Anda di halaman 1dari 6

4.

Limbah Berbahaya dan Beracun (B3)

Pada umumnya limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan
dan proses produksi, baik pada rumah tangga, industri, pertambangan, perkebunan dan
sebagainya. Bentuk limbah yang dihasilkanpun bervariasi dapat berupa cair, padat, gas.
Dari limbah yang dihasilkan tersebut ada yang bersifat baracun atau berbahaya dan
dikenal dengan Limbah Bahan Berbahaya dan Baracun.
Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan
hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lain. Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya
disebut Limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
Limbah yang termasuk berbahaya dan beracun (B3) mempunyai sifat baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup dan
membahayakan kesehatan manusia. Beberapa karakteristik limbah berbahaya dan beracun
antara lain :
1. Mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan yang tinggi dengan cepat.
2. Mudah terbakar adalah limbah yang apabila berdekatan dengan api akan mudah
terbakar dalam waktu lama.
3. Mengandung racun, yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
4. Bersifat reaktif, yaitu limbah yang mudah menyebabkan kebakaran karena melepaskan
atau menerima oksigen.
5. Menyebabkan infeksi. Limbah ini misal berasal dari limbah laboratorium yang
terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung bibit penyakit.
6. Bersifat Korosif. Merupakan limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau
merusak/melapukkan baja. Limbah ini memiliki pH < 2,0 ( bersifat asam ) dan pH >
12,5 ( bersifat basa ).
Banyak limbah berbahaya yang
berupa baterai keras yang diproduksi
dengan jumlah jutaan setiap tahunnya.
Juga pestisida racun hama yang banyak
digunakan dibidang petanian dan
perkebunan. Apabila digunakan sesuai
dengan takaran mungkin tidak berbahaya,
tapi tanpa disadari racun hama yang
terbuat dari bahan-bahan kimia organik
akan terdekomposisi baik oleh peristiwa
alami maupun peristiwa kimiawi dari
tumbuhan yang disemprot pestisida tersebut. Sisa pestisida yang ada dipermukaan daun
akan terbawa air hujan dan terinfiltrasi kedalam tanah dan mengalir ke sungai yang akan
meracuni air sungai.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun,
dibakar atau dibuang ke lingkungan , karena mengandung bahan yang dapat membahayakan
manusia dan makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara penanganan yang lebih
khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 perlu diolah, baik secara fisik, biologi,
maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya atau berkurang daya racunnya. Setelah
diolah limbah B3 masih memerlukan metode pembuangan yang khusus untuk mencegah
resiko terjadi pencemaran. Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umumnya
diterapkan adalah sebagai berikut.
1. Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi
Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi. Proses
pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umumnya dilakukan adalah stabilisasi/
solidifikasi . stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan bentuk fisik dan sifat kimia
dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi tertentu untuk memperkecil
atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum
dibuang. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah
semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik.
Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil volume B3 namun
saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas beracun hasil
pembakaran tidak mencemari udara.
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat ini
dikenal dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan
bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3, sedangkan
Vitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi
bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi
pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih muran dibandingkan dengan
metode Kimia atau Fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses
Bioremediasi dan Vitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu
yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu,
karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-
senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem.
2. Metode Pembuangan Limbah B3
a. Sumur dalam/ Sumur Injeksi (deep well injection)
Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah
dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam, di
bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini
akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air. Namun,
sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau korosi pipa atau pecahnya
lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes kelapisan tanah.
b. Kolam penyimpanan (surface impoundments)
limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat untuk limbah
B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah.
Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan mengendap di dasar.
Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun dalam
kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3
bersama air limbah sehingga mencemari udara.
c. Landfill untuk limbah B3 (secure landfils)
limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus pengamanan tinggi. Pada
metode pembuangan secure landfills, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-tong,
kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah
B3. Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang lengkap untuk mengontrol
kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat
menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Namun, metode secure landfill merupakan
metode yang memliki biaya operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan
tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah akan semakin menumpuk

5. Limbah Industri
Pada dasarnya fungsi industri mengolah input menjadi output. Sebagai input
meliputi bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja mesin dan tenaga ahli dan lain-lain.
Sebagai output industri diklasifikasikan produk utama, sampingan dan limbah yang dapat
diuraikan
menjadi limbah bernilai ekonomis dan nonekonomis. Penyelidikan sumber pencemaran
dapat dilaksanakan pada input, proses maupun pada output-nya dengan melihat jenis dan
spesifikasi limbah yang diproduksi.
Pencemaran yang ditimbulkan industri karena ada limbah keluar pabrik
mengandung bahan beracun dan berbahaya. Bahan pencemar keluar bersama bahan
buangan melalui media udara, air dan bahan padatan. Bahan buangan yang keluar dari
pabrik masuk dalam lingkungan dapat diidentifikasi sebagai sumber pencemar.
Sebagai sumber pencemar perlu diketahui jenis bahan pencemar yang keluar,
jumlah dan jangkauannya. Antara pabrik satu dengan yang lain berbeda jenis, dan
jumlahnya tergantung pada penggunaan bahan baku, sistem proses, dan cara kerja
karyawan dalam pabrik. Untuk mengidentifikasi industri sebagai pencemar maka perlu
diketahui jenis industrinya, bahan baku, sistem proses dan pengolahan akhir.

Sesuai dengan sifatnya, limbah


industri digolongkan menjadi 3, yaitu:
limbah padat, limbah cair, dan limbah
gas/asap. Limbah padat adalah limbah
yang sesuai dengan sifat benda padat
merupakan sampingan hasil proses
produksi. Pada beberapa industri
tertentu limbah ini sering menjadi
masalah baru sebab untuk proses
pembuangannya membutuhkan satu
pabrik pula. Limbah penduduk kota
menjadikan kota
menghadapi problema kebersihan. Menurut sifat dan bawaan
limbah mempunyai karakteristik baik fisika, kimia maupun biologi. Sifat setiap jenis
limbah tergandung dari sumber limbah.
Ada industri tertentu menghasilkan limbah cair dan limbah padat yang sukar
dibedakan. Ada beberapa hal yang sering keliru mengidentifikasi limbah cair, yaitu
buangan air yang berasal dari pendinginan. Sebuah pabrik membutuhkan air untuk
pendinginan mesin, lalu memanfaatkan air sungai yang sudah tercemar disebabkan oleh
sektor lain. Karena kebutuhan air hanya untuk pendinginan dan tidak untuk lain-lain,
tidaklah tepat bila air yang sudah tercemar itu dikatakan bersumber dari pabrik tersebut.
Limbah gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Pabrik
mengeluarkan gas, asap, partikel, debu melalui udara, dibantu angin memberikan
jangkauan pencemaran yang cukup luas. Gas, asap dan lain-lain berakumulasi/bercampur
dengan udara basah mengakibatkan partikel tambah berat dan malam hari turun bersama
embun.
Sumber limbah industri adalah :
1) Bersumber langsung dari kegiatan industri, yaitu limbah yang dihasilkan bersamaan
dengan proses produksi sedang berlangsung, dimana produk dan limbah hadir pada
saat yang sama.
2) Secara tidak langsung dari kegiatan industri. Limbah ini dihasilkan sebelum proses
maupun sesudah proses produksi. Misal, pencucian kayu balok pada pabrik Plywood
merupakan limbah tidak langsung. Sebelum bahan baku diproses pada mesi-mesin,
seringkali harus dibersihkan terlebih dahulu, dan akibat dari kegiatan tersebut
menghasilkan limbah. Berbagai hasil produksi pabrik yang dikonsumsi ditengah-
tengah masyarakat, setelah habis masa penggunaannya barang tersebut dibuang
sebagai limbah meskipun bukan lagi menjadi tanggung jawab pengusaha industri yang
mengelolanya. Limbah yang dikembalikan ke pabrik untuk digunakan sebagaimana
pada awal prosesnya disebut dengan pendayagunaan kembali (Reuse).

6. Bahan Lain yang Berbahaya dalam Pabrik


Di samping pada bahan pencemar yang lepas
ke udara terdapat pula bahan tertentu yang
tersimpan ataupun masih dalam proses di pabrik.
Bahan ini karena sifat fisis dan kimianya cukup
berbahaya bagi lingkungan apabila terlepas
dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Sifat racun
suatu bahan belum tentu sama dengan sifat
bahaya. Bahan yang bersifat racun belum tentu
menimbulkan/merupakan bahaya apabila
bahan tersebut digunakan secara tepat.
Sifat racun menunjukkan efek biologis atau kemampuan untuk melukai tubuh, sedang
sifat bahaya menunjukkan kemungkinan kerugian. Bahan semacam ini banyak digunakan
sebagai bahan penolong ataupun bahan utama pabrik kimia. Juga banyak diperoleh sebagai
hasil jadi atau sampingan.
Tingkat bahaya yang ditimbulkan sebagai racun sangat membahayakan bagi manusia
karena menimbulkan bermacam-macam gangguan seperti: merusakkan kulit, menyulitkan
pernafasan, akut maupun kronis, bahkan dapat mematikan. Di samping itu mempunyai
daya ledak, mudah terbakar, mudah menyala, sehingga pengelolaannya harus dilakukan
dengan sangat herhati-hati.
Bensena, siklo hexanol, asam sulfat, amonium hidroksida, amonium sulfat, amonium
nitrat, hidrogen karbon dioksida, belerang dioksida dan lain-lain yang terdiri dari 90
macam bahan, telah diklasifikasikan sebagai B3. Oleh sebab itu pengawasan dan
pengamanan terhadap bahan ini harus ditingkatkan dari waktu ke waktu menyangkut sifat
fisis dan kimia. Berbahaya dan beracun yang dimaksudkan karena dapat mematikan
seketika atau pun beberapa lama, dapat secara biologis, dapat berakumulasi dalam
lingkungan dan terakhir tidak bisa terdegradasi.
Besarnya resiko kerusakan lingkungan akibat bahan tersebut telah banyak terbukti
seperti tragedi Chernobyl di Uni Soviet ataupun Bhopal di India. Kerusakan yang
ditimbulkannya selain mengancam kehidupan manusia juga akan mengancam biota lainnya
baik dalam jangka panjang maupun pendek. Kehadiran bahan beracun dan berbahaya
sebagai limbah seperti mata rantai yang tak berujung. Bahan ini dalam bentuknya sesuai
dengan sifatnya harus tersimpan secara baik. Lokasi penyimpanan dan wadahnya juga
harus memenuhi kriteria tertentu sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan.
Barang-barang tersebut bila hendak dipindahkan/diangkut untuk kebutuhan proses
industri membutuhkan angkutan tersendiri, mungkin dibutuhkan desain khusus alat
pengangkut sampai kepada proses, sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi untuk
kemudian dikonsumsi oleh industri hilir atau konsumen langsung. Oleh pihak industri
maupun konsumen untuk sebagian terbuang sebagai limbah. Sebagai limbah yang
ekonomis dapat didaur ulang dan sebagai limbah nonekonomis akan dibuang melalui
proses pangolahan.
Ditinjau dari sudut pengawasan dan pengamanan bahan ini pengelolaannya harus
dilaksanakan mulai dari pengadaan sampai kepada distribusi. Mengingat seringnya terjadi
kecelakaan yang ditimbulkan bahan beracun dan berbahaya maka setiap pengusaha
dianjurkan untuk membuat label setiap jenis bahan tersebut. Label itu menunjukkan jenis
bahan, sifat kimia maupun fisikanya sehingga setiap orang dapat melihat dan membaca.
Bahan pencemar yang terkandung dalam limbah terdiri dari bahan beracun dan atau
berbahaya. Beracun artinya dapat membunuh manusia atau makhluk lain bila takarannya
melebihi ukuran yang disyaratkan. Sedangkan berbahaya masuk tubuh belum tentu beracun
tapi juga dapat merusakkan tubuh. Parameter limbah menunjukkan daya racun dan
berbahaya bila salah satu atau lebih dari sifat berikut ini dipenuhi, yaitu:
1.Bahannya sendiri bersifat racun
2.Mudah terbakar dan menyala
3.Mudah meledak/Bahan peledak
4.Korosif/Iritatif
5.Radio aktif
6.Membahayakan ekosistem
Ada beberapa bahan kimia yang sangat besar
manfaatnya dan digunakan sehari-hari tapi
mempunyai daya racun yang cukup tinggi, misalnya
racun yang digunakan untuk membunuh tikus,
serangga, nyamuk, dan racun lainnya sejenis
pestisida. Sebagai bahan organik yang siap pakai
senantiasa diberikan tanda-
tanda peringatan ataupun catatan
pada
pembungkus/packing sehingga merupakan petunjuk bagi si pemakai.
Bahan yang mudah menyala dan terbakar disebabkan bereaksi dengan oksigen bila
dekat dengan sumber panas pada suhu atau tekanan tertentu akan menimbulkan ledakan
maupun api. Misalnya amonia (NH3) berbentuk gas tidak berwarna, baunya khas:
Disimpan dalam keadaan cair pada tekanan 10 atmosfir. Titik leleh: minus 77°C dan titik
didih: minus 33°C. Akan menyala sendiri pada suhu 629°C. Gas ini memengaruhi kulit,
pencernaan dan pernafasan. Meledak dari wadahnya bila terkena nyala api.
Terjadinya pencemaran karena perlakuan yang tidak semestinya terhadap bahan
tersebut, mulai dari penanganan awal sampai kepada distribusi. Kontak dengan hawa
panas, wadah terbuka, kebocoran dan tercecer menyebabkan bahan ini terbuang dengan
media pencemar udara ataupun air.

Anda mungkin juga menyukai