KELOMPOK 4
Tutor :
dr. Rasfayanah F., M.kes
Anggota :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019
Skenario
Baso dibawa ibunya ke Puskesmas tgl 1 April 2019, untuk melanjutkan
imunisasi. Lahir tanggal 20 Januari 2018. BBL 1800 gram, PB 43 cm dan LK 28 cm.
Riwayat anak lahir dengan usia gestasi 32 minggu dan segera menangis. Dalam
perawatan Baso mengalami kuning hari ke-4. Bilirubin total 9 mg/dl, Bilirubin direk
1 mg/dl. Anak makan apa yang disajikan di rumah, ASI + Susu Formula sampai usia
6 bulan. Buku KIA, Imunisasi 1 bulan BCG, OVP; 2 bulan DTP, Hib, Hep.B, OVP; 3
bulan DTP, Hib, Hep.B. OVP.
Pada pemeriksaan BB 6900 gram, PB 75 cm, LK 42 cm. Pemeriksaan
perkembangan: duduk mandiri, merangkak, belum bisa berdiri dengan pegangan,
memanggil papa mama spesifik, menoleh ke sumber suara, melambaikan tangan,
memasukkan benda ke wadah. Pemeriksaan Nn. cranialis: tak ada kelainan, refleks
fisiologis dan patologik: tak ada kelainan. Anak pertama dan oleh bibi lebih banyak
dibedong.
Pertanyaan
1. Bagaimana penilaian bayi baru lahir ?
2. Apa saja aspek penilaian tumbuh kembang anak dan penilaian sesuai temuan
pada skenario ?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang anak pada skenario?
4. Bagaimana pengaturan imunisasi pada bayi terkait skenario?
5. Apakah diagnosis yang tepat pada skenario ?
6. Bagaimana tatalaksana yang sesuai pada skenario ?
7. Bagaimana perspektif islam melihat kasus ini ?
Analisis :
1. Anamnesis Terpimpin
Nama : Baso
Usia : 14 bulan 11 hari.
Berat badan : 6900 gram
Lingkar Kepala : 42 cm
Pemeriksaan Perkembangan :- Duduk Mandiri
Merangkak
Belum bisa berdiri dengan pegangan
Memanggil papa mama spesifik
Menoleh ke sumber suara
Melambaikan tangan
Memasukkan benda ke wadah
Pemeriksaan Nn. Cranial : - Tidak ada kelainan
Refleks fisiologis dan paologis normal
2. Riwayat Kelahiran : - Berat badan lahir 1800 gram
Panjang badan 43 cm
Lingkar kepala 28 cm.
Lahir pada usia gestasi 32 minggu dan
segera menangis
Riwayat kuning hari ke-4.
Bilirubin total 9 mg/dl
Bilirubin direk 1 mg/dl.
3. Riwayat Imunisasi : - Imunisasi 1 bulan BCG, OVP
2 bulan DTP, Hib, Hep.B, OVP
3 bulan DTP, Hib, Hep.B. OVP.
4. Riwayat Pengasuhan : - ASI tidak eksklusif
Selalu dibedong
2) Panjang badan 48 – 52 cm
3) Lingkar dada 30 – 38 cm
4) Lingkarkepala 33 – 35 cm
6) Pernafasan ± – 60 40 kali/menit
10) Genitalia
11) Reflek
A Appearance : penampilan(warnakulit)
A Active :aktif (tonus)
R Respiration : pernapasan
Nilai dikaji pada 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran. Bantuan medis diperlukan
jika nilai kurang dari 7. Nilai Apgar tanpa warna kulit menyingkirkan tanda ke 5,
Tanda 0 1 2
Frekwensi jantung Tidak < 100x/mnt < 100x/mnt
ada
2. Apa saja aspek penilaian tumbuh kembang anak dan penilian sesuai
temuan pada skenario ?
Penilaian tumbuh kembang perlu dilakukan untuk menentukan apakah tumbuh
kembang seorang anak berjalan normal atau tidak. Anak yang sehat menunjukkan
tumbuh kembang yang optimal bila diberikan lingkungan bio-fisiko-psikososial yang
adekuat.
1. Pertumbuhan
Ukuran antropometrik:
a. Berat Badan (BB)
b. Panjang Badan (PB)
Dilakukan bila anak belum bisa berdiri.
Umur 0-24 bulan: Posisi baring
b. Perkembangan anak:
Duduk mandiri (Motorik kasar) Umur 6-9 bulan
Merangkak (Motorik kasar) Umur 6-9 bulan
Belum bisa berdiri dengan pegangan (Motorik kasar)
Umur 9-12 bulan: Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di
kursi Masalah
Memanggil “papa-mama” spesifik (Kemampuan bicara dan bahasa)
Umur 12-18 bulan
Menoleh ke sumber suara (Kemampuan bicara dan bahasa) Umur 9-12
bulan
Melambaikan tangan (Sosialisasi dan kemandirian) Umur 14 bulan
Memasukkan benda ke wadah (Motorik halus) Umur 12-18 bulan
DPT
- Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan dengan interval 4-6
minggu, DPT 1 diberikan pada umur 2-4 bulan, DPT 2 pada umur 3-5 bulan
dan DPT 3 pada umur 4-6 bulan. Ulangan selanjutnya (DPT 4) diberikan satu
tahun setelah DPT 3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DPT 5 pada saat masuk
sekolah umur 5-7 tahun.
- Sejak tahun 1998, DT 5 dapat diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah
dasar (BIAS). Ulangan DT 6 diberikan pada 12 tahun, mengingat masih
dijumpai kasus difteria pada umur >10 tahun.
- Sebaiknya ulangan DT 6 pada umur 12 tahun diberikan dT (adult dose), tetapi
di Indonesia dT belum ada di pasaran.
- Dosis DPT/ DT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar
maupun ulangan.
Tetanus
- Upaya Departemen Kesehatan melaksanakan Program Eliminasi Tetanus
Neonatorum (ETN) melaluiimunisasi DPT, DT, atau TT dilaksanakan
berdasarkan perkiraan lama waktu perlindungan sebagai berikut:
- Imunisasi DPT pada bayi 3 kali (3 dosis) akan memberikan imunitas 1-3
tahun. Dari 3 dosis toksoid tetanus pada bayi tersebut setara dengan 2 dosis
toksoid pada anak yang lebih besar atau dewasa.
- Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang imunitas
5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun, pada umur dewasa dihitung
setara 3 dosis toksoid.
- Dosis toksoid tetanus kelima (DPT/ DT 5) bila diberikan pada usia masuk
sekolah, akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi yaitu pada sampai umur
17-18 tahun; pada umur dewasa dihitung setara 4 dosis toksoid.
- Dosis toksoid tetanus tambahan yang diberikan pada tahun berikutnya di
sekolah (DT 6 atau dT) akan memperpanjang imunitas 20 tahun lagi; pada
umur dewasa dihitung setara 5 dosis toksoid.
- Jadi Program Imunisasi merekomendasikan TT 5x untuk memberikan
perlindungan seumur hidup dan pada wanita usia subur (WUS) untuk
memberikan perlindungan terhadap bayi yang dilahirkan dari tetanus
neonatorum.
- Dosis TT 0,5 ml diberikan secara intramuskular.Upaya mencapai target
Eliminasi TetanusNeonatorum dengan target sasaran TT 5x selainpada
sasaran bayi, juga pada anak sekolah melalui kegiatan Bulan Imunisasi Anak
Sekolah (BIAS).
Polio
- Untuk imunisasi dasar (polio 2, 3, 4), vaksin diberikan 2 tetes per-oral, dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu. Mengingat Indonesia merupakan daerah
endemik polio, sesuai pedoman PPI untuk men-dapatkan cakupan imunisasi
yang lebih tinggi, diperlukan tambahan imunisasi polio yang diberikan segera
setelah lahir (pada kunjungan I).
- Perlu mendapat perhatian pada pemberian polio 1 saat bayi masih berada di
rumah bersalin/ rumah sakit, dianjurkan vaksin polio diberikan pada saat bayi
akan dipulangkan agar tidak mencemari bayi lain mengingat virus polio hidup
dapat diekskresi melalui tinja.
- Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio 4,
selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun).
Campak
- Vaksin campak dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan
dalam, pada umur 9 bulan.
- Hasil penelitian terhadap titer antibodi campak pada anak sekolah kelompok
usia 10-12 tahun didapat hanya 50% diantaranya masih mempunyai antibodi
campak di atas ambang pencegahan, sedangkan 28,3% diantara kelompok
usia 5 – 7 tahun pernah menderita campak walaupun sudah diimunisasi saat
bayi. Berdasarkan penelitian tersebut dianjurkan pemberian imunisasi campak
ulangan pada saat masuk sekolah dasar (5-6 tahun), guna mempertinggi
serokonversi.
MMR
- Vaksin MMR diberikan pada umur 15-18 bulan dengan dosis satu kali 0,5 ml,
secara subkutan.
- Vaksin MMR yang beredar di pasaran ialah MMRII [MSD]® dan Trimovax
[Pasteur Merieux] ®
- MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi
lain.
- Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada umur 12-18
bulan, imunisasi campak 2 pada umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan.
- Ulangan diberikan pada umur 10-12 tahun atau 12-18 tahun.
Demam tifoid
- Di Indonesia tersedia 2 jenis vaksin yaitu vaksin suntikan (polisakarida) dan
oral. Vaksin capsularVi polysaccharide yaitu Typhim Vi [PasteurMerieux] ®
diberikan pada umur > 2 tahun, ulangan dilakukan setiap 3 tahun.
- Tifoid oral Ty21a yaitu Vivotif [Berna] ® diberikan pada umur > 6 tahun,
dikemas dalam 3 dosis dengan interval selang sehari (hari 1,3, dan 5).
Imunisasi ulangan dilakukan setiap 3-5 tahun.
Hepatitis A
- Vaksin hepatitis A diberikan pada daerah yang kurang terpajan (under
exposure), pada umur >2 tahun. Imunisasi dasar Hepatitis A yang telah
beredar ialah Havrix [Smith Kline Beecham] ® dosis pemberian sebagai
berikut, Dosis 360 U diberikan3 x dengan interval 4 minggu antara suntikan I
dan II. Untuk mendapatkan perlindungan jangka panjang (10 tahun) dengan
nilai ambang pencegahan >20 mlU/ml, dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah
suntikan pertama. Apabila dipergunakan dosis 720 U, imunisasi cukup
diberikan dua kali dengan interval 6 bulan.
- Suntikan diberikan secara intramuskular di daerah deltoid.
Varisela
Efektifitas vaksin varisela tidak diragukan lagi, tetapi karena cakupan
imunisasi belum tinggi oleh karena harga belum terjangkau bagi sebagian masyarakat
maka imunisasi rutin belum dapat terlaksana. Pada pemberian vaksin varisela pada
anak kecil dapat mengubah epidemiologi penyakit dari masa anak ke dewasa
(pubertas), sebagai akibatnya angka kejadian varisela orang dewasa akan meningkat
dibandingkan anak; sedangkan dampak penyakit pada orang dewasa lebih berat
apalagi bila terjadi pada masa kehamilan dapat mengakibatkan bayi menderita
sindrom varisela kongenital dengan angka kematian yang tinggi. Oleh karena itu
untuk menghindarkan perubahan epidemiologi penyakit tersebut, pada saat ini
imunisasi varisela yaitu Varillix® [Smith Kline Beecham] ®direkomendasikan pada
umur 10-12 tahun yang belum terpajan, dengan dosis 0,5 ml, subkutan, satu kali.
Apabila diberikan pada umur >13 tahun maka imunisasi diberikan 2 kali dengan jarak
4-8 minggu.Di lain pihak, atas permintaan orang tua imunisasi varisela dapat
diberikan kapan saja setelah anak berusia 1 tahun. Imunisasi ulangan sampai saat ini
belum dianjurkan.9
DAFTAR PUSTAKA
1. Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan
maternal neonatal.YBP_SP.Jakarta
2. JHPIEGO.2003. Panduan pengajar asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen
diploma III kebidanan. Buku 5 asuhan bayi baru lahir, Pusdiknakes.
Jakarta
3. Myles. 2009. Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Pelaksanaan
Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat
Pelayanan Kesehatan Dasar. Hal.5-6,8,17-19, 27-28.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak. Hal.4-5,7,10.
6. Soetjiningsih. Ranuh, IGN Gde. 2014. Buku Tumbuh Kembang Anak
Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7. Kementrian Kesehatan RI. 2016. “Pedoman Pelaksanaan Stimulasi,
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak”. Tingkat Pelayanan
Kesehatan Dasar. Bakti Husada
8. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
KembangAnak. 2016. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hal.
10.
9. Satgas Imunisasi IDAI. 2000. Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI. Sari
Pediatri. Vol. 2. No. 1. Hal. 43-47.
10. Angga. 2016. Departement of nutrition science. Jakarta. Nutrisional
information
11. Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman Penanganan Kasus Rujukan
Kelainan Tumbuh Kembang Balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
2010.