KMB 2 Kelompok 7 PDF
KMB 2 Kelompok 7 PDF
DENGAN ULKUS
Penyusun
A. DEFINISI
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala
klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh,
gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga
gangguan metabolism lemak dan protein ( Askandar, 2000 ).
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan
absolut insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin, 2001).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkusadalah
kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit.Adanya kuman saprofit
tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala
klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai sebab
utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi
memainkan peranan penting untuk terjadinya Ulkus Uiabetik untuk terjadinya Ulkus
Diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah
2005).
Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan
morbiditas akibat Diabetes Melitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan komplikasi serius
akibat Diabetes, (Andyagreeni, 2010).
B. KLASIFIKASI TIPE DM
Klasifikasi Diabetes Melitus dari National Diabetus Data Group: Classification and
Diagnosis of Diabetes Melitus and Other Categories of Glucosa Intolerance:
1.Klasifikasi Klinis
a.Diabetes Melitus
1. Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
2. Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak mengalami
obesitas , dan DMTTI dengan obesitas)
C. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), penyebab dari diabetes melitus adalah:
1.Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pankreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes
Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang
kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam
pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah
tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak
lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Melitus tipe II
disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin
Dependent Diabetes Melitus(NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen
bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi
terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan
dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
e. Diabetes dengan Ulkus
a. Faktor endogen:
1. Neuropati:
Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan penurunan sensori
nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi trauma dan otonom/simpatis yang
dimanifestasikan dengan peningkatan aliran darah, produksi keringat tidak ada dan
hilangnya tonus vaskuler
2. Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.
3. Iskemia
Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh darah) pada
pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati) menyebabkan penurunan aliran darah
ke tungkai, bila terdapat thrombus akan memperberat timbulnya gangrene yang luas.
Aterosklerosis dapat disebabkan oleh faktor:
Adanya hormone aterogenik
Merokok
Hiperlipidemia
b. Faktor eksogen
Trauma
Infeksi
2. Fisiologi
Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar, pankreas, adenohipofisis
dan adrenal. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan diintestin dialirkan ke hepar
melalui vena porta, sebagian glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Pada saat ini kadar
glukosa di vena porta lebih tinggi daripada vena hepatica, setelah absorsi selesai gliogen
hepar dipecah lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena hepatica lebih tinggi
dari vena porta. Jadi hepar berperan sebagai glukostat. Pada keadaan normal glikogen di
hepar cukup untuk mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa hari, tetapi bila fungsi
hepar terganggu akan mudah terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi. Sedangkan peran
insulin dan glucagon sangat penting pada metabolisme karbonhidrat.Glukagon
menyebabkan glikogenolisis dengan merangsang adenilsiklase, enzim yang dibutuhkan
untuk mengaktifkan fosforilase.Enzim fosforilase penting untuk gliogenolisis. Bila
cadangan glikogen hepar menurun maka glukoneogenesis akan lebih aktif.
Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang dipergunakan oleh
jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologis beberapa hormon antara lain :
a. Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin.
Kerja insulin yaitu merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan cara
membantu glukosa darah masuk kedalam sel.
1. Glukagon yang disekresi oleh sel alfa pulau lengerhans.
2. Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan kromafin.
3. Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal.
4. Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
2. Diabetes Tipe II
a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan
kabur
c. komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)
d. Ulkus Diabetikum
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari fontaine:
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
Klasifikasi :
Wagner (1983).membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan,yaitu:
Derajat O :Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II :Ulkus dalam menembus tendon dan tulang
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai akut dan kronik :
a. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah.
a. Hipoglikemia.
b. Ketoasidosis diabetic (DKA)
c. sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HONK).
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar),mengenai sirkulasi koroner,vaskul
ar perifer dan vaskular selebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan
ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda
awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Ulkus/gangren
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1. Grade 0 : tidak ada luka
2. Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3. Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4. Grade III : terjadi abses
5. Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6. Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai
Organ/jaringan yg
Yg terjadi Komplikasi
terkena
Darah Gangguan fungsi sel darah putih Mudah terkena infeksi, terutama
infeksi saluran kemih & kulit
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih
tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi
2. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka
sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini
akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai GOD.
3. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat
tidak terdeteksi
4. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL,
LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody)
I. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Obat
1. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
Mekanisme kerja sulfanilurea
kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
kerja OAD tingkat reseptor
b. Insulin
1. Indikasi penggunaan insulin
1. DM tipe I
2. DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3. DM kehamilan
4. DM dan gangguan faal hati yang berat
5. DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
6. DM dan TBC paru akut
7. DM dan koma lain pada DM
8. DM operasi
2. Insulin diperlukan pada keadaan :
a. Penurunan berat badan yang cepat.
b. Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
c. Ketoasidosis diabetik
d. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
2. Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain dengan
antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkusdengan larutan
klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1
: 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secaramekanik
yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka amputasi mungkin diperlukan
untuk kasus DM.Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan utama penatalaksanaan
terapi pada Diabetes Melitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa
darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya
komplikasi. Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan Ulkus Diabetik:
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua
unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa darah
yang tinggi dan menurunkan kadar lemak.
Prinsip diet DM, adalah:
1. Jumlah sesuai kebutuhan
2. Jadwal diet ketat
3. Jenis: boleh dimakan/tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya.
1. Diit DM I : 1100 kalori
2. Diit DM II : 1300 kalori
3. Diit DM III : 1500 kalori
4. Diit DM IV : 1700 kalori
5. Diit DM V : 1900 kalori
6. Diit DM VI : 2100 kalori
7. Diit DM VII : 2300 kalori
8. Diit DM VIII: 2500 kalori
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang
bekerja biasa adalah:
1. kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
2. Normal : BB X 30 kalori sehari
3. Gemuk : BB X 20 kalori sehari
4. Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurunkan
kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian kadar insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan
pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.
d.Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan
kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan
dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan mampu menghindari
komplikasi dari diabetes itu sendiri.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Identitas klien
Nama : Ny. L
Umur : 57 tahun.
Status : menikah
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : BCA
Agama : islam,
suku : bangsa betawi.
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : ibu di rumah tangga,
Lama bekerja : 5 Tahun
No. RM : 678954
Tgl. Masuk : 1 Maret 2020
Tgl.pengkajian : 2 Maret 2020
6. Pengkajian fisik
a. Kesadaran
kesadaran pasien composmentis terpasang infus RL 20 tpm di tangan kiri .tanda tanda
vital 150 /60 mmHg .nadi 100x/menit .Rr 20x/menit .S 39Oc
b. Mata
Posisi mata simetris. Kelopakmata normal, pergerakan mata normal konjungtiva
ananemis. Skela mata anikterik. Pupil isokor. Otot mata tidak ada kelainan, fungsi
penglihatan kurang baik, klien tidak manggunakan kaca mata.
c. Telinga.
telinga normal tidak sakit, cairan dalam telinga tidak ada darah, perasaan penuh dalam
telinga tidak ada tinitus tidak ada pendengaran normal. Tidak menggunakan alat bantu
dengar.
d. dada dan paru –paru.
Tidak ada kelainan dalam pola napas. Frekwensi napas 20 x/ menit. Irama
teratur,kadalaman dalam, suara napas vesikuler. Keadaan dada simetris
e. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma
f. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas
bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
g. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
h. Nutris.
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
i. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi,
letargi, koma dan bingung.
j. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
k. Respirasi.
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
l. KeamananKulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum
m. Seksualitas.
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada
pria.
7. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium darah,
Hb : 11,0 g/dl (N 12 – 14 g/dl),
leukosit : 11.500 / µl ( N 5000 – 1000 /µl ),
Hematokrit : 35 % ( 37 – 43 % )
Trombosit : 370.000( 150.000 -450.000).dilakukan pemeriksaan GDS hasilnya GDS :
289 (<200mg/dl)
8.Penatalaksanaan
Terapi yang didapatkan IV RL 20 tetes/menit dilengan sebelah kanan, Paracetamol 3x500 mg,
Antacid syrup 3x1, Captropil 3x12,5 mg, OMZ 2x1Capsul, Clindamycin 2x300 mg, diit DM
makan biasa 1700 kalori
.
C.ANALISA DATA
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: Klien mengatakan bahwa penurunan vaskularisasi Kerusakan
klien mual muntah dan ada luka ↓ integritas kulit.
di kaki sebelah kanan gangguan sirkulasi.
DO : Klien mual ,lemas dan
muntah setiap hari –hari .badan ↓
panas ,lemah raut muka pucat dan Hiperperistaltik
mukosa bibir kering ↓
Menurunnya kesempatan usus
menyerap makanan
↓
DM
↓
Frekuensi BAB meningkat
↓
Kehilangan nafsu makan yang
berlebihan
Keterangan penilaian
SIKI:
1. Monitor karakteristik luka (mis,drainase,warna,ukuran,bau).
2. Monitor tanda-tanda infeksi
3. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
4. Bersikan dengan cairan nacl atau pembersih nontoksik sesuai kebutuhan.
5. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein.
Keterangan penilaian
SIKI:
1. Indentifikasi skala nyeri
2. Indentifikasi pengaru nyeri pada kualitas hidup
3. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri(mis.suhu ruangan,pencahayaan,kebisin
gan).
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan srategi meredakan nyeri.
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Keterangan penilaian
SIKI:
1. Identifikasih status nutrisi
2. Identifikasihkebutuahan kalori dan jenis nutrient
3. Monitor asupan makanan
4. Berikan makanan tinggi serat kalori dan tinggi protein
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutukan.
F.IMPLEMENTASI
Nama : Ny.L
Umur :57 tahun.
No. Rekam Medik : 678954
Diagnose medis : DM Dengan Ulkus
Diagnosa keperawatan No 1
SLKI :
1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S
1 Perfusi jaringan - - - + 2 - - + + 3 - + + + 4
2 Nyeri - + + + 3 + - + - 3 + + + - 4
3 Elastisitas - - + + 3 + - + - 3 + - + + 4
4 Hidrasi - + - + 3 + - + - 3 + + - + 4
5 Kemerahan - - + - 2 + - - + 3 + - + + 4
Ket. penilaian :
- : tidak sesuai
S : skoring :
1:-
2 : 1+
3 : 2+
4 : 3+
5: 4+
Diagnosa keperawatan No 2
SLKI :
1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S
1 .keluhan nyeri - - - + 2 - - + + 3 - + + + 4
2 Meringis - - - + 2 + + - + 3 + - + + 4
3 Kesulitan tidur - - + + 3 + + - - 3 + + + - 4
4 Gelisa - - + + 3 - - + + 3 + - + + 4
5 Perasaan depresi - + + - 3 + + - - 3 - + + + 4
Ket. penilaian :
- : tidak sesuai
S : skoring :
1:-
2 : 1+
3 : 2+
4:3+
5:4+
Diagnosa keperawatan No 3
SLKI :
1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S
2 Pengetahuan tentang -- - + + 3 + + - - 3 + + + - 4
pilih makanan yang
sehat
3 Pengetahuan tentang - - + + 3 + + - - 3 + + - + 4
standar asupan
nutrisi yang tepat
4 Penyiapan dari - + + - 3 - + - + 3 + + + - 4
penyimpanan
makanan yang aman
5 Sikap terhadap - + - - 2 - - + + 3 - + + + 4
makanan/minuman
sesuai dengan tujuan
Kesehatan
Ket. penilaian :
- : tidak sesuai
S : skoring :
1:-
2 : 1+
3 : 2+
4:3+
5 : 4+
G. EVALUASI
Perfusi jaringan 1 4 4
Nyeri 2 4 4
Elastisitas 1 4 4
Hidrasi 1 4 4
Kemerahan 1 4 5
P: intervensi dihentikan
Jam 13.00 2. S: klien mengatakan sudah nyaman dengan adanya
kebisingan ruangan,dan memahami penjelasan yang
disampaikan.
O:wajah terlihat bahagia
A: Masalah teratasih
.keluhan nyeri 1 4 5
Meringis 2 4 5
Kesulitan tidur 2 4 5
Gelisa 1 4 5
Perasaan depresi 2 4 4
P: Intervensi dihentikan
Jam 13.00 3.
A: Masalah teratasi.
Pengetahuan tentang 1 4 4
pilih makanan yang sehat
Pengetahuan tentang 2 4 5
standar asupan nutrisi
yang tepat
Penyiapan dari 1 4 4
penyimpanan makanan
yang aman
Sikap terhadap 2 4 4
makanan/minuman
sesuai dengan tujuan
Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit
RGC, Jakarta.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
Noer, Prof.dr.H.M.Sjaifoellah. 2004. Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Teguh, Subianto. (2009). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus.[ serial Online] cited 12
Februari 2012], avaible from
URL: http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-diabetes-
mellitus.htmlhttp://www.hyves.web.id/askep-diabetes-melitus/
Umami, Vidhia, Dr. 2007. At a Glance Ilmu Bedah , Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga