Jadi Pneumonia adalah infeksi akut pada paru-paru yang disebabkan oleh masuknya
kuman atau bakteri ditandai oleh batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat
ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
B. Etiologi
Pada umumnya Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat disebabkan oleh
bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa
(Jeremy, 2007).
Bakteri
Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri ini bisa menyerang siapa saja. Bakteri
penyebab pneumonia paling umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di
kerongkongan manusia sehat. Dimana bila pertahanan tubuh menurun, bakteri segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan
panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat cepat
Virus
Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV).
Pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu
singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa
berat dan kadang menyebabkan kematian.
Jamur:
Jamur penyebab infeksi seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara
yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta
kompos. Beberapa jenis jamur yang biasa menginfeksi yaitu Candidiasis,
Blastomycosis, Cryptococcosis, Histoplasmosis, Coccidioidomycosis.
Aspirasi:
Makanan, cairan, muntah.
Inhalasi:
Racun atau bahan kimia (Polivinilpirolidin, Gumma Arabikum, Berillium, Uap air
raksa), rokok, debu dan gas
Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada
manusia dan tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki
karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan
tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, paling sering pada anak pria
remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak
diobati
Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia
pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat
lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam
hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru
atau spesimen yang berasal dari paru.
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pneumonia tergantung pada berat ringannya penyakit, gejalanya
secara umum adalah sebagai berikut:
Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu
makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare, kadang-kadang
ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk (nonproduktif / produktif), sesak napas, retraksi
dada, napas cepat/takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih/grunting, dan
sianosis.
WHO telah menggunakan penghitungan frekuensi napas per menit berdasarkan golongan
umur sebagai salah satu pedoman untuk memudahkan diagnosa Pneumonia. Napas cepat/
takipnea, bila frekuensi napas:
umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
umur 2-11 bulan : ≥ 50 kali/menit
umur 1-5 tahun : ≥ 40 kali/menit
umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit
E. Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi Pneumonia Neonatal dapat dibagi menjadi :
a. Intrapartum pneumonia
1) Pneumonia Intrapartum diperoleh selama perjalanan melalui jalan lahir.
2) Intrapartum pneumonia dapat diperoleh melalui transmisi hematogenous, atau
aspirasi dari ibu yang terinfeksi, atau terkontaminasi cairan atau dari mekanik,
atau gangguan iskemik dari permukaan mukosa yang telah baru saja dijajah
dengan ibu invasif organisme yang sesuai potensi dan virulensinya.
3) Bayi yang aspirasi benda asing, seperti mekonium atau darah, dapat mewujudkan
tanda-tanda paru segera setelah atau sangat segera setelah lahir.
4) Proses infeksi sering memiliki periode beberapa jam sebelum invasi yang
memadai, replikasi, dan respon inflamasi telah terjadi menyebabkan tanda-tanda
klinis.
b. Pneumonia pascalahir
1) Pasca kelahiran pneumonia dalam 24 jam pertama kehidupan berasal setelah bayi
lahir.
2) Pasca kelahiran radang paru-paru dapat diakibatkan dari beberapa proses yang
sama seperti yang dijelaskan di atas, tetapi infeksi terjadi setelah proses kelahiran.
3) Yang sering menggunakan antibiotik spektrum luas yang dihadapi dalam banyak
pelayanan obstetri dan bayi baru lahir unit perawatan intensif (NICU) sering
mengakibatkan kecenderungan dari bayi untuk kolonisasi oleh organisme resisten
pathogenicity yang tidak biasa. Terapi invasif yang diperlukan dalam oleh bayi
sering menyebabkan mikroba masuk ke dalam struktur yang biasanya tidak mudah
diakses.
4) Enteral menyusui dapat mengakibatkan peristiwa aspirasi peradangan signifikan
potensial. Selang makanan mungkin lebih lanjut dapat mempengaruhi
gastroesophageal reflux dan aspirasi pada bayi.
F. Pemeriksaan Fisik
Tergantung luas lesi paru
Inspeksi : wajah terlihat pucat, lemas, banyak keringat, sesak, Adanya PCH, Adanya
tachipne, dyspnea, Sianosis sirkumoral, Distensi abdomen, Batuk : Non produktif –
produktif, Nyeri dada
Palpasi : denyut nadi meningkat, turgor kulit menurun, Fremitus raba meningkat disisi
yang sakit, Hati mungkin membesar
Auslkutasi : terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, takikardia.
Perkusi : pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.
Pemeriksaan fisik yang lainnya :
Breathing
Frekuensi napas cepat dan dangkal, gerakan dinding toraks dapat berkurang pada
daerah yang terkena, perkusi normal atau redup, retraksi sternum dan intercostal space.
Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas utama melemah atau
mengeras, suara nafas tambahan berupa ronkhi basah halus di lapangan paru yang
terkena, kadang disertai dengan sputum.
Blood
Denyut nadi perifer melemah, tekanan darah biasanya normal, batas jantung tidak
mengalami pergeseran, akral dingin, sianosis, kulit pucat, icterus, CRT memanjang (>3
det).
Brain
Klien dengan pneumonia berat biasanya mengalami penurunan kesadaran, didapatkan
sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Perlu dikaji tingkat kesadaran,
besar dan reflek pupil terhadap cahaya
Bladder
Pengukuran volume output dan intake cairan, oleh karena itu perawat perlu memonitor
adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok. Dikaji pula
kelainan pada genetalia dan pola eliminasi urine.
Bowel
Dikaji apakah ada distensi pada abdomen, bising usus, bagaimana pola eliminasi alvi,
adakah kelainan pada anus.
Bone
Didapatkan kelemahan dan kelelahan secara fisik, dikaji pula adakah kelainan pada
tulang yang kemungkinan karena trauma persalinan atau kongenital, bagaimana ATR
(activity tonus respon).
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doenges (1999 : 165) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosa pneumonia antara lain :
Sinar X: Mengidentifikasi distribusi struktural (misal lobar, bronkial); dapat juga
menyatakan abses luas/ infiltrat, empiema (Staphylococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/ perluasan infiltrat nodul (lebih sering
virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
Arteri Gas Darah (AGD) untuk pemeriksaan kebutuhan suplemen oksigen.
GDS/ Oksimetri : Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
Pemeriksaan gram/ Kultur sputum dan darah : Dapat diambil dengan biopsi
jarum,aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru
untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari satu tipe oeganisme yang ada;
bakteri yang umum meliputi Diplocoocus Pneumonia, Staphylococcus Aureus, A-
hemolitik Streptococcus, Haemophylus Influenza; CMV.
Catatan: Kultur sputum dapat tak mengidentifikasi semua organisme yang ada. Kultur
darah dapat menunjukkan bakterimia sementara.
JDL : Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya
pneumonia bacterial.
Pemeriksaan Serologi, misal titer virus atau legiolla, agglutinin dingin : Membantu
dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
LED : Meningkat.
Pemeriksaan fungsi paru : Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun. Mungkin terjadi
perembesan (hipoksemia).
Elektrolit : Natrium dan klorida mungkin rendah.
Bilirubin : Mungkin meningkat.
Aspirasi perkutan/ biopsi jaringan paru terbuka : Dapat menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan Sitoplasma (CMV); karakteristik sel raksasa (rubeola).
H. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa:
Diagnosis etiologik pneumonia sangat sulit untuk dilakukan sehingga pemberian
antibiotik dilakukan secara empirik sesuai dengan pola kuman tersering yaitu
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Pemberian antibiotik sesuai
dengan kelompok umur. Untuk bayi di bawah 3 bulan diberikan golongan penisillin
dan aminoglikosida. Untuk umur >3 bulan, ampisilin dipadu dengan kloramfenikol
merupakan obat pilihan pertama. Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema,
antibiotik pilihan adalah golongan sefalosporin.
Bila anak disertai demam (≥ 39º C) yang tampaknya menyebabkan distress, berikan
parasetamol.
Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronchodilator kerja cepat, dengan salah satu
cara berikut:
- Salbutamol nebulisasi.
I. Perawatan Di Rumah
Nasehat untuk ibu tentang cara perawatan dirumah (untuk anak 2 bulan – > 5 tahun)
1) Pemberian makanan:
Berilah makanan secukupnya selama anak sakit
Tambahlan jumlah makanan setelah sembuh
Bersihkan hidung agar tidak mengganggu peberian makanan
2) Pemberian cairan:
Berilah minuman lebih banyak
Tingkatkan pemberian ASI
3) Pemberian obat pereda batuk
Berikan ramuan yang aman dan sederhana
4) Pada anak bukan pneumonia perhatikan apabila timbul tanda pneumonia,
bawalah kembali kepda petugas kesehatan, bila:
Napas menjadi sesak, Napas menjadi cepat, Anak tidak mampu minum dan
Sakit lebih parah.
5) Pengobatan demam
Demam tinggi lebih dari 38.50C
Berilah parasetamol
Nasehati ibu agar memberi cairan lebih banyak
Dosis parasetamol: tablet 500 mg pemberian tiap 6 jam selama 2 hari
J. Komplikasi
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis
purulenta, pneumotoraks atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis prulenta.
Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri,
curiga ke arah ini apabila terdapat demam persisten meskipun sedang diberi antibiotik,
ditemukan tanda klinis dan gambaran foto dada yang mendukung yaitu adanya cairan
pada satu atau kedua sisi dada.
Pada pneumonia komplikasi miokarditis (tekanan sistolik kanan meningkat,
kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia
anak berusia 2-24 bulan. Oleh karena miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka
dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG,
ekokardiografi, dan pemeriksaan enzim.
Otitis media akut (OMA) terjadi bila pneumonia tidak diobati, maka sputum yang
berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara
ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan
tertarik ke dalam dan timbul efusi.
K. Prognosis
Dengan terapi adekuat, mortalitas kurang dari 1%. Tergantung pada umur anak,
beratnya penyaklit dan penyulit yang menyertai seperti:
Apneu yang berkepanjangan
Asidosis respiratorik berat yang tidak terkompensasi
Dehidrasi berat yang tidak segera ditanggulangi
Disertai dengan kelainan lain seperti penyakit jantung congenital, cystic fibrosis
pancreas dan immunodefisiensi.
L. Pencegahan
Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau keluarga
terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh kebersihan di
dalam dan di luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan untuk menghindari terjadinya
penyakit pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya
penyakit pneumonia :
a) Perawatan selama masa kehamilan
Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi ibu selama
kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi kesehatan ibu dan
pertumbuhan janin dalam kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal yang
memungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan.
b) Perbaikan gizi balita
Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena malnutrisi,
sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal sampai umur 2
tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi serta mengandung
faktor-faktor antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan dan ketahanan
terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara
ekslusif lebih tahan infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.
c) Memberikan imunisasi lengkap pada anak
Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi yang
memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi DPT
(Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4
bulan.
d) Memeriksakan anak sedini mungkin apabila terserang batuk.
Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk
mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai dengan
napas cepat/sesak napas.
e) Pada anak bukan pneumonia perhatikan apabila timbul tanda pneumonia, bawalah
kembali kepda petugas kesehatan, bila:
- Napas menjadi sesak
- Napas menjadi scepat
- Anak tidak mampu minum
- Sakit lebih parah
f) Mengurangi polusi di dalam dan di luar rumah
Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan dengan
cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa balita ke dapur serta membuat
lubang ventilasi yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca
panas, cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang
memberi kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.
g) Menjauhkan balita dari penderita batuk.
Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran pernapasan,
karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk. Udara napas
seperti batuk dan bersin-bersin dapat menularkan pneumonia pada orang lain. Karena
bentuk penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah.
Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran napas yang
berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita salesma (radang selaput lendir
pada hidung), tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi)
d. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan)
f. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : - sputum: merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
g. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
Pengkajian Keperawatan menurut Betz & Sowden, 2004 yaitu:
a. Kaji kepatenan jalan napas
b. Kaji adanya tanda-tanda gawat pernapasan dan respons terhadap terapi oksigen.
Pantau nilai saturasi oksigen
c. Kaji tanda-tanda dehidrasi.
d. Kaji respons anak terhadap pengobatan
e. Kaji kemampuan keluarga untuk mengelola program pengobatan di rumah.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar
kapiler ditandai dengan gas darah arteri abnormal, pernafasan abnormal
(frekuensi, ritme, kedalaman), sianosis, dan iritabilitas
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan terdapat sekret di
dalam bronkus (obsturuksi akibat kelebihan sekret) ditandai dengan kelebihan
sekret dan batuk yang tidak efektif
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan
dyspnea, pernafasan bibir dan enggunaan otot aksesoris pernafasan
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen ke jaringan ditandai dengan perubahan warna kulit (sianosis).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
dengan oksigen yang dibutuhkan ditandai dengan kelemahan dan hipoksemia
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan melaporkan
nyeri secara verbal.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan pernafasan ditandai dengan
perubahan pola tidur normal
7. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme ditandai
peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
8. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan penurunan turgor kulit, membran mukosa kulit, peningkatan suhu tubuh,
dan kelemahan
9. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis dan metabolisme tubuh meningkat ditandai dengan kurangnya
intake makanan dan terjadi penurunan berat badan.
10. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi ditandai
dengan keluarga tidak mengetahui penanganan dan penjelasan tentang penyakit
yang dialami klien
11. Risiko infeksi berhubungan ditandai dengan imunitas didapat tidak adekuat
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Terlampir
F. Pathway Pneumonia
Atelektaksis
Gg. ventilasi Nyeri pleuritik O2 ke jaringan
Akumulasi
DEFISIENSI
sekret
PENGETAHUAN
Gg. difusi
Frekuensi nafas NYERI AKUT sianosis
Obstruksi jalan
nafas Gg. PERTUKARAN GAS
Perangsangan system
Gg. PERFUSI
aktivasi retikulotis
JARINGAN
Tubuh mengalami PERIFER
BERSIHAN JALAN
keletihan
NAPAS TIDAK
EFEKTIF Susah u/ tidur Gg. POLA TIDUR
INTOLERANSI AKTIVITAS
Stimulasi chemoreseptor
RISIKO INFEKSI hipotalamus
Kebutuhan O2 meningkat
Metabolisme meningkat Evaporasi meningkat namun CO2 gagal dikeluarkan
Reaksi peningkatan
panas tubuh
7. Defisiensi Setelah diberikan asuhan NIC Label : Health Education Health Education
pengetahuan keperawatan selama ... x 24 jam, 1. Identifikasi faktor internal dan eksternal 1. mengetahui kebutuhan
berhubungan pengetahuan keluarga dan pasien yang mungkin akan meningkatkan atau edukasi
dengan kurang meningkat dengan kriteria hasil: mengurangi motivasi untuk berperilaku 2. meningkatkan minat keluarga
pajanan NOC label Knowledge: health sehat terhadap edukasi yang
informasi promotion 2. Hindari penggunaan teknik mentakut-takuti diberikan
ditandai - Mengetahui perilaku dan sebagai strategi untuk memotivasi orang
dengan kebiasaan yang untuk merubah perilaku atau gaya hidup
keluarga tidak meningkatkan kesehatan kesehatan
mengetahui (skala5)
penanganan - Mengetahui manajemen NIC Label : Teaching : Disease process Teaching : Disease process
dan penjelasan pengobatan yang aman 1. kaji tingkat pengetahuan keluarga mengenai 1. mengetahui tingkat
tentang (skala 5) proses penyakit Pneumonia pengetahuan keluarga
penyakit yang NOC Label : knowledge : 2. jelaskan patofisiologi penyakit pneumonia 2. memberikan pengetahuian
dialami klien disease process dan bagaimana hubungannya pada anatomi mengenai pneumonia
- Keluarga mengetahui efek fisiologi, jika perlu 3. memberikan pengetahuian
dari penyakit Pneumonia 3. review pengetahuan keluarga mengenai mengenai pneumonia
(level 5) kondisi klien 4. memberikan pengetahuian
- Keluarga mengetahui factor 4. jelaskan tanda dan gejala penyakit kepada mengenai tanda gejala
- Keluarga mengetahui tanda 7. jelaskan strategi untuk meminimalkan mengenai etiologi pneumonia
Label NOC: Weight : Body kalori yang sesuai 3. Menjaga nutrisi seimbang
10. Gangguan Setelah diberikan asuhan NIC: Sleep Enhancement Sleep Enhancement
pola tidur keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Kaji pola tidur klien 1. mengetahui pola tidur
berhubungan diharapkan pola tidur klien tidak 2. Kaji keteraturan tidur klien/siklus bangun 2. mengetahui siklus tidur
dengan mengalami gangguan dengan tidur dalam perencanaan keperawatan 3. mengetahui pengaruh obat
gangguan kriteria hasil: 3. Kaji efek medikasi pada pasien dalam terhadap pola tidur
pernapasan pola tidurnya 4. mengetahui kondisi tanda
NOC Label: Sleep
ditandai 4. Monitor pola tidur klien, dan catat vital terhadap pola tidur
dengan Durasi tidur klien normal keadaan fisik (apnea saat tidur, obstruksi 5. mengetahui kondisi tanda
perubahan Pola tidur klien normal jalan nafas, nyeri, frekuensi urin) dan vital terhadap pola tidur
pola tidur Kualitas tidur klien baik psikososial (ketakutan atau cemas) dan 6. memberi rasa nyaman
normal dan kondisi yang dapat mengganggu tidur 7. memberi rasa nyaman
keluarga Efisiensi tidur klien normal 5. Pantau dan catat pola tidur klien dan 8. memperbaiki pola tidur
mengatakan Klien dapat tidur malam jumlah waktu tidur klien 9. meningkatkatkan rasa kantuk
klien sering secara tetap 6. Modifikasi lingkungan klien 10. memperbaiki pola tidur
terjaga. Klien dapat bangun pada (pencahayaan, keributan, suhu, tempat
waktu yang direncanakan. tidur) untuk meningkatkan tidur klien
7. Instruksikan pasien untuk melakukan
relaksasi otot atau kegiatan
nonfarmakologi sebelum tidur atau
sesudahnya
8. Anjurkan untuk meningkatkan jumlah
waktu tidur
9. Tambahkan terapi medikasi untuk
membantu tidur klien / siklus bangun
tidur
10. Diskusikan dengan pasien dan keluarga
mengenai tehnik istirahat
Klien tidak menggunaan otot 2. Monitor adanya suara abnormal/noisy pada tambahan
bantu napas pernapasan seperti snoring atau crowing. 3. Mengetahui status respirasi
Tidak ada retraksi dinding 3. Catat onset, karakteristik dan durasi batuk.
dada
Tekanan nadi klien normal Vital Signs Monitoring Vital Signs Monitoring
1. Monitor tekanan darah, nadi, temperature, 1. Mengetahui kondisi tubuh
Tekanan darah klien normal
dan status respirasi, sesuai kebutuhan. pasien
Suhu tubuh dan kulit klien
2. Monitor respiration rate dan ritme 2. Megetahui status respirasi
normal
(kedalaman dan simetris) 3. Mengetahui adanya suara
3. Monitor suara paru nafas tambahan
4. Monitor adanya abnormal status respirasi 4. Mengetahui adanya
(cheyne stokes, apnea, kussmaul) berubahan dinding dada
5. Monitor warna kulit, temperature dan 5. Mengetahui status perubahan
kelembapan. warna kulit
6. Monitor adanya sianosis pada central dan 6. Mengetahui adanya sianosis
perifer
12. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Label NIC : Pain Management Pain Management
berhubungan keperawatan selama 3 X 24 jam
1. Lakukan penilaian yang komprehensif 1. Mengeatahui karakteristik
dengan agen diharapkan nyeri klien
dari rasa sakit untuk memasukkan lokasi, nyeri
cedera berkurang dengan criteria hasil :
karakteristik, onset / durasi, frekuensi, 2. Mengetahui respon nyeri
biologis
Label NOC : pain level kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, 3. Memberikan rasa nyaman
ditandai
dan faktor pencetus 4. Memberikan rasa nyaman
dengan Klien melaporkan adanya
2. Amati isyarat nonverbal ketidaknyamanan, te 5. Mengetahui penyebab nyeri
mengekspresik rasa nyeri yang ringan
rutama dalam mereka yang tidak 6. Membeantu mengontrol nyeri
an prilaku (skala 5)
mampu untuk berkomunikasi secara efektif 7. Membeantu mengontrol nyeri
(merengek dan Klien tidak mengerang atau
3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik 8. Membeantu mengontrol nyeri
menangis) dan menangis terhadap rasa
untuk mengakui mengalami rasa sakit dan
ungkapan sakitnya (skala 5)
menyampaikan respon penerimaan pasien
verbal klien. RR klien dalam batas normal
terhadap nyeri
(skala 5)
4. Tentukan dampak dari pengalaman nyeri
TD klien dalam batas normal
pada kualitas hidup (pola tidur, nafsu makan,
(skala 5)
aktivitas, kognisi,mood, hubungan, kualitas
Nadi klien dalam batas
kerja, dan tanggung jawab peran)
normal (skala 5)
Label NOC : discomfort level 5. Eksplorasi dengan pasien faktor-faktor yang
menghilangkan / memperburuk nyeri
Nyeri dalam skala ringan (skala
6. Kendalikan faktor-faktor lingkungan yang
4)
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
7. Kurangi atau hilangkan faktor-faktor yang
memicu atau meningkatkan pengalaman
nyeri (rasa takut, kelelahan, monoton,
kurangnya pengetahuan)
8. Ajarkan prinsip manajemen nyeri
Betz & Sowden. 2004. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Akut. Jakarta : Depkes RI.
Jeremy P. 2007. At Glance Sistem Respirasi. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Medical Series. Hal.
76-77.
Joanne & Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Sixth Edition, USA : Mosby Elsevier
Muttaqin, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2.
Jakarta: EGC
Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification Sixth Edition, USA :
Mosby Elsevier
T. Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC