Disusun Oleh:
Khusnul Hayati O 1810247038
Mala Hayati
Vivi Rizkiana A
Dosen Pengampu :
Dr. H. Ruhul Fitrios, SE, M.Si, Ak.,CA
PEMBAHASAN
Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori agensi,
diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa
mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance
berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa para manajer tidak akan menggelapkan
dana yang telah ditanamkan investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol
para manajer. Pada dasarnya Corporate Governance (GCG) diharapkan dapat melindungi
pemegang saham (stakeholders) dan kreditur agar dapat memperoleh kembali investasinya.
Menurut Price Waterhouse Coopers sebagaimana dikutip oleh Surya dan Yustiavandana
(2006) mendefinisikan Corporate Governance adalah terkait dengan pengambilan keputusan
yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses, kebijakan-
kebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang menguntungkan,
efisien, dan efektif dalam mengelola resiko dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
kepentingan stakeholders.
Berdasarkan defenisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Corporate
Governance adalah sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit, hubungan antara pemegang
saham, dewan komisaris, dan dewan direksi yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang
menguntungkan, efisien, dan efektif dalam mengelola resiko dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan kepentingan stakeholders.
Model ini terdiri dari dua aspek yang merupakan dasar atau pondasi untuk menetapkan
mekanisme corporate governance sebagai sebuah sistem, dimana :
1. Aspek Hardware
a. Strategi, merupakan rencana organisasi dalam memanfaatkan sumber daya untuk
mencapai tujuan organisasi.
b. Struktur, merupakan cara unit organisasi berhubungan satu sama lain.
c. Sistem, merupakan langkah atau mekanisme yang dilakukan oleh manajemen
puncak dan personil lainnya dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Aspek Softaware
a. Kecakapan (Skill), merupakan kemampuan khusus dari manajemen puncak dan
personil lainnya dalam organisasi secara keseluruhan untuk membentuk
kompetensi perusahaan.
b. Gaya Kepemimpinan (Style), merupakan gaya kepemimpinan manajemen puncak
untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi.
c. Staf (Staff), merupakan kemampuan bekerja sama dari top manajemen dan
personil lainnya.
d. Nilai-nilai bersama (Shared Value), merupakan nilai-nilai yang dipegang oleh
para stakeholders perusahaan yang membentuk perilaku anggota organisasi.
2.2.1 Konsep Corporate Governance Menurut IICG
Panel ahli dari Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), menyatakan dalam
GCG tersirat secara implisit bahwa sebuah perusahaan bukanlah mesin pencetak keuntungan
bagi pemiliknya, melainkan sebuah entitas untuk menciptakan nilai bagi semua pihak yang
berkepentingan. Selain itu, perusahaan bukanlah sekedar mesin yang mengubah input menjadi
output, melainkan sebuah lembaga insani, sebuah masyarakat yang punya nilai, cita-cita, jati diri,
dan tanggung jawab sosial. Konsep CG mencerminkan pentingnya sikap berbagi, peduli, dan
melestarikan. Semua hal itu menyangkut aspek kejiwaan dari Corporate Governance. Dengan
demikian, bahwa perubahan menuju praktik Corporate Governance yang lebih baik haruslah
mencakup perubahan pada dimensi teknis (sistem dan struktur) dan aspke psikososial (paradigm,
visi, dan nilai-nilai organisasi).
Terlepas dari model dan sistem yang akan digunakan oleh sebuah korporasi, perangkat
Corporate Governance dari suatu organisasi sebagai suatu sistem terbuka (open sistem) terdiri
atas struktur tata kelola, mekanisme tata kelola, dan prinsip-prinsip tata kelola. Ketiga perangkat
ini berjalan sebagai suatu kesatuan dalam bentuk sistem tata kelola yang berinteraksi dengan
lingkungan internal dan eksternal organisasi dalam mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Efektivitas perangkat tata kelola ini dinilai dari seberapa jauh sistem
dimaksud mampu memberikan hasil tata kelola yang diharapkan.
Adapun, tujuan Corporate Governance sesuai pasal 4 peraturan Menteri Negara BUMN No.
Per 01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik
pada BUMN, penerapan prinsip-prinsip Corporate Governance, bertujuan untuk :
1. Mengoptimalkan nilai-nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik
secara nasional ataupun internasional, sehingga mampu mempertahankan keberadaannya
dan hidup berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan BUMN;
2. Mendorong pengelolaan BUMN secara professional, efisien, dan efektif serta
memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ Persero/Organ Perum;
3. Mendorong agar Organ Persero/Perum dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap
pemangku kepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN;
4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional; serta
5. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional.
Menurut Siswanto dan E. John Aldridge (2005:5-6) Corporate Governance mempunyai lima
macam tujuan utama. Tujuan tersebut adalah :
Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan penerapan Corporate
Governance diantaranya adalah dapat meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya
proses pengmbilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efesiensi operasional perusahaan
serta lebih meningkatkan pelayanan kepada pemangku kepentingan.
Menurut The Indonesian Institute For Corporate Governance (IICG) pada tahun 2011,
sebagaimana dikutip oleh Hamdani (2016) mengemukakan beberapa prinsip pelaksanaan good
corporate governance yang berlaku secara Internasional sebagai berikut:
a. Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada
waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan
perusahaan dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.
b. Perlakuan sama terhadap pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas
dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang
pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (insider
trading).
c. Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerja
sama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang kepentingan dalam menciptakan
kesejahteraan, lapangan kerja, dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan.
d. Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi mengenai semua
hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang kepentingan
(stakeholders).
e. Tanggung jawab pengurus manajemen, pengawasan manajemen, serta
pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham.
Sedangkan, OECD sebagai salah satu lembaga yang mempunyai inisiatif
mempromosikan konsep Corporate Governance pada April 1988 telah mengeluarkan
seperangkat prinsip GCG yang dikembangkan, secara universal. Prinsip ini disusun memberikan
gambaran bagaimana caranya manajemen perusahaan bertanggung jawab terhadap pemiliknya.
Prinsip-prinsip GCG menurut OECD (1999) meliputi:
a. Prinsip Transparansi
Transparansi mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas
dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan
perusahaan, kinerja operasional dan kepemilikan perusahaan, yaitu sebagai berikut :
a. Pengungkapan informasi tidak terbatas pada informasi material tentang :
Keuangan dan hasil operasi perusahaan
Laporan keuangan yang sudah diaudit adalah sumber informasi yang berguna
untuk memonitor kinerja keuangan dan menjadi dasar untuk menilai asset
sekuritas. Para manager dan pengambil keputusan sering berdiskusi dengan
menggunakan bahan dari laporan keuangan. Pengungkapan hal-hal yang
berkaitan dengan perusahaan secara benar akan sangat bermanfaat.
Tujuan-tujuan perusahaan
Tujuan perusahaan harus disosialisasikan kepada lingkungan bisnis dan
masyarakat umum. Investor dan pengguna lainnya terkadang melihat tujuan
perusahaan untuk tujuan evaluasi antara operasi perusahaan dan langkah-
langkah apa yang diambil perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Kepemilikan saham mayoritas dan hak-hak suara dengan adanya keterbukaan,
para investor mendapatkan informasi yang berhubungan dengan hak-hak
mereka sebagai pemilik saham. Hak tersebut seperti hak memiliki saham
secara aman, hak untuk memperoleh informasi sejelas-jelasnya, hak suara, hak
ikut serta dalam pembuatan keputusan, hak-hak voting khusus, hak ikut serta
dalam pembuatan keputusan mengenai perdagangan atau modifikasi asset
bersama.
Anggota dewan komisaris serta penghasilannya, dasar membutuhkan
informasi ini untuk mengevaluasi kinerja dan kualitas anggota dewan serta
mengukur seberapa besar potensi konflik kepentingan akan memengaruhi
keputusan mereka. Pengungkapan gaji dewan eksekutif adalah untuk
mengukur biaya dan manfaat dari rencana gaji tersebut, serta kontribusi apa
yang didapat dari tunjangan seperti stock option.
Factor-faktor resiko yang akan datang, yang material informasi yang penting
lainnya adalah tentang risiko yang sekiranya dapat diduga dari informasi yang
didapatkan, seperti risiko tingkat bunga, ketergantungan atas komoditas
tertentu, risiko transaski derivative, dan transaski off balance sheet, serta
resiko kerusakan lingkungan hidup.
Isu-isu yang berhubungan dengan para karyawan dan pihak berkepentingan
lainya.
Struktur dan kebijakan governance perusahaan disini lebih ditekankan
bagaimana usaha perusahaan dalam mewujudkan good corporate governance.
b. Prinsip Akuntabilitas
Akuntabilitas dimaksudkan sebagai prinsip mengatur peran dan tanggungjawab
menajemen agar dalam mengelola perusahaan dapat mempertanggungjawabkan serta
mendukung usaha untuk menjamin penyeimbang kepentingan manajemen dan pemegang
saham, sebagaimana yang diawasi oleh dewan komisaris. Dewan komisaris dalam hal ini
memberikan pengawasan terhadap manajemen mengenai kinerja dan pencapaian target
yang telah ditetapkan bagi pemegang saham. Supaya prinsip akuntabilits ini efektif, maka
harus dijaga independensinya dari pengaruh manajemen. Campur tangan dalam
manajemen perseroan yang melanggar hukum harus ditanggulangi dengan cara
meningkatkan keterbukaan perseroan dan akuntabilitas manajemen perseroan, serta pada
akhirnya harus diselesaikan melalui proses hukum yang berlaku. Pemegang saham
minoritas juga mempunyai tanggungjawab yang serupa, yaitu mereka tidak boleh
menyalahgunakan hak mereka menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dewan komisaris harus dapat melaksanakan pertimbangan yang objektif tentang urusan
perusahaan secara independen, khususnya terhadap manajemen.
Perusahaan seharusnya mendefiniskan fungsi, hak, tanggungjawab, dan kewajiban
masing-masing organ perusahaan serta mengomunikasikan hal tersebut kepada setiap
pihak berkepentingan. Setiap keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan harus
jelas aspek akuntabilitasnya. Perusahaan menerapkan prinsip akuntabilitas sebagai salah
satu cara untuk mengatasi persoalan yang timbul karena adanya pembagian tugas
(division of authority) antar organ perusahaan serta mengurangi dampak agency problem
yang timbul akibat perbedaan kepentingan antara manajemen, pemegang saham dan
pemangku kepentingan. Tiga tingkatan akuntabilitas, yaitu :
1) Akuntabilitas Individual
2) Akuntabilitas Tim
3) Akuntabilitas Korporasi
c. Prinsip Responsibilitas
Perusahaan memastikan pengelolaan perusahaan dengan mematuhi peraturan
perundang-undangan serta ketentuan yang berlaku sebagai cermin tanggung jawab
korporasi sebagai warga korporasi yang baik. Perusahaan selalu mengupayakan
kemitraan dengan semua pemangku kepentingan dalam batas-batas peraturan perundang-
undangan dan etika bisnis yang sehat. Pertanggungjawaban ini setidaknya mencakup
dimensi :
1) Ekonomi
Diwujudkan dalam bentuk pemberian keuntungan ekonomis bagi pemangku kepentingan,
2) Hukum
Diwujudkan dalam bentuk kepatuhan terhadap hukum dan peraturan-peraturan yang
berlaku,
3) Moral
Diwujudkan dalam bentuk pertanggungjawaban tersebut dapat dirasakan secara
menyeluruh dan adil bagi semua pemangku kepentingan,
4) Sosial
Diwujudkan dalam bentuk Corporate Sosial Responsibility (CSR) sebagai wujud
kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat dan kelestarian alam di lingkungan
perusahaan,
5) Spiritual
Diwujudkan dalam bentuk sejauh mana tindakan manajemen telah mampu mewujudkan
aktualisasi diri atau telah dirasakan sebagai bagian dari ibadah sesuai dengan ajaran
agama yang diyakininya.
d. Prinsip Independensi
Suatu keadaan dimana para pengelola dalam mengambil suatu keputusan bersifat
profesional, mandiri, bebas dari konflik kepentingan, bebas dari tekanan serta pengaruh
dari pihak manapun yang bertentangan dengan perundangan yang berlaku dan prinsip
pengelolaan yang sehat.
e. Prinsip Kesetaraan
Kesetaraan (Fairness) mengandung makna bahwa terdapat perlakuan yang sama terhadap
semua pemegang saham, termasuk investor asing dan pemegang saham minortitas, yaitu
semua pemegang saham dengan kelas yang sama harus mendapat perlakuan yang sama
pula, sesuai ketentuan berikut.
1) Di kelas manapun, semua pemegang saham harus memiliki hak suara yang sama. Semua
investor harus dapat memperoleh informasi tentang hak suara yang melekat pada semua
kelas saham sebelum mereka membelinya. Setiap perubahan dalam hak-hak suara harus
mendapat persetujuan pemegang saham
2) Suara harus disampaikan oleh para custodian atau homiones dengan cara yang disetujui
oleh pemilik saham.
3) Proses dan prosedur RUPS harus memungkinkan pelakuan yang sama terhadap
pemegang saham. Prosedur perusahaan tidak boleh mempersulit atau membutuhkan
biaya mahal untuk menyampaikan suara.
4) Transaski orag dalam (insider trading) dan penyalahgunaan wewenang untuk
kepentingan orang dalam sendiri harus dilarang.
5) Anggota dewan komisaris dan direksi serta para manajer harus mengungkapkan setiap
kepentingan yang bersifat hutang atas transaksi atau hak-hak yang berpengaruh terhadap
perusahaan.
Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) tahun 1999
dalam melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik, ada beberapa manfaat penerapan Good
Corporate Governance, yaitu:
BAB III
KESIMPULAN
Corporate Governance adalah sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit, hubungan
antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi yang bertujuan untuk mencapai
bisnis yang menguntungkan, efisien, dan efektif dalam mengelola resiko dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan kepentingan stakeholders.
Konsep good corporate governance muncul karena adanya pemisahan kepemilikan
dalam suatu perusahaan (Berle dan Means, 1932). Pemisahan kepemilikan ini dapat
memunculkan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen (agency problem). Oleh karena itu,
perlu suatu mekanisme yang dapat menyelaraskan (alignment) berbagai kepentingan tersebut.
Dalam hubungan ini, baik kalangan akademisi maupun praktisi bisnis meyakini bahwa dengan
pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance) dapat mengatasi konflik
kepentingan antara prinsipal dan agen (agency problem). Good Corporate Governance (GCG)
diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan
peraturan perundang-undangan (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006)
Prinsip Corporate governance Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep.
117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance, dikemukakan bahwa
prinsip-prinsip Good Corporate Governance meliputi:
a. Transparansi
b. Kemandirian
c. Akuntabilitas
d. Pertanggungjawaban
e. Kewajaran
DAFTAR PUSTAKA
Aldridge, John.E, dan Siswanto Sutojo .2008. Good Corporate Governance. Jakarta : PT. Damar
Mulia Pustaka.
FCGI . 2001. Seri Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance), Edisi ke-2 Jakarta.
Effendi, M.A. 2018. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi. Edisi
II, Cetakan ke-4. Jakarta : Salemba Empat
La Porta, R., F. Lopez-de-Silanes, A. Shleifer, dan R.W. Vishny. 2000. Investor protection and
corporate governance. Journal of Financial Economics 58: 3- 27.
Maksum, A. (2005), Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia. Harian Waspada,
19 Februari.
Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. SNAX Makasar.
Wulandari, E.R. dan A.R. Rahman. 2004. Political patronage, cross-holdings and corporate
governance di Indonesia. In The Governance of East Asian Corporations: Post Asian
Financial Crisis. Edited by Ferdinand A. Gul dan Judy S.L. Tsui. Palgrave Macmillan.