56
5,4 shoots, 2 months after cultured. The highest teknik multiplikasi tunas, perakaran
number of roots was obtained in NAA 0,1 mg/l dan aklimatisasinya di rumah kaca.
with 9,3/plantet. MS + IBA 0,3 mg/l give the
longest roots 9,58 cm and IAA 0,1 mg/l the
Multiplikasi tunas secara in vitro,
highest number of leaf 12/plantet. Interaction umumnya digunakan media MS yang
between the source medium and acclimatization diperkaya dengan sitokinin dari
medium was observed however, there was no golongan BA sementara untuk merang-
significantly difference between IAA 0,1 mg/l sang terbentuknya akar digunakan
and IBA 0,1 mg/l in number of shoots and long auksin dari golongan IAA, IBA atau
shoots 5,2 and 5,01 cm.
NAA. Interaksi dan keseimbangan
Key words : shoots multiplication, rooting, antara zat pengatur tumbuh yang
acclimatization, sambang nyawa, in vitro
diberikan ke dalam media dengan
PENDAHULUAN hormon endogen, menentukan arah
perkembangan suatu kultur. Pengguna-
Tanaman sambang nyawa an BA untuk merangsang multiplikasi
(Gynura procumbens) termasuk ke tunas jahe (Zingiber officinale) misal-
dalam suku Asteraceae, dan merupakan nya, dibutuhkan dalam konsentrasi
salah satu tanaman obat yang cukup tinggi (Syahid et al., 2000). Sementara
potensial untuk dikembangkan karena untuk multiplikasi tunas legundi (Vitex
banyak khasiatnya. Tanaman ini trifolia) konsentrasi BA yang dibutuh-
berfungsi untuk menurunkan kadar kan cukup 1 mg/l dengan jumlah tunas
gula darah, gangguan pada kantong 10,9. (Yelnititis dan Bermawie, 2000).
kemih, menurunkan panas, meng- Pada tanaman lada dengan konsentrasi
hilangkan rasa nyeri pada pembeng- BA 0,3 mg/l didapatkan 4 tunas.
kakan (Rosita et al., 1993), dan juga (Kristina dan Bermawie, 1999).
penyakit ginjal (Zuhud dan Sitepu, Untuk perakaran, Ibrahim et al.
1994). Gynura procumbens oleh (2004) menggunakan auksin dari jenis
banyak peneliti sering dirancukan NAA dengan konsentrasi 0,1 mg/l yang
dengan daun dewa, sementara yang menghasilkan akar lada lebih baik.
dimaksudkan dengan daun dewa Sementara Yelnitis dan Bermawie
adalah Gynura pseudochina (L.) DC (2000) menggunakan auksin IBA
(Utami, 2000). Kedua jenis tanaman ini dengan konsentrasi 0,1 mg/l untuk
memang mempunyai manfaat sebagai merangsang pembentukan akar
tanaman obat, meskipun marganya legundi.
sama tetapi penampilannya berbeda. Aklimatisasi merupakan proses
Perbanyakan tanaman ini pada pemindahan tanaman dari lingkungan
umumnya dilakukan dengan stek heterotrop ke autotrop, di mana
batang. Perbanyakan generatif jarang tanaman akan menyesuaikan diri dari
dilakukan karena bijinya tidak suatu keadaan yang terkontrol
ditemukan. Dalam upaya konservasi kelembaban, temperature dan intensitas
tanaman ini secara in vitro, perlu cahayanya. Keberhasilan aklimatisasi
dilakukan kajian untuk mendapatkan yang tinggi dipengaruhi oleh keadaan
57
akar dan media yang digunakan. Pada - MS + BA 0,1 mg/l,
tanaman gerbera, plantlet yang berasal - MS + BA0,3mg/l
dari media MS + IAA 1 mg/l + IBA - MS + BA 0,5 mg/l.
0,5 mg/l memberikan keberhasilan Penelitian ini menggunakan
tumbuh sampai 100% (Yelnititis dan adalah rancangan acak lengkap dan
Kristina, 1994). setiap perlakuan terdiri atas ulangan
Penelitian ini bertujuan untuk yang masing-masing terdiri atas 2
mendapatkan media yang tepat untuk eksplan. Botol kultur selanjutnya
multiplikasi tunas, perakaran dan disusun pada rak kultur yang
teknik aklimatisasi tanaman sambang mendapatkan intensitas cahaya sebesar
nyawa. 1000 lux selama 16/hari.
2. Perakaran dan aklimatisasi; eksplan
METODE PENELITIAN dimasukkan pada media perakaran
Kegiatan dilakukan di laborato- yakni :
rium dan rumah kaca Kelti Plasma - MS + IAA 0,1 mg/l
Nutfah dan Pemuliaan Balittro mulai - MS + IAA 0,3 mg/l
bulan Januari 2004 sampai dengan Mei - MS + IBA 0,1 mg/l
2005. Bahan tanaman yakni tunas - MS + IBA 0,3 mg/l)
sambang nyawa diambil dari Kebun - MS + NAA 0,1 mg/l
Penelitian Cimanggu Balittro. Tunas - MS + NAA 0,3 mg/l)
selanjutnya dipotong-potong dicuci Masing-masing perlakuan terdiri
dengan sabun dan air mengalir dan atas 10 botol dan setiap botol terdiri
disterilisasi dalam laminar air flow atas 3 eksplan. Rancangan yang di-
dengan menggunakan alcohol 0% gunakan adalah rancangan acak
selama 5 menit, HgCl2 0,2% selama 1 lengkap yang terdiria tas 10 ulangan
menit, cloroks 20% selama 5 menit dan dan setiap ulangan terdiri atas 3
betadine selama 15 menit. eksplan. Selanjutnya dilakukan
Setelah didapatkan tunas steril, aklimatisasi dengan menggunakan
selanjutnya dipotong-potong menjadi 1 media : tanah + pupuk kandang dan
ruas dan dikulturkan pada media tanah + sekam dengan perbandingan 1 :
perlakuan dengan media dasar 1. Untuk aklimatiasi rancangan yang
Murashige-Skoog (MS) yang mengan- digunakan adalah acak kelompok yang
dung unsur hara makro-mikro, vitamin, disusuns ecara factorial yang terdiri
zat pengatur tumbuh, dengan penam- atas 10 ulangan dan setiap ulangan
bahan sukrosa 30 g/l dan pH media 5,8. terdiri atas 1 tanaman.
Untuk memadatkan media ditambah- Peubah yang diamati pada
kan agar-agar 8 gram/l. Perlakuan yang seluruh kegiatan ini adalah persentase
diuji adalah : tunas steril, jumlah tunas, tinggi tunas,
1 Multiplikasi tunas dengan media jumlah ruas, dan pengamatan visual
perlakuan : lainnya. Untuk perakaran dan aklima-
- MS + BA 0 mg/l; tisasi meliputi tinggi tunas, jumlah
58
akar, panjang akar, persentase plantlet Keadaan yang sama juga ditemukan
tumbuh/hidup dan tinggi plantlet. pada kultur pegagan yang baru
ditumbuhkan secara in vitro, daya
HASIL DAN PEMBAHASAN multiplikasi antar perlakuan media MS
Multiplikasi tunas dengan zat pengatur tumbuh BA tidak
berbeda nyata dan terlihat adanya
Hasil pengamatan menunjukkan
pembentukan akar (Kristina et al.,
bahwa pada masa kultur 1 bulan untuk
2000). Tetapi setelah memasuki masa
peubah jumlah tunas dan jumlah ruas
kultur lebih dari satu tahun daya
berbeda nyata antara kontrol MS + BA
multiplikasi tunas pada media MS
0 mg/l dengan perlakuan konsentrasi
menurun dan tidak ada pembentukan
BA yang berbeda, sementara untuk
akar, sehingga diperlukan zat pengatur
tinggi tunas tidak berbeda nyata.
tumbuh BA 0,1 mg/l untuk merang-
Setelah masa kultur dua bulan eksplan
sang multiplikasi tunas (Seswita et al.,
yang dikulturkan pada media MS tanpa
2001).
zat pengatur tumbuh untuk peubah
Kemampuan bagian tanaman
jumlah tunas dan tinggi tunas berbeda
untuk berakar memang sangat
nyata dengan dengan kontrol dan
beragam, tergantung pada jenis
perlakuan lainnya kecuali dengan BA
tanaman, umur, lingkungan dan
0,1 mg/l untuk jumlah tunas dan
perlakuan-perlakuan yang diberikan.
panjang tunas.
Secara fisiologi dapat dibedakan
Pada kultur in vitro sambang
adanya bahan tanaman yang mudah
nyawa penggunaan BA dapat di-
berakar dan sulit berakar. Kemampuan
katakan tidak berpengaruh dalam
bahan tanaman berakar merupakan
meningkatkan daya multiplikasi tunas.
interaksi keturunan genetic dan
Penggunaan media dasar MS tanpa zat
substansi-subtansi yang dihasilkan oleh
pengatur tumbuh telah merangsang
daun, misalnya auksin, karbohidrat,
daya multiplikasi tunas. Hal ini terlihat
senyawa nitrogen, vitamin-vitamin dan
pula pada induksi perkaran di mana
substansi lainnya (Mangoenndodjojo,
eksplan yang dikulturkan pada media
2003). Di samping itu tanaman
MS tanpa auksin dapat terbentuk akar.
sambang nyawa merupakan tanaman
Akar yang terbentuk tidak hanya
yang tidak berbunga/biji dan diper-
dipangkal batang, tetapi juga terbentuk
banyak dengan menggunakan stek
rambut akar yang ditemukan pada ruas-
batang dan tunas akar (Suharmiati dan
ruas batang. Sambang nyawa diduga
Maryani, 2003).
memiliki kandungan hormon endogen
Seluruh substansi tersebut telah
yang cukup untuk multiplikasi tunas.
terdapat pada media MS baik unsure
Hal senada terlihat pada tanaman
makro, mikro dan vitamin. Pada
sambang colok (Aerva sanguilenta)
kandungan hara mikro terdapat juga
yang juga dapat bermultiplikasi dengan
Boron yang penting dalam merangsang
baik pada media dasar MS tanpa zat
terbentuknya akar. Lebih jauh menurut
pengatur tumbuh (Amalia et al., 2004).
59
Tabel 1. Rata-rata jumlah tunas, ruas dan tinggi tunas sambang nyawa di dalam
media MS dengan penambahan berbagai konsentrasi BA 1 dan 2 bulan
kultur
Table 1. Average of node, length and shoot of Gynura procumbens in MS medium
with addition of BA consentration 1 and 2 months culture
Periode kultur 1 bulan Periode Kultur 2 bulan
Culture period 1 month Culture period 2 month
No. Perlakuan Jml Jml Tinggi Jml Jml Panjang
No Treatment tunas ruas tunas tunas ruas tunas (cm)
mg/l Value Value (cm) Value Value Length of
of of Length of of of shoot
shoot nodes shoot shoot nodes
1 MS + BA 0 3,3 a 3a 2a 5,4 a 4,6 a 3,42 a
2 MS + BA 0,1 1,3 b 1,9 b 1,93 a 4, ab 3,2 b 3,16 ab
3 MS + BA 0,3 1,3 b 1,8 b 1,98 a 2,6 b 2,6 b 2,75 b
4 MS + BA 0,5 1,3 b 1,8 b 1,78 a 2,8 b 3,3 b 2,85 b
KK/(CV)% 47,57 27,28 19,91 35 24,09 18
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.1% uji DMRT
Note : Numbers followed by the same letters within each colums, are not significantly different at 0,1
% level
60
Pemberian IAA dengan konsen- Bila IBA digunakan dalam
trasi yang relatif tinggi pada media bentuk larutan, maka garam NA, K
perakaran, akan menyebabkan ter- atau NH4 akan mudah larut dari pada
hambatnya pepanjangan akar akan asam bebas. Selanjutnya Salisbury and
tetapi meningkatkan jumlah akar Ross (1992) menyatakan bahwa IBA
(Delvin, 1975 dalam Abidin, 1989). lebih lazim digunakan untuk memacu
IBA dan IAA memiliki sifat kimia perakaran dibandingkan NAA atau
lebih stabil dan mobilitasnya di dalam auksin lainnya. Menurut Mosela (1979)
tanaman rendah. Sifat ini yang penam-pilan dan jumlah akar yang
menyebabkan pemakaian IBA dan terbentuk akan menentukan
IAA dapat berhasil karena pengaruh- keberhasilan plantlet beradaptasi dan
nya lebih lama. tumbuh pada lingkungan di luar botol
Sementara NAA walaupun kultur. Semakin banyak akar yang
merupakan auksin sintetik yang lebih dihasilkan dapat menguntungkan
efektif NAA mempunyai sifat proses aklimatisasi karena luas bidang
meracuni pada kepekatan optimum serapan unsur hara menjadi meningkat.
untuk perakaran. Sementara IBA Dari hasil aklimatisasi di rumah
memiliki sifat lebih fleksibel dalam hal kaca dengan menggunakan pupuk
kepekatan. kandang dan sekam terlihat bahwa
Tabel 2. Tinggi tunas, jumlah daun jumlah akar dan panjang akar sambang nyawa
di dalam media perakaran in vitro
Table 2. Length of shoot, leaf number, root number and length of root Gynura
procumbens on the rooting media in vitro
No Media Tinggi Jumlah Panjang Penampakan Jumlah
perlakuan tunas akar akar (cm) akar daun
Treatment (cm) Number Length of Root Number
Length of root visualitation of leaf
of shoot root
1 IAA 0,1 mg/l 4,65 ab 6,2 bc 9,43 a Kurus 12 a
2 IAA 0,3 mg/l 3,6 bc 3,95 c 7,77 ab Kurus 6,2 c
3 IBA 0,1 mg/l 4,53 ab 7,8 ab 7,01 ab Sedang 8,8 bc
4 IBA 0,3 mg/l 3,43 c 5,5 bc 9,58 a Sedang 9,2 b
5 NAA 0,1 mg/l 3,65 bc 9,3 a 6,01 b Agak gemuk 9 bc
6 NAA 0,3 mg/l 4,9 a 9a 5,1 b Agak gemuk 7,9 bc
KK/% 20,18 27,98 3,16 24,75
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.1% uji DMRT
Note : Numbers followed by the same letters within each colums, are not significantly different at
0,1 % level
61
persentase tunas tumbuh dengan baik dapat disimpulkan bahwa untuk
didapatkan pada plantlet yang sambang nyawa panjang akar sangat
berasal dari media perakaran IAA berpengaruh pada keberhasilan
dan ditanam pada media pupuk aklimatisasi, hal ini terlihat dari
kandang dengan taraf keberhasilan tingginya keberhasilan plantlet yang
90 % sementara pada media sekam tumbuh asal media perakaran IAA
persentase keberhasilan sangat 0,1 yang memiliki panjang akar rata
rendah Terlihat adanya interaksi –rata 9,3 cm dengan jumlah daun
antara perlakuan pupuk kandang tertinggi, sehinga hal ini mendukung
dengan konsentrasi auksin (Tabel 3). dalam keberhasilan aklimatisasi di
Media tanah + sekam dengan rumah kaca.
perbandingan 1 : 1 dianggap kurang Disamping itu teknik pelepasan
baik untuk aklimatisasi sambang sungkup sangat mempengaruhi keber-
nyawa, diduga karena tekstur tanah hasilan aklimatisasi. Untuk sambaing
tidak porous. Dari hasil aklimatisasi nyawa, sebelum sungkup dilepas, maka
Tabel 3. Persentase tumbuh plantlet dan tinggi tanaman pada media aklimatisasi
yang berbeda 4 minggu setelah tanam
Table 3. Percentage of a live plantlet and shoot length from different
acclimatization medium 4 weeks after planting
Perlakuan Asal plantlet Persentase tumbuh (%) Tinggi tunas (cm)
Treatment Plantlet come Percentage of a live Shoot lenght
from shoot
Pupuk kandang
1. IAA 0,1 mg/l 90 5,2 a
2. IAA 0,3 mg/l 50 3,92 abcd
3. IBA 0,1 mg/l 80 5,01 a
4. IBA 0,3 mg/l 80 3,56 abcd
5. NAA 0,1 mg/l 60 3,81 abcd
6. NAA 0,3 mg/l 70 4,57 ab
II Sekam
1. IAA 0,1 mg/l 30 2,47 cde
2. IAA 0,3 mg/l 40 2,55 cde
3. IBA 0,1 mg/l 70 4,09 abc
4. IBA 0,3 mg/l 40 2,99 bcde
5. NAA 0,1 mg/l 30 2,47 cde
6. NAA 0,3 mg/l 40 2,05 de
KK/% 52,62
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.1% uji DMRT
Note : Numbers followed by the same letters within each colums, are not significantly different at 0,1
% level
62
dilakukan pembukaan sungkup tunas dan penyimpanan tanaman
secara bertahap, yakni seminggu obat pegagan secara in vitro. Jurnal
sungkup utuh, minggu kedua Ilmiah Gakuryoku PERSADA-
dilubangi sebesar 1/3 bagian plastik, IPB. (VI) : 1: 20-22.
minggu ketiga 2/3 bagian plastik, Kristina, N.N. dan N. Bermawie, 1999.
dan minggu keempat dibuka penuh. Pengaruh subkultur dan lama
periode kltur pada daya
KESIMPULAN
multiplikasi tunas lada Piper
Untuk mendapatkan multiplikasi nigrum L. asal biji varietas Petaling
tunas sambang nyawa cukup dengan 1. Jurnal Litantri 5 3: 98-102.
mengaplikasikan media MS tanpa zat
pengatur tumbuh, yang menghasilkan Mangoendidjojo, W., 2003. Dasar-
jumlah tunas rata-rata 5,4 setelah masa dasar pemuliaan tanaman. Penerbit
kultur 2 bulan. Sedangkan media Kanisius. pp. 154.
perakaran terbaik adalah MS + IAA 0,1 Mosella, L.C., 1979. L’utilisation de
dengan panjang akar 9,3 cm dan l’apex caulinaire comme moyen
jumlah daun 12 per tunas. Media d’elemination de deu types, de
aklimatisasi untuk plantlet sambaing virions chez le Pecher Prunus
nyawa terbaik adalah pupuk kandang + persica. (L) BATSCH. These
tanah (1 : 1) dengan keberhasilan 90%. Docteur Ingenieur en Agronomice,
Mention Phytotechnie, USTL,
DAFTAR PUSTAKA Montpellier. 202 p.
Abidin, Z., 1989. Dasar-dasar pengeta- Rosita, SDM., O. Rostiana dan P.
huan tentang zat pengatur tumbuh. Wahid, 1993. Tumbuhan Obat
Penerbit Angkasa, Bandung. 85 Keluarga. Booklet Balittro. Ed. I.
hal.
Salisbury, F.B. and C. W. Ross, 1992.
George, E.F and P.D. Sherrington, Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Hak
1984. Plant propagation by Tissue Cipta Edisi Bahasa Indonesia.
culture. England. 709 p. Penerbit ITB Bandung. 343 h.
Ibrahim, M.S., N.N. Kristina dan N. Suharmiati dan H. Maryani, 2003.
Bermawie, 2004. Pengaruh NAA Khasiat dan Manfaat Daun Dewa
dan IBA terhadap inisiasi akar lada dan Sambang Nyawa. Agromedia
(Piper nigrum L.) hasil radiasi Pustaka. 49 h.
secara in vitro. Makalah poster
pada Simposium IV Hasil Syahid, S.F. Amalia, C. Syukur dan N.
Penelitian Tanaman Perkebunan. Bermawie, 2000. Pengaruh fisik
10 h. (un published). media dan konsentrasi benzyl
adenin terhadap pertumbuhan
Kristina, N.N., N. Sirait dan D. kunyit (Curcuma domestica) secara
Surachman, 2000. Multiplikasi
63
in vitro. Jurnal Ilmiah Gakuryoku Yelnititis dan N. Bermawie, 2000.
PERSADA-IPB. (VI) : 1: 13-15. Pengaruh media dan zat pengatur
tumbuh terhadap perbanyakan
Utami, N.W., 2000. Produktivitas
tanaman legundi (Vitex trifolia)
Gynura procumbens (L) Merr.
secara in vitro. Jurnal Ilmiah
Pada berbagai media tumbuh dan
Gakuryoku PERSADA-IPB. (VI) :
tingkat naungan. Jurnal Ilmiah
1: 9-12.
Gakuryoku PERSADA-IPB. (VI) :
1: 28-31. Zuhud, EAM. dan Dj. Sitepu, 1994.
Perkembangan dan program pene-
Yelnititis dan N.N. Kristina, 1994.
litian tumbuhan obat Indonesia.
Pengaruh auksin (IAA, IBA) dan
Dalam E.A. Zuhud dan Haryanto
ekstrak malt terhadap perakaran
(Ed.). Pelestarian pemanfaatan
gerbera secara in vitro. Buletin
keanekaragaman tumbuhan obat
Penelitian Tanaman Industri No. 8.
hutan tropis Indonesia. Jurusan
September 1994. h. 30-34.
Konservasi Sumberdaya Hutan.
Fak. Hutan. IPB.
64