleh dipercepat atau dikurangi, karena dapat menggangu pertumbuhan
beberapa sel pada bayi, seperti di riwayatkan dalam Al-Quran :

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu


bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah member makan dan
pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu
disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [QS al-Baqoroh : 233]

DAFTAR PUSTAKA
1. Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan
maternal neonatal.YBP_SP.Jakarta
2. JHPIEGO.2003. Panduan pengajar asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen
diploma III kebidanan. Buku 5 asuhan bayi baru lahir, Pusdiknakes.
Jakarta
3. Myles. 2009. Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Pelaksanaan
Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat
Pelayanan Kesehatan Dasar. Hal.5-6,8,17-19, 27-28.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak. Hal.4-5,7,10.
6. Soetjiningsih. Ranuh, IGN Gde. 2014. Buku Tumbuh Kembang Anak
Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7. Kementrian Kesehatan RI. 2016. “Pedoman Pelaksanaan Stimulasi,
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak”. Tingkat Pelayanan
Kesehatan Dasar. Bakti Husada
8. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
KembangAnak. 2016. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hal.
10.
9. Satgas Imunisasi IDAI. 2000. Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI. Sari
Pediatri. Vol. 2. No. 1. Hal. 43-47.
10. Angga. 2016. Departement of nutrition science. Jakarta. Nutrisional
information
11. Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman Penanganan Kasus Rujukan
Kelainan Tumbuh Kembang Balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
2010.

Anda mungkin juga menyukai