WULANDARI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Aplikasi GMP
dan SSOP Produksi Bakso di Laboratorium Ruminansia Besar (Laruba) Fakultas
Peternakan IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulisan lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Wulandari
NIM D14120034
ABSTRAK
ABSTRACT
Meatball is one of the favourite meat based foods, which requires special
treatment to avoid possible contamination that product. In this case, producers are
encouraged to keep food safety on the products. Food safety can be generated by
applying Good Manufacturing Practices (GMP) and Sanitation Standard
Operating Procedure (SSOP). This study aims to evaluate GMP and SSOP
application and evaluating the microbial contamination contained in the raw
materials and final products in meatballs production at Laruba, Faculty of Animal
Science, Bogor Agricultural University. This research started from Februari until
Juni 2016. GMP evaluation result in Laruba, there has been about 25%-87.54%
with GMP 132 severity level which is still in moderate level. Result of the SSOP
aplication evaluation of Laruba is enough in FDA's SSOP regulation. Results of
the number measurements for the meat piece, batter and meatball produced by
Laruba has TPC level of 4.9 x 105 cfu g-1 for the meat, 2.79 x 105 cfu g-1 for the
batter and 3.36 x 104 cfu g-1 for the meatball product, food safety, GMP, meatball,
SSOP, total microbial. The microbial contamination numbers from all three
samples stands bellow Indonesian National Standard which means the meatball
products produced in Laruba were safe to be consumed.
WULANDARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi ini.
Terimakasih penulis ucapkan kepada ibu Zakiah Wulandari STP MSi dan ibu Dr
Irma Isnafia Arief SPt MSi selaku komisi pembimbing skripsi. Terimakasih
kepada bapak Sigid Prabowo SPt MSi selaku dosen pembahas seminar, bapak Ir
Asep Tata Permana MSc dan ibu Dr Ir Komariah MSi selaku dosen penguji
sidang serta atas saran dan masukannya, serta terimakasih juga penulis ucapkan
kepada ibu Prof Dr Ir Hj Iman Rahayu HS MS selaku pembimbing akademik atas
segala saran, ilmu, dan bimbingan yang telah diberikan. Ungkapan terimakasih
disampaikan kepada ibunda Juliana, ayahanda Sudarmin dan keluarga bapak Adi
Harianto yang tidak henti memberikan doa, nasehat, kasih sayang, materil dan
dukungan yang selalu menyertai.
Terimakasih kepada keluarga besar Laboratorium THT dan keluarga Laruba
yang banyak membimbing selama penelitian. Terimakasih juga penulis sampaikan
kepada sahabat perjuangan selama penelitian di laboratorium THT, Sahabat Surga,
Sahabat Medan, Bidadari, Kamar 367 lorong 8/A3, Keluarga KKN-P Desa
Terlaya Brebes, Alfi, Nia, Hafni, Laila, Nadirah, serta Keluarga Besar IPTP 49
penulis mengucapkan banyak terimakasih atas kebersamaan yang telah dijalani
selama penulis melaksanakan perkuliahan di IPB.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan tulisan ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Wulandari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Tempat dan Waktu Penelitian 2
Bahan 2
Alat 2
Prosedur 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Aplikasi Good Manufacturing Practices (GMP) 6
Aplikasi Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) 17
Perhitungan Total Plate Count (TPC) 18
SIMPULAN DAN SARAN 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 22
RIWAYAT HIDUP 24
DAFTAR TABEL
1 Persentase bahan yang digunakan dalam pembuatan bakso 4
2 Aplikasi GMP di lapangan beserta kondisi seharusnya pada produksi 8
bakso di Laruba
3 Hasil pengujian parameter standar kualitas air IPB 13
4 Hasil penilaian aplikasi SSOP pada proses pembuatan bakso di Laruba 17
5 Hasil analisis cemaran mikroba daging, adonan bakso dan bakso di 18
Laruba
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir pembuatan bakso daging sapi 6
2 Produk akhir berkemasan primer 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Tata letak ruang produksi di Laruba 22
2 Spesifikasi meat slicer 23
3 Spesifikasi vacuum machine 23
4 Spesifikasi meat grinder 23
5 Spesifikasi bowl cutter 23
22
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
angka cemaran mikroba pada bakso yang diproduksi di Laruba dalam rangka
memberikan jaminan mutu dan kepuasan kepada konsumen.
Evaluasi tingkat penerapan GMP dan SSOP pada bakso yang diproduksi di
Laruba dilakukan berdasarkan perhitungan tingkat keparahan pada formulir check
list, dan angka lempeng total mikroba dihitung dengan metode cawan tuang (pour
plate).
METODE
Bahan
Bahan yang digunakan pada kegiatan penelitian dan observasi lapang yaitu
informasi karyawan, literatur serta formulir evaluasi. Literatur yang digunakan
antara lain jurnal, buku, dokumen laboratorium yang berkaitan dengan bahan
baku, bahan tambahan, proses pengolahan, dan penerapan sistem GMP dan SSOP,
serta dokumentasi. Bahan yang digunakan untuk metode TPC terdiri dari daging,
adonan bakso, bakso, buffer pepton water (BPW) dan plate count agar (PCA).
Alat
Alat yang digunakan pada kegiatan penelitian dan observasi kerja yaitu
alat tulis sebagai sarana pengumpulan data, kamera, dan pakaian kerja. Alat yang
digunakan untuk menghitung mikroba dengan metode TPC terdiri dari timbangan
analitik, sudip, plastik, botol scot, cawan petri, tabung reaksi, wadah media,
tabung Erlenmeyer, gelas ukur, mikro pipet, vortex, laminar air flow, magnetic
stirrer, hot plate, autoclave, cooler box, quebec colony counter dan bunsen.
Prosedur
dan pengumpulan data, evaluasi dan analisis data dan studi pustaka. Selanjutnya
sebanyak 25 gram sampel daging, adonan bakso dan produk bakso diambil dan
dilakukan penghitungan TPC dengan metode cawan tuang (pour plate) yang
mengacu pada SNI tentang pengujian cemaran mikroba dalam daging, telur dan
susu serta hasil olahannya (BSN 2008)
Observasi Lapang
Keterangan :
Y = nilai total penerapan yang didapat
n0 = jumlah aspek yang memiliki nilai 0 dalam formulir check list
n1 = jumlah aspek yang memiliki nilai 1 dalam formulir check list
n2 = jumlah aspek yang memiliki nilai 2 dalam formulir check list
n3 = jumlah aspek yang memiliki nilai 3 dalam formulir check list
n4 = jumlah aspek yang memiliki nilai 4 dalam formulir check list
4
Penilaian :
0 = penyimpangan yang terjadi 0% (memenuhi)
1 = penyimpangan yang terjadi 1-25% (cukup memenuhi)
2 = penyimpangan yang terjadi 26-50% (kurang memenuhi)
3 = penyimpangan yang terjadi 51-75% (sangat kurang memenuhi)
4 = penyimpangan yang terjadi > 75% (tidak memenuhi)
Nilai total penerapan yang didapat (Y) disesuaikan dengan skala
persentase yang telah ditentukan berdasarkan nilai sempurna di setiap poin
kesesuaian untuk mendapatkan klasifikasi aplikasi di perusahaan yaitu
(n x 0) = aplikasi aspek GMP atau SSOP di lapangan sebesar
100% (memenuhi)
((n x 0)+1) s/d (n x 1) = aplikasi aspek GMP atau SSOP di lapangan sebesar
75% (cukup memenuhi)
((n x 1)+1) s/d (n x 2) = aplikasi aspek GMP atau SSOP di lapangan sebesar
50% (kurang memenuhi)
((n x 2)+1) s/d (n x 3) = aplikasi aspek GMP atau SSOP di lapangan sebesar
25% (sangat kurang memenuhi)
((n x 3)+1) s/d (n x 4) = aplikasi aspek GMP atau SSOP di lapangan sebesar <
25% (tidak memenuhi)
Keterangan : n = jumlah total aspek yang diamatai pada sub bab dalam formulir check list
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah bila sel mikroba yang masih
hidup ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut akan berkembang biak
dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung, dan kemudian dihitung
(Anugrahini 2015). Perhitungan TPC dilakukan sebanyak 3 kali ulangan di waktu
yang berbeda. Terdapat 3 sampel yang digunakan yaitu daging, adonan bakso, dan
bakso. Sampel daging, adonan bakso dan bakso yang digunakan untuk meng-
hitung angka lempeng total diambil pada waktu yang berbeda. Setiap sampel
diambil sebanyak 25 gram, diperkecil ukuran partikelnya kemudian diencerkan
dengan 225 mL buffer pepton water (BPW) sehingga diperoleh pengenceran 10-1.
Selanjutnya dari pengenceran pertama (P1) diambil sebanyak 1 ml dan dilarutkan
ke dalam 9 ml larutan BPW sehingga diperoleh pengenceran kedua (P2), demikian
dilakukan cara yang sama hingga pengenceran keempat (P4). Pemupukan
dilakukan dengan metode cawan tuang (pour plate), sebanyak 1 ml sampel dari
pengenceran kedua hingga pengenceran keempat dipindahkan ke dalam cawan
petri kemudian dicampur dengan media plate count agar (PCA) untuk uji total
plate count. Selanjutnya cawan diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam. Jumlah
koloni mikroba ditentukan melalui penghitungan koloni dalam cawan.
Konstruksi, desain, tata ruang dan bahan baku dibuat berdasarkan syarat
mutu dan teknik perencanaan pembuatan bangunan yang berlaku sesuai dengan
jenis produknya. Penilaian bangunan terdiri dari penilaian pada sub aspek desain
dan tata ruang, lantai, dinding, atap, langit-langit, pintu, jendela, penerangan,
ventilasi dan pengaturan suhu. Secara keseluruhan bangunan memiliki nilai
64.17% yang berarti cukup memenuhi. Desain dan tata ruang yang diterapkan
Laruba berdasarkan alur produksi, dimana tata letak sesuai dengan aliran bahan
baku hingga produk jadi. Menurut Setiawan (2012) desain dan tata letak yang baik
dapat memberikan aliran material yang efisien, jarak pemindahan material yang
lebih pendek, waktu transportasi yang singkat dan biaya pemindahan yang rendah.
Gambar tata ruang produksi Laruba dapat dilihat pada Lampiran 1.
7 7
Tabel 2 Aplikasi GMP di lapangan beserta kondisi seharusnya pada produksi bakso di Laruba
Sasaran GMP Kondisi Lapangan Kondisi Seharusnya Keterangan
Lokasi dan Lingkungan Jalan menuju Laruba mudah diakses Terdapat pembatasan dan penutupan ruang 75.57%
Bebas dari genangan air dan banjir produksi dengan lingkungan luar sehingga Aplikasi GMP terhadap
Bebas tumpukan sampah jumlah orang yang berlalu-lalang di depan aspek lokasi dan
Bebas dari rumput dan semak-semak Laruba ataupun masuk ke dalam ruang lingkungan memenuhi
Laruba terletak di ruang lingkup kampus produksi dapat dibatasi, guna mengurangi
sehingga banyak civitas akademik yang pencemaran hasil produksi
berlalu-lalang
Bangunan Desain dan tata letak bangunan menggunakan Laruba harus melakukan pemisahan area 64.17%
alur produksi bersih dan area kotor Aplikasi GMP terhadap
aspek bangunan cukup
memenuhi
Lantai memiliki kerapatan yang baik, tidak Pertemuan antara lantai dan dinding harus
licin, mudah dibersihkan, tidak retak, namun melengkung dan tidak membentuk sudut
pertemuan antara lantai dan dinding beberapa siku-siku
di antaranya membentuk sudut siku-siku
Kondisi dinding kotor, terlihat beberapa cat Dinding ruang produksi yang baik
mengelupas, tidak dilapisi cat tahan air, seharusnya dilapisi dengan keramik
dinding dilapisi dengan keramik namun tinggi setinggi 2 meter, jika tidak dilapisi
keramik kurang dari 2 meter dengan keramik dapat menggunakan cat
pelapis tahan air, permukaan dinding rata
dan pertemuan antar dinding tidak
membentuk sudut siku-siku sehingga
mudah dibersihkan dari debu dan kotoran
lainnya (Surya et al. 2013)
Atap Fakultas Peternakan IPB terbuat dari Atap terbuat dari bahan tahan lama,
genteng yang berwarna terang tahan air dan tidak bocor, permukaan
harus berwarna terang, tidak mudah
mengelupas dan mudah dibersihkan
Langit-langit terbuat dari asbes dengan Langit-langit berwarna terang, tidak
permukaan yang halus, tahan lama dan terdapat lubang, tidak retak dan mudah
mudah dibersihkan, tidak terkelupas, langit- dibersihkan sehingga tidak ada sarang
7
8
8
Fasilitas Sanitasi Air yang digunakan untuk produksi dan Sarana penyediaan air harus selalu 60.05%
sanitasi bersumber dari sungai Cihideung menyediakan air yang bersih sesuai Aplikasi GMP terhadap
9 9
Alat Produksi Peralatan produksi yang digunakan seperti Permukaan peralatan yang mengalami 70%
9
10
10
Bahan Bahan yang digunakan dilakukan proses Harus dilakukan pemeriksaan baik 87.54%
pemeriksaan sederhana (berdasarkan warna, secara organoleptik, fisik, kimia dan Aplikasi GMP terhadap
tekstur dan bau) mikrobiologi aspek bahan memenuhi
Bahan baku dan bahan tambahan lainnya
yang digunakan memenuhi standar mutu
yang ditetapkan, tidak bersifat
merugikan bagi konsumen
Proses Pengolahan Laruba memiliki formulasi sendiri pada Harus ada prosedur pengolahan, 50%
produk bakso langkah-langkah yang harus diperhatikan Aplikasi GMP terhadap
Penggilingan adonan bakso dilakukan di luar (waktu, suhu) dalam proses mixing aspek proses pengolahan
ruang produksi adonan dan proses pemasakan cukup memenuhi
Pencetakan bakso dilakukan secara manual Harus tersedia SOP untuk setiap proses
oleh karyawan pengolahan
Pendinginan produk dengan cara didiamkan Harus dilakukan pemeriksaan bahan dan
di ruang produksi dengan keadaan terbuka produk akhir
Produk Akhir Hasil dari produk akhir dicatat jumlahnya Sebelum dipasarkan produk akhir harus 60%
Produk akhir dilakukan pemeriksaan dilakukan pemeriksaan secara Aplikasi GMP terhadap
organoleptik oleh karyawan organoleptik, fisika, kimia dan aspek produk akhir
mikrobiologi cukup memenuhi
Produk akhir harus memenuhi standar
mutu
Laboratorium Laruba dilengkapi dengan peralatan Harus memiliki laboratorium untuk 60.41%
11 11
Karyawan Karyawan yang bekerja dalam keadaan sehat Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara 65.91%
Karyawan menggunakan pakaian kerja yang rutin Aplikasi GMP terhadap
sama dengan pakaian luar Karyawan harus menggunakan pakaian aspek karyawan cukup
Karyawan menggunakan accessoris saat kerja lengkap yang khusus digunakan di memenuhi
proses produksi ruang produksi
Karyawan membawa makanan dan minuman Pada saat proses produksi, karyawan
ke dalam ruang produksi tidak diperbolehkan menggunakan
Karyawan tidak menggunakan sarung tangan accessoris
saat proses produksi Karyawan tidak diperbolehkan
Karyawan tidak secara kontinyu mencuci membawa makanan dan minuman ke
tangan sebelum dan setelah melakukan proses ruang produksi
produksi Harus ada peringatan dan sanksi yang
tegas bagi karyawan yang melanggar
peraturan
Pembungkus Kemasan yang digunakan yaitu kemasan Pembungkus bersifat tidak toksik, dapat 83.33%
plastik jenis HDPE melindungi dan mempertahankan mutu Aplikasi GMP terhadap
Kemasan primer tersebut diisi 200 g bakso produk aspek pembungkus
Sebelum digunakan, pembungkus harus memenuhi
dibersihkan dan disanitasi
Pembungkus harus tahan perlakuan
(panas, dingin, dan pengedaran)
Label Label bakso dilengkapi dengan komposisi, Label yang digunakan telah memenuhi 75%
berat bersih produk, saran penyimpanan, UU Nomor 69 tahun 1999, yang Aplikasi GMP terhadap
nama produk, nama perusahaan, tanggal mencantumkan nama produk yaitu bakso aspek label memenuhi
produksi dan tanggal kadaluarsa sapi, daftar bahan yang digunakan,
volume, nama produsen, tanggal
produksi dan kadaluarsa, serta kategori
suhu penyimpanan
Penyimpanan Bahan baku dan produk akhir disimpan di Penyimpanan bahan baku dan produk 74.39%
11
12
12
Kondisi ruang produksi harus dilapisi keramik setinggi 2 meter jika tidak
dilapisi, dapat menggunakan cat pelapis tahan air, permukaan dinding rata dan
pertemuan antar dinding tidak membentuk sudut siku-siku sehingga mudah
dibersihkan dari debu dan kotoran lainnya (Surya et al. 2013). Atap dan langit-
langit memiliki peranan yang sangat penting pada bangunan yang berfungsi
sebagai penutup seluruh bangunan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh
panas, hujan, angin dan debu (Sudarmadji 2014). Laruba memiliki empat pintu
sebagai akses masuk dan keluar ruang produksi dengan rincian satu pintu yang
terletak di luar ruang produksi dan 3 pintu lainnya yang berada di ruangan yang
berbatasan dengan ruang produksi. Hal tersebut memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang antara lingkungan dalam dan luar ruang produksi. Penerangan
yang digunakan laruba berasal dari penerangan lampu dan cahaya matahari yang
masuk melalui jendela dan ventilasi. Kondisi penerangan yang kurang baik dapat
mengganggu kinerja karyawan dan menimbulkan dampak negatif bagi karyawan.
Dampak negatif yang timbul akibat penerangan yang tidak baik pada bagian
produksi antara lain gangguan pada mata pekerja seperti kelelahan pada mata,
iritasi, pandangan yang kabur, kesulitan melihat obyek kerja dengan teliti serta
efek panas yang disebabkan pemilihan jenis lampu yang tidak tepat (Wulandari
2010).
Fasilitas Sanitasi
dalam proses pemasakan. Proses penilaian memperoleh nilai 50% yang berarti
kurang memenuhi persyaratan GMP, hal tersebut terlihat dari kurangnya
pengendalian mutu pada saat proses produksi. Pemeriksaan terhadap bahan baku
yang digunakan hanya pemeriksaan seadanya berdasarkan penampilan fisik, tanpa
dilihat pH dan kadar air daging yang digunakan.
Produk Akhir
Produk akhir yang dihasilkan berupa bakso sapi yang sudah dikemas
dengan kemasan vacuum dengan ukuran 200 gram. Bakso dimasukkan ke dalam
kemasan dan didiamkan di tempat terbuka hingga bakso dalam keadaan dingin.
Kegiatan tersebut tentunya memungkinkan terjadinya pencemaran produk akibat
didiamkan di tempat terbuka. Kekurangan lainnya pada produk akhir yang tidak
dilakukan pengujian kimia dan mikrobiologi. Bakso yang sudah dikemas dapat
dilihat pada Gambar 2.
Karyawan menjadi salah satu aspek penilaian dalam penilaian GMP yang
terbagi ke dalam kesehatan karyawan dan kebersihan karyawan. Karyawan yang
bekerja di Laruba yang melaksanakan proses produksi berjumlah satu orang.
Kesehatan karyawan memiliki nilai 58.33%, penilaian tersebut diperoleh karena
tidak adanya pemeriksaan kesehatan karyawan. Menurut Antara (2012) standar
umum personel dalam bekerja yaitu harus memakai pakaian pelindung (pakaian
yang berbeda antara pakaian kerja dan pakaian luar), menggunakan penutup
kepala, sarung tangan, dan sepatu pelindung (khusus lab). Kebersihan karyawan
memiliki nilai 68.75% yang kurang memenuhi persyaratan GMP. Karyawan
16
menggunakan pakaian dan sepatu yang sama di luar laboratorium dan di dalam
laboratorium. Kondisi tersebut memungkinkan mencemari bahan-bahan serta
produk bakso pada saat proses produksi. Karyawan yang kurang memperhatikan
higienitas pada saat berproduksi terlihat dari tidak menggunakannya sarung
tangan pada saat proses produksi serta dibeberapa pengamatan saat produksi
karyawan terlihat makan dan minum.
Pembungkus
Label memiliki nilai yang memenuhi persyaratan GMP karena label yang
digunakan telah memenuhi UU Nomor 69 tahun 1999, yang mencantumkan nama
produk yaitu bakso sapi, daftar bahan yang digunakan, volume, nama produsen,
tanggal produksi dan kadaluarsa, serta kategori suhu penyimpanan, namun
kekurangannya tidak terdapat logo halal.
Penyimpanan
dengan cairan pembersih lantai yang dilakukan oleh karyawan produksi. Terdapat
usaha dalam pencegahan masuknya serangga ataupun binatang namun tidak
dilakukan secara berkelanjutan, seharusnya dilakukan pemasangan kawat
penyaring pada setiap lubang ventilasi. Selama pengamatan tidak ada penggunaan
insektisida ataupun rodentisida. Alat dan perlengkapan yang digunakan pada saat
produksi dibersihkan setelah proses produksi dan disimpan kembali pada
tempatnya.
Hasil perhitungan secara keseluruhan terhadap tingkat keparahan GMP
menunjukan nilai 132 yang berarti tingkat keparahannya sedang. Berdasarkan
hasil penelitian dinyatakan bahwa penilaian penerapan GMP di Laruba sebesar
68.44% (cukup memenuhi).
Total Plate Count adalah metode perhitungan jumlah bakteri dalam cawan
secara umum dan tidak untuk organisme spesifik. Total Plate Count menunjukan
jumlah mikroba yang tumbuh pada daging yang digunakan untuk membuat bakso
memiliki nilai rataan 4.9 x 105 cfu g-1. Hal ini menunjukan bahwa daging yang
digunakan dalam produksi bakso di Laruba sesuai dengan syarat mutu
mikrobiologis daging sapi. Sesuai dengan ketentuan SNI mutu karkas dan daging
sapi dalam BSN (2008) menyatakan bahwa angka lempeng total mikroba
maksimum 1 x 106 cfu g-1. Pengujian Total Plate Count juga dilakukan pada
adonan dan produk bakso, jumlah mikroba pada adonan memiliki rataan 2.79 x
105 cfu g-1 dan pada bakso memiliki nilai rataan 3.36 x 104 cfu g-1. Dari ketiga
sampel tersebut daging memiliki angka lempeng total mikroba yang paling tinggi
dibandingkan dengan adonan dan bakso. Daging yang masih mentah mengandung
mikroba yang lebih banyak dibandingkan daging yang telah diolah. Pada adonan
bakso jumlah mikroba lebih rendah dibandingkan dengan daging. Hal tersebut
terjadi karena adanya penambahan garam, bawang putih dan tepung tapioka.
19
Garam merupakan salah satu bahan yang digunakan di dalam industri yang
berfungsi sebagai penambah cita rasa dan pengawet. Menurut Assadad dan Utomo
(2011) garam memiliki fungsi sebagai pengawet karena bersifat mengikat air dan
menurunkan nilai aktivitas air (aw) sehingga dengan penambahan garam pada
suatu produk dapat menghambat pertumbuhan mikroba pada produk tersebut.
Persentase garam yang dapat dijadikan sebagai pengawet minimal 20% dari satu
kilogram bahan. Menurut Prihandani et al. (2015) bawang putih mengandung
senyawa allicin yang berperan sebagai antibakteri yang dapat mengendalikan
bakteri-bakteri patogen baik gram positif maupun gram negatif. Manfaat
penambahan tepung tapioka selain sebagai bahan pengisi, juga berpengaruh
terhadap penurunan kadar air (Sari dan Widjanarko 2015). Turunnya nilai aw,
kadar air serta sifat antibakteri menjadikan jumlah mikroba pada adonan bakso
lebih rendah dibandingkan dengan daging. Pada bakso, jumlah mikroba
mengalami penurunan dibandingkan dengan jumlah mikroba pada adonan bakso.
Hal tersebut akibat dari proses perebusan adonan bakso. Pemanasan saat
perebusan menyebabkan sebagian besar mikroba mati sehingga jumlah TPC
berkurang. Hasil uji TPC pada bakso yang diproduksi di Laruba memiliki nilai
lebih rendah dibandingkan dengan syarat mutu mikrobiologis cemaran angka
lempeng total bakso dengan nilai maksimal 1 x 105 cfu g-1. Hal ini menunjukan
bahwa bakso yang diproduksi Laruba aman untuk dikonsumsi.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anugrahini AE. 2015. Mengenal analisa TPC (Total Plate Count). [Internet]
[diunduh 2016 April 20]. Tersedia pada:http://ditjenbun.pertanian.go.id/
bbpptpsurabaya/tinymcpuk/gambar/file/Mengenal%20analisa%20TPC.pdf
Amrullah. 2013. Sanitasi dan sanitizer dalam industri pangan. [Internet] [diunduh
2016 Agustus 8]. Tersedia pada:http://unimus.ac.id/wpcontent/uploads
/2013/07/SANITASIDAN-SANITIZERDALAMINDUSTRIPANGAN.pdf
Antara NS. 2012. Pedoman personal hygiene. [Internet] [diunduh 2016 Agustus 8].
Tersedia pada:https://seafast.ipb.ac.id/tpcproject/wp content/uploads/ 2014/
02/MP-Personal-Hygiene.pdf.
Assadad L, Utomo BSB. 2011. Pemanfaatan garam dalam industri pengolahan
produk perikanan. Squalen. 6(1): 26-37.
At tahmid NFU. 2009. Strategi manajemen mutu proses produksi karkas ayam
pedaging di PT Sierad Produce Tbk Parung, Bogor [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 3818:1995. Bakso Daging. Jakarta
(ID): Badan Standarisasi Nasional.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 3932:2008. Mutu Karkas dan
Daging Sapi. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.
[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 1978. Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.23/MENKES/SK/I/1978. Pedoman Cara Produksi yang Baik untuk
Makanan. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI.
Endang NW, Sulchan M. 2007. Keamanan pangan kemasan plastik dan styrofoam.
J Majalah Kedokteran Indonesia. 57(2): 54-59.
Kasnodihardjo, Elsi E. 2013. Deskripsi sanitasi lingkungan, perilaku ibu dan
kesehatan anak. J Kesehatan Masyarakat Nasional. 7(9): 415-420.
[KMNUP] Kantor Menteri Negara Urusan Pangan. 1996. Bahan Penyuluhan
Undang-Undang Pangan. Undang-Undang Republik Indonesia No.7.
Jakarta (ID): KMNUP.
Lukman DW. 2001. Good Manufacturing Practices (GMP). Pelatihan untuk
Pelatih (Training of Trainers/TQT). Penerapan Hazard Analysis Critical
Control Point. Kerjasama Fakultas Kedokteran Hewan IPB dengan Dirjen
Bina Produksi Peternakan. Bogor (ID): Departemen Pertanian Republik
Indonesia.
Prihandani SS, Poeloengan M, Noor SM, Andriani. 2015. Uji daya antibakteri
bawang putih (Allium Sativum L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus,
Escherichia coli Salmonella typhimurium dan Pseudomonas aeruginosa
dalam meningkatkan keamanan pangan. Informatika Pertanian. 24(1): 53-
58.
21
San GS, Wahjudi D. 2000. Analisa tata letak pabrik untuk meminimalisasi
material handling pada pabrik koper. J Teknik Mesin. 2(1): 41-49.
Setiawan F. 2012. Perancangan tata letak pabrik. [Internet] [diunduh 2016
Agustus 6]. Tersedia pada:http://ejournal.uajy.ac.id/7122/2/1TI05528.pdf.
Sudarmadji. 2014. Analisa sisi positif dan negative pemilihan bentuk atap
berpenutup genteng untuk rumah. J Teknik Sipil. 10(1): 45-54.
Surya E, Rosiawan M, Hidayat MA. 2013. Perancangan good manufacturing
practices (GMP) dan budaya kerja di PT Indo Tata Abadi, Pandaan. J
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. 2(1): 1-18.
Wijayana S. 2012. Penentuan lokasi pabrik [Internet] [diunduh 2016 Agustus 6].
Tersedia pada:http://academia.edu//5579781/3-penentuan-lokasi-pabrik.pdf.
Winarno FG. 2011. GMP (Good Manufacturing Practice). Bogor (ID): MBrio Pr.
Wulandari AP. 2010. Pengaruh intensitas cahaya terhadap aktivitas kerja bagian
produksi di PT.Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle cabang
Semarang. [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
22
22
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tata letak ruang produksi di Laruba
Keterangan :
a : Pintu kantor berbatasan dengan r. produksi 1 : Kantor 9 : Meat slicer 17 : Lemari penyimpanan tas karyawan 25 : Meja peralatan basah
b : Pintu r.diskusi berbatasan r.produksi 2 : Ruang diskusi 10 : Lemari penyimpanan kemasan 18 : Freezer 1 26 : Bowl cutter 1
c : Pintu masuk r.diskusi 3 : Wastafel 11 : Lemari penyimpanan peralatan 19 : Freezer 2 27 : Meat grinder
makan
d : Pintu keluar masuk Laruba 4 : Tempat sampah 12 : Meja dan lemari 20 : Freezer 3 28 : Bowl Cutter 2
5 : Meja 13 : Blower 21 : Meja stainless steel 29 : Wastafel
6 : Refrigerator 14 : Kompor 22 : Scale 30 : Tempat sampah
7 : Peralatan kebersihan 15 : Lemari penyimpanan peralatan 23 : Vacuum sealer
makan
8 : Lemari arsip 16 : Lemari penyimpanan piring 24 : Rak penyimpanan peralatan
2323
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di desa Karang Rejo pada tanggal 28 Mei 1994 sebagai
anak pertama keluarga Bapak Sudarmin dan Ibu Juliana. Riwayat pendidikan
penulis dimulai dari TK Al-Barakah Tandam Hilir pada 1999 dan lulus pada tahun
2000. Tahun 2000 melanjutkan pendidikan formal di SDN 050666 Lubuk Dalam
dan lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3
Stabat dan lulus pada tahun 2009. Tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan di
SMA Negeri 1 Stabat dan lulus pada tahun 2012, pada tahun yang sama penulis
lulus seleksi masuk perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
SNMPTN Undangan dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Peternakan.
Selama mengikuti pendidikan penulis aktif dalam berbagai kegiatan,
diantaranya penulis mengikuti himpunan profesi HIMAPROTER periode 2013-
2014 sebagai Wakil Bendahara dan periode 2014-2015 sebagai Bendahara Umum.
Penulis aktif dalam beberapa kepanitiaan diantaranya Festival Ayam Pelung
Nasional 2013 divisi Sponsorship, Hari Susu Nusantara 2014 sebagai Bendahara,
Livestock Festival 2014 sebagai Bendahara dan Festival Ayam Pelung Nasional
2015 sebagai Kestari. Penulis pernah mengikuti PKM-K yang didanai DIKTI
pada tahun 2015. Penulis juga menjadi asisten praktikum Teknologi Pengolahan
Teknik Pengolahan Telur dan Daging Unggas dan anggota dari AgroEduTourisme
Fapet, IPB periode 2015-2016.