Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISKA

EMULSIFIKASI

Selasa, 12 Maret 2019

Shift C kelompok 1

Asisten Lab: 1. Feris Dzaky

2.Nadiatul Khaira Y.

Nama NPM Pembagian Tugas

Ivanny Olivera 260110180080 Editor

Khaerunnisa Sekar Ningrum 260110180081 Metode

Shintani Ayunda 260110180082 Abstrak

Nurdiani Adiningsih 260110180083 Pendahuluan

Olivia Al 260110180084 Pembahasan

Ikrima Madaniatun Nadia 260110180085 Pendahuluan

Jihan Nurul Thurfah 260110180086 Pembahasan

Kevin Reinard Lie 260110180089 Hasil, Kesimpulan, Lampiran

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

JATINANGOR

2019
Emulsifikasi

Ikrima Madiatun, Ivanny Olivera, Jihan Nurul, Kevin Reinard, Khaerunnisa


Sekar, Nurdiani Adiningsih, Olivia Angelina, Shintani Ayunda

ABSTRAKSI

Emulsifikasi merupakan proses penggabungan dua fase yang berbeda, yakni minyak
dan air dengan emulsi sebagai produknya dan emulgator sebagai surfaktan yang
berfungsi mengikat kedua fase tersebut agar tidak mudah berpisah. Dengan tujuan
dari praktikum ini adalah menentukan jumlah emulgator yang dibutuhkan dalam
sediaan emulsi dengan menggunakan nilai HLB (Hydrophylic-Lipophylic Balance),
membuat emulsi dengan emulgator surfaktan, serta melakukan evaluasi sediaan
emulsi. Dimana Semakin tinggi nilai HLB, maka surfaktan semakin bersifat
hidrofilik. Hal ini sesuai dengan data yang didapatkan saat praktikum, yaitu emulsi
yang didapatkan saat HLB di angka 9 lebih banyak dibanding emulsi yang didapat
saat HLB di angka 15.

Kata kunci : Emulsi, Surfaktan, HLB

ABSTRACTION

Emulsification is the process of combining two different phases, namely oil and water
with an emulsion as a product and an emulgator as a surfactant that functions to bind
both phases so it will not separate easily. With the aim of this practice are to
determine the number of emulgators needed in the emulsion preparation by using
HLB (Hydrophylic-Lipophylic Balance) values, making emulsions with surfactant
emulgators, and evaluating emulsion product. Where the higher the HLB value, the
more hydrophilic a surfactant will be. This theory correspond with the data obtained
during practice, where the amount of emulsion obtained when the HLB is in 9 were
higher than the amount of emulsion obtained when HLB is in 15.

Keywords : Emulsion, Surfactant, HLB


I. Pendahuluan untuk membuat suatu sediaan yang stabil
dan rata dari dua cairan yang tidak dapat
Tujuan dari percobaan kali ini
bercampur, untuk pemberian obat yang
adalah menentukan jumlah emulgator
mempunyai rasa lebih enak, serta
yang dibutuhkan dalam sediaan emulsi
memudahkan absorpsi obat (Ansel,
menggunakan nilai HLB,Membuat
1989).
emulsi dengan emulgator golongan
surfaktan.Melakukan evaluasi sediaan Emulsi dapat dibedakan antara
emulsi dua tipe yaitu emulsi dengan sistem oil
in water (o/w) dan emulsi water in oil
Emulgator berperan untuk
(w/o). Kondisinya tergantung dari
memperkuat campuran antara fase
bagian yang menjadi fase kontinyu,
minyak dan fase air serta menurunkan
contoh untuk emulsi w/o adalah
tagangan antarmuka kedua fase tersebut
margarin dan mentega. Komponen
(Ginting, 2008).
paling penting dalam pembuatan emulsi
Hydrophilic/Lipophylic Balance adalah minyak, karena minyak
(HLB) merupakan karakteristik suatu menentukan apakah bnetukan emulsi ada
senyawa berdasarkan sifatnya yang w/o atau o/w. Jenis dan jumlah minyak
hidrofil atau suka air maupun lipofil atau yang ditambahkan berpengaruh terhadap
suka minyak dalam bentuk skala kestabilan emulsi. Lemak atau minyak
(Sjoblom, 2001). yang mengandung lemak tidak jenuh
dengan satu atau dua ikatan rangkap
Emulsi adalah sediaan berupa
dengan jumlah atom karbon yang sama
campuran yang terdiri dari dua fase
(Fatimah, 2012).
cairan dalam sistem dispersi dimana fase
cairan yang satu terdispersi sangat halus Beberapa sifat fisik yang
dan merata dalam fase cairan lainnya, dapat memengaruhi emulsi
umumnya dimantapkan oleh zat diantaranya adalah :
pengemulsi (emulgator). Fase cairan
1. Ukuran partikel, menetukan
terdispersi disebut fase dalam,
kestabilan suatu emulsi, semakin
sedangkan fase cairan pembawanya
baik distribusi ukuran dan semakin
disebut fase luar. Tujuan emulsi adalah
kecil diameter droplate maka Emulsi terjadi bila
semakin tebal (Budianto, 2009). ditambahkan suatu zat yang
2. Viskositas, semakin tinggi dapat menurunkan tegangan
viskositas suatu sistem emulsimaka antarmuka di antara dua cairan
semakin rendah laju rata- rata yang tidak tercampurkan,
pengendapan sehingga emusi sehingga mengurangi tolak-
semakin tinggi (Suryani, 2002). menolak antara kedua cairan
3. PH , dipengaruhi oleh sifat dari zat tersebut dan mengurangi tarik-
tersebut. Basa sebagai penyambung menarik antarmolekul dari
elektron (OH-) dan sebaliknya masing-masing cairan, atau
dengan asam (H+) (Pikir, 1999). menyebabkan cairan menjadi
4. Stabilitas emulsi / stabilitas relatif tetesan-tetesan yang lebih
emulsi, suatu sifat emulsi untuk kecil.
mempertahankan distribusi haus dan b. Teori orientasi bentuk baji
teratur dari fase terdispersi yang Emulsi terjadi bila
terjadi dalam jangka waktu yang ditambahkan suatu zat yang
panjang (Voight, 1995). terdiri dari bagian polar dan
non- polar.Karena kedua cairan
Pengertian mengenal
yang akan dibuat emulsi
kestabilan emulsi adalah kestabilan
berbeda pula muatannya, maka
suatu bahan dimana emulsi yang
zat ini akan menempatkan
dapat dalam bahan tidak mempunyai
dirinya sesuai dengan
kecenderungan untuk bergabung
kepolarannya.
dengan partikel lain dan memenuhi
c. Teori film plastik
lapisan yang terpisah (Rahmi et al,
Emulsi terjadi bila ditambahkan
2013).
zat yang dapat mengelilingi
Beberapa teori emulsifikasi antarmuka kedua cairan,
berikut menjelaskan bagaimana zat mengelilingi tetesan fase dalam
pengemulsi bekerja dalam menjaga sebagai suatu lapisan tipis atau
stabilitas dari dua zat yang tidak film yang diadsorpsi pada
saling bercampur: permukaan dari tetesan tersebut.
Semakin kuat dan semakin
a. Teori tegangan permukaan
lunak lapisan tersebut maka
emulsi yang terbentuk akan d) Golongan surfaktan
semakin stabil (Anief, 2005). (sintetik), bisa yang
bersifat anionik, kationik,
Pemilihan zat pengemulsi dan nonionik.
sangat penting dalam e) Golongan zat padat
menentukan keberhasilan terbagi halus, seperti
pembuatan suatu emulsi yang bentonit, magnesium
stabil. Agar berguna dalam klorida, dan alumunium
preparat farmasi, zat hidroksida (Ansel, 1989).
pengemulsi harus mempunyai
kualitas tertentu, diantaranya
harus dapat dicampurkan Emulsi dapat dibuat dengan
dengan bahan formulatif metode-metode di bawah ini:
lainnya, tidak mengganggu 1. Metode Gom Kering (Metode
stabilitas dari zat terapeutik, Kontinental/metode 4:2:1)
tidak toksik dalam jumlah yang Metode ini khusus untuk emulsi
digunakan, serta mempunyai dengan zat pengemulsi gom
bau, rasa, dan warna yang kering. Basis emulsi (corpus
lemah (Ansel, 1989). emuls) dibuat dengan empat
Zat pengemulsi dapat bagian minyak, dua bagian air
digolongkan berdasarkan dan satu bagian gom, lalu sisa
sumber sebagai berikut: air dan bahan lain ditambahkan
a) Golongan karbohidrat, kemudian. Caranya, minyak dan
seperti gom, tragakan, agar, dan gom dicampur, dua bagian air
pektin. kemudian ditambahkan
b) Golongan protein, seperti sekaligus dan campuran tersebut
gelatin, kuning telur, dan kasein digerus dengansegera dan
c) Golongan alkohol dengan cepat serta terus-
berbobot molekul tinggi, menerus hingga terdengar bunyi
seperti steril alkohol setil lengket, dan bahan lainnya
alkohol, gliseril ditambahkan kemudian dengan
monostearat, kolesterol, pengadukan.
dan turunan koleterol. 1. Metode Gom basah (metode
Inggris)
Metode ini digunakan untuk emulsi yang terbentuk bisa
membuat emulsi dengan diencerkan sampai mencapai
musilago atau gom yang volume yang dikehendaki
dilarutkan sebagai zat (Anief, 2005).
pengemulsi. Dalam metode ini II. Metode
digunakan proporsi minyak, air ALAT
dan gom yang seperti pada Alat yang digunakan adalah
metode gom kering. Caranya, batang pengaduk, cawan
dibuat musilago kental dengan porselen, gelas beaker, gelas
sedikit air, minyak ukur, mortir dan stamper,
ditambahkan sedikit demi neraca analitik, penangas air,
sedikit dengan diaduk cepat. dan pipet tetes
Bila emulsi terlalu kental, air BAHAN
ditambahkan lagi sedikit agar Bahan yang diperlukan pada
mudah diaduk dan bila semua praktikum ini adalah Aquadest,
minyak sudah masuk, Oleum Olivarum, Span 80, dan
ditambahkan air sampai Tween 80.
volume yang dikehendaki. PEMBUATAN EMULSI
2. Metode Botol Pada praktikum emulsifikasi ini
Metode ini digunakan untuk dilakukan pembuatan emulsi
membuat emulsi dari minyak- dan pengamatan organoleptis
minyak menguap yang juga kestabilan emulsi. Pembutan
mempunyai viskoditas rendah. emulsi dilakukan dengan
Caranya, serbuk gom arab menimbang bahan yang
dimasukkan ke dalam sutu diperlukan sesuai dengan
botol kering, ditambahkan dua perhitungan kebutuhan HLB
bagian air kemudian campuran butuh emulgatornya, yaitu
tersebut dikocok dengan kuat HLB 9; HLB12 ; HLB 15.
dalam wadah tertutup. Minyak Selanjutnya dilakukan
ditambahkan sedikit demi penimbangan emulgator berupa
sedikit sambil terus mengocok surfaktan Tween 80 dan Span
campuran tersebut setiap kali 80 sesuai perhitungan yang
ditambahkan air. Jika semua air telah dilakukan. Tween 80
telah ditambahkan, basis dicampurkan dengan air,
sedangkan Span 80 Tulang
dicampurkan dengan minyak
9 47 - Putih 1
zaitun. Kedua campuran Putih
60
tersebut diaduk diatas penangas
12 49 - Bening 1
menit
air pada suhu 70oC. Setelah Putih
fase air dan minyak diaduk 15 46 - Tulang 4
kemudian digerus dengan cepat
9 47 - Putih 2
hingga berubah menjadi warna Putih
90
putih 12 48 - Bening 2
menit
susu. Sebelum dimasukkan ke Putih
dalam tabung sedimentasi,
15 46 - Tulang 4
emulsi ditambahkan air hingga
9 47 - Putih 2
50 mL terlebih dahulu. Putih
Selanjutnya dilakukan
2 jam evaluasi
12 48 - Bening 2
emulsi dalam tabung Putih
sedimentasi secara organoleptis
15 45 - Bening 4
meliputi warna, volume, 9dan 47 - Putih 2
pemisahan fase yang diamati Putih
pada waktu, 3024 jammenit, 12
60 48 - Bening 2
menit, 90 menit, 2 jam, dan 24 Putih
jam. 15 45 - Bening 4

III. Hasil

Volu Volu
Pemisa
me me
HL han Perhitungan
Waktu Emu Sedim Warna
B fase Oleum Olivarum 1%
lsi entasi
(mL)
(mL) (mL) 1
𝑥 50𝑚𝑙 = 0,5𝑚𝑙
9 48 - Putih 0,5 100
30 Putih
Emulgator 5%
menit 12 49 - Bening 1
15 50 - Putih 4 5
𝑥 50𝑚𝑙 = 2,5𝑚𝑙
100
Rumus HLB

HLBb 𝑥 Bobotb = (HLBT 𝑥 BobotT) +


(HLBs 𝑥 Bobots)
IV. Pembahasan
HLB 9
Pada praktikum kali ini digunakan tween
9 𝑥 2,5 gram = (15 𝑥 T) + (4,3 𝑥 (2,5 80 dan span 80 sebagai emulgator.
gram – T) Alasan pemilihan tween dan span
sebagai emulgator dalam praktikum ini
T = 1,09 gram
karena tween memiliki gugus polar yang
S = 2,5 gram – 1,09 gram lebih besar dari pada gugus nonpolar
sehingga lebih mengarah ke air.
= 1,41 gram
Sedangkan, span memiliki gugus
HLB 12 nonpolar lebih besar dari pada gugus
polarnya sehingga lebih cenderung ke
12 𝑥 2,5 gram = (15 𝑥 T) + (4,3 𝑥 (2,5
minyak. Pencampuran emulgator
gram – T)
dilakukan pada suhu 70ᵒC. Pencampuran
T = 1,79 gram dilakukan pada suhu tersebut karena
kedua emulgator ini memiliki suhu lebur
S = 2,5 gram – 1,79 gram
yang sama yakni 70ᵒC sehingga
= 0,71 gram diperoleh emulsi yang tidak pecah.
Selain itu, perlakuan pada suhu tersebut
dapat menurunkan viskositas partikel
HLB 15 miyak dan tegang antarmuka. HLB yang
digunakan adalah 9, 12, dan 15 dimana
15 𝑥 2,5 gram = (15 𝑥 T) + (4,3 𝑥 (2,5
emulsi akan berbantuk tipe M/A atau
gram – T)
minyak dalam air. Semakin rendah nilai
T = 2,5 gram HLB surfaktan maka surfaktan akan
makin lipofil, sedangkan semakin tinggi
S = 2,5 gram – 2,5 gram
nilai HLB surfaktan akan semakin
= 0 gram hidrofil.

Emulgator sendiri mempunyai


peran yang besar dalam pembuatan
emulsi. Emulsi seringkali memiliki
bentuk yang tidak stabil dan sewaktu- pemisahan fase sebesar 0,5 ml. Ini
waktu dapat berubah bentuk atau merupakan pemisahan fase terkecil pada
terpisah antara kedua fase. Disinilah waktu 30 menit. Pada waktu 60 dan 90
peran emulgator yaitu menjaga kedua menit, mulai terbentuk pemisahan fase
fase tetap bercampur dan bersifat stabil yang lebih besar, yaitu sebesar 1 dan 2
secara fisik maupun kimiawi. Fungsi ml. Perubahan warna tidak nampak pada
emulgator adalah menurunkan tegangan kedua waktu. Pada waktu 2 jam dan 24
permukaan minyak maupun air, dengan jam juga tidak nampak perubahan warna
sifat hidrofil dan lipofil. Sisi hidrofil yang signifikan pada HLB 9, dengan
akan mengikat air dan sisi lipofil akan pemisahan fase juga tetap yaitu pada 2
mengikat minyak. Emulgator cm. Hal ini menunjukkan bahwa emulsi
menghasilkan suatu film minyak dan dengan HLB 9 sangat stabil dan tidak
mencegah koaselensi, yaitu penyatuan terpisah dengan cepat.
tetesan-tetesan minyak menjadi besar
Pada HLB 9 hingga 15 terjadi
hingga menjadi satu fase terpisah.
pemisahan fasa dimana masing-masing
Pemilihan emulgator yang baik adalah
emulsi terbentuk lapisan dengan variasi
emulgator yang tidak beracun serta
volume. Hal tersebut membuktikan
meningkatkan shelf life obat atau emulsi.
bahwa terjadi ketidaksetabilan antara
Pada HLB 9, digunakan dua fase. Warna emulsi seperti warna
perbandingan span 80 dan tween 80 susu. Adapun beberapa jenis
yang berbeda. Span 80 sebanyak 1,41 ketidakstabilan emulsi, yakni koalefen,
gram dan tween 80 sebanyak 1,09 gram. flokulasi, demulsifikasi, dan creaming.
Span 80 bersifat lipofilik sementara Flokulasi merupakan terjadinya
tween 80 bersifat hidrofilik. Keduanya kelompok-kelompok globul yang tidak
dicampurkan dengan cara digerus beraturan letaknya dalam suatu emulsi,
sehingga muncul warna putih susu pada creaming merupakan terbentuknya
emulsi. Pada HLB 9, tidak terjadi lapisan dalam suatu emulsi yang berbeda
perubahan warna yang signifikan karena konsentrasi. Koalesen ialah terbentuknya
kedua fase dapat mempertahankan globul-globul besar dan kecil, sedangkan
kestabilannya. Pemisahan fase yang demulsifikasi ialah proses lanjutan dari
terbentuk juga paling sedikit dibanding koalegen (Kedua fase terpisah menjadi
dengan HLB lainnya. Pada 30 menit dua cairan yang tidak bercampur).
pertama, warna emulsi HLB 9 putih dan
V. Simpulan Pangan. Vol 23 (1) : 36-
38.
Dapat disimpulkan bahwa emulsi
Pikir, S. 1989. Kimia Dasar.
dapat dibuat dengan mencampurkan
Surabaya : Universitas
emulgator pada fase air dan minyak.
Airlangga.
Selain itu, penentuan kadar HLB dapat
Rahmi, O, E. 2013. Peningkatan
dilakukan dengan menggunakan
Stabilitas Emulsi Krim
perbandingan HLB dan bobot butuh
Nnano Partikel Untuk
dengan emulgator yang tersedia. Selain
Mempertahankan
itu pula, dapat dilihat perubahan yang
Kelembaban Kulit. Jurnal
teradi pada emulsi setelah didiamkan
Kimia Kemasan. Vol 35
beberapa lama yang menunjukan tingkat
(1) :30-36.
kestabilan dari emulsi tersebut.
Suryani. 2005. Farmasetika
Dasar dan Hitungan
Farmasi. Jakarta
DAFTAR PUSTAKA :Kedokteran EGC.
Anief, Moh. 2005. Ilmu Meracik Obat Voight, R. 1995. Buku Pelajaran
cetakan XII. Yogyakarta : Teknologi Farmasi.
Gajah Mada University. Yogyakarta :UGM Press.
Ansel, H. C. 1989. Pengntar Bentuk
Sediaan Farmasi edisi IV.
Jakarta : UI Press.
Budianto.2009. Pengaruh Variasi
Inisiator dan Teknik
Polimerisasi terhadap Ukuran
Partikel pada Kopolimerisasi
Emusi Stirena Butil Akinat
Metil Metanoat. Jurnal
Makasar Sains. Vol 12 (2) : 18-
24.
Fatimah, F. 2012. Jurnal Stabilitas
dan Viskositas Produk
Emulsi Dingin Coconut
Oil. Jurnal Teknologi
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai