Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN FITOKIMIA

PRAKTIKUM III
“BAHAN ORGANIK ASING”

Disusun Oleh :
Nama : Thessa Norsantika
NIM : 18.71.019313
Kelompok : 11 (Sebelas)

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2020
PRAKTIKUM III
“BAHAN ORGANIK ASING”

I. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan pengenalan dan pengujian kualitas simplisia
dengan melakukan metode pemeriksaan bahan organik asing.

II. DASAR TEORI


Simplisia adalah bahan alami yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
di keringkan (Dirjen POM, 1979).
Kualitas bahan alami nabati (bahan simplisia) dipengaruhi banyak faktor,
salah satunya adalah faktor biologis. Faktor biologis yang di maksud adalah
pengaruh dari lingkungan biologis tempat tumbuh tanaman bahan simplisia, yaotu
interaksi dengan lingkungan, flora dan fauna setempat (Depkes RI, 1977).
Faktor lain yang mempengaruhi kualitas bahan alami nabati antara lain
klimatik dan edafik, genetik, linkungan yang tercemar, budidaya dan perlakuan,
pasca panen, kultur jaringan sebagai sumber bahan alam (Depkes RI, 1977).
Yang dimaksud bahan organik asing adalah:
1. Bagian tanaman atau seluruh tanaman asal simplisia, tertera atau
jumlahnya dibatasi dalam uraian atau pemerian dalam monografi yang
bersangkutan.
2. Hewan asing, utuh atau bagiannya, atau zat yang dikeluarkan hewan asing.
Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan bahan organik asing pada
simplisia nabati adalah bahan organik yang berasal dari tanaman
(Depkes RI, 1977).
Simplisia nabati harus bebas dari serangga, fragmen hewan atau kotoran
hewan; tidak boleh menyimpang warna dan baunya; tidak boleh mengandung
lendir dan cendawan atau menunjukkan tanda-tanda pengotoran lain; tidak boleh
mengandung bahan lain yang beracun atau berbahaya. Syarat simplisia hewan
juga harus memenuhi kriteria tersebut. Simplisia pelikan harus bebas dari
pengotoran oleh tanah, batu, hewan, fragmen hewan dan bahan asing lainnya
(Depkes RI, 1978).
Metode analisis simplisia yang dilakukan pertama kali yaitu pengambilan
contoh. Contoh suatu simplisia harus mewakili batch yang diuji, untuk
mengurangi penyimpangan yang disebabkan oleh kesalahan pengambilan contoh
terhadap hasil analisis, baik kualitatif maupun kuantitatif. Dalam pengambilan
contoh diperlukan cara kerja yang sangat ketat, termasuk kebutuhan pengambilan
contoh dari wadah yang lebih banyak atau pengambilan contoh yang lebih banyak
dari setiap wadah. Contoh dalam skala besar jika pada pengambilan bagian luar
wadah, penandaan dan keterangan etiket menunjukkan bahwa bets dapat dianggap
homogen, ambil contoh secara terpisah dari berbagai wadah yang dipilih secara
acak sesuai ketentuan. Jika beberapa sub-bets yang sehomogen mungkin,
kemudian lakukan pengambilan contoh pada masing-masing sub-bets seperti pada
bets yang homogen. Contoh bahan harus diambil pada bagian atas, tengah dan
bawah dari setiap wadah. Jika contoh bahan terdiri dari bagian-bagian berukuran 1
cm atau lebih kecil dan untuk semua bahan yang diserbukkan atau digiling,
lakukan pengambilan contoh dengan menggunakan suatu alat pengambilan contoh
dapat menembus bahan dari bagian atas ke bagian bawah wadah, tidak kurang dari
dua pengambilan yang dilakukan pada arah yang berlawanan. Persiapkan contoh
dalam skala besar dengan menggabungkan dan mencampurkan setiap contoh yang
telah diambil dari setiap wadah yang telah terbuka dan dijaga jangan sampai
terjadi kenaikan tingkat fragmentasi atau mempengaruhi derajat kelembaban
secara bermakna. Contoh dalam skala laboratorium, persiapkan contoh
laboratorium dengan membagi contoh dalam skala besar menjadi empat bagian
atau catatan. Cara membagi empat adalah dengan menempatkan contoh yang telah
dicampur dengan baik, diratakan dalam bentuk tumpukan segi empat dan sama
rata, kemudian dibagi secara diagonal menjadi empat bagian sama. Ambil kedua
bagian yang berlawanan dan campur secara hati-hati. Ulangi proses ini
secukupnya sampai diperoleh jumlah yang diperlukan. Contoh skala laboratorium
harus mencukupi untuk memenuhi kebutuhan semua pengujian yang diperlukan.
Perkecil ukuran contoh dalam skala laboratorium dengan membagi empat, jaga
agar setiap bagian dapat mewakili. Pada bahan yang tidak digiling atau tidak
diserbukkan, giling contoh sehingga melewati ayakan 20 dan campur hasil
ayakan. Jika bahan tidak dapat digiling, perkecil sedapat mungkin sehingga
menjadi lebih halus, campur dengan mengguling-gulingkan pada kertas atau kain,
sebarkan menjadi lapisan tipis dan ambil bagian untuk pengujian.
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1. Cawan porselin
2. Pinset
3. Loop
b. Bahan
1. Simplisia

IV. CARA KERJA


A. Bahan Asing Organik

Pemeriksaan bahan organik asing dilakukan dengan menimbang


sebanyak 25 gram sampel dengan seksama.Mengambil bahan organik
asing yang ada dalam sampel dengan menggunakan pinset dan lup.

Menghitung kadar bahan organik asing dengan rumus


bahan organik asing
kadar bahan organik asing (%) ¿ x 100 %
bahan sampel awal

V. HASIL PENGAMATAN

Persentase Bahan
No Berat Sampel Simplisia Bahan Organik Asing Organik Asing
1 25 gram 0 gram 0%
2 25 gram 0,2305 gram 0,922%

Dari hasil pengamatan praktikum bahan organik asing, diperoleh data :


Data pertama :
Berat bahan organik asing yang diperoleh setelah pengamatan sebesar = 0 g
Berat sampel simplisia = 25 g
Data kedua :
Berat bahan organik asing yang diperoleh setelah pengamatan sebesar =
0,2305 g
Berat sampel simplisia = 25 g

Hitunglah kadar bahan organik asing dari data diatas dengan menggunakan rumus :

bahan organik asing


Kadar bahan organik asing ¿ x 100 %
bahan sampel awal

Perhitungan pada data pertama:


0g
 Kadar bahan organik asing ¿ x 100 %
25 g
 Kadar bahan organik asing = 0 g

Perhitungan pada data kedua:


0,2305 g
 Kadar bahan organik asing ¿ x 100 %
25 g
 Kadar bahan organik asing = 0,922 g

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini mahasiswa diminta mampu melakukan pengenalan
dan pengujian kualitas simplisia dengan melakukan metode pemeriksaan bahan
organik asing. Menurut Depkes RI, yang dimaksud bahan organik asing adalah:
1. Bagian tanaman atau seluruh tanaman asal simplisia, tertera atau
jumlahnya dibatasi dalam uraian atau pemerian dalam monografi yang
bersangkutan.
2. Hewan asing, utuh atau bagiannya, atau zat yang dikeluarkan hewan asing.
Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan bahan organik asing pada
simplisia nabati adalah bahan organik yang berasal dari tanaman

Pada literatur yaitu Farmakope Indonesia edisi III mengatakan bahwa benda
asing pada simplisia adalah benda asing yang berasal dari tanaman. Simplisia
harus bebas dari serangga, fragmen hewan atau kotoran hewan; tidak boleh
menyimpang bau dan warnanya; tidak boleh mengandung lendir; cendawan atau
menunjukan adanya zat pengotor lainnya; tidak boleh mengandung racun dan zat
berbahaya lainnya. Hal ini dikarenakan apabila terdapat benda yang telah
disebutkan akan berdampak pada khasiat yang terdapat pada simplisia tersebut.
Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia adalah dengan melakukan
standarisasi simplisia. Standarisasi diperlukan agar dapat diperoleh bahan baku
yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek farmakologi tanaman
tersebut.Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan
digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu.
Parameter mutu simplisa meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu, kadar
abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari.
Adapun Tujuan dari praktikum kali ini yaitu percobaan bahan organik asing
yang bertujuan untuk melihat kualitas dari sebuah simplisia. Dimana suatu
simplisia katakan memiliki kualitas yang bagus apabila simplisia tersebut tidak
memiliki melebihi dari ketentuan yang telah ditentukan. Simplisia yang di
gunakan sebagai bahan jamu atau fitofarmaka harus memenuhi syarat monografi
yang telah di tentukan dalam buku-buku standar seperti materia medika indonesia
(MMI), farmakope herbal indonesia (FHI), Farmakope Indonesia (FI), dan lain-
lain. Kegunaannya adalah untuk menjaga agar mutu yang di harapkan dapat
terpenuhi dengan baik. Untuk simplisia yang baru di kenalpun perlu di tetapkan
karakteristik nya, Pada Farmakope Indonesia edisi III mengatakan bahwa benda
asing tidak boleh melebihi dari 2,0%.
Untuk hasil perhitungan data pertama diperoleh berat bahan organik asing
sebesar 0 g. sedangkan untuk hasil perhitungan data kedua diperoleh berat bahan
organik asing sebesar 0,922 g. Pada hasil pengamatan untuk dua data simplisia
yang dilakukan untuk melihat bahan organik asing, keduanya masih memiliki
kualitas yang baik dikarenakan tidak melebihi dari 2,0% sesuai dengan
persyaratan dari Farmakope Indonesia Edisi III.

VII. KESIMPULAN
Menurut Depkes RI, yang dimaksud bahan organik asing adalah:
1. Bagian tanaman atau seluruh tanaman asal simplisia, tertera atau
jumlahnya dibatasi dalam uraian atau pemerian dalam monografi yang
bersangkutan.
2. Hewan asing, utuh atau bagiannya, atau zat yang dikeluarkan hewan asing.
Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan bahan organik asing pada
simplisia nabati adalah bahan organik yang berasal dari tanaman

Untuk hasil perhitungan data pertama diperoleh berat bahan organik asing
sebesar 0 g. sedangkan untuk hasil perhitungan data kedua diperoleh berat bahan
organik asing sebesar 0,922 g. Pada hasil pengamatan untuk dua data simplisia
yang dilakukan untuk melihat bahan organik asing, keduanya masih memiliki
kualitas yang baik dikarenakan tidak melebihi dari 2,0% sesuai dengan
persyaratan dari Farmakope Indonesia Edisi III.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI.1977.”Materia Medika Indonesia, Jilid 1”. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Depkes, RI.1978.”Materia Medika Indonesia, Jilid 2”. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Dirjen, POM.1979. “Farmakope Indonesia, Edisi III”. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Yang Menegetahui

Dosen Pengampu Asisten Dosen

(Rezqi Handayani, M.PH.,Apt) (Heni Rusmita, A.Md.,Farm.)

(Nurul Qomariyah, M.Si) (Aulia Sri Astuti)

(Riskiqa Yulia Tantri, P.M.Farm) (Gresha Aprila Bareghae)

Praktikan

( Thessa Norsantika )

Anda mungkin juga menyukai