Percobaan Korosi
Isneni Ismail
Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Email : isneni6677@gmail.com
Abstract : Reaksi kimia banyak terjadi dalam kehidupan, ada reaksi yang menguntungkan maupun yang
merugikan. Reaksi yang merugikan seperti korosi atau perkaratan logam. Korosi terjadi dengan adanya
penghancuran paksa bahan logam. Biasanya reaksi dimulai pada permukaan materi dan kemudian
kehancuran dapat menyebar ke bagian dalam materi. Karat yang terbentuk pada permukaan pada besi
terlalu berpori sehingga tidak mampu untuk melindungi logam dibawahnnya, namun hal ini dapat diatas
untuk mencegah proses terjadinya korosi. Proses ini merupakan salah satu metode yang dirancang untuk
melindungi logam dari korosi yang dinamakan perlindungan katodik. Perlindungan katodik (cathodic
protection) ialah proses perlindungan logam dari korosi dengan membuatnya menjadi katoda dalam sel
galvanik yang merupakan penerapan reaksi elektrokimia. Urutan deret volta pada sel galvani semakin ke
kiri maka semakin mudah mengalami oksidasi, yang mana jika suatu senyawa atau unsur mudah mengalami
oksida maka semakin mudah juga terjadi korosi. . Percobaan ini menggunakan sampel paku yang mana
paku merupakan suatu logam yang terbuat dari besi dengan sifat yang mudah mengalami korosi karena
sifatnya yang dapat membentuk pori-pori besar menyebabkan korosi juga dapat terjadi pada bagian dalam
paku. Percobaan ini dilakukan untuk mengetaui apakah paku mengalami korosi atau tidak dengan
dilakukannya pelapisan terhadap besi dengan menggunakan logam lain. Jika dilihat dari potensial reduksi
standar (Eo) masing-masing logam, maka Al yang paling negatif (-1,66), kemudian Zn (-0,76), Fe (-0,44) dan
Cu (+0,34) yang mana Cu paling elekropositif dari ketiga logam yang diujikan. Semakin ke kanan maka Eo
semakin besar. Hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa logam Cu dapat mempercepat korosi,
sedangkan logam Al dan Zn dapat menghambat proses terjadinya korosi pada besi yang dibuktikan dengan
adanya perubahan warna pada agar-agar.
1. PENDAHULUAN
Reaksi kimia banyak terjadi dalam kehidupan, ada reaksi yang menguntungkan
maupun yang merugikan. Reaksi kimia yang menguntungkan seperti reaksi yang
terdapat pada sel aki, sel baterai (sel kering), pembuatan logam dari bijihnya maupun
pemurnian logam dan sebagainya. Adapun reaksi yang merugikan seperti korosi atau
perkaratan logam. Walaupun dari sisi lain korosi juga termasuk menguntungkan,
sebab sebab tanpa adanya korosi bumi ini akan penuh dengan sampah logam
1
Kelompok IV Percobaan Korosi
mobil. Peristiwa korosi yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti
karat pada paku. Ini terjadi karena sebagian besar logam dapat mengalami oksidasi dan
logam yang disebut karat. Korosi logam tidak hanya tebatas pada besi. Noda pada
perak, dan patina hijau yang terbentuk pada tembaga dan kuningan merupakan
beberapa diantara contoh korosi (Chang, 2004: 215). Berdasarkan latar belakang
tersebut maka dilakukan percobaan korosi dengan tujuan untuk menentukan logam
2. DASAR TEORI
Besi
Besi yang murni adalah logam warna putih-perak, yang kukuh dan liat. Ia
melebur pada 1535°C. Jarang terdapat besi yang murni, biasanya besi mengandung
sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. Zat-
zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Salah satu
jenis potongan besi yaitu paku yang bentuk ujungnya runcing. Paku sangat banyak
dimanfaatkan dalam dunia konstruksi atau pembangunan. Salah satu kelemahan paku
adalah mudah korosi sehingga jika telah mengalami korosi maka dapat kehilangan
nilai jual dan fungsi komersialnya. Hal ini dapat merugikan dan juga dapat
Pengertian Korosi
nilai mutu suatu bahan logam karena adanya reaksi elektrokimia antara bahan logam
2
Kelompok IV Percobaan Korosi
Menurut Afandi, dkk (2015: 2) bahwa korosi dapat terjadi apabila terdapat
1. Anoda
2. Katoda
4. Larutan (Electrolyte)
Agar korosi dapat terjadi, keempat elemen tersebut harus ada. Jika salah satu
dari keempat elemen itu tidak ada, maka korosi tidak akan terjadi. Reaksi korosi yang
disebabkan oleh air. Tetapi ada beberapa faktor selain air yang mempengaruhi laju
korosi, diantaranya:
3
Kelompok IV Percobaan Korosi
Semakin inert suatu logam maka semakin tahan logam tersebut terhadap
korosi. Tidak homogennya susunan dari suatu logam, maka akan menimbulkan sel
2. Gas terlarut
Oksigen (O2), adanya oksigen yang terlarut akan menyebabkan korosi pada
metal seperti laju korosi pada mild stell alloys akan bertambah dengan meningkatnya
kandungan oksigen. Kelarutan oksigen dalam air merupakan fungsi dari tekanan,
terbentuk asam karbonat (H2CO2) yang dapat menurunkan pH air dan meningkatkan
korosifitas, biasanya bentuk korosinya berupa picting yang secara umum reaksinya
adalah:
Fe + H2CO3 → FeCO3 + H2
3. Temperatur
metal pada temperatur yang tidak uniform, maka akan besar kemungkinan terbentuk
korosi.
kebasaan suatu zat. pH netral adalah 7, sedangkan ph < 7 bersifat asam dan korosif,
sedangkan untuk pH > 7 bersifat basa juga korosif. Tetapi untuk besi, laju korosi
rendah pada pH antara 7 sampai 14. Laju korosi akan meningkat pada pH < 7 dan pada
pH > 14.
4
Kelompok IV Percobaan Korosi
5. Konduktifitas
Naiknya konduktivitas suatu larutan, maka daya hantar listrik larutan tersebut
akan semakin baik akibatnya laju korosi lebih cepat terjadi. Adanya ion klorida (Cl -)
Adanya garam terlarut dalam air akan mempercepat proses korosi. Hal ini
hantaran ion-ion Fe2+ hasil oksidasi. Kekerasan karat meningkat dengan cepat oleh
adanya garam sebab kelarutan garam meningkatkan daya hantar ion-ion oleh larutan
kompleks yang stabil dengan ion Fe2+. Faktor ini cenderung meningkatkan kelarutan
Adanya bakteri pereduksi sulfat akan mereduksi ion sulfat menjadi gas H 2S,
yang mana jika gas tersebut kontak dengan besi akan menyebabkan terjadinya korosi.
temperatur ruang dan membentuk lapisan oksida sangat tipis (lapisan kusam).
Korosi logam tidak terbatas hanya pada besi. Namun aluminium (Al) yang
merupakan logam untuk membuat banyak barang berguna, termasuk pesawat daan
bahwa pesawat akan mudah mengalami korosi ketika terkena badai dan begitupula
pada kaleng minuman yang terbuat dari aluminium akan berubah menjadi tumpukan
5
Kelompok IV Percobaan Korosi
Proses-proses ini tidak akan terjadi karena lapisan aluminium oksida (Al2O3)
tak larut yang terbentuk pada permukaannya ketika terpapar ke udara akan melindungi
aluminium dibawahnya dari korosi. Namun karat yang terbentuk pada permukaan pada
besi terlalu berpori sehingga tidak mampu untuk melindungi logam dibawahnnya.
Begitu juga pada tembaga yang membentuk lapisan tembaga karbonat (CuCO3), suatu
zat yang berwarna hijau disebut dengan patina mampu melindungi logam dibawahnya
dari korosi lebih lanjut. Demikian juga peralatan makan perak yang akan bersentuhan
dengan bahan makanan akan membentuk lapisan perak sulfida (Ag2S). Proses ini
merupakan salah satu metode yang dirancang untuk melindungi logam dari korosi
ialah proses perlindungan logam dari korosi dengan membuatnya menjadi katoda
dalam sel galvanik yang merupakan penerapan reaksi elektrokimia (Chang, 2004: 217-
218).
Elektrokimia
energi listrik dan energi kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi redoks (oksidasi-
reduksi) yang mana dalam reaksi ini energi yang dilepas oleh reaksi spontan diubah
menjadi energi listrik atau energi listrik digunakan agar reaksi kimia yang nonspontan
bisa terjadi. Sel elektrokimia yang berperan dalam melindungi logam dari korosi yaitu
Sel volta memiliki elektroda yang mana anoda adalah kutub negatif dan katoda
kutub positif. Anoda dan katoda akan dicelupkan ke dalam larutan elektrolit yang
terhubung oleh jembatan garam. Sel volta harus mengikuti kaidah deret volta yang
disusun berdasarkan daya oksidasi dan reduksi dari masing-masing logam. Urutan
Li, K, Ba, Ca, Mg, Al, Mn, Zn, Cr, Fe, Ni, Co, Sn, Pb, Cu, Hg, Ag, Au
6
Kelompok IV Percobaan Korosi
(-3,04), (-2,92), (-2,90), (-2,87), (-2,71), (-2,37), (-1,66), (-1,18), (-0,76), (-0,74),
Urutan deret volta tersebut semakin ke kanan semakin tinggi juga energi potensialnya
maka semakin mudah mengalami reduksi, yang mana jika suatu senyawa atau unsur
mudah mengalami oksida maka semakin mudah juga terjadi korosi. Oksigen bereaksi
dengan kebanyakan unsur membentuk senyawa yang disebut oksidasi dan sejak
oksida (MgO). Besi juga dapat dioksidasi secara perlahan-lahan di udara dan
3. METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu gelas kimia 250 mL, pipet skala
10 mL, tabung reaksi, pipet tetes 2 mL, hotplate, batang pengaduk, gegep kayu, pinset,
kasa asbes, rak tabung, bulp dan gunting. Adapun bahan yang digunakan yaitu yaitu
agar-agar, aquades (H2O), asam sulfat (H2SO4) 2 M, foil aluminium (Al), foil tembaga
(Cu), foil seng (Zn), foil aluminium (Al), indikator fenolftalein (C20H14O4), kalium
heksasianofferat (K3Fe(CN)6 0,1 M, natrium klorida (NaCl), paku besi dan tissu.
Prosedur Kerja
Memanaskan aquades (H2O) sebanyak 100 mL lalu menambah agar sebanyak
Menyiapkan paku sebanyak 4 buah kemudian merendam paku dengan asam sulfat
paku dengan air panas secara hati-hati. Memindahkan paku pada waktu yang
7
Kelompok IV Percobaan Korosi
dan Zn kemudian membungkus paku dengan foil logam (Al, Zn dan Cu) dengan
memberi label, perlu diperhatikan agar foil logam harus melekat kuat dengan paku.
dengan paku pada, tabung II dengan paku dan foil Zn, tabung III dengan paku dan foil
Al dan pada tabung IV dengan paku dan foil Cu. Setelah itu, menambahkan media
agar yang telah dipanaskan ke dalam tabung reaksi sampai menutupi paku kemudian
masukkan indikator ke dalam setiap tabung sampai seluruh paku tertutupi dengan gel
menghambat korosi dapat dilihat dari perubahan warna yang terjadi di dalam gel.
1. Fe - Sepanjang paku
Reaksi
8
Kelompok IV Percobaan Korosi
Oksidasi : Fe → Fe2+ + 2e
Reduksi : Cu2+ + 2e → Cu
Oksidasi : Zn → Zn2+ + 2e
Reduksi : Fe 2+ + 2e → Fe
reaksi dimulai pada permukaan materi dan kemudian kehancuran dapat menyebar ke
bagian dalam materi. Percobaan ini menggunakan sampel paku yang mana paku
merupakan suatu logam yang terbuat dari besi dengan sifat yang mudah mengalami
korosi karena sifatnya yang dapat membentuk pori-pori besar menyebabkan korosi
juga dapat terjadi pada bagian dalam paku. Korosi adalah proses degradasi atau
kerusakan yang menyebabkan menurunnya nilai mutu suatu bahan logam karena
adanya reaksi elektrokimia antara bahan logam dengan lingkungan (udara, air, tanah)
untuk mencapai kesetimbangan. Salah satu proses pencegahan korosi pada besi dapat
kimia tertentu dari logam yang digunakan dalam hal ini adalah foil Cu, Zn dan Al.
9
Kelompok IV Percobaan Korosi
Percobaan ini dilakukan untuk mengetaui apakah paku mengalami korosi atau
tidak dengan dilakukannya pelapisan terhadap besi dengan menggunakan logam lain.
Percobaan ini dimulai dengan pemanasan air yang bertujuan untuk mempercepat
indikator untuk mengetahui tempat terjadinya reaksi antara anoda dan katoda,
kemudian penambahan natrium klorida (NaCl) yang berfungsi sebagai jembatan garam
yang membawa ion klorida (Cl-) untuk mempercepat laju korosi dan dinetralkan
dengan adanya penambahan indikator fhenoftalein (PP) yang membawa ion (OH -)
untuk menunjukkan adanya reaksi reduksi yang ditandai dengan adanya perubahan
ditandai dengan adanya warna biru. Selanjutnya 4 paku besi dimasukkan ke dalam
gelas ukur dengan penambahan asam sulfat (H 2SO4) yang memberikan suasana asam
yang berperan sebagai katalis untuk mempercepat terjadinya korosi. Lalu paku
tersebut didekantasi yang berfungsi untuk menghilangkan zat-zat pengotor. Setelah itu
dibungkus paku menggunakan foil logam dengan erat agar udara tidak masuk, hal ini
fungsinya agar besi tidak mudah mengalami korosi. Terakhir masing-masing paku
berisi paku mengalami perubahan warna menjadi warna biru di sepanjang paku
heksasianoferat [K3Fe(CN)6]. Hal ini terjadi karena paku tidak memiliki pelindung
sehingga mengindikasikan adanya korosi pada besi. Begitupun dengan tabung kedua
yang berisi paku dibungkus dengan foil tembaga (Cu) menghasilkan warna biru di
sepanjang paku yang menunjukkan terjadinya reaksi oksidasi Fe, besi (Fe) bertindak
sebagai anoda karena Fe memiliki potensial sel yang lebih rendah dari Cu. Warna biru
10
Kelompok IV Percobaan Korosi
menunjukkan adanya Fe+3 dari reaksi pada anoda. Jika berdasarkan reaksi maka Cu
mengalami reduksi sehingga tidak dapat melindungi besi dari korosi. Tabung ketiga
yang berisi paku dengan dengan foil seng (Zn) menghasilkan warna merah di
kemungkinan adanya reduksi air dan OH- yang terdeteksi oleh PP, sehingga terjadinya
reaksi reduksi pada Fe. Hal ini terjadi karena Zn memiliki energi potensial lebih
lebih dulu teroksidasi daripada besi dan dapat melindungi besi dari korosi. Begitupun
dengan tabung keempat yang berisi paku dengan foil aluminium (Al) menghasilkan
warna biru dan merah di permukaan lempengan. Ini menunjukkan Al dapat melindungi
besi dari korosi, karena dalam deret volta Al berada di sebelah kiri Fe sehingga Fe
Jika dilihat dari potensial reduksi standar (Eo) masing-masing logam, maka Al
yang paling negatif (-1,66), kemudian Zn (-0,76), Fe (-0,44) dan Cu (+0,34) yang
mana Cu paling elekropositif dari ketiga logam yang diujikan. Semakin ke kanan maka
Eo semakin besar. Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
pada deret volta semakin ke kiri maka semakin mengalami oksidasi (reduktor kuat)
dan semakin ke kanan maka semakin mengalami reduksi (oksidator kuat) (Chang,
2004: 217-218).
5. PENUTUP
Kesimpulan
korosi pada besi yang dibuktikan dengan adanya perubahan warna pada agar-agar.
Saran
11
Kelompok IV Percobaan Korosi
logam dari tembaga dan perak untuk menguji ketahanan uang logam tersebut terhadap
korosi.
Terima kasih kami ucapkan kepada kedua dosen pembimbing ibu Iin Novianty,
S.Si.,M.Sc dan ibu Rahmiani Gani, S.Pd.,M.Sc serta kepada laboran kimia fisika ibu
Andi Nurahma, S.Si.,M.Si atas bimbingan dan masukannya terhadap proses praktikum
dan penyusunan laporan ini. Semoga segala bantuan yang diberikan pahala yang
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, dkk. “Analisis Laju Korosi pada Pelat Baja Karbon dengan Variasi Ketebalan
Coating”. Jurnal Teknik ITS 4, no. 1 (2015): h. 1-5.
Baharuddin, Maswati. dkk. Kimia dasar II Makassar: Alauddin Press, 2013.
Chang, Raymond. General Chemistry the Essensial Concepts,
Terj.SuminarSetiatiAchmadi. Kimia DasarKonsep-KonsepInti. Jakarta:
Erlangga, 2004.
Harahap, Muhammad Ridwan. “Sel Elektrokimia: Karakteristik dan Aplikasi”.
Circuit. 2, no. 2 (2016): 177-180.
Jalaluddin, dkk. “Efektifitas Inhibitor Ekstrak Tanin Kulit Kayu Akasia (Acacia
mangium) terhadap Laju Korosi Baja Lunak (ST.37) dalam Media Asam
Klorida”. Teknologi Kimia Unimal 4, no. 1 (2015): h. 89-99.
Shelva, dkk., Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT Kalman Media
Pusaka: Jakarta 1985
Utomo, Budi. “Jenis Korosi dan Penanggulangannya”. KAPAL 6, no. 2 (2009): h. 138-
141.
12
Kelompok IV Percobaan Korosi
13