Anda di halaman 1dari 19

A.

    Pengertian Reklamasi dan Teknologi Reklamasi

Menurut pengertiannya secara bahasam reklamasi berasal dari


kosa kata dalam bahasa inggris, to reclaim yang artinya memperbaiki
sesuatu yang rusak. Secara khusus dalam Kamus Bahasa Inggris-
Indonesia disebutkan arti reclaim sebagai menjadikan tanah (from
the sea). Arti reclamation diterjemahkan sebagai pekerjaan
memperoleh tanah. Para ahli belum banyak mendefinisikan atau
memberikan pengertian mengenai reklamasi pantai. Kegiatan
reklamasi pantai merupakan upaya teknologi yang dilakukan
manusia untuk merubah suatu lingkungan alam menjadi lingkungan
buatan, yaitu daratan baru.
Dalam UU No. 27 tahun 2007, Reklamasi merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan sumber daya
lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara
pengurugan , pengeringan atau drainase.
Pengertian dari reklamasi lainnya adalah suatu pekerjaan atau
usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang tidak relatif berguna
atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara
dikeringkan. Misalkan, dikawasan pantai, daerah rawa-rawa, dilaut
lepas atau lepas pantai, ditengah sungai yang lebar maupun didanau.
Pada dasarnya teknologi reklamasi hanya mengubah daerah pantai
menjadi suatu wilayah daratan dengan teknologi-teknologi yang ada
seperti drainase. Biasanya daerah yang menerapkan teknologi
reklamasi ini termasuk daerah rendah yang sering terjadi genangan
air seperti banjir atau pasang surut air laut yang berlebihan. Hal
inilah yang membuat teknologi semakin berkembang hingga
sekarang.

B.     Tujuan Teknologi Reklamasi

Tujuan utama diterapkannya teknologi Reklamasi adalah


menjadi wilayah berair yang relatif tidak berguna menjadi kawasan
yang lebih baik dan bermanfaat.
Tujuan dari teknologi reklamasi adalah sebagai berikut :
o   Untuk mendapatkan kembali tanah yang hilang akibat gelombang
laut
o   Untuk memperoleh tanah baru didepan garis pantai untuk
mendirikan bangunan yang akan difungsikan sebagai banteng
perlindungan garis pantai
o   Dalam alasan ekonomis, untuk mendirikan konstruksi atau bangunan
dalam skala besar

Sistem pada Teknologi Reklamasi


Secara umum bentuk reklamasi ada 2 yaitu, reklamasi
menempel pantai dan reklamasi lahan terpisah dari daratan pantai
induk. Cara pelaksanaan reklamasi tergantunga dari sistem yang
digunakannya. Berikut ini sistem-sistem yang biasa diterapkan pada
teknologi reklamasi :
o   Sistem Timbunan Reklamasi
Dilakukan dengan cara menimbun perairan pantai sampai muka
lahan berada di atas muka air laut tinggi (high water level).
o   Sistem Polder Reklamasi
Dilakukan dengan cara mengeringkan perairan yang akan direklamasi
dengan memompa air yang berada didalam tanggul kedap air untuk
dibuang keluar dari daerah lahan reklamasi.
o   Sistem Kombinasi antara Polder dan Timbunan Reklamasi
Ini merupakan gabungan sistem polder dan sistem timbunan, yaitu
setelah lahan diperoleh dengan metode pemompaan, lalu lahan
tersebut ditimbun sampai ketinggian tertentu sehingga perbedaan
elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak besar.
o   Sistem Drainase Reklamasi
Sistem ini dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah
dari wilayah di sekitarnya tetapi elevasi muka tanahnya masih lebih
tinggi dari elevasi muka air laut.
Sistem timbunan cocok dilakukan pada daerah tropis yang
mempunyai curah hujan yang sangat tinggi dan metode ini yang
paling popular di Indonesia. Sistem polder dilakukan pada lokasi
dengan kondisi drainase yang baik. Reklamasi sistem polder kurang
cocok untuk daerah yang mempunyai curah hujan yang sangat tinggi
seperti di Indonesia.

Dampak positif reklamasi pantai :

-          Ada tambahan daratan buatan hasil pengurugan pantai sehingga


dapat dimanfaatkan untuk bermacam kebutuhan.
Dampak Positif Reklamasi Pantai

Daerah yang dilakukan reklamasi menjadi aman terhadap erosi


karena konstruksi pengaman sudah disiapkan sekuat mungkin untuk
dapat menahan gempuran ombak laut.

Daerah yang ketinggiannya dibawah permukaan air laut bisa aman


terhadap banjir apabila dibuat tembok penahan air laut di
sepanjang pantai.

Tata lingkungan yang bagus dengan perletakan taman


sesuai perencanaan, sehingga dapat berfungsi sebagai area rekreasi
yang sangat memikat pengunjung.

Dampak negatif reklamasi pantai :


Peninggian muka air laut karena area yang sebelumnya berfungsi
sebagai kolam telah berubah menjadi daratan.
Akibat peninggian muka air laut maka daerah pantai lainya rawan
tenggelam, atau setidaknya air asin laut naik ke daratan sehingga
tanaman banyak yang mati, area persawahan sudah tidak bisa
digunakan untuk bercocok tanam, hal ini banyak terjadi
diwilayah pedesaan pinggir pantai.

      Musnahnya tempat hidup hewan dan tumbuhan pantai sehingga


keseimbangan alam menjadi terganggu, apabila gangguan dilakukan
dalam jumlah besar maka dapat mempengaruhi perubahan cuaca
serta kerusakan planet bumi secara total.
Simbol negara dan lambang negara adalah dua istilah yang
mempunyai arti yang sama, tidak ada perbedaan. Lambang negara
merupakan salah satu simbol kedaulatan dan kehormatan negara,
serta simbol identitas wujud eksistensi bangsa dan negara.

Setiap orang yang mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat


rusak Lambang Negara dengan maksud menodai, menghina, atau
merendahkan kehormatan Lambang Negara dipidana dengan pidana
penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak Rp500 juta.

Simbol dan Lambang adalah Sama


Simbol dan Lambang merupakan dua istilah yang memiliki arti sama.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (“KBBI”) yang kami akses dari laman
Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
memberikan arti kedua istilah tersebut sebagai berikut:
 
-    Simbol: lambang.
-    Lambang:
1.   sesuatu seperti tanda (lukisan, lencana, dan
sebagainya) yang menyatakan suatu hal atau
mengandung maksud tertentu; simbol
2.   tanda pengenal yang tetap (menyatakan sifat,
keadaan, dan sebagainya)
3.   huruf atau tanda yg digunakan untuk menyatakan
unsur, senyawa, sifat, atau satuan matematika
-    Lambang negara: simbol resmi suatu negara
 
Jadi, simbol negara dan lambang negara adalah dua istilah yang
mempunyai arti yang sama, tidak ada perbedaan.
 
Di Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009
Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, Serta Lagu
Kebangsaan (“UU 24/2009”), bendera, bahasa, dan lambang negara,
serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan simbol kedaulatan dan
kehormatan negara, serta simbol identitas wujud eksistensi bangsa
dan negara.[1] Ini menegaskan bahwa lambang negara adalah salah
satu simbol negara.
 
Lambang Negara Indonesia
Lambang Negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.[2] Lambang Negara Kesatuan
Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang kepalanya
menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang
digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.[3]
 
Sanksi Pidana Bagi yang Menghina Lambang Negara
Berikut kami uraikan pasal-pasal yang dapat dikenakan terhadap
orang yang menghina lambang negara:
 
1.    Pasal 154a Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”)
 

“Barang siapa menodai bendera kebangsaan Republik


Indonesia dan lambang Negara Republik Indonesia,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun
atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu
rupiah.”
 

Terkait pasal ini, R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang


Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi
Pasal (hal. 133) menjelaskan bahwa “menodai” adalah perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja untuk menghina.

 2.    Pasal 57 UU 24/2009:


 Setiap orang dilarang:
a.   mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat
rusak Lambang Negara dengan maksud menodai,
menghina, atau merendahkan kehormatan Lambang
Negara;
b.   menggunakan Lambang Negara yang rusak dan tidak
sesuai dengan bentuk, warna, dan perbandingan
ukuran;
c.   membuat lambang untuk perseorangan, partai politik,
perkumpulan, organisasi dan/atau perusahaan yang
sama atau menyerupai Lambang Negara; dan
d.   menggunakan Lambang Negara untuk keperluan
selain yang diatur dalam Undang-Undang ini.
 
Ancaman pidana bagi orang yang melanggar ketentuan di
atas diatur dalam Pasal 68 UU 24/2009:
 

“Setiap orang yang mencoret, menulisi, menggambari,


atau membuat rusak Lambang Negara dengan maksud
menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan
Lambang Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57
huruf a, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).”
 
Dari bentuk-bentuk larangan terhadap lambang negara yang
dimaksud di atas dapat kita lihat unsur-unsur pidananya:
-    setiap orang;
-    mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat rusak lambang
negara;
-    dengan maksud menodai, menghina, atau merendahkan
kehormatan lambang negara.
 
Oleh karena itu, untuk dapat dihukum dengan pasal ini, orang
tersebut harus memenuhi seluruh unsur-unsur pidananya terutama
“dengan maksud” atau dengan sengaja menghina lambang negara
dan unsur-unsur pidana itu perlu dibuktikan.
 
Contoh Kasus :

Sebagai contoh kasus dapat kita lihat dalam artikel Ini Kata Pakar
Pidana Soal Kasus Zaskia Gotik. Penyidik Polda Metro Jaya telah
menemukan dugaan tindak pidana terkait tindakan Zaskia Gotik yang
dianggap menghina lambang sila kelima Pancasila. Dugaan tindak
pidana tersebut berupa pelanggaran Pasal 57 jo. Pasal 68 UU
24/2009.

Saat ditanya kapan proklamasi Indonesia dikumandangkan, Zaskia


menuliskan “sesudah azan subuh” sebagai jawaban. Pernyataan
nyeleneh tersebut semakin membuat penonton ternganga saat
dirinya menuliskan “32 agustus” sebagai tanggal proklamasi.

Tak berhenti di situ, Zaskia kembali membuat kehebohan tatkala


ditanya soal lambang dari sila kelima pancasila. Di saat Julia Perez
dan Ayu Ting Ting menjawab padi dan kapas, dia justru menulis
“bebek nungging”.

Insiden ini disepons serius oleh pihak manajemen yang menaungi


Zaskia, Nagaswara. Bahkan pihak label tersebut memberikan
peringatan keras terhadap Zaskia. Dan Zaskia sendiri seperti dikutip
OkeZone meminta maaf dan mengaku tidak bermaksud melecehkan
lambang negara.

Dan dari informasi yang diperoleh, tindakan menghina negara bisa


berbuntut panjang bahkan sampai ke jalur hukum. Larangan untuk
menghina negara dan lambangnya diatur dalam Pasal 24 UU Nomor
24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta
Lagu Kebangsaan.
Menurut Pakar Hukum Pidana Universitas Indonesia, Gandjar
Laksmana, polisi seharusnya tidak melupakan prinsip utama hukum
pidana ketika memeriksa kasus ini. Gandjar mengatakan, meskipun
perbuatan Zaskia Gotik memenuhi unsur pidana, tetapi belum tentu
penyanyi dangdut itu layak dihukum. Sebab, penyidik harus mampu
membuktikan adanya kehendak jahat (mens rea) yang ditunjukan
Zaskia saat melakukan tindakan itu.
 
Lebih lanjut, Gandjar menjelaskan, di dalam hukum pidana tidak
semua perbuatan yang memenuhi unsur pidana harus diberikan
sanksi. Ada dua hal yang menjadi pertimbangan utama. Pertama,
apakah dilakukan dengan melawan hukum. Kedua, apakah orangnya
dapat dipersalahkan. Dalam hal ini, sekali lagi kita harus melihat
konteks untuk bisa menilai apakah Zaskia Gotik melawan hukum dan
bisa dipersalahkan atau tidak. Sebab, apa yang dilakukan Zaskia tidak
lebih hanya sebatas hiburan. Menurutnya, hukum pidana harus tetap
menunjung tinggi prinsip ultimum remedium. Artinya, sanksi pidana
harus dijadikan senjata pamungkas dalam menyelesaikan suatu
kasus.
 
Kursi Gubernur DKI Jakarta selalu menjadi perebutan politik. Namun,
pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada 2017 mendatang bukan saja
akan menjadi ajang saingan antar partai, beberapa tokoh yang tak
berafiliasi dengan partai politik akan ikut andil.

Selain, calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), sejumlah


calon lain juga siap bersaing sebagai bakal calon orang nomor satu di
Jakarta. Terakhir, ahli Hukum Tata Negara, Yusril Ihza Mahendra
mengaku didorong untuk maju menyaingi Ahok. Sementara Partai
Amanat Nasional (PAN) sedang menyiapkan tiga kadernya untuk DKI.

Sejauh ini, ada 12 nama yang disebut-sebut akan bersaing menjadi


Gubernur DKI periode 2017-2021. Berikut nama-nama calon yang
siap akan maju dalam pilgub 2017.

1. Basuki Tjahaja Purnama

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok agaknya masih belum puas


berkantor di Jalan Medan Merdeka Selatan. Ahok menyatakan
kesiapannya maju kembali di Pilgub 2017, mendatang.

"Harus maju dong. Supaya buktiin sama Taufik (Wakil Ketua DPRD
DKI), laku nggak laku, minimal aku lebih laku daripada dia lah," kata
Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Jumat, 4 September
2015.
Namun, belum jelas dirinya akan maju sebagai calon independen
atau partai. Namun, Ahok menyebut akan menghormati usaha
'Teman Ahok' yang mengumpulkan satu juta tanda tangan bagi
dirinya untuk maju sebagi calon independen.

"Partai sih ada yang mendekati, tapi kita tunggu 'Teman Ahok' saja
dapat sejuta KTP atau tidak," kata Ahok.

Maju sebagai calon petahana, mantan politisi Gerindra ini mengaku


tidak memiliki persiapan khusus untuk meraih simpati. Menurutnya,
dukungan masyarakat akan datang dengan sendirinya ketika ia
bekerja dengan maksimal. "Kalau kita petahana, apa yang mau
persiapan? Kita dinilai tiap hari kok, kamu dinilai kayak apa, hasilnya
apa," katanya.

2. Yusril Ihza Mahendra

Ketua Umum Partai Bulan Bintang, Yusril Ihza Mahendra menyatakan


kesiapannya untuk maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta pada
Pilgub 2017. Jabatan Gubernur DKI agaknya djiadikan langkah awal
menuju kursi Presiden di masa mendatang.

"Insya Allah. Keluarga tidak masalah. Jadi, kalau saya ingin maju,
keluarga sepakat saja," kata Yusril pada Sabtu (6/2).

Nama Yusril didorong maju untuk mencalonkan diri sebagai gubernur


pada Pilkada DKI 2017. Hal ini menyusul kemenangan kakak Yusril,
Yuslih Ihza Mahendra, dalam Pilkada Belitung Timur.

Sementara, Ahok mengaku tidak khawatir dengan majunya Yusril


Ihza Mahendra dalam Pilgub DKI 2017. Dia mengaku, dengan adanya
Yusril sebagi calon Gubernur DKI akan meramaikan Pilgub
mendatang.
"Bukan soal berani enggak berani, justru saya harap Bang Yusril
nyalon, nyalon harusnya gitu loh, supaya makin banyak pilihan," kata
Ahok.

3. Bima Arya

Wali Kota Bogor disebut-sebut masuk dalam bursa calon Gubernur


DKI. Bima dinilai layak oleh Dewan Pengurus PAN untuk menjadi
pemimpin di Ibu Kota. "Bima Arya jelas terlihat track record di
Bogor," kata Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat PAN,
Dipo Ilham.

Meski demikian, Dipo mengatakan elektabilitas Arya Bima masih


akan disurvei kembali secara internal. PAN akan memutuskan secara
pasti pada 2-3 bulan mendatang setelah hasil survei internal partai
keluar.

Ketua DPD PAN Kota Bogor, Safrudin Bima mengakui pencalonan


Arya Bima. Namun, dia mengatakan, sejauh ini baru pembicaraan
awal dan belum masuk tahap serius.

4. Eko Patrio

Anggota DPR RI, Eko Patrio juga digadang-gadang sebagai bakal calon
Gubernur DKI. Eko dipilih lantaran mengetahui Jakarta menyusul
jabatannya sebagai anggota dewan.

"Eko bekerja baik di DPR RI yang punya konsen terhadap DKI


Jakarta," kata Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat PAN,
Dipo Ilham.
Dipo mengatakan, nama kandidat tersebut merupakan permintaan
dari teman-teman di PAN. Mereka menilai kandidat ini memilki
potensi yang cukup baik untuk memimpin ibu kota 5 tahun ke depan.

5. Desy Ratnasari

Wanita kelahiran Sukabumi 42 tahun silam masuk sebagai bakal


calon Gubernur DKI yang diusung PAN. Wakil Sekretaris Jenderal
Dewan Pengurus Pusat PAN, Dipo Ilham menyebut Desy memiliki
konsentrasi terhadap perubahan di DKI Jakarta.

"Jakarta jadi sorotan utama Indonesia dan bahkan di luar Indonesia


pun orang tahunya Jakarta, jadi sudah selayaknya yang memimpin
harus bisa menjadi pemimpin perubahan," kata Dipo.

Namun, Dipo menuturkan, PAN akan memutuskan secara pasti pada


2-3 bulan mendatang setelah hasil survei internal partai keluar.
Sementara, kalau terpilih Desy bakal menjadi Gubernur wanita
pertama di DKI Jakarta.

6. Ridwan Kamil

Wali Kota Bandung ini juga masuk dalam bursa pemilihan Gubernur
DKI Jakarta. Ridwan Kamil bakal diusung Partai Keadilan Sejahtera
(PKS). Ridwan Kamil disebut-sebut memiliki tingkat elektabilitas yang
lebih tinggi dibanding Ahok.

Pengalaman Ridwan mengelola metropolis dinilai cocok untuk


memimpin Ibu Kota mengingat Bandung layaknya Jakarta versi mini.
"Ridwan Kamil layak untuk tampil cocok untuk anak muda karena
kreatif, welcome kompetensi dan performance-nya bagus di
Bandung. Dia kaya Jokowi waktu di Solo," kata Anggota DPRD DKI
Jakarta dari Fraksi PKS, Slamet Nurdin.
7. Sandiaga Uno

Nama pengamat ekonomi Sandiaga Uno dinilai cocok oleh partai


Gerindra menjadi calon gubernur DKI. Sandiaga merupakan orang
dengan integritas tinggi yang tentunya dapat memahami kondisi
Jakarta jika memimpin nantinya.

"Sandiaga Uno bagus loh, kita rekomendasi itu," kata Anggota Fraksi
Parta Gerindra yang juga Wakil Ketua DPRD DKI, Mohamad Taufik.

Sementara, Sandiaga megaku siap untuk memimpin Jakarta. Dia juga


mengaku siap bersaing dengan bakal calon lainnya untuk menuju
kursi DKI 1.

"Saya siap dipilih, siap juga enggak dipilih. Ini ikhlas kok, cukuplah
jadi pengusaha. Tapi kalau terpilih saatnya mengabdi kaya Pak
Prabowo," katanya.

8. Tantowi Yahya

Politikus Golkar ini juga siap bersaing untuk menduduki di DKI


Jakarta. Meski demikian, niatan Tantowi untuk maju sebgai bakal
calon Gubernur DKI masih belum bulat.

"Pembukaan calon setelah Rakerda bulan Februari. Saya masih pikir-


pikir. Sayang jabatan saya di DPR kalau belum pasti menang," kata
Tantowi.

Anggota DPRD DKI yang juga Ketua Fraksi Golkar, Zainuddin


menyebut nama yang akan diusung belum dapat dipastikan. Namun,
ada tiga nama yang cukup berkualitas dicalonkan, di antaranya
Tanyowi Yahya.

"Memang belum bisa kita tentukan sekarang siapa yang akan


dicalonkan. Tapi ada tiga nama yang cukup berpotensi diusung, yaitu
Tantowi Yahya, Azis Syamsuddin, dan Idrus Marham," katanya.
9. Tri Rismaharini

Wali Kota Surabaya ini juga menjadi salah satu yang santer
diberitakan menjadi lawan berat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok
pada Pilgub DKI 2017. Elektabilitas tinggi kader PDIP itu disebut
mampu menyaingi Ahok atau Ridwan Kamil.

"Ahok memiliki elektabilitas tertinggi sebesar 35,8 persen, Risma


18,5 persen dan Ridwan Kamil 11,1 persen," kata Senior researcher
of PDB, Agus Herta.

Sementara, Ketua Umum DPP PDIP Megawati Sukarnoputri sempat


menggelar pertemuan khusus dengan Tri Rismaharini. Pertemuan itu
digelar dalam Rakernas PDIP I yang digelar di JIEXPO Kemayoran,
Jakarta Pusat, pada 10-12 Januari 2016.

10. Adhyaksa Dault

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga ini menyatakan siap maju


dalam pilgub 2017. Direktur Eksekutif Pol Tracking Hanta Yudha
mengatakan, meski cukup populer, Adhyaksa dinilai masih kalah jika
dibandingkan nama lainnya seperti Ridwan Kamil, Sandiaga Uno,
bahkan Basuki Tjahaja Purnama.

"Tentu dengan waktu yang lama, Adhyaksa juga berpeluang dalam


Pilgub DKI 2017. Walaupun tidak sebesar nama besar lainnya seperti
Ridwan Kamil, Tri Rismaharini mungkin atau juga Sandiaga Uno dan
tentunya Basuki Tjahaja Purnama sendiri," kata Hanta.

Menurutnya, nama calon lainnya lebih memiliki citra positif di


hadapan masyarakat. Apalagi mereka terjun langsung ke masyarakat
sehingga personal branding-nya sudah cukup menjual. Namun,
sebagai mantan menteri Adhyaksa juga memiliki popularitas yang
masih bagus. Mengingat dirinya tidak tersangkut dengan kasus
apapun.

"Dengan waktu yang masih cukup panjang, sekitar satu setengah


tahun, semua masih punya peluang. Termasuk Adhyaksa yang cukup
dikenal sebagai menteri dulunya," katanya.

Siapapun Gubernur DKI Jakarta selain mengerti tentang


permasalahan yang terjadi di ibu kota negara, sosok gubernur juga
harus memilki solusi konkret untuk memecahkan problematika yang
ada di ibukota.

11. Idrus Marham

Idrus adalah politisi partai Golkar yang berasal dari kalangan


akademisi. Saat ini, dia menduduki jabatan Sekretaris Jenderal Partai
Golkar hasil Munas Riau.

Ketua Fraksi Golkar di DPRD DKI, Zainuddin mengatakan, Idrus


Marham pantas dicalonkan menjadi Gubernur DKI. "Memang belum
bisa kita tentukan sekarang siapa yang akan dicalonkan. Tapi ada tiga
nama yang cukup berpotensi diusung, yaitu Tantowi Yahya, Azis
Syamsuddin, dan Idrus Marham," katanya.

12. Azis Syamsuddin

Pada Kamis, pekan lalu, Aziz menyatakan siap maju sebagai calon
Ketua Umum Golkar dalam Musyawarah Nasional mendatang.
"'Bismilah, saya maju," kata Aziz, Kamis (4/2)
Ketua Fraksi Golkar di DPRD DKI, Zainuddin menyandingkan nama
Azis dalam bursa pencalonan dari Partai Golkar bersama Tanto
Wiyahya dan Idrus Marham. Pria kelahiran Surakarta, 31 Juli 1970 ini
pernah diwacanakan sebagai bakal calon Gubernur Jakarta periode
2012-2017. Namun, dia mengundurkan diri dari bursa pemilihan saat
itu.

Anda mungkin juga menyukai