Pada umumnya limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan
dan proses produksi, baik pada rumah tangga, industri, pertambangan, perkebunan dan
sebagainya. Bentuk limbah yang dihasilkanpun bervariasi dapat berupa cair, padat, gas.
Dari limbah yang dihasilkan tersebut ada yang bersifat baracun atau berbahaya dan
dikenal dengan Limbah Bahan Berbahaya dan Baracun.
Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan
hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lain. Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya
disebut Limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
Limbah yang termasuk berbahaya dan beracun (B3) mempunyai sifat baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup dan
membahayakan kesehatan manusia. Beberapa karakteristik limbah berbahaya dan beracun
antara lain :
1. Mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan yang tinggi dengan cepat.
2. Mudah terbakar adalah limbah yang apabila berdekatan dengan api akan mudah
terbakar dalam waktu lama.
3. Mengandung racun, yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
4. Bersifat reaktif, yaitu limbah yang mudah menyebabkan kebakaran karena melepaskan
atau menerima oksigen.
5. Menyebabkan infeksi. Limbah ini misal berasal dari limbah laboratorium yang
terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung bibit penyakit.
6. Bersifat Korosif. Merupakan limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau
merusak/melapukkan baja. Limbah ini memiliki pH < 2,0 ( bersifat asam ) dan pH >
12,5 ( bersifat basa ).
Banyak limbah berbahaya yang
berupa baterai keras yang diproduksi
dengan jumlah jutaan setiap tahunnya.
Juga pestisida racun hama yang banyak
digunakan dibidang petanian dan
perkebunan. Apabila digunakan sesuai
dengan takaran mungkin tidak berbahaya,
tapi tanpa disadari racun hama yang
terbuat dari bahan-bahan kimia organik
akan terdekomposisi baik oleh peristiwa
alami maupun peristiwa kimiawi dari
tumbuhan yang disemprot pestisida tersebut. Sisa pestisida yang ada dipermukaan daun
akan terbawa air hujan dan terinfiltrasi kedalam tanah dan mengalir ke sungai yang akan
meracuni air sungai.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun,
dibakar atau dibuang ke lingkungan , karena mengandung bahan yang dapat membahayakan
manusia dan makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara penanganan yang lebih
khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 perlu diolah, baik secara fisik, biologi,
maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya atau berkurang daya racunnya. Setelah
diolah limbah B3 masih memerlukan metode pembuangan yang khusus untuk mencegah
resiko terjadi pencemaran. Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umumnya
diterapkan adalah sebagai berikut.
1. Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi
Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi. Proses
pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umumnya dilakukan adalah stabilisasi/
solidifikasi . stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan bentuk fisik dan sifat kimia
dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi tertentu untuk memperkecil
atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum
dibuang. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah
semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik.
Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil volume B3 namun
saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas beracun hasil
pembakaran tidak mencemari udara.
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat ini
dikenal dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan
bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3, sedangkan
Vitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi
bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi
pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih muran dibandingkan dengan
metode Kimia atau Fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses
Bioremediasi dan Vitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu
yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu,
karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-
senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem.
2. Metode Pembuangan Limbah B3
a. Sumur dalam/ Sumur Injeksi (deep well injection)
Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah
dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam, di
bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini
akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air. Namun,
sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau korosi pipa atau pecahnya
lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes kelapisan tanah.
b. Kolam penyimpanan (surface impoundments)
limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat untuk limbah
B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah.
Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan mengendap di dasar.
Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun dalam
kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3
bersama air limbah sehingga mencemari udara.
c. Landfill untuk limbah B3 (secure landfils)
limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus pengamanan tinggi. Pada
metode pembuangan secure landfills, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-tong,
kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah
B3. Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang lengkap untuk mengontrol
kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat
menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Namun, metode secure landfill merupakan
metode yang memliki biaya operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan
tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah akan semakin menumpuk
5. Limbah Industri
Pada dasarnya fungsi industri mengolah input menjadi output. Sebagai input
meliputi bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja mesin dan tenaga ahli dan lain-lain.
Sebagai output industri diklasifikasikan produk utama, sampingan dan limbah yang dapat
diuraikan
menjadi limbah bernilai ekonomis dan nonekonomis. Penyelidikan sumber pencemaran
dapat dilaksanakan pada input, proses maupun pada output-nya dengan melihat jenis dan
spesifikasi limbah yang diproduksi.
Pencemaran yang ditimbulkan industri karena ada limbah keluar pabrik
mengandung bahan beracun dan berbahaya. Bahan pencemar keluar bersama bahan
buangan melalui media udara, air dan bahan padatan. Bahan buangan yang keluar dari
pabrik masuk dalam lingkungan dapat diidentifikasi sebagai sumber pencemar.
Sebagai sumber pencemar perlu diketahui jenis bahan pencemar yang keluar,
jumlah dan jangkauannya. Antara pabrik satu dengan yang lain berbeda jenis, dan
jumlahnya tergantung pada penggunaan bahan baku, sistem proses, dan cara kerja
karyawan dalam pabrik. Untuk mengidentifikasi industri sebagai pencemar maka perlu
diketahui jenis industrinya, bahan baku, sistem proses dan pengolahan akhir.