PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
1. Definisi
Appendicitis perforasi adalah pecahnya apendiks yang sudah ganggren yang
menybabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonotos
umum pada dinding apendiks tamapk daerah perforasi dikelilingi oleh jaringa
nekrotik (Rukmono, 2011).
2. Etiologi
Terjadi appendikcitis prforasi umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri,
namun terdapat banyak sejaki factor pencetus terjadinya penyakit ini.
Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks yang biasanya
disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras, hyperplasia jaringan
limfoid, penyakit cacing dll.
Penyebab perforasi disebabkan oleh berbagai macam factor yaitu:
a) Apenciditis atau peradangan usus buntu
b) Kanker
c) Penyakit kantung empedu
d) Tukak lambung atau ulkus duodenum
3. Patofisiologi/Pathway
Appendicitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplacia folikel limfoid fekalit karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya/ neoplasma, obstruksi tersebut. Menyebabkan mulkus yang
diproduksi mukosa mengalami bendungan sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat akan menghambat aliran limfe
yang mengakibatkan edema. Pada saat inilah terjadi appendicitis akut fokal yang
ditandai nyeri epigastrium. Bila sekresi berlanjut tekanan akan terus
maeningkat, hal tersebut akan meyebabakan obstruksi vena, edema bertambah
dan bakteri akan menembus dinding, peradangan yang mengenai peritoneum
sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah menyebabkan appendicitis
1
supuratif akut. Bila arteri terganggu akan terjadi infrak dinding apendiks yang
diikuti oleh ganggren disebut dengan appendicitis gangrenosa. Bila dindimg
yang telah raough itu pecah, akan terjadi appendicitis perforasi
(Mansjoer,2010).
2
Pathway
3
4. Manifestasi Klinik
a. Tanda dan Gejala
1) Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya terbiasa dengan demam
ringan,mual,muntah
2) Nyeri tekan local pada titik McBruney bila dilakuakn tekanan
3) Nyeri tekan lepas dijumpai
4) Terdapat konstipasi atau diare
5) Nyeri lumbal bila appendiks melingkar dibelakang sekum
6) Nyeri defelasi bila appendiks berada dekat rektal
7) Perut dapan menonjol dan keras pada perabaan
b. Pemerikasaan Penunjang/Pengobatan
1) Pemeriksaan laboratorium: Darah lengkap dan C. Reactive Protein (CRP)
2) Pemeriksaan radiologi: USG dan Computedtomography scanning (CT
scan), apendikogram
3) Analisa urin untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi
saluran kemih
4) Pemerikasaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum
5. Penatalaksanaan/Pengobatan
a. Penanggulangan konservatif, pada penderita appendicitis perforasi, sebelum
operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit , serta pemberian
antibiotic sitemik
b. Operasi
c. Pencegahan tersier, mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat seperti
komplikasi intra abdomen. Bila diperlukan terjadi perfoasi, maka abdomen
dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotic.
B. Asuhan Keperawatan
Diagnosis Keperawatan Utama dan Penting
2010) yg mungkin muncul pada kasus & definisi masalah keperawatan
Daftar dx keperawatan
secara teoritis
1. Post Operasi
a. Nyeri akut b.d angen injuri fisik ( luka insisi post operasi appenditomi)
b. Resiko infeksi b.d tindakan invasif (insisi post pembedahan)
4
c. Defisit self care b.d nyeri
Perencanaan Keperawatan
N Diagnosa Noc Nic Rasional
o Keperawatan
1. Nyeri b.d agen Setelah dilakukan asuhan 1) Kaji skala nyeri dan 1) Berguna dalam
injuri fisik (luka keperawatan, diharapkan lokasi, karakteristik pengawasan
insisi post operasi nyeri berkurang dengan dan laporkan dan keefesien
appenditomi) kriteria hasil: perubahan nyeri obat, kemajuan
1) Melapor nyeri dengan tepat. penyembuhan,
berkurang 2) Motitor tanda –tanda perubahan dan
2) Klien tampak rileks vital karakteristik
3) Dapat tidur dengan 3) Pertahankan istirahat nyeri.
tepat dengan posisi semi 2) Deteksi dini
4) Tanda-tanda vital powler terhadap
batas normal: TD 4) Dorong ambulasi dini perkembangan
(systole 110-130 5) Berikan aktivitas kesehatan
mmHg, diastole 70- hiburan pasien
90mmHg), N (60- 6) Kolaborasi tim dokter 3) Menghilangkan
100x/menit), RR (16- dalam pemberian tengangan
24x/menit), Suhu analgetika abdomen yang
(36,5-37,5ºC) bertambah
dengan posisi
terlentang
4) Meningkatkan
kormolisasi
fungsi organ
5) Meningkatkan
relaksasi
6) Menghilangkan
nyeri
2. Setelah dilakukan asuhan 1) Kaji adanya tanda tanda 1) Dengan adanya
Resiko infeksi b.d
keperawatan, diharapkan infeksi pada area insisi infeksi
tindakan invasif
infeksi berkurang dengan 2) Monitor tanda – tanda 2) Dugaan adanya
(insisi post
kriteria hasil: vital. Perhatikan infeksi/
pembedahan)
5
1) Klien bebas dari demam, menggigil, terjadinya
tanda-tanda infeksi berkeringat, perubahan sebsis, abses,
2) Menunjukkan mental peritonitis
kemampuan untuk 3) Lakukan teknik isolasi 3) Mencegah
mencegah timbulnya untuk infeksi anterik, meluas dan
infeksi termasuk cuci tangan membatasi
3) Nilai leukosit (4,5-11 efektif. penyebaran
ribu/µL) 4) Pertahankan teknik organisme
aseptic ketat pada infektif /
perawatan luka insisi / kontaminasi
terbuka, bersihkan silang
dengan betadine 4) Menurunkan
5) Awasi/ batasi resiko terpejan
pengunjung dan siap 5) Terapi
kebutuhan dotunjukkan
6) Kolaborasi tim medis pada bakteri
dalam pemberian anaerob dan
antibiotic. hasil aerob gra
negative.
3. Setelah dilakukan asuhan 1) setiap hari sampai 1) Agar badan
Defisit self care b.d
keperawatan diharapkan klien mampu menjadi
nyeri
kebesihan klien dapat melakukan sendiri segar,
dipertahankan dengan serta cuci rambut dan melancarkan
kriteria hasil : potong kuku klien. peredaran
1) Klien bebas dari bau 2) Ganti pakaian yang darah dan
badan kotor dengan yang meningkatka
2) Klien tampak bersih bersih. n kesehatan.
3) ADL klien dapat 3) Berikan hygiene 2) Untuk
mandiri atau dengan edukasi pada klien melindungi
bantuan. dan keluarganya klien dari
tentang pentingnya kuman dan
kebersihan diri. meningkatka
4) Berikan pujian pada n rasa
kiln tentang nyaman.
6
kebersihannya. 3) Agar klien
5) Bombing keluarga dan keluarga
klien memandikan / dapat
menyeka pasien termotivasi
6) Bersihkan dan atur untuk
posisi serta tempat menjaga
tidur klien mandikan personal
pasien hygiene.
4) Agar klien
merasa
tersanjung
dan lebih
kooperatif
dalam
kebersihan.
5) Agar
keterampilan
dapat
diterapkan.
6) Klien merasa
nyaman
dengan
teman yang
bersih serta
mencegah
terjadinya
infeksi.
BAB II
7
ISI
A. TINJAUAN KASUS
1. Identitas pasien
Nama : Tn. E
Umur : 25 tahun
Pendidikan : S.1
Pekerjaan : Wirausaha
Ruangan : Kutilang
2. Keluhan utama
Nyeri
Klien masuk ke Rumah Sakit dr. H. Abdul Moeloek pada tanggal 16 Oktober 2019
pukul 17.31 WIB dengan keluhan nyeri perut bagian bawah sejak 1 minggu yang lalu.
Klien mempunyai riwayat post op apendix dengan tindakan kolostomi pada abdomen
kanan bagian bawah, klien menjalani operasi apendix pada tanggal 19 Agustus 2019.
Pada saat pengkajian pada tanggal 17 Oktober 2019 pukul 09.00 WIB, klien
mengeluh nyeri bagian perut sisi kanan area luka post op karena aktivitas fisik
8
berlebihan dan berkurang saat klien beristirahat. nyeri yang dirasakan klien seperti
ditusuk-tusuk,skala nyeri 5. Nyeri hilang timbul, suhu sekitar luka hangat.
Klien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti ini,
keluarga juga tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes, dan sebagainya.
Suhu : 38,5ºC
Nadi :102x/menit
Nyeri : skala 5
9
Pengkajian kebutuhan dasar
1. Pola/Kebutuhan Oksigen
2. RR: 24x/menit
5. SPO2: 90%
= 700+1500cc
= 2200cc/hari
10
3. Pola/Kebutuhan Nutrisi & Metabolik
3. Peristaltik 20x/menit
4. BB klien 70 kg
2.Konjungtiva anemis
Ds : Klien mengatakan dirinya merasa malu karena klien mengeluarkan feses melalui
kolostomi
6. Pola/Kebutuhan Aktivitas
Do:1.Klien tampak dibantu oleh keluarga untuk makan, minum, dan melakukan
perawatan diri.
11
7. Pola/Kebutuhan Eliminasi
2.Klien mengatakan konsistensi karakter feses tidak tentu, kadang cair, kadang lunak.
3. Klien merasa masih belum terbiasa dengan pola BAB saat ini
2. BAB tertampung dalam kantong kolostomi pada kuadran kanan bawah abdomen
3. Flatus (+)
IWL= 10 x BB
= 10 x 70
= 700cc/hari
= 700+1500
= 2200cc/hari
= 1500+700
= 2200cc/hari
= 2200cc/hari-2200cc/hari
= 0 cc/hari
8. Pola/Kebutuhan Belajar
12
Ds : Klien tidak tahu teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma yang benar.
Pengkajian psikososial
1. Data Psikososial
a. Data/status emosi
Emosi klien tampak stabil dan berbicara dengan nada pelan dan lirih
b. Gaya komunikasi
Cara bicara klien lesu dan tidak bergairah, kontak mata kurang
c. Dampak di rawat di RS
Klien merasa cemas karena takut operasi yang dilakukan mengalami
komplikasi lagi
2. Data Sosial
Klien sangat dekat dan percaya kepada keluarganya
3. Data Spiritual
Klien rajin dalam beribadah dan sering berdoa
PEMERIKSAAN FISIK
GCS : E :4 V :5 M :6 = 15
1. Kulit
Warna kulit klien putih langsat, tugor kulit elastis. Terdapat kolostomi pada abdomen
sisi kanan tubuh. Stoma menonjol ± 2 cm, kondisi stoma kemerahan,
lembab, terjadi iritasi pada kulit sekitar stoma. Luka pada kulit pinggir
stoma ± 5 cm, pus (-) darah (+).
Palpasi :Terdapat nyeri tekan pada area post op, dengan skala nyeri 6. Kulit teraba
hangat, suhu 37,7ºC
2. Kepala
13
Kepala simetris, tidak terdapat bekas luka, tidak ada benjolan, rambut berwarna hitam
dan berminyak, konjungtiva anemis.
3. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis
4. Dada/Thorax
1) Inspeksi
Paru: Gerakan dada simetris, tidak terdapat bekas luka
Jantung: ictus cordis tidak tampak
2) Palpasi
Paru premitus taktik simetris, tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi
Paru: terdengan suara sonor
Jantung: bunyi pekak
4) Auskultasi
Paru: bunyi napas vesikuler, wheezing (-), ronki (-)
RR=22 x/menit
Jantung: BJ1, BJ2 murmur
5. Payudara
Bentuk payudara simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan
6. Abdomen
1) Inspeksi
Terdapat kolostomi pada abdomen sisi kanan tubuh. Stoma menonjol ± 2 cm,
kondisi stoma kemerahan,luka terasa sakit dan perih,luka terasa panas,
lembab, terjadi iritasi pada kulit sekitar stoma. Luka pada kulit pinggir stoma
± 3 cm, pus (-)
2) Palpasi
Terdapat nyeri tekan pada area post op, dengan skala nyeri 5.
3) Perkusi
Bunyi abdomen timpani..
4) Auskultasi
14
Peristaltik 20x/menit.
7. Punggung & Tulang belakang
Tidak terdapat luka pada punggung sebalah kanandan sebelah kiri, tidak ada kelainan
di tulang belakang.
Tidak dilakukan pemerikasaan karena pasien tidak mengeluhkan masalah panngul dan
genetalia
Akral hangat, tidak ada abses, dan tidak terdapat edema di kedua ekstermitas bawah.
Pengkajian neurologi
Klien tidak mengalami gangguan memori jangka pendek (-), sedang (-) maupun
panjang (-)
3. 12 syaraf kranial
- Nervus I : klien mampu membedakan bau teh dan minyak kayu putih
- Nervus II : lapang pandang positif, klien dapat melihat benda seperti jam dalam
jarak 6 meter
- Nervus III : klien mamapumenggerakan bola mata, adanya reflek pupil
- Nervus IV : akomodasi mata normal
- Nervus V : klien dapat menggerakan rahangnya
- Nervus VI : klien dapat mengangkat kedua alis
- Nervus VIII : klien dapat merasakan getaran garputala
- Nervus IX : klien dapat membedakan rasa manis dan asin
- Nervus X : klien dapat menelan ludah
- Nervus XI : klien dapat menggerakan bahu
- Nervus XII : klien dapat menggerakan lidah
15
4. Tanda perangsangan meningeal
- Kaki kuduk : negatif (-)
- Brutinsky : negatif (-)
- Kerning : negatif (-)
- Laseque : negatif (-)
5. Pemerikasaan kekuatan otot
5 5
5 5
16
PEMERIKASAAN PENUNJANG
17
Ceftriaxone 1gr/8 jam melalui 17 Oktober 2019 Menghambat Nyeri,
IV pertumbuhan mual,muntah
bakteri
Ranitidine 2ml diberikan 2x1 17 Oktober 2019 Mencegah tukak Sakit
melalui IV lambung agar tidak kepala,insomnia
berdarah,mengobati
ulkus lambung dan
duodenum
Infus RL 500 ml 17 Oktober 2019 Mengembalikan Nyeri dada, gatal-
keseimbangan gatal,sakit kepala
elektrolit
18
-Penopang, tongkat/walker 30
-Furniture
3 Memakai terapi heparin lock/IV Tidak = 0 0
Ya = 25
4 Cara berjalan/berpindah 0 0
-Normal 15
-Lemah 30
-Terganggu
5 Status mental 0 0
-Oreintasi sesuaikan kemampuan diri 15
-Lupa keterbatasan diri
JUMLAH
ANALISA DATA
19
bagian perut sisi kanan
area luka post op karena
aktivitas fisik berlebihan
Do:
1. Klien tampak meringis
2. Tampak gelisah
3. Terdapat nyeri di area
kolostomi Skala nyeri
5,nyeri hilang timbul.
4. Tekanan Darah:150/90
mmHG
5. Frekuensi nafas:
24x/menit
6. Suhu: 38,5ºC
7. Nadi:102x/menit
2. Ds : - Resiko infeksi
Tindakan invasif (insisi
Do :
post pembedahan)
1. Terdapat kolostomi pada
2. abdomen sisi kanan
tubuh
3. Stoma menonjol ± 2 cm
4. Kondisi stoma
kemerahan, lembab,
terjadi iritasi pada kulit
sekitar stoma.
5. Luka pada kulit pinggir
stoma ± 3 cm, pus (-)
6. Klien demam
7. Suhu 38ºC
8. Leukosit 7.000 /µL
20
3. Ds: Harga diri rendah situasional Perubahan pada citra
1. Klien mengatakan tubuh
dirinya merasa malu
karena klien
mengeluarkan feses
melalui perut
Do:
1. Klien lesu dan tidak
bergairah
2. Kontak mata kurang
3. Berbicara pelan dan lirih
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
21
- Mampu mengontrol - kontrol lingkungan yang
nyeri dapat mempengaruhi nyeri
- Melaporkan bahwa - kaji tipe dan sumber nyeri
nyeri berkurang untuk menentukan
dengan manajemen intervensi
nyeri - ajarkan teknik relaksasi
- Menyatakan rasa - kolaborasi dengan dokter
nyaman setelah nyeri dalam pemberian
berkurang analgesic
- Tanda-tanda vital - tingkatkan istirahat
dalam rentang dengan posisi semi fowler
normal
2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan - kaji adanya tanda-tanda
tindakan invasif (insisi keperawatan selama 2x24 infeksi pada area insisi
post pembedahan) jam diharapkan resiko - monitor tanda-tanda vital,
infeksi dapat diatssi dengan perhatikan
Kriteri hasil: demam,menggigil,berkeri
- klien bebas dari ngat
tanda-tanda infeksi - pertahankan teknik aseptic
- menunjukkan ketat pada luka insisi
kemampuan untuk - awasai/batasi pengunjung
mencegah timbulnya - kolaborasi dengan dokter
infeksi dalam pemberian antibotik
- jumlah leukosit - bersihkan lingkungan
dalam batas normal setelah dipakai pasien lain
( 4,5-11 ribu /µL - rawat luka setiap hari
- menunjukkan
perilaku hidup sehat
3. Harga diri rendah setelah dilakukan asuhan - bina hubungan saling
situasional b.d keperawatan selama 2x24 percaya antara klien dan
Perubahan pada citra jam diharapkan harga diri perawat
tubuh rendah dapat teratasi dengan - berikan kesempatan
kriteria hasil: mengungkapkan perasaan
- gambaran diri - bantu klien yang cemas
22
meningkat mengambangkan
- gambaran diri sesuai kemampuan untuk menilai
- bisa menyesuaikan diri dan mengenali
diri dengan status masalahnya
kesehatannya - dukung upaya klien untuk
memperbaiki citra diri
- dorong klien agar
bersosialisasi dengan
orang lain
23
vital -Tampak gelisah
- mengontrol lingkungan -Terdapat nyeri di area
yang dapat mempengaruhi kolostomi
nyeri -Skala ny eri 5.
- mengkaji tipe dan sumber -TD:150/90 mmHG
nyeri untuk menentukan RR:24x/menit,S:38,5ºC,
intervensi N:102x/menit
- mengajarkan teknik A: Nyeri akut belum teratasi
relaksasi P: lanjutkan intervensi
- mengkolaborasikan - monitor tanda-tanda vital
dengan dokter dalam - kaji skala nyeri
pemberian analgesic - berikan posisi nyaman
- meningkatkan istirahat - kolaborasi dengan dokter
dengan posisi semi fowler dalam pemberian
analgesic
- ajarkan teknik relaksasi
24
pemberian antibotik A: Resiko infeksi belum teratasi
- membersihkan P: lanjutkan intervensi
lingkungan setelah - monitor tanda-tanda
dipakai pasien lain infeksi
- melakukan perawatan - monitor tanda-tanda vital
luka setiap hari - kolaborasi pemberian
antibiotic
- pertahankan teknik
aseptic
- lakukan perawatan luka
setiap hari
17.00 WIB - membina hubungan saling S: - Klien mengatakan dirinya
percaya antara klien dan merasa malu karena klien
perawat Gita mengeluarkan feses melalui Gita
- memberikan kesempatan perut
mengungkapkan perasaan O: - Klien lesu dan tidak
- membantu klien yang bergairah
cemas mengembangkan - Kontak mata kurang
kemampuan untuk - Berbicara pelan dan lirih
menilai diri dan A: Harga diri rendah situasional
mengenali masalahnya belum teratasi
- mendukung upaya klien P: lanjutkan intervensi
untuk memperbaiki citra - bina hubungan saling
diri percaya antar klien dan
- mendorong klien agar perawat
bersosialisasi dengan - bantu klien untuk
orang lain mengembangkan
kemampuan untuk
meniali diri dan
mengenal masalhnya
- dukung upaya klien
untuk memperbaiki citra
diri
25
Hari ke- 2
26
A: resiko infeksi tidak terjadi
P: hentikan intervensi
17.00 WIB - membina hubungan saling S: - Klien mengatakan dirinya
percaya antar klien dan sudah merasa tidak malu
perawat Gita O: - klien tampak percaya diri Gita
- membantu klien untuk A: harga diri rendah situasional
mengembangkan teratasi
kemampuan untuk P: hentikan intervensi
menilai diri dan mengenal
masalahnya
- mendukung upaya klien
untuk memperbaiki citra
diri
BAB III
PENUTUP
A. RESUME KLIEN
Klien masuk ke Rumah Sakit dr. H. Abdul Moeloek pada tanggal 16 Oktober 2019
pukul 17.31 WIB dengan keluhan nyeri perut bagian bawah sejak 1 minggu yang lalu.
Klien mempunyai riwayat post op apendix dengan tindakan kolostomi pada abdomen
kanan bagian bawah, klien menjalani operasi apendix pada tanggal 19 Agustus 2019.
Pada saat pengkajian pada tanggal 17 Oktober 2019 pukul 09.00 WIB, klien mengeluh
nyeri bagian perut sisi kanan area luka post op karena aktivitas fisik berlebihan dan
berkurang saat klien beristirahat. nyeri yang dirasakan klien seperti ditusuk-tusuk,skala
27
nyeri 6. Nyeri hilang timbul, suhu sekitar luka hangat.Dengan pengkajian lebih lanjut
ditemukan Data Sebagai Berikut:
Data Subyektif:
- Klien mengatakan nyeri perut dibagian kolostomi sejak 1 minggu yang lalu.
- Klien mengeluh nyeri bagian perut sisi kanan area luka post op karena aktivitas fisik
berlebihan.
- Klien mengatakan dirinya merasa malu karena klien mengeluarkan feses melalui
perut
Data Obyektif:
- Klien tampak meringis
- Tampak gelisah
- Terdapat nyeri di area kolostomi
- Skala nyeri 5,nyeri hilang timbul.
- Tekanan Darah:150/90 mmHG
- Frekuensi nafas: 24x/menit
- Suhu: 38,5ºC
- Nadi:102x/menit
Dengan ditegakannya diagnosa keperawatan tersebut maka tersusun lah rencana untuk
masing diagnosa pada Klien:
Resiko infeksi b.d tindakan - kaji adanya tanda-tanda infeksi pada area
invasif (insisi post pembedahan) insisi
- monitor tanda-tanda vital, perhatikan
demam,menggigil,berkeringat
- pertahankan teknik aseptic ketat pada
luka insisi
- awasai/batasi pengunjung
- kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian antibotik
- bersihkan lingkungan setelah dipakai
pasien lain
- perawatan luka setiap hari
Harga diri rendah situasional b.d
Perubahan pada citra tubuh - bina hubungan saling percaya antara
klien dan perawat
29
- berikan kesempatan mengungkapkan
perasaan
- bantu klien yang cemas mengambangkan
kemampuan untuk menilai diri dan
mengenali masalahnya
- dukung upaya klien untuk memperbaiki
citra diri
- dorong klien agar bersosialisasi dengan
orang lain
Diagnosa 1 :
P: Hentikan Intervensi
Diagnosa 2:
Suhu: 36,5 ºC
30
Pus (-)
N: 87x/menit
RR: 20x/menit
P: Hentikan intervensi
Diagnosa 3:
Kesimpulan:
Selama diruang kutilang mahasiswa telah melakukan pengkajian sampai dengan
tahap evaluasi pada pasien dengan gangguan sistem perncerrnaan. Setelah Asukep dilakukan
selama 2x24 jam, maka dapat kita lihat bahwa masalah yang teratasi yaitu:
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi) (Teratasi)
2. Resiko infeksi b.d tindakan invasif (insisi post pembedahan) (Tidak terjadi)
3. Harga diri rendah situasional b.d Perubahan pada citra tubuh (Teratasi)
31
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
32
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
LAMPIRAN
33