Anda di halaman 1dari 13

Kelompok IV Percobaan Korosi

Percobaan Korosi

Isneni Ismail
Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Email : isneni6677@gmail.com

Abstract : Reaksi kimia banyak terjadi dalam kehidupan, ada reaksi yang menguntungkan maupun yang
merugikan. Reaksi yang merugikan seperti korosi atau perkaratan logam. Korosi terjadi dengan adanya
penghancuran paksa bahan logam. Biasanya reaksi dimulai pada permukaan materi dan kemudian
kehancuran dapat menyebar ke bagian dalam materi. Karat yang terbentuk pada permukaan pada besi
terlalu berpori sehingga tidak mampu untuk melindungi logam dibawahnnya, namun hal ini dapat diatas
untuk mencegah proses terjadinya korosi. Proses ini merupakan salah satu metode yang dirancang untuk
melindungi logam dari korosi yang dinamakan perlindungan katodik. Perlindungan katodik (cathodic
protection) ialah proses perlindungan logam dari korosi dengan membuatnya menjadi katoda dalam sel
galvanik yang merupakan penerapan reaksi elektrokimia. Urutan deret volta pada sel galvani semakin ke
kiri maka semakin mudah mengalami oksidasi, yang mana jika suatu senyawa atau unsur mudah mengalami
oksida maka semakin mudah juga terjadi korosi. . Percobaan ini menggunakan sampel paku yang mana
paku merupakan suatu logam yang terbuat dari besi dengan sifat yang mudah mengalami korosi karena
sifatnya yang dapat membentuk pori-pori besar menyebabkan korosi juga dapat terjadi pada bagian dalam
paku. Percobaan ini dilakukan untuk mengetaui apakah paku mengalami korosi atau tidak dengan
dilakukannya pelapisan terhadap besi dengan menggunakan logam lain. Jika dilihat dari potensial reduksi
standar (Eo) masing-masing logam, maka Al yang paling negatif (-1,66), kemudian Zn (-0,76), Fe (-0,44) dan
Cu (+0,34) yang mana Cu paling elekropositif dari ketiga logam yang diujikan. Semakin ke kanan maka Eo
semakin besar. Hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa logam Cu dapat mempercepat korosi,
sedangkan logam Al dan Zn dapat menghambat proses terjadinya korosi pada besi yang dibuktikan dengan
adanya perubahan warna pada agar-agar.

Keywords : elektrokimia, deret volta, korosi, besi.

1. PENDAHULUAN
Reaksi kimia banyak terjadi dalam kehidupan, ada reaksi yang menguntungkan

maupun yang merugikan. Reaksi kimia yang menguntungkan seperti reaksi yang

terdapat pada sel aki, sel baterai (sel kering), pembuatan logam dari bijihnya maupun

pemurnian logam dan sebagainya. Adapun reaksi yang merugikan seperti korosi atau

perkaratan logam. Walaupun dari sisi lain korosi juga termasuk menguntungkan,

sebab sebab tanpa adanya korosi bumi ini akan penuh dengan sampah logam

(Baharuddin, dkk., 2013: 57).

1
Kelompok IV Percobaan Korosi

Korosi mengakibatkan kerusakan parah pada bangunan, jembatan, kapal dan

mobil. Peristiwa korosi yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti

karat pada paku. Ini terjadi karena sebagian besar logam dapat mengalami oksidasi dan

melepaskan elektron ke oksigen di udara dan membentuk oksida

logam yang disebut karat. Korosi logam tidak hanya tebatas pada besi. Noda pada

perak, dan patina hijau yang terbentuk pada tembaga dan kuningan merupakan

beberapa diantara contoh korosi (Chang, 2004: 215). Berdasarkan latar belakang

tersebut maka dilakukan percobaan korosi dengan tujuan untuk menentukan logam

yang meningkatkan korosi besi dan yang menghambat korosi.

2. DASAR TEORI
Besi

Besi yang murni adalah logam warna putih-perak, yang kukuh dan liat. Ia

melebur pada 1535°C. Jarang terdapat besi yang murni, biasanya besi mengandung

sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. Zat-

zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Salah satu

jenis potongan besi yaitu paku yang bentuk ujungnya runcing. Paku sangat banyak

dimanfaatkan dalam dunia konstruksi atau pembangunan. Salah satu kelemahan paku

adalah mudah korosi sehingga jika telah mengalami korosi maka dapat kehilangan

nilai jual dan fungsi komersialnya. Hal ini dapat merugikan dan juga dapat

membahayakan (Svehla, 1990: 257).

Pengertian Korosi

Korosi adalah proses degradasi atau kerusakan yang menyebabkan menurunnya

nilai mutu suatu bahan logam karena adanya reaksi elektrokimia antara bahan logam

dengan lingkungan (udara, air, tanah) untuk mencapai kesetimbangan. Korosi

merupakan kebalikan dari metalurgi ekstraktif. Korosi terjadi dengan adanya

penghancuran paksa bahan logam. Biasanya reaksi dimulai pada permukaan

2
Kelompok IV Percobaan Korosi

materi dan kemudian kehancuran dapat menyebar ke bagian dalam materi

(Utomo, 2009: 138).

Menurut Afandi, dkk (2015: 2) bahwa korosi dapat terjadi apabila terdapat

empat elemen di bawah ini :

1. Anoda

Terjadi reaksi oksidasi, maka daerah tersebut akan timbul korosi M → M+ + e

2. Katoda

Terjadi reaksi reduksi, daerah tersebut mengkonsumsi elektron.

3. Ada hubungan (Metallic Pathaway)

Tempat arus mengalir dari katoda ke anoda

4. Larutan (Electrolyte)

Larutan korosif yang dapat mengalirkan arus listrik, mengandung ion-ion.

Agar korosi dapat terjadi, keempat elemen tersebut harus ada. Jika salah satu

dari keempat elemen itu tidak ada, maka korosi tidak akan terjadi. Reaksi korosi yang

akan terjadi adalah :

Anoda : 4Fe → 4Fe2+ + 8e (oksidasi)

Katoda: 4H2O + 2O2 + 8e → 8 OH- (reduksi)

4Fe2+ + 8OH- → 4Fe(OH)2

4Fe(OH)2 + O2 → 2Fe2O3.2H2O (karat)

2H+ + 2e → H2 gas (suasana asam)

Menurut Jalaluddin, dkk (2015: 90-92) bahwa umumnya problem korosi

disebabkan oleh air. Tetapi ada beberapa faktor selain air yang mempengaruhi laju

korosi, diantaranya:

1. Jenis logam dan Struktur Makroskopis Logam

3
Kelompok IV Percobaan Korosi

Semakin inert suatu logam maka semakin tahan logam tersebut terhadap

korosi. Tidak homogennya susunan dari suatu logam, maka akan menimbulkan sel

korosi pada logam itu sendiri.

2. Gas terlarut

Oksigen (O2), adanya oksigen yang terlarut akan menyebabkan korosi pada

metal seperti laju korosi pada mild stell alloys akan bertambah dengan meningkatnya

kandungan oksigen. Kelarutan oksigen dalam air merupakan fungsi dari tekanan,

temperatur dan kandungan klorida.

Karbondioksida (CO2), jika karbondioksida dilarutkan dalam air maka akan

terbentuk asam karbonat (H2CO2) yang dapat menurunkan pH air dan meningkatkan

korosifitas, biasanya bentuk korosinya berupa picting yang secara umum reaksinya

adalah:

CO2 + H2O → H2CO3

Fe + H2CO3 → FeCO3 + H2

3. Temperatur

Penambahan temperatur umumnya menambah laju korosi walaupun

kenyataannya kelarutan oksigen berkurang dengan meningkatnya temperatur. Apabila

metal pada temperatur yang tidak uniform, maka akan besar kemungkinan terbentuk

korosi.

4. Power of Hydrogen (pH)

pH adalah kepanjangan dari power of hydrogen atau pangkat hydrogen. pH

merupakan ukuran konsentrasi ion hydrogen yang menunjukkan keasaman atau

kebasaan suatu zat. pH netral adalah 7, sedangkan ph < 7 bersifat asam dan korosif,

sedangkan untuk pH > 7 bersifat basa juga korosif. Tetapi untuk besi, laju korosi

rendah pada pH antara 7 sampai 14. Laju korosi akan meningkat pada pH < 7 dan pada

pH > 14.

4
Kelompok IV Percobaan Korosi

5. Konduktifitas

Naiknya konduktivitas suatu larutan, maka daya hantar listrik larutan tersebut

akan semakin baik akibatnya laju korosi lebih cepat terjadi. Adanya ion klorida (Cl -)

dalam elektrolit akan meningkatkan konduktivitas larutan tersebut, sehingga aliran

arus korosi akan lebih meningkat.

6. Adanya Garam Terlarut

Adanya garam terlarut dalam air akan mempercepat proses korosi. Hal ini

disebabkan dalam larutan garam terdapat ion-ion yang membantu mempercepat

hantaran ion-ion Fe2+ hasil oksidasi. Kekerasan karat meningkat dengan cepat oleh

adanya garam sebab kelarutan garam meningkatkan daya hantar ion-ion oleh larutan

sehingga mempercepat proses korosi. Ion-ion klorida juga membentuk senyawa

kompleks yang stabil dengan ion Fe2+. Faktor ini cenderung meningkatkan kelarutan

besi sehingga mempercepat laju korosi.

7. Faktor Bakteri Pereduksi atau Sulfat Reducing Bacteria (SRB)

Adanya bakteri pereduksi sulfat akan mereduksi ion sulfat menjadi gas H 2S,

yang mana jika gas tersebut kontak dengan besi akan menyebabkan terjadinya korosi.

Permukaan logam umumnya mengalami oksidasi ketika berada di udara pada

temperatur ruang dan membentuk lapisan oksida sangat tipis (lapisan kusam).

Korosi logam tidak terbatas hanya pada besi. Namun aluminium (Al) yang

merupakan logam untuk membuat banyak barang berguna, termasuk pesawat daan

kaleng minuman. Aluminium memiliki kecenderungan lebih besaur untuk teroksidasi

dibandingkan besi. Aluminium mempunyai potensial reduksi standar yang lebih

negatif dibandingkan dengan besi. Berdasarkan fakta tersebut, dapat diperkirakan

bahwa pesawat akan mudah mengalami korosi ketika terkena badai dan begitupula

pada kaleng minuman yang terbuat dari aluminium akan berubah menjadi tumpukan

aluminium korosi (Chang, 2004: 217).

5
Kelompok IV Percobaan Korosi

Proses-proses ini tidak akan terjadi karena lapisan aluminium oksida (Al2O3)

tak larut yang terbentuk pada permukaannya ketika terpapar ke udara akan melindungi

aluminium dibawahnya dari korosi. Namun karat yang terbentuk pada permukaan pada

besi terlalu berpori sehingga tidak mampu untuk melindungi logam dibawahnnya.

Begitu juga pada tembaga yang membentuk lapisan tembaga karbonat (CuCO3), suatu

zat yang berwarna hijau disebut dengan patina mampu melindungi logam dibawahnya

dari korosi lebih lanjut. Demikian juga peralatan makan perak yang akan bersentuhan

dengan bahan makanan akan membentuk lapisan perak sulfida (Ag2S). Proses ini

merupakan salah satu metode yang dirancang untuk melindungi logam dari korosi

yang dinamakan perlindungan katodik. Perlindungan katodik (cathodic protection)

ialah proses perlindungan logam dari korosi dengan membuatnya menjadi katoda

dalam sel galvanik yang merupakan penerapan reaksi elektrokimia (Chang, 2004: 217-

218).

Elektrokimia

Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan interkonversi

energi listrik dan energi kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi redoks (oksidasi-

reduksi) yang mana dalam reaksi ini energi yang dilepas oleh reaksi spontan diubah

menjadi energi listrik atau energi listrik digunakan agar reaksi kimia yang nonspontan

bisa terjadi. Sel elektrokimia yang berperan dalam melindungi logam dari korosi yaitu

sel volta/ sel galvani (Chang, 2004: 194).

Sel volta memiliki elektroda yang mana anoda adalah kutub negatif dan katoda

kutub positif. Anoda dan katoda akan dicelupkan ke dalam larutan elektrolit yang

terhubung oleh jembatan garam. Sel volta harus mengikuti kaidah deret volta yang

disusun berdasarkan daya oksidasi dan reduksi dari masing-masing logam. Urutan

deret tersebut sebagai berikut :

Li, K, Ba, Ca, Mg, Al, Mn, Zn, Cr, Fe, Ni, Co, Sn, Pb, Cu, Hg, Ag, Au

6
Kelompok IV Percobaan Korosi

(-3,04), (-2,92), (-2,90), (-2,87), (-2,71), (-2,37), (-1,66), (-1,18), (-0,76), (-0,74),

(-0,44), (-0,28), (-0,28), (-0,14), (-0,13), (+0,34), (+0,79), (+0,80), (+1,52).

Urutan deret volta tersebut semakin ke kanan semakin tinggi juga energi potensialnya

maka semakin mudah mengalami reduksi, yang mana jika suatu senyawa atau unsur

mudah mengalami oksida maka semakin mudah juga terjadi korosi. Oksigen bereaksi

dengan kebanyakan unsur membentuk senyawa yang disebut oksidasi dan sejak

oksigen ditemukan, istilah oksidasi dihubungkan dengan reaksi redoks, sehingga

permukaan logam yang terbuka segera dioksidasi membentuk lapisan magnesium

oksida (MgO). Besi juga dapat dioksidasi secara perlahan-lahan di udara dan

membentuk karat yang terdiri dari Fe2O3 (Harahap 2016: 178-179).

3. METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu gelas kimia 250 mL, pipet skala

10 mL, tabung reaksi, pipet tetes 2 mL, hotplate, batang pengaduk, gegep kayu, pinset,

kasa asbes, rak tabung, bulp dan gunting. Adapun bahan yang digunakan yaitu yaitu

agar-agar, aquades (H2O), asam sulfat (H2SO4) 2 M, foil aluminium (Al), foil tembaga

(Cu), foil seng (Zn), foil aluminium (Al), indikator fenolftalein (C20H14O4), kalium

heksasianofferat (K3Fe(CN)6 0,1 M, natrium klorida (NaCl), paku besi dan tissu.

Prosedur Kerja
Memanaskan aquades (H2O) sebanyak 100 mL lalu menambah agar sebanyak

0,5 gram. Selanjutnya, menambahkan 5 gram natrium klorida (NaCl), indikator

phenolftalein (C20H14O4) sebanyak 2 mL dan kalium heksasianoferrat (K 3Fe(CN)6) 0,1

M sebanyak 1 mL. Kemudian mengaduk hingga larutan menjadi homogen.

Menyiapkan paku sebanyak 4 buah kemudian merendam paku dengan asam sulfat

(H2SO4) 2 M sebanyak 15 mL selama 5 menit. Setelah itu dekantasi asam, membilas

paku dengan air panas secara hati-hati. Memindahkan paku pada waktu yang

7
Kelompok IV Percobaan Korosi

diperlukan dengan menggunakan gegep yang bersih. Menyiapkan lempengan Al, Cu

dan Zn kemudian membungkus paku dengan foil logam (Al, Zn dan Cu) dengan

memberi label, perlu diperhatikan agar foil logam harus melekat kuat dengan paku.

Selanjutnya, memasukkan paku ke dalam tabung reaksi. Kemudian mengisi tabung I

dengan paku pada, tabung II dengan paku dan foil Zn, tabung III dengan paku dan foil

Al dan pada tabung IV dengan paku dan foil Cu. Setelah itu, menambahkan media

agar yang telah dipanaskan ke dalam tabung reaksi sampai menutupi paku kemudian

masukkan indikator ke dalam setiap tabung sampai seluruh paku tertutupi dengan gel

untuk menghindari terbentuknya gelembung udara. Tempatkan keempat tabung pada

rak tabung lalu mengamati perubahan warna yang terjadi.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Percobaan dalam menentukan logam yang dapat meningkatkan korosi atau

menghambat korosi dapat dilihat dari perubahan warna yang terjadi di dalam gel.

Adapun hasilnya pengamatannya dapat diihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 . Korosi pada Paku


Keberadaan dan Lokasi Keberadaan dan Lokasi
N Sistem
Warna Merah Warna Biru
o

1. Fe - Sepanjang paku

2. Fe dan Cu - Sepanjang paku

3. Fe dan Zn Sepanjang paku -

4. Fe dan Al Permukaan lempengan Permukaan lempengan

Reaksi

1) Reaksi besi (Fe) + Oksigen (O2)

Oksidasi : Fe → Fe2+ + 2e- x2 2Fe → 2 Fe2+ + 4e

8
Kelompok IV Percobaan Korosi

Reduksi : O2 + 4H+ + 4e-→ 2H2O x1 O2 + 4H+ + 4e → 2H2O

Redoks : 2Fe + O2 + 4H+ → 2Fe2+ + 2H2O

2) Reaksi besi (Fe) dan Tembaga (Cu)

Oksidasi : Fe → Fe2+ + 2e

Reduksi : Cu2+ + 2e → Cu

Redoks : Fe + Cu2+ → Fe2+ + Cu

3) Reaksi besi (Fe) dan foil Seng (Zn)

Oksidasi : Zn → Zn2+ + 2e

Reduksi : Fe 2+ + 2e → Fe

Redoks : Fe2+ + Zn → Fe + Zn2+

4) Reaksi besi (Fe) dan foil Alumunim (Al)

Oksidasi : Al → Al3+ + 2e x2 2Al → 2Al3+ + 6e

Reduksi : Fe2+ + 2e → Fe x3 3Fe2+ + 6e → 3Fe

Redoks : 2 Al + 3 Fe2+ → 2Al2+ + 3 Fe

Korosi terjadi dengan adanya penghancuran paksa bahan logam. Biasanya

reaksi dimulai pada permukaan materi dan kemudian kehancuran dapat menyebar ke

bagian dalam materi. Percobaan ini menggunakan sampel paku yang mana paku

merupakan suatu logam yang terbuat dari besi dengan sifat yang mudah mengalami

korosi karena sifatnya yang dapat membentuk pori-pori besar menyebabkan korosi

juga dapat terjadi pada bagian dalam paku. Korosi adalah proses degradasi atau

kerusakan yang menyebabkan menurunnya nilai mutu suatu bahan logam karena

adanya reaksi elektrokimia antara bahan logam dengan lingkungan (udara, air, tanah)

untuk mencapai kesetimbangan. Salah satu proses pencegahan korosi pada besi dapat

dicegah menggunakan metode pelapisan dengan logam lain berdasarkan sifat-sifat

kimia tertentu dari logam yang digunakan dalam hal ini adalah foil Cu, Zn dan Al.

9
Kelompok IV Percobaan Korosi

Percobaan ini dilakukan untuk mengetaui apakah paku mengalami korosi atau

tidak dengan dilakukannya pelapisan terhadap besi dengan menggunakan logam lain.

Percobaan ini dimulai dengan pemanasan air yang bertujuan untuk mempercepat

terjadinya kelarutan dengan penambahan agar-agar yang berfungsi sebagai medium

indikator untuk mengetahui tempat terjadinya reaksi antara anoda dan katoda,

kemudian penambahan natrium klorida (NaCl) yang berfungsi sebagai jembatan garam

yang membawa ion klorida (Cl-) untuk mempercepat laju korosi dan dinetralkan

dengan adanya penambahan indikator fhenoftalein (PP) yang membawa ion (OH -)

untuk menunjukkan adanya reaksi reduksi yang ditandai dengan adanya perubahan

warna menjadi merah muda. Penambahan kalium heksasianoferat [K3Fe(CN)6] yang

berfungsi untuk menunjukkan adanya tempat Fe teroksidasi menjadi Fe 3+ yang

ditandai dengan adanya warna biru. Selanjutnya 4 paku besi dimasukkan ke dalam

gelas ukur dengan penambahan asam sulfat (H 2SO4) yang memberikan suasana asam

yang berperan sebagai katalis untuk mempercepat terjadinya korosi. Lalu paku

tersebut didekantasi yang berfungsi untuk menghilangkan zat-zat pengotor. Setelah itu

dibungkus paku menggunakan foil logam dengan erat agar udara tidak masuk, hal ini

fungsinya agar besi tidak mudah mengalami korosi. Terakhir masing-masing paku

akan dilumuri gel panas agar gel tidak menggumpal.

Berdasarkan percobaan tersebut diperoleh hasil yaitu tabung pertama yang

berisi paku mengalami perubahan warna menjadi warna biru di sepanjang paku

menunjukkan terjadinya reaksi oksidasi besi yang terdapat pada kalium

heksasianoferat [K3Fe(CN)6]. Hal ini terjadi karena paku tidak memiliki pelindung

sehingga mengindikasikan adanya korosi pada besi. Begitupun dengan tabung kedua

yang berisi paku dibungkus dengan foil tembaga (Cu) menghasilkan warna biru di

sepanjang paku yang menunjukkan terjadinya reaksi oksidasi Fe, besi (Fe) bertindak

sebagai anoda karena Fe memiliki potensial sel yang lebih rendah dari Cu. Warna biru

10
Kelompok IV Percobaan Korosi

menunjukkan adanya Fe+3 dari reaksi pada anoda. Jika berdasarkan reaksi maka Cu

mengalami reduksi sehingga tidak dapat melindungi besi dari korosi. Tabung ketiga

yang berisi paku dengan dengan foil seng (Zn) menghasilkan warna merah di

sepanjang paku yang menunjukkan reaksi berlangsung ke kanan, terdapat

kemungkinan adanya reduksi air dan OH- yang terdeteksi oleh PP, sehingga terjadinya

reaksi reduksi pada Fe. Hal ini terjadi karena Zn memiliki energi potensial lebih

rendah dibandingkan dengan Fe, sehingga Zn berperan sebagai pengoksidator yang

lebih dulu teroksidasi daripada besi dan dapat melindungi besi dari korosi. Begitupun

dengan tabung keempat yang berisi paku dengan foil aluminium (Al) menghasilkan

warna biru dan merah di permukaan lempengan. Ini menunjukkan Al dapat melindungi

besi dari korosi, karena dalam deret volta Al berada di sebelah kiri Fe sehingga Fe

menjadi anoda yang mengalami reduksi.

Jika dilihat dari potensial reduksi standar (Eo) masing-masing logam, maka Al

yang paling negatif (-1,66), kemudian Zn (-0,76), Fe (-0,44) dan Cu (+0,34) yang

mana Cu paling elekropositif dari ketiga logam yang diujikan. Semakin ke kanan maka

Eo semakin besar. Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

pada deret volta semakin ke kiri maka semakin mengalami oksidasi (reduktor kuat)

dan semakin ke kanan maka semakin mengalami reduksi (oksidator kuat) (Chang,

2004: 217-218).

5. PENUTUP
Kesimpulan

Hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa logam Cu dapat

mempercepat korosi. Adapun logam Al dan Zn dapat menghambat proses terjadinya

korosi pada besi yang dibuktikan dengan adanya perubahan warna pada agar-agar.

Saran

11
Kelompok IV Percobaan Korosi

Sebaiknya pada percobaan selanjutnya menentukan laju korosi pada uang

logam dari tembaga dan perak untuk menguji ketahanan uang logam tersebut terhadap

korosi.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kami ucapkan kepada kedua dosen pembimbing ibu Iin Novianty,

S.Si.,M.Sc dan ibu Rahmiani Gani, S.Pd.,M.Sc serta kepada laboran kimia fisika ibu

Andi Nurahma, S.Si.,M.Si atas bimbingan dan masukannya terhadap proses praktikum

dan penyusunan laporan ini. Semoga segala bantuan yang diberikan pahala yang

berlipat ganda dan ilmunya menjadi berkah untuk kami.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, dkk. “Analisis Laju Korosi pada Pelat Baja Karbon dengan Variasi Ketebalan
Coating”. Jurnal Teknik ITS 4, no. 1 (2015): h. 1-5.
Baharuddin, Maswati. dkk. Kimia dasar II Makassar: Alauddin Press, 2013.
Chang, Raymond. General Chemistry the Essensial Concepts,
Terj.SuminarSetiatiAchmadi. Kimia DasarKonsep-KonsepInti. Jakarta:
Erlangga, 2004.
Harahap, Muhammad Ridwan. “Sel Elektrokimia: Karakteristik dan Aplikasi”.
Circuit. 2, no. 2 (2016): 177-180.
Jalaluddin, dkk. “Efektifitas Inhibitor Ekstrak Tanin Kulit Kayu Akasia (Acacia
mangium) terhadap Laju Korosi Baja Lunak (ST.37) dalam Media Asam
Klorida”. Teknologi Kimia Unimal 4, no. 1 (2015): h. 89-99.
Shelva, dkk., Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT Kalman Media
Pusaka: Jakarta 1985
Utomo, Budi. “Jenis Korosi dan Penanggulangannya”. KAPAL 6, no. 2 (2009): h. 138-
141.

12
Kelompok IV Percobaan Korosi

13

Anda mungkin juga menyukai