Anda di halaman 1dari 2

Nama : Haris Muktafin

NIM : 1907801
Kelas : MIK 2B

ANALISA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

Pancasila adalah dasar ideologi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan
dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila
lahir sebagai ideologi bangsa yang diambil dari nilai-nilai kearifan lokal yang tumbuh dan
kembang di indonesia. Ideologi diartikan sebagai suatu konsensus mayoritas tentang nilai-
nilai dasar yang ingin diwujudkan dengan mendirikan negara.

Urgensi serta peran konkret Pancasila

1. Ideologi negara sebagai penuntun warga negara, artinya setiap perilaku warga negara
harus didasarkan pada preskripsi moral. Aturan, kebijakan, dan hukum haruslah bersifat
jelas dan benar adanya, hal seperti narkoba yang merebak di kalangan remaja adalah
pertanda preskripsi moral yang belum terlaksana dengan baik. Maka dari itu hukum,
aturan, serta kebijakan haruslah ditegakkan. Dan masyarakat perlu dihimbau mengenai
ideologi negara dengan cara yang menarik serta kreatif.

2. Ideologi negara sebagai penolakan terhadap nilai-nilai yang tidak sesuai dengan sila-sila
pancasila. Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan falsafah bangsa, karena
Indonesia menganut sistem demokrasi maka Pancasila termasuk ideologi terbuka. Maka
dari itu setiap orang bebas untuk mengemukakan gagasannya dan argumentatifnya, akan
tetapi, haruslah sesuai dengan prosedur dan kebijakan berlaku.

Contoh Kasus Ideologi di Indonesia

Kita bisa lihat kasus pembunuhan Nduga yang terjadi pada 2 Desember 2018 yang
menewaskan puluhan pekerja proyek jembatan Trans Papua dari PT. Istaka karya yang
dilakukan oleh segelintir orang dibawah pimpinan Eginaus Kogeya selaku pemimpin OPM
(Organisasi Papua Merdeka). Serta menimbulkan korban jiwa sebanyak 182 orang.
Pascakasus tersebut, suasana di Nduga sempat mencekam hingga pemerintah menambah
personel TNI untuk berjaga yang kemudian membuat rakyat sipil khawatir dan memilih
untuk mengungsi. Direktur Eksekutif Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua, Theo
Hasegem mendorong pemerintah untuk menjadikan apa yang terjadi di Nduga sebagai
bencana nasional.

Hal ini terjadi karena kurangnya sosialisasi dan perhatian dari pemerintah kepada
rakyatnya. Sehingga membuat segelintir orang ingin mendapatkan perhatian dan ingin apa
yang mereka suarakan dapat terdengar dan terealisasikan. Sebagai warga negara yang baik
terkhusus bagi warga negara yang mempunyai platform seperti para aktivis haruslah
menyuarakan aspirasi sebanyak mungkin, bisa lewat petisi dsb.
Kasus lunturnya penerapan ideologi Pancasila di tengah pandemi covid-19 bisa terlihat
dari beberapa oknum yang mengutamakan keselamatannya, dengan menghilangkan sifat
kemanusiaannya.

1.) Kasus menolak dikuburkannya jenazah yang “terpapar virus COVID-19” merupakan
fenomena sosial yang begitu menyakitkan, serta menjadi catatan kelam bagi
keberlangsungan hidup bangsa ini. Jenazah tersebut dianggap aib, penuh dengan dosa,
sehingga keberadaannya ditolak oleh oknum masyarakat, lebih memprihatinkan apabila
jenazah tersebut pernah berprofesi sebagai tenaga medis atau pernah mengajukan diri
untuk menjadi relawan dalam melawan pandemi COVID-19.

Sebagai masyarakat yang memiliki keimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa, kita perlu
memuliakan sesama manusia, termasuk memberikan pemakaman yang layak bagi individu
yang terpapar COVID-19 dengan pelaksanaan proses pemakaman yang mengikuti syariat
agama, serta mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan (khusus untuk COVID-19),
baik oleh WHO (organisasi kesehatan internasional) maupun oleh lembaga kesehatan
setempat yang representatif.

2.) Kasus penimbun masker dan alat kesehatan, terlihat dari sisi moralitas, tindakan
menimbun masker menjadi contoh nyata untuk perbuatan tidak bermoral. Dalam situasi
krisis seperti sekarang yang seharusnya membutuhkan kolaborasi antar masyarakat, akan
tetapi justru ada oknum-oknum yang tega mencari keuntungan disaat kesulitan.

3.) Kasus penggunaan alat medis yang disalahartikan, seperti halnya kasus 2(dua) orang yang
pergi berbelanja ke pasar menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang tidak sepatutnya
menggunakan alat tersebut di tengah krisisnya perlengkapan medis.

Sebagai warga negara yang baik kita harus saling tolong-menolong dan bersatu padu untuk
menghadapi bencana ini. Gunakan alat-alat medis secukupnya dan mengetahui porsinya. Ikut
serta mengedukasi masyarakat mengenai apa yang harus dilakukan ditengah pandemi
COVID-19 ini.

Sumber

Malik, A. (2020). Membangkitkan Nasionalisme. 6(1), 101–108.


BBC, (2019). https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49345664
Agil, (2020). https://www.suara.com/yoursay/2020/04/14/153305/menyikapi-virus-corona-
merefleksikan-solidaritas-bangsa
Arie, H (2020). https://geotimes.co.id/opini/penimbunan-masker-ideologi-kompetisi-hingga-krisis-
empati/
Guruh, P. (2020). https://pojoksatu.id/news/berita-nasional/2020/03/27/bikin-geregetan-tenaga-
medis-kekurangan-apd-warga-malah-belaja-ke-pasar-pakai-apd/

Anda mungkin juga menyukai