Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN PADA

PASIEN DENGAN PNEUMONIA


I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian
Beberapa pengertian pneumonia sebagai berikut.
 Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering menyebabkan
kematian di Amerika Serikat. Dengan pria menduduki peringkat ke-empat dan wanita
peringkat ke-lima sebagai akibat hospitalisasi. Penyakit ini juga diobati secara luas
dibagian rawat jalan (Brunner dan Suddarth, 2002)
 Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis
batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA)
semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut
pneumonia (Depkes RI, 2006).
 Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya disebabkan
oleh bakteri-bakteri, virus-virus, jamur atau parasit, dan kimia atau bahkan cedera fisik
ke paru-paru. Radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri biasanya diakibatkan oleh
bakteri streptococcus dan mycoplasma pneumoniae. Pneumonia ditandai dengan radang
paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan
adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda
asing. Gejala yang berhubungan dengan radang paru-paru termasuk batuk, sakit dada,
demam dan kesulitan bernapas. Kantong-kantong udara dalam paru yang disebut alveoli
yang secara mikroskopis merupakan kantung berisi udara di paru-paru bertanggung
jawab untuk menyerap oksigen, pada keadaan radang akan dipenuhi nanah dan cairan
sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat
sel-sel tubuh tidak bisa bekerja (News Medical, 2012).
(a) (b)
Gambar 1. (a) Foto sinar-X yang menampilkan paru-paru pengidap radang paru-paru, (b)
Peradangan Pada Alveoli (Google image, 2012)

 Jadi Pneumonia adalah infeksi akut pada paru-paru yang disebabkan oleh masuknya
kuman atau bakteri ditandai oleh batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat
ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.

B. Etiologi
Pada umumnya Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat disebabkan oleh
bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa
(Jeremy, 2007).
 Bakteri
Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri ini bisa menyerang siapa saja. Bakteri
penyebab pneumonia paling umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di
kerongkongan manusia sehat. Dimana bila pertahanan tubuh menurun, bakteri segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan
panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat cepat
 Virus
Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV).
Pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu
singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa
berat dan kadang menyebabkan kematian.
 Jamur:
Jamur penyebab infeksi seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara
yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta
kompos. Beberapa jenis jamur yang biasa menginfeksi yaitu Candidiasis,
Blastomycosis, Cryptococcosis, Histoplasmosis, Coccidioidomycosis.
 Aspirasi:
Makanan, cairan, muntah.
 Inhalasi:
Racun atau bahan kimia (Polivinilpirolidin, Gumma Arabikum, Berillium, Uap air
raksa), rokok, debu dan gas
 Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada
manusia dan tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki
karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan
tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, paling sering pada anak pria
remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak
diobati
 Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia
pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat
lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam
hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru
atau spesimen yang berasal dari paru.

C. Patologi / patofisiologi terjadinya penyakit


Bakteri penyebab pneumonia ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut
dan tenggorokkan, menembus jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh darah
mengikuti aliran darah sampai ke paru-paru bahkan hingga selaput otak. Akibatnya
timbul timbul peradangan pada paru dan daerah selaput otak. Lokasi invasi dapat
mengenai satu atau kedua paru. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret,
sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran
kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli,
fibrosis, emfisema dan atelektasis. Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan
jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi
paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk
melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga
paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan
frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan
kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi
dapat digambarkan pada skema proses

D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pneumonia tergantung pada berat ringannya penyakit, gejalanya
secara umum adalah sebagai berikut:
 Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu
makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare, kadang-kadang
ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
 Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk (nonproduktif / produktif), sesak napas, retraksi
dada, napas cepat/takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih/grunting, dan
sianosis.
WHO telah menggunakan penghitungan frekuensi napas per menit berdasarkan golongan
umur sebagai salah satu pedoman untuk memudahkan diagnosa Pneumonia. Napas cepat/
takipnea, bila frekuensi napas:
 umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
 umur 2-11 bulan : ≥ 50 kali/menit
 umur 1-5 tahun : ≥ 40 kali/menit
 umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit
E. Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi Pneumonia Neonatal dapat dibagi menjadi :
a. Intrapartum pneumonia
1) Pneumonia Intrapartum diperoleh selama perjalanan melalui jalan lahir.
2) Intrapartum pneumonia dapat diperoleh melalui transmisi hematogenous, atau
aspirasi dari ibu yang terinfeksi, atau terkontaminasi cairan atau dari mekanik,
atau gangguan iskemik dari permukaan mukosa yang telah baru saja dijajah
dengan ibu invasif organisme yang sesuai potensi dan virulensinya.
3) Bayi yang aspirasi benda asing, seperti mekonium atau darah, dapat mewujudkan
tanda-tanda paru segera setelah atau sangat segera setelah lahir.
4) Proses infeksi sering memiliki periode beberapa jam sebelum invasi yang
memadai, replikasi, dan respon inflamasi telah terjadi menyebabkan tanda-tanda
klinis.
b. Pneumonia pascalahir
1) Pasca kelahiran pneumonia dalam 24 jam pertama kehidupan berasal setelah bayi
lahir.
2) Pasca kelahiran radang paru-paru dapat diakibatkan dari beberapa proses yang
sama seperti yang dijelaskan di atas, tetapi infeksi terjadi setelah proses kelahiran.
3) Yang sering menggunakan antibiotik spektrum luas yang dihadapi dalam banyak
pelayanan obstetri dan bayi baru lahir unit perawatan intensif (NICU) sering
mengakibatkan kecenderungan dari bayi untuk kolonisasi oleh organisme resisten
pathogenicity yang tidak biasa. Terapi invasif yang diperlukan dalam oleh bayi
sering menyebabkan mikroba masuk ke dalam struktur yang biasanya tidak mudah
diakses.
4) Enteral menyusui dapat mengakibatkan peristiwa aspirasi peradangan signifikan
potensial. Selang makanan mungkin lebih lanjut dapat mempengaruhi
gastroesophageal reflux dan aspirasi pada bayi.

Klasifikasi pneumonia berdasarkan umur


a. Kelompok umur < 2 bulan
o Pneumonia berat
Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika sebelumnya
menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun,
stridor pada anak yang tenang, mengi, demam (38ºC atau lebih) atau suhu tubuh
yang rendah (di bawah 35,5 ºC), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit,
penarikan dinding dada berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea,
distensi abdomen dan abdomen tegang.
o Bukan pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan tidak
terdapat tanda pneumonia seperti di atas.
b. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun
o Pneumonia sangat berat
Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak dapat
minum, adanya
penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.
o Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak disertai
sianosis sentral dan dapat minum.
o Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan dinding dada.
o Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding
dada.
o Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati selama 10-
14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya
terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam
ringan (WHO, 2003).

F. Pemeriksaan Fisik
Tergantung luas lesi paru
 Inspeksi : wajah terlihat pucat, lemas, banyak keringat, sesak, Adanya PCH, Adanya
tachipne, dyspnea, Sianosis sirkumoral, Distensi abdomen, Batuk : Non produktif –
produktif, Nyeri dada
 Palpasi : denyut nadi meningkat, turgor kulit menurun, Fremitus raba meningkat disisi
yang sakit, Hati mungkin membesar
 Auslkutasi : terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, takikardia.
 Perkusi : pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.
Pemeriksaan fisik yang lainnya :
 Breathing
Frekuensi napas cepat dan dangkal, gerakan dinding toraks dapat berkurang pada
daerah yang terkena, perkusi normal atau redup, retraksi sternum dan intercostal space.
Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas utama melemah atau
mengeras, suara nafas tambahan berupa ronkhi basah halus di lapangan paru yang
terkena, kadang disertai dengan sputum.
 Blood
Denyut nadi perifer melemah, tekanan darah biasanya normal, batas jantung tidak
mengalami pergeseran, akral dingin, sianosis, kulit pucat, icterus, CRT memanjang (>3
det).
 Brain
Klien dengan pneumonia berat biasanya mengalami penurunan kesadaran, didapatkan
sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Perlu dikaji tingkat kesadaran,
besar dan reflek pupil terhadap cahaya
 Bladder
Pengukuran volume output dan intake cairan, oleh karena itu perawat perlu memonitor
adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok. Dikaji pula
kelainan pada genetalia dan pola eliminasi urine.
 Bowel
Dikaji apakah ada distensi pada abdomen, bising usus, bagaimana pola eliminasi alvi,
adakah kelainan pada anus.
 Bone
Didapatkan kelemahan dan kelelahan secara fisik, dikaji pula adakah kelainan pada
tulang yang kemungkinan karena trauma persalinan atau kongenital, bagaimana ATR
(activity tonus respon).

G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doenges (1999 : 165) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosa pneumonia antara lain :
 Sinar X: Mengidentifikasi distribusi struktural (misal lobar, bronkial); dapat juga
menyatakan abses luas/ infiltrat, empiema (Staphylococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/ perluasan infiltrat nodul (lebih sering
virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
 Arteri Gas Darah (AGD) untuk pemeriksaan kebutuhan suplemen oksigen.
 GDS/ Oksimetri : Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
 Pemeriksaan gram/ Kultur sputum dan darah : Dapat diambil dengan biopsi
jarum,aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru
untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari satu tipe oeganisme yang ada;
bakteri yang umum meliputi Diplocoocus Pneumonia, Staphylococcus Aureus, A-
hemolitik Streptococcus, Haemophylus Influenza; CMV.
Catatan: Kultur sputum dapat tak mengidentifikasi semua organisme yang ada. Kultur
darah dapat menunjukkan bakterimia sementara.
 JDL : Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya
pneumonia bacterial.
 Pemeriksaan Serologi, misal titer virus atau legiolla, agglutinin dingin : Membantu
dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
 LED : Meningkat.
 Pemeriksaan fungsi paru : Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun. Mungkin terjadi
perembesan (hipoksemia).
 Elektrolit : Natrium dan klorida mungkin rendah.
 Bilirubin : Mungkin meningkat.
 Aspirasi perkutan/ biopsi jaringan paru terbuka : Dapat menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan Sitoplasma (CMV); karakteristik sel raksasa (rubeola).

H. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa:
 Diagnosis etiologik pneumonia sangat sulit untuk dilakukan sehingga pemberian
antibiotik dilakukan secara empirik sesuai dengan pola kuman tersering yaitu
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Pemberian antibiotik sesuai
dengan kelompok umur. Untuk bayi di bawah 3 bulan diberikan golongan penisillin
dan aminoglikosida. Untuk umur >3 bulan, ampisilin dipadu dengan kloramfenikol
merupakan obat pilihan pertama. Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema,
antibiotik pilihan adalah golongan sefalosporin.
 Bila anak disertai demam (≥ 39º C) yang tampaknya menyebabkan distress, berikan
parasetamol.
 Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronchodilator kerja cepat, dengan salah satu
cara berikut:
- Salbutamol nebulisasi.

- Salbutamol dengan MDI (metered dose inhaler) dengan spacer.

- Jika kedua cara tidak tersedia, beri suntikan epinefrin (adrenalin)secara


subkutan.
b. Suportif:
 Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan
pemeriksaan AGD.
 Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental.
 Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya dengan clapping dan vibrasi.
 Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap
pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral.
 Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.
 Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila
terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy
distress dan respiratory arrest.
 Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat. Cairan rumatan yang diberikan
mengandung gula dan elektrolit yang cukup. Jumlah cairan sesuai berat badan,
kenaikan suhu dan status hidrasi. Pasien yang mengala sesak yang berat dapat
dipuasakan, tetapi bila sesak sudah berkurang asupan oran segera diberikan.
Pemberian asupan oral diberikan bertahap melalui NGT (selang nasogastric) drip
susu atau makanan cair. Dapat dibernarkan pemberian retriksi cairan 2/3 dari
kebutuhan rumatan, untuk mencegah edema paru dan edema otak akibat SIADH
(Syndrome of Inappropriate Anti Diuretic Hormone).
 Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal untuk
memperbaiki transport mukosiliar
 Koreksi kelainan elektrolit atau metabolic yang terjadi midalnya hipoglikemia,
asidosis metabolic
 Mengatasi penyakit penyerta seperti kejang demam, diare dan lainnya serta
komplikasi bila ada.

c. Standart penatalaksanaan Pneumonia Dari DEPKES RI:


 Beri antibiotic oral sesuai indikasi Untuk semua klasifikasi yang membutuhkan
antibiotic yang sesuai.
 Antibiotic pilihan pertama: kotrimoksazol (trimetoprim+sulfametoksazol)
 Antibiotic pilihan kedua: amoksilin
 Umur atau berat badan kotrimoksazol. Beri 2 kali sehari selama 5 hari
 Amoksisilin, beri 3 kali sehari selamam 5 hari
Tablet dewasa
o 480 mg Tablet anak
o 120 mg Sirup/ 5 ml
o 240 mg Sirup 125 mg per 5 ml
o 2 – 4 bulan
o (4 – < 6 kg) ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
o 4 – 12 bulan
o (6 – < 10 kg) ½ 2 5 ml 5 ml
o 12 bulan – 5 tahun
o (10 – < 19 kg) ¾ atau 1 3 7,5 ml 10 ml

 Beri antibiotic intramuscular


Untuk anak yang harus segera dirujuk tetapi tidak dapat menelan obat oral, beri
dosis (IM) kloramfenikol dan atau ampisilin dan rujuk segera. Jika rujukan tidak
memungkinkan ulangi suntikan kloramfenikol setiap 12 jam selama 5 hari dan
atau ampisilin setiap 6 ham selama 5 hari. Kemudian ganti dengan antibiotic yang
sesuai, untuk melengkapi 10 hari pengobatan.

I. Perawatan Di Rumah
Nasehat untuk ibu tentang cara perawatan dirumah (untuk anak 2 bulan – > 5 tahun)
1) Pemberian makanan:
 Berilah makanan secukupnya selama anak sakit
 Tambahlan jumlah makanan setelah sembuh
 Bersihkan hidung agar tidak mengganggu peberian makanan
2) Pemberian cairan:
 Berilah minuman lebih banyak
 Tingkatkan pemberian ASI
3) Pemberian obat pereda batuk
 Berikan ramuan yang aman dan sederhana
4) Pada anak bukan pneumonia perhatikan apabila timbul tanda pneumonia,
bawalah kembali kepda petugas kesehatan, bila:
Napas menjadi sesak, Napas menjadi cepat, Anak tidak mampu minum dan
Sakit lebih parah.
5) Pengobatan demam
 Demam tinggi lebih dari 38.50C
 Berilah parasetamol
 Nasehati ibu agar memberi cairan lebih banyak
 Dosis parasetamol: tablet 500 mg pemberian tiap 6 jam selama 2 hari
J. Komplikasi
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis
purulenta, pneumotoraks atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis prulenta.
Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri,
curiga ke arah ini apabila terdapat demam persisten meskipun sedang diberi antibiotik,
ditemukan tanda klinis dan gambaran foto dada yang mendukung yaitu adanya cairan
pada satu atau kedua sisi dada.
Pada pneumonia komplikasi miokarditis (tekanan sistolik kanan meningkat,
kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia
anak berusia 2-24 bulan. Oleh karena miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka
dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG,
ekokardiografi, dan pemeriksaan enzim.
Otitis media akut (OMA) terjadi bila pneumonia tidak diobati, maka sputum yang
berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara
ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan
tertarik ke dalam dan timbul efusi.

K. Prognosis
Dengan terapi adekuat, mortalitas kurang dari 1%. Tergantung pada umur anak,
beratnya penyaklit dan penyulit yang menyertai seperti:
 Apneu yang berkepanjangan
 Asidosis respiratorik berat yang tidak terkompensasi
 Dehidrasi berat yang tidak segera ditanggulangi
 Disertai dengan kelainan lain seperti penyakit jantung congenital, cystic fibrosis
pancreas dan immunodefisiensi.
L. Pencegahan
Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau keluarga
terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh kebersihan di
dalam dan di luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan untuk menghindari terjadinya
penyakit pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya
penyakit pneumonia :
a) Perawatan selama masa kehamilan
Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi ibu selama
kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi kesehatan ibu dan
pertumbuhan janin dalam kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal yang
memungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan.
b) Perbaikan gizi balita
Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena malnutrisi,
sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal sampai umur 2
tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi serta mengandung
faktor-faktor antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan dan ketahanan
terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara
ekslusif lebih tahan infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.
c) Memberikan imunisasi lengkap pada anak
Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi yang
memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi DPT
(Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4
bulan.
d) Memeriksakan anak sedini mungkin apabila terserang batuk.
Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk
mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai dengan
napas cepat/sesak napas.
e) Pada anak bukan pneumonia perhatikan apabila timbul tanda pneumonia, bawalah
kembali kepda petugas kesehatan, bila:
- Napas menjadi sesak
- Napas menjadi scepat
- Anak tidak mampu minum
- Sakit lebih parah
f) Mengurangi polusi di dalam dan di luar rumah
Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan dengan
cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa balita ke dapur serta membuat
lubang ventilasi yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca
panas, cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang
memberi kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.
g) Menjauhkan balita dari penderita batuk.
Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran pernapasan,
karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk. Udara napas
seperti batuk dan bersin-bersin dapat menularkan pneumonia pada orang lain. Karena
bentuk penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah.
Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran napas yang
berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita salesma (radang selaput lendir
pada hidung), tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi)
d. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan)
f. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : - sputum: merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
g. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
Pengkajian Keperawatan menurut Betz & Sowden, 2004 yaitu:
a. Kaji kepatenan jalan napas
b. Kaji adanya tanda-tanda gawat pernapasan dan respons terhadap terapi oksigen.
Pantau nilai saturasi oksigen
c. Kaji tanda-tanda dehidrasi.
d. Kaji respons anak terhadap pengobatan
e. Kaji kemampuan keluarga untuk mengelola program pengobatan di rumah.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar
kapiler ditandai dengan gas darah arteri abnormal, pernafasan abnormal
(frekuensi, ritme, kedalaman), sianosis, dan iritabilitas
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan terdapat sekret di
dalam bronkus (obsturuksi akibat kelebihan sekret) ditandai dengan kelebihan
sekret dan batuk yang tidak efektif
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan
dyspnea, pernafasan bibir dan enggunaan otot aksesoris pernafasan
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen ke jaringan ditandai dengan perubahan warna kulit (sianosis).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
dengan oksigen yang dibutuhkan ditandai dengan kelemahan dan hipoksemia
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan melaporkan
nyeri secara verbal.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan pernafasan ditandai dengan
perubahan pola tidur normal
7. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme ditandai
peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
8. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan penurunan turgor kulit, membran mukosa kulit, peningkatan suhu tubuh,
dan kelemahan
9. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis dan metabolisme tubuh meningkat ditandai dengan kurangnya
intake makanan dan terjadi penurunan berat badan.
10. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi ditandai
dengan keluarga tidak mengetahui penanganan dan penjelasan tentang penyakit
yang dialami klien
11. Risiko infeksi berhubungan ditandai dengan imunitas didapat tidak adekuat
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Terlampir
F. Pathway Pneumonia

Kuman dari flora normal vagina


Kuman (bakteri, virus) Lingkungan, factor ASI, Inhalasi mikroba, jamur
kelahiran prematur melalui udara, aspirasi

Masuk ke chorionic plate


Masuk melalui plasenta
Melalui saluran nafas
menyebar ke paru-paru
Aspirasi
Secara hematogen masuk
ke paru-paru
PNEUMONIA
Reaksi inflamasi yg hebat WBC, leukosit ↑ Masuk ke paru
Penularan ke orang lain Kuman keluar ke di saluran nafas bawah
melalui droplet udara bebas (bronkiolus-alveolus)

Produksi Rangsangan batuk Kurangnya pengetahuan Fibrosus & pelebaran


sekret mengenai penyakit

Atelektaksis
Gg. ventilasi Nyeri pleuritik O2 ke jaringan
Akumulasi
DEFISIENSI
sekret
PENGETAHUAN
Gg. difusi
Frekuensi nafas NYERI AKUT sianosis

Obstruksi jalan
nafas Gg. PERTUKARAN GAS
Perangsangan system
Gg. PERFUSI
aktivasi retikulotis
JARINGAN
Tubuh mengalami PERIFER
BERSIHAN JALAN
keletihan
NAPAS TIDAK
EFEKTIF Susah u/ tidur Gg. POLA TIDUR
INTOLERANSI AKTIVITAS

Stimulasi chemoreseptor
RISIKO INFEKSI hipotalamus

Kebutuhan O2 meningkat
Metabolisme meningkat Evaporasi meningkat namun CO2 gagal dikeluarkan
Reaksi peningkatan
panas tubuh

Lemak dipecah & nutrisi tidak Penurunan cairan tubuh


Peningkatan frekuensi nafas
adekuat
HIPERTERMI

KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KLEKURANGAN VLUME


KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH CAIRAN KETIDAKEFEKTIFAN
POLA NAPAS
3.Intervensi

No. DIAGNOSA Kriteria Hasil/NOC Intervensi/NIC Rasional


1. Ketidakefektif Setelah diberikan asuhan NIC Label : Airway management Airway management
an bersihan keperawatan selama 3x 24 jam, 1. Kaji TTV klien, catat jika ada perubahan. 1. Mengetahui adanya perubahan
jalan nafas diharapkan bersihan jalan nafas 2. Posisikan klien pada posisi yang kondisi
berhubungan kembali efektif dengan kriteria memaksimalkan potensi pertukaran udara 2. Memaksimalkan pertukaran
dengan hasil: (posisi semi fowler) udara
terdapat 3. Lakukan terapi fisik dada sesuai kebutuhan. 3. Melancarkan sirkulasi
NOC Label : respiratory status
sekret di 4. Bersihkan sekresi dengan dorongan batuk 4. Membersihkan jalan nafas
: ventilation
dalam bronkus atau suctioning 5. Mengetahui status oksigenasi
(obsturuksi 1. Laju pernapasan klien 5. Monitor status respirasi dan oksigenasi klien 6. Mengetahui kebutuhan
akibat dalam rentang normal 6. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat oksigenasi pada pasien
kelebihan (skala 5) jalan napas buatan 7. Mengetahui adanya suara nafas
sekret) 2. Irama pernapasan dalam 7. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
ditandai rentang normal (skala 5) tambahan
dengan 3. Kedalaman inspirasi dalam NIC Label : Airway suction Airway suction
kelebihan rentang normal (skala 5) 1. Membersihkan jalan nafas
1. Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning
sekret dan 4. Klien tidak menggunakan 2. Mengetahui adanya suara nafas
2. Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah
batuk yang otot bantu pernapasan tambahan
suctioning
tidak efektif (skala 5) 3. Memberikan kenyamanan pada
3. Informasikan pada klien dan keluarga
pasien dan keluarga
tentang suctioning
4. Mencegah infeksi
NOC Label : respiratory 4. Anjurkan alat yang steril setiap melakukan 5. Mengetahui status oksigenasi
status : airway patency tindakan
5. Monitor status oksigen klien
- Klien mampu
mengeluarkan secret
(level 5)

2. Gangguan Setelah diberikan asuhan Airway Management Airway Management


pertukaran gas keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan 1. Memberikan jalan nafas yang
berhubungan diharapkan status pertukaran gas ventilasi udara adekuat
dengan klien normal dengan kriteria 2. Lakukan terpai fisik dada, sesuai 2. Melancarkan aluran udara
perubahan hasil: kebutuhan 3. Memberikan jalan nafas yang
membran Respiratory Status 3. Keluarkan secret dengan melakukan adekuat
alveolar  Respiration rate dalam batuk efektif atau dengan melakukan 4. Mengetahui perkembangan
kapiler rentang normal mencapai suctioning pasein
ditandai skala 5 (no deviation from 4. Catat dan monitor pelan, dalamnya 5. Memberikan jalan nafas yang
dengan gas normal range). pernapasan dan batuk adekuat
darah arteri  Ritme pernapasan dalam 5. Berikan treatment aerosol, sesuai 6. Memberikan kebutuhan
abnormal, keadaan normal mencapai kebutuhan oksigenasi
pernafasan skala 5 (no deviation from 6. Berikan terapi oksigen, sesuai keebutuhan 7. Menjaga keseimbangan
abnormal normal range). 7. Regulasi intake cairan untuk mencapai cairan
(frekuensi,  Auscultasi suara napas tidak keseimbangan cairan 8. Mengetahui status oksigenasi
ritme, menunjukkan keabnormalan 8. Monitor status respiratory dan oksigenasi pasien
kedalaman), mencapai skala 5 (no Respiratory Monitoring Respiratory Monitoring
sianosis, dan deviation from normal 1. Monitor frekuensi, ritme, kedalaman 1. Mengetahui kondisi pasien
iritabilitas range). pernapasan. 2. Mengetahui adanya suara
 Saturation oxygen dalam 2. Monitor adanya suara abnormal/noisy nafas tambahan
rentang normal mencapai pada pernapasan seperti snoring atau 3. Mengetahui kebutuhan
skala 5 (no deviation from crowing. oksigenasi
normal range). 3. Kaji keperluan suctioning dengan 4. Mengetahui kebutuhan
 Tanda-tanda sianosis melakukan auskultasi untuk mendeteksi oksigenasi
mencapai skala 5 (none) adanya crackles dan rhonchi di sepanjang
 Klien tidak mengalami jalan napas.
somnolen mencapai skala 5 4. Catat onset, karakteristik dan durasi
(none). batuk.
Respiratory Status : Gas
Exchange
 Tekanan parsial oksigen
dalam darah arteri PaO2
dalam rentang normal
mencapai skala 5 (no
deviation from normal
range).
 Tekanan parsial
karbondioksida dalam darah
arteri PaCO2 dalam rentang
normal mencapai skala 5
(no deviation from normal
range).
 PH darah arteri dalam
rentang normal mencapai
skala 5 (no deviation from
normal range).
 Saturation oxygen dalam
rentang normal mencapai
skala 5 (no deviation from
normal range).
 Tanda-tanda sianosis
mencapai skala 5 (none)
 Klien tidak mengalami
somnolen mencapai skala 5
(none).
Tissue Perfusion : Peripheral
 Capitary refill pada jari-jari
dalam rentang normal
mencapai skala 5 (no
deviation from normal
range).
 Temperature kulit
ekstremitas mencapai skala 5
(no deviation from normal
range).
3. Kekurangan Setelah dilakukan asuhan Fluid Management Fluid Management
volume cairan keperawatan selama 3 x 24 jam,
1. Pantau input dan output yang sesuai 1. Mengetahui terapi selanjutnya
berhubungan diharapkan status hidrasi klien
2. Pantau status hidrasi klien 2. Mengetahui terapi selanjutnya
dengan baik dengan kriteria hasil :
3. Pantau hasil laboratorium retensi cairan 3. Mengetahui kondisi pasien
kehilangan
NOC Label : Fluid Balance yang relevan 4. Mengetahui kondisi pasien
cairan aktif
4. Pantau tanda-tanda vital 5. Mengetahui kondisi pasien
ditandai  Tekanan darah normal
5. Pantau indikasi cairan overload / retensi 6. Mengetahui balance cairan
dengan (skala 5)
yang sesuai 7. Meningkatkan nafsu makan
penurunan  Intake dan output selama
6. Pantau makanan / cairan yang masuk dan 8. Meningkatkan nutrisi
turgor kulit, 24 jam seimbang (skala
menghitung asupan kalori harian yang 9. Mengetahui status nitrisi pasien
membran 5)
sesuai
mukosa kulit,  Turgor kulit normal
7. Promosikan asupan oral yang sesuai
peningkatan (skala 5)
8. Berikan asupan cairan selama 24 jam
suhu tubuh,  Membran mukosa
sesuai ketentuan
dan kelemahan lembab (skala 5)
9. Pantau respon klien terhadap terapi
NOC Label : Hydration
elektrolit yang telah ditentukan
 Turgor kulit (skala 5)
 Membran mukosa
lembab (skala 5)
 Intake cairan (skala 5)
 Pengeluaran urine (skala
4. Hipertermia Setelah diberikan asuhan NIC : Vital Signs Monitoring Vital Signs Monitoring
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Observasi suhu, nadi, tekanan darah, 1. Mengetahui kondisi pasien
dengan diharapkan terjadinya penurunan pernafasan. 2. Menurunkan suhu tubuh
peningkatan suhu tubuh, dengan kriteria hasil 2. Beri kompres dengan air hangat (air biasa)
laju : 3. Meningkatkan evavorasi
pada daerah axila, lipat paha, temporal bila
metabolisme 4. Mengetahui statuss hyrasi
NOC : Thermoregulasi terjadi panas.
ditandai pasien
3. Anjurkan keluarga untuk memakaikan
peningkatan Vital Signs
pakaian yang dapat menyerap keringat seperti 5. Membantu menurunkan suhu
suhu tubuh di
1. Suhu tubuh 36 – 370C. katun. tubuh
atas kisaran
2. Tekanan darah, nadi dan 4. Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
normal.
RR dalam rentang normal. kelembaban membran mukosa)

3. Tidak ada perubahan warna 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

kulit dan membran mukosa obat anti piretik.

lembap. Temperatur Regulation


Temperatur Regulation
1. Meningkatkan evavorasi
1. Anjurkan penggunaan selimut hangat untuk pengantaran panas
menyesuaikan perubahan suhu tubuh
5. Risiko infeksi Setelah diberikan asuhan NIC LABEL: Infection Control Infection Control
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. membersihkan lingkungan setelah digunakan 1. Mencegah penyebaran kuman
dengan diharapkan tidak terjadi infeksi pasien 2. Menghindari infeksi
imunitas dengan kriteria hasil: 2. mengganti peralatan perawatan pasien sesuai 3. Mencegah penularan
didapat tidak Risk Control kebijakan institusi 4. Mencegah penularan
adekuat - Keluarga mengetahui 3. mengisolasi pasien-pasien yang terkena 5. Mencegah penularan
faktor resiko penyakit menular 6. Menghindari infeksi
- Keluarga 4. melakukan tindakan isolasi pencegahan yang 7. Menghindari infeksi
mengembangkan strategi disarankan, jika diperlukan 8. Mencegah penularan
yang efektif untuk 5. batasi pengunjung, jika diperlukan 9. Mencegah penularan
kontrol resiko 6. ajarkan cara cuci tangan untuk perawatan 10. Mencegah penularan
- Keluarga menunjukkan kesehatan pribadi 11. Mencegah penularan
pola hidup sehat 7. instruksikan pengunjung pasien untuk 12. Mencegah penularan
- Keluarga berpartisipasi mencuci tangan sebelum dan setelah 13. Meningkatkan antibody
dalam screening yang meninggalkan ruangan. 14. Meningkatkan antibody
berhubungan dengan 8. Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan 15. Mencegah infeksi
masalah kesehatan perawatan pada pasien 16. Mencegah penularan
- Keluarga ikut 9. Gunakan universal precaution
berpartisipasi dalam 10. Gunakan handscoon seperti yang disarankan
screening untuk oleh universal precaution
mengidentifikasi resiko 11. pakai pakaian bersih atau gaun jika
- Status kesehatan klien memegang bahan infeksius
baik 12. memelihara lingkungan aseptik yang optimal
NOC LABEL: Knowledge: 13. dorong untuk istirahat
Infection Management 14. administrasikan terapi antibiotik, jika
- Keluarga mengetahui diperlukan
cara yang mengurangi 15. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala
penularan infeksi infeksi dan kapan harus dilaporkan pada
- Mengetahui tanda dan tenaga kesehatan
gejala infeksi 16. Ajarkan keluarga bagaimana menghindari
- Keluarga mengetahui infeksi
pentingnya sanitasi
tangan
- Keluarga mengetahui
pengaruh praktek gizi
pada infeksi
- Keluarga dapat
mengetahui faktor yang
berpengaruh terhadap
respon kekebalan
6. Intoleransi Setelah diberikan asuhan Label NIC : Activity Therapy Activity Therapy
aktivitas keperawatan selama 3x24 jam, 1. Membantu memilih aktivitas yang sesuai 1. Mengetahui aktivitas pasien
berhubungan diharapkan aktivitas klien dengan kemampuan fisik, psikologi, dan 2. Mengetahui aktivitas yang
dengan kembali efektif dengan kriteria social. dapat dilakukan
ketidakseimba hasil : 2. Membantu untuk fokus pada apa yang pasien 3. Mengetahui aktivitas yang
ngan suplai dapat lakukan, bukan pada kekurangannya. dapat dilakukan
oksigen 1. Label NOC : Activity 3. Membantu mengidentifikasi dan memperoleh 4. Mengetahui aktivitas yang
dengan Tolerance sumber daya yang dibutuhkan untuk kegiatan dapat dilakukan
oksigen yang - Denyut nadi klien dalam batas yang diinginkan. 5. Memberikan aktivitas fisik
dibutuhkan normal 4. Membantu pasien dalam mengidentifikasi 6. Meningkatkan aktivitas fisik
ditandai - Saturasi oksigen saat preferensi untuk aktivitasnya.
dengan beraktivitas tidak terganggu 5. Membantu dengan aktivitas fisik secara
kelemahan dan - Frekuensi pernapasan klien teratur (misalnya ambulasi, transfer, berputar,
hipoksemia dalam batas normal dan perawatan pribadi) yang diperlukan
- Kekuatan tubuh bagian atas 6. Membantu pasien untuk mengembangkan
normal motivasi diri dan kekuatan diri.
- Kekuatan tubuh bagian bawah
normal Label NIC : Energy Management Energy Management
1. Menentukan keterbatasan fisik pasien. 1. Mengetahui aktivitas yang
2. Label NOC : Fatigue Level 2. Menentukan hal yang yang menyebabkan dapat dilakukan
- Nyeri pada otot dikatakan kelelahan. (misalnya perawatan, nyeri dan 2. Mengetahui aktivitas yang
berkurang dengan skala 5 medikasi) dapat dilakukan
- Nyeri tulang dikatakan 3. Memantau asupan nutrisi untuk memastikan 3. Mengetahui aktivitas yang
berkurang dengan skala 5 sumber daya energi yang memadai. dapat dilakukan
- Klien dapat beraktivitas sehari- 4. Memantau respon kardio-respirasi terhadap 4. Mengetahui aktivitas yang
hari secara normal dengan aktivitas (misalnya takikardi, disritmia, dapat dilakukan
skala 5 dispnea, diaphoresis, pucat, tekanan 5. Mengetahui aktivitas yang
- Kualitas istirahat klien baik hemodinamika, frekuensi pernapasan) dapat dilakukan
dengan skala 5 5. Mempromosikan istirahat atau pembatasan 6. Mengetahui aktivitas yang
- Kualitas tidur klien baik aktivitas (misalnya meningkatkan jumlah dapat dilakukan
dengan skala 5 waktu istirahat) kepada klien 7. Mengurangi kaku otot / atropi
3. Label NOC : Vital Signs 6. Mengatur kegiatan fisik klien untuk 8. Mengetahui aktivitas yang
- Suhu tubuh dalam batas mengurangi hambatan suplai oksigen ke dapat dilakukan
normal dengan skala 5 fungsi tubuh yang vital (misalnya 9. Mengetahui aktivitas yang
- Denyut jantung apical klien menghindari aktivitas segera setelah makan). dapat dilakukan
dalam batas normal 7. Menggunakan latihan ROM pasif dan atau
- Irama jantung klien dalam aktif untuk meredakan ketegangan otot.
batas normal 8. Merencanakan kegiatan ketika pasien
- Irama pernapasan klien dalam memiliki banyak energi.
batas normal 9. Mendorong pasien untuk memilih kegiatan
- Tekanan nadi klien dalam yang secara bertahap membangun ketahanan
batas normal tubuh.
- Kedalaman inspirasi klien
dalam batas normal

7. Defisiensi Setelah diberikan asuhan NIC Label : Health Education Health Education
pengetahuan keperawatan selama ... x 24 jam, 1. Identifikasi faktor internal dan eksternal 1. mengetahui kebutuhan
berhubungan pengetahuan keluarga dan pasien yang mungkin akan meningkatkan atau edukasi
dengan kurang meningkat dengan kriteria hasil: mengurangi motivasi untuk berperilaku 2. meningkatkan minat keluarga
pajanan NOC label Knowledge: health sehat terhadap edukasi yang
informasi promotion 2. Hindari penggunaan teknik mentakut-takuti diberikan
ditandai - Mengetahui perilaku dan sebagai strategi untuk memotivasi orang
dengan kebiasaan yang untuk merubah perilaku atau gaya hidup
keluarga tidak meningkatkan kesehatan kesehatan
mengetahui (skala5)
penanganan - Mengetahui manajemen NIC Label : Teaching : Disease process Teaching : Disease process
dan penjelasan pengobatan yang aman 1. kaji tingkat pengetahuan keluarga mengenai 1. mengetahui tingkat
tentang (skala 5) proses penyakit Pneumonia pengetahuan keluarga
penyakit yang NOC Label : knowledge : 2. jelaskan patofisiologi penyakit pneumonia 2. memberikan pengetahuian
dialami klien disease process dan bagaimana hubungannya pada anatomi mengenai pneumonia
- Keluarga mengetahui efek fisiologi, jika perlu 3. memberikan pengetahuian
dari penyakit Pneumonia 3. review pengetahuan keluarga mengenai mengenai pneumonia
(level 5) kondisi klien 4. memberikan pengetahuian
- Keluarga mengetahui factor 4. jelaskan tanda dan gejala penyakit kepada mengenai tanda gejala

yang menyebabkan dan keluarga 5. memberikan pengetahuian

menunjang terjadinya 5. jelaskan proses penyakit mengenai proses penyakit

Pneumonia (level 5) 6. identifikasi etiologi yang mungkin 6. memberikan pengetahuian

- Keluarga mengetahui tanda 7. jelaskan strategi untuk meminimalkan mengenai etiologi pneumonia

dan gejala dari penyakit progresifitas penyakit 7. memberikan pengetahuian

Pneumonia (level 5) 8. jelaskan strategi untuk mencegah penularan mengenai mencegah

- Keluarga mengetahui penyakit pneumonia

strategi untuk 9. sediakan informasi mengenai kondisi 8. memberikan pengetahuian

meminimalkan progesifitas pasien, jika perlu mengenai mencegah


kerja Pneumonia (level 5) 10. diskusikan perubahan gaya hidup yang pneumonia
diperlukan untuk mencegah komplikasi di 9. memberikan rasa nyaman
kemudian hari dan atau untuk mengontrol 10. memberikan pengetahuian
proses penyakit mengenai komplikasi
11. berikan informasi kepada keluarga pneumonia
mengenai progress pasien 11. memberi rasa nyaman
8. Ketidakseimba Setelah diberikan askep selama Label NIC: Nutrition Management Nutrition Management
ngan nutrisi: 3x 24 jam, diharapkan nutrisi
1. Mengkaji/menanyakan adanya riwayat 1. Mengetahui alergi
kurang dari klien adekuat dengan kriteria
alergi makanan 2. Mengetahui makanan
kebutuhan hasil:
2. Memastikan preferensi makanan klien kesukaan pasien
tubuh
Label NOC: Nutritional status 3. Memberikan asupan kalori yang sesuai 3. Menjaga nutrisi seimbang
berhubungan
 Intake nutrisi tercukupi untuk tipe tubuh dan gaya hidup klien 4. Menjaga nutrisi seimbang
dengan faktor
 Asupan makanan 4. Memberikan asupan kalori, protein, zat 5. Menjaga nutrisi seimbang
biologis dan
tercukupi besi, dan vitamin C, yang sesuai dengan 6. Menjaga nutrisi seimbang
metabolisme
 Asupan cairan tercukupi kebutuhan klien 7. Menjaga nutrisi seimbang
tubuh
 Energi adekuat 5. Memantau asupan zat gizi dan kalori 8. Menjaga nutrisi seimbang
meningkat
 Rasio Berat / tinggi klien
ditandai
badan seimbang 6. Mengkaji kemampuan klien untuk
dengan
memenuhi kebutuhan gizi
kurangnya  Kekuatan Tonus otot
7. Memberikan informasi yang tepat kepada
intake  Hidrasi adekuat
keluarga tentang kebutuhan zat gizi yang
makanan dan Label NOC: Nutritional
tepat dan sesuai untuk klien
terjadi Status : Food and fluid
penurunan intake 8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
berat badan.  Asupan makanan melalui menentukan jumlah kalori dan nutrisi ,
oral tercukupi serta jenis makanan yang sesuai dengan
 Asupan cairan melalui kebutuhan klien
oral tercukupi
 Asupan cairan intravena Nutrition Therapy
Label NIC :Nutrition Therapy
adekuat 1. Mengetahui status nutrisi

 Asupan nutrisi parenteral 1. Mengkaji kebutuhan nutrisi klien pasien

adekuat 2. Memonitor makanan/ asupan cairan dan 2. Menjaga nutrisi seimbang

Label NOC: Weight : Body kalori yang sesuai 3. Menjaga nutrisi seimbang

mass 3. Memantau diet sesuai kebutuhan nutrisi 4. Meningkatkan nafsu makan

 Berat badan sesuai sehari-hari 5. Meningkatkan nafsu makan


4. Sediakan atau Sajikan makanan dalam 6. Menjaga nutrisi seimbang
 Persentase lemak tubuh
tampilan yang menarik, 7. Menjaga nutrisi seimbang
seimbang
berikan sentuhan warna-warna yang
 Lingkar kepala persentil
menggugah selera makan, dan variasi
(anak) dalam batas
makanan yang beragam
normal
5. Lakukan Oral hygiene sebelum pasien
 Tinggi persentil (anak)
makan bila diperlukan
dalam batas normal
6. Mengajarkan kepada keluarga tentang
 Berat persentil (anak)
diet sesuai ketentuan
dalam batas normal
7. Memberikan catatan kepada keluarga
tentang contoh diet yang telah ditentukan.
9. Ketidakefektif Setelah dilakukan tindakan NIC LABEL: Oksigen terapy Oksigen terapy
an perfusi asuhan keperawatan selama
1. Pertahankan keadekuatan jalan nafas 1. Sirkulasi oksigen adekuat
jaringan 3x24 jam perfusi jaringan perifer
2. Monitor kebutuhan oksigen pasien 2. Mengetahui status oksigenasi
perifer klien baik dengan kriteria hasil:
3. Observasi tanda kekurangan saturasi 3. mencegah hipoventilasi
berhubungan
NOC: Circulation Status oksigen untuk mencegah hipoventilasi 4. mengetahui adanya sianosis
dengan
4. Monitor turgor kulit 5. mengetahui adanya sianosis
penurunan  Tekanan darah Sistolik
5. Monitor tanda keracunan oksigen
suplay oksigen normal
ke jaringan  Tekanan darah diastolik
Vital sign monitoring
ditandai normal NIC LABEL Vital sign monitoring
1. mengetahui tanda-tanda vital
dengan  Saturasi oksigen normal
1. Monitor perubahan tekanan darah, nadi, pasien
perubahan  PaO2 (tekanan parsial oksigen RR, dan suhu tubuh pasien. 2. mengetahui adanya
warna kulit didalam pembuluh darah 2. Monitor tekanan darah pasien setelah perubahan kondisi
( sianosis), arteri) normal diberikan pengobatan. 3. mengetahui adanya
CRT > 3 detik,  PaCO2 ( tekanan parsial 3. Monitor perubahan tanda-tanda vital perubahan kondisi
dan perubahan karbondioksida di pembuluh setelah pasien melakukan aktivitas sedang 4. mengetahui adanya
fungsi motorik darah arteri) klien normal 4. Monitor perubahan suhu tubuh klien bila perubahan kondisi
 Urin output normal terjadi hipertermia atau hipotermia. 5. mengetahui adanya
 Suhu kulit normal 5. Auskultasi irama jantung perubahan suara nafas
 CRT klien normal 6. Monitor abnormalnya sistem pernapasan 6. mengetahui adanya
pasien bila adanya Cheyne-stokes, perubahan suara nafas
NOC: Tissue Perfusion : kussmaul, biot, apneu, dan adanya 7. mengetahui adanya
Peripheral sianosis. perubahan sirkulasi
 Capillary refill pada jari-jari 7. Monitor warna kulit, suhu kulit, dan
tangan normal kelembapan kulit.
 Capillary refill pada jari-jari
kaki normal
 Suhu kulit pada ekstremitas
normal
 Kekuatan denyut nadi klien
normal
 Warna kulit klien normal

10. Gangguan Setelah diberikan asuhan NIC: Sleep Enhancement Sleep Enhancement
pola tidur keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Kaji pola tidur klien 1. mengetahui pola tidur
berhubungan diharapkan pola tidur klien tidak 2. Kaji keteraturan tidur klien/siklus bangun 2. mengetahui siklus tidur
dengan mengalami gangguan dengan tidur dalam perencanaan keperawatan 3. mengetahui pengaruh obat
gangguan kriteria hasil: 3. Kaji efek medikasi pada pasien dalam terhadap pola tidur
pernapasan pola tidurnya 4. mengetahui kondisi tanda
NOC Label: Sleep
ditandai 4. Monitor pola tidur klien, dan catat vital terhadap pola tidur
dengan  Durasi tidur klien normal keadaan fisik (apnea saat tidur, obstruksi 5. mengetahui kondisi tanda
perubahan  Pola tidur klien normal jalan nafas, nyeri, frekuensi urin) dan vital terhadap pola tidur
pola tidur  Kualitas tidur klien baik psikososial (ketakutan atau cemas) dan 6. memberi rasa nyaman
normal dan kondisi yang dapat mengganggu tidur 7. memberi rasa nyaman
keluarga  Efisiensi tidur klien normal 5. Pantau dan catat pola tidur klien dan 8. memperbaiki pola tidur
mengatakan  Klien dapat tidur malam jumlah waktu tidur klien 9. meningkatkatkan rasa kantuk
klien sering secara tetap 6. Modifikasi lingkungan klien 10. memperbaiki pola tidur
terjaga.  Klien dapat bangun pada (pencahayaan, keributan, suhu, tempat
waktu yang direncanakan. tidur) untuk meningkatkan tidur klien
7. Instruksikan pasien untuk melakukan
relaksasi otot atau kegiatan
nonfarmakologi sebelum tidur atau
sesudahnya
8. Anjurkan untuk meningkatkan jumlah
waktu tidur
9. Tambahkan terapi medikasi untuk
membantu tidur klien / siklus bangun
tidur
10. Diskusikan dengan pasien dan keluarga
mengenai tehnik istirahat

NIC: Positioning Positioning


1. Tempatkan klien pada tempat tidur/kasur 1. memberi rasa nyaman
yang sesuai dengan terapeutik. 2. memberikan rasa nyaman
2. Dorong klien untuk terlibat dalam 3. menghindari terjadinya apneu
melakukan perubahan posisi, sesuai 4. memberikan rasa nyaman
kebutuhan. 5. memberikan rasa nyaman
3. Monitor status oksigenasi klien sebelum 6. memberikan rasa nyaman
dan setelah dilakukan perubahan posisi 7. memberikan rasa nyaman
pada klien. 8. memberikan rasa nyaman
4. Gabungkan posisi tidur yang disukai
klien ke dalam rencana perawatan, bila
tidak terdapat kontraindikasi.
5. Posisikan dengan tepat keseimbangan
tubuh klien.
6. Posisikan klien untuk meringankan
dispnea (misal: semi-fowler).
7. Berikan posisi yang cocok untuk
mendukung ventilasi dan perfusi klien,
seperti yang dianjurkan.
8. Berikan posisi yang sesuai untuk
membantu posisi leher pada klien.
11. Ketidakefektif Setelah diberikan asuhan NIC Label : Airway Management Airway Management
an pola nafas keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan 1. Mengetahui adanya perubahan
berhubungan diharapkan pola nafas klien tidak ventilasi udara kondisi
dengan mengalami gangguan dengan 2. Lakukan terpai fisik dada, sesuai 2. Memaksimalkan pertukaran
hiperventilasi kriteria hasil: kebutuhan udara
ditandai NOC Label : 3. Catat dan monitor pelan, dalamnya 3. Melancarkan sirkulasi
dengan Respiratory Status: Airway pernapasan dan batuk 4. Membersihkan jalan nafas
dispnea, patency 4. Berikan treatment aerosol, sesuai 5. Mengetahui status oksigenasi
pernapasan Respiratory Status: kebutuhan 6. Mengetahui kebutuhan
bibir dan Ventilation 5. Berikan terapi oksigen, sesuai keebutuhan oksigenasi pada pasien
penggunaan Vital Signs 6. Regulasi intake cairan untuk mencapai 7. Mengetahui adanya suara nafas
otot aksesoris keseimbangan cairan tambahan
untuk  Frekuensi Pernapasan klien 7. Monitor status respiratory dan oksigenasi
bernapas normal
 Irama Pernapasan klien NIC Label: Respiratory Monitoring Respiratory Monitoring
normal 1. Monitor frekuensi, ritme, kedalaman 1. Mengetahui status respirasi
 Kedalaman Inspirasi normal pernapasan. 2. Mengetahui adanya suara nafas

 Klien tidak menggunaan otot 2. Monitor adanya suara abnormal/noisy pada tambahan

bantu napas pernapasan seperti snoring atau crowing. 3. Mengetahui status respirasi

 Tidak ada retraksi dinding 3. Catat onset, karakteristik dan durasi batuk.

dada
 Tekanan nadi klien normal Vital Signs Monitoring Vital Signs Monitoring
1. Monitor tekanan darah, nadi, temperature, 1. Mengetahui kondisi tubuh
 Tekanan darah klien normal
dan status respirasi, sesuai kebutuhan. pasien
 Suhu tubuh dan kulit klien
2. Monitor respiration rate dan ritme 2. Megetahui status respirasi
normal
(kedalaman dan simetris) 3. Mengetahui adanya suara
3. Monitor suara paru nafas tambahan
4. Monitor adanya abnormal status respirasi 4. Mengetahui adanya
(cheyne stokes, apnea, kussmaul) berubahan dinding dada
5. Monitor warna kulit, temperature dan 5. Mengetahui status perubahan
kelembapan. warna kulit
6. Monitor adanya sianosis pada central dan 6. Mengetahui adanya sianosis
perifer

12. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Label NIC : Pain Management Pain Management
berhubungan keperawatan selama 3 X 24 jam
1. Lakukan penilaian yang komprehensif 1. Mengeatahui karakteristik
dengan agen diharapkan nyeri klien
dari rasa sakit untuk  memasukkan lokasi, nyeri
cedera berkurang dengan criteria hasil :
karakteristik,  onset / durasi, frekuensi, 2. Mengetahui respon nyeri
biologis
Label NOC : pain level kualitas,  intensitas atau  keparahan nyeri,  3. Memberikan rasa nyaman
ditandai
dan faktor  pencetus 4. Memberikan rasa nyaman
dengan  Klien melaporkan adanya
2. Amati isyarat nonverbal ketidaknyamanan, te 5. Mengetahui penyebab nyeri
mengekspresik rasa nyeri yang ringan
rutama dalam mereka yang tidak 6. Membeantu mengontrol nyeri
an prilaku (skala 5)
mampu untuk berkomunikasi secara efektif 7. Membeantu mengontrol nyeri
(merengek dan  Klien tidak mengerang atau
3. Gunakan strategi  komunikasi  terapeutik  8. Membeantu mengontrol nyeri
menangis) dan menangis terhadap rasa
untuk mengakui  mengalami rasa sakit dan 
ungkapan sakitnya (skala 5)
menyampaikan  respon  penerimaan pasien
verbal klien.  RR klien dalam batas normal
terhadap nyeri
(skala 5)
4. Tentukan dampak  dari pengalaman  nyeri
 TD klien dalam batas normal
pada kualitas hidup (pola tidur, nafsu makan,
(skala 5)
aktivitas, kognisi,mood, hubungan, kualitas
 Nadi klien dalam batas
kerja, dan tanggung jawab peran)
normal (skala 5)
Label NOC : discomfort level 5. Eksplorasi  dengan pasien faktor-faktor  yang
menghilangkan  /  memperburuk nyeri
Nyeri dalam skala ringan (skala
6. Kendalikan faktor-faktor  lingkungan  yang
4)
dapat mempengaruhi  respon  pasien
terhadap  ketidaknyamanan
7. Kurangi atau hilangkan  faktor-faktor yang 
memicu atau meningkatkan pengalaman 
nyeri (rasa takut,  kelelahan, monoton,
kurangnya pengetahuan)
8. Ajarkan prinsip manajemen nyeri

Label NIC :Analgesic Administration Analgesic Administration


1. Mengetahui karakteristik
1. Ketahui lokasi, karakteristik, kualitas, dan
nyeri
derajat nyeri sebelum memberikan pasien
2. Mengetahui alergi obat
medikasi
3. Mengurangi nyeri
2. Lakukan pengecekan terhadap riwayat
4. Mengetahui pengaruh obat
alergi
terhadap tanda-tanda vital
3. Pilih analgesic yang sesuai atau
5. Mengetahui pengaruh obat
kombinasikan analgesic saat di resepkan
terhadap nyeri
anagesik lebih dari
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
setelah diberikan analgesic dengan satu kali
dosis atau tanda yang tidak biasa dicatat
perawat
5. Evaluasi keefektian dari analgesic
DAFTAR PUSTAKA

Betz & Sowden. 2004. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Akut. Jakarta : Depkes RI.

http://www.news-medical.net/health/Pneumonia-(Indonesian).aspx (Akses: 13 Juli 2015)

Jeremy P. 2007. At Glance Sistem Respirasi. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Medical Series. Hal.
76-77.

Joanne & Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Sixth Edition, USA : Mosby Elsevier

Muttaqin, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

News Medical, 2012. Pneumonia

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2.
Jakarta: EGC

Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification Sixth Edition, USA :
Mosby Elsevier

T. Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai