Anda di halaman 1dari 17

Nama : Viola Subrata

Kelas : XI MIA 1
Bid.Studi : PKN
Nama guru bid.studi : Ayah Mudiyanto Imuuuddd
Tanggal Pengumpulan : Jumat,22 April 2016
A.    Pengertian Reklamasi

Reklamasi adalah suatu proses membuat daratan baru pada


suatu daerah perairan/pesisir pantai atau daerah rawa. Hal ini
umumya dilatarbelakangi oleh semakin tingginya tingkat populasi
manusia, khususnya di kawasan pesisir, yang menyebabkan lahan
untuk pembangunan semakin sempit. Pertumbuhan penduduk
dengan segala aktivitasnya tidak bisa dilepaskan dengan masalah
kebutuhan lahan. Pembangunan yang ditujukan untuk
menyejahterakan rakyat yang lapar lahan telah mengantar pada
perluasan wilayah yang tak terbantahkan.
           
Hal ini menyebabkan manusia memikirkan untuk mencari lahan
baru, terutama daerah strategis dimana terjadi aktifitas
perekonomian yang padat seperti pelabuhan, bandar udara atau
kawasan komersial lainnya, dimana lahan eksisting yang terbatas
luasan dan kondisinya harus dijadikan dan diubah menjadi lahan
yang produktif untuk jasa dan kegiatan perkotaan.
           
Pembangunan kawasan komersial jelas akan mendatangkan banyak
keuntungan ekonomi bagi wilayah tersebut. Asumsi yang digunakan
disini adalah semakin banyak kawasan komersial yang dibangun
maka dengan sendirinya juga akan menambah pendapatan asli
daerah (PAD). Reklamasi memberikan keuntungan dan dapat
membantu kota dalam rangka penyediaan lahan untuk berbagai
keperluan (pemekaran kota), penataan daerah pantai,
pengembangan wisata bahari, dan lain-lain. Namun harus diingat
pula bahwa bagaimanapun juga reklamasi adalah bentuk campur
tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan
alamiah pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dinamis
sehingga akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan
pola arus, erosi dan sedimentasi pantai, dan berpotensi gangguan
lingkungan.
           
Undang-undang no. 27 tahun 2007 pada pasal 34 menjelaskan
bahwa hanya dapat dilaksanakan jika manfaat sosial dan ekonomi
yang diperoleh lebih besar dari biaya sosial dan biaya ekonominya.
Namun demikian, pelaksanaan reklamasi juga wajib menjaga dan
memperhatikan beberapa hal seperti :
a) keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat;
b) keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian
lingkungan pesisir; serta
c) persyaratan teknis pengambilan, pengerukan dan penimbunan
material.

1. Reklamasi di Pantai Utara Jakarta

Reklamasi yang ada di Indonesia, salah satunya di Pantai Utara


Jakarta. Proyek reklamasi yang dikembangkan oleh Pemda DKI
terhadap kawasan itu bermaksud untuk membangun kawasan
tersebut menjadi daerah kawasan aktifitas bisnis dan perekonomian
maupun pemukiman elit. Dengan prakarsa itu juga Pemda DKI dan
beberapa perusahaan mitra kerjanya ingin mengubah predikat
Jakarta pada sebutan Water front City. Hal ini akan secara
menyeluruh mengubah daerah tersebut dari keadaannya yang
kumuh dan ditempati oleh masyarakat menengah kebawah kepada
kawasan elit yang menurut Pemda sebagai solusi untuk menekan laju
petumbuhan penduduk.
Pantura Jakarta adalah kawasan yang meliputi teluk Jakarta yang
terletak di sebelah utara kota Jakarta, pada umumnya merupakan
perairan dangkal. Teluk ini merupakan muara 13 sungai yang
melintasi kawasan metropolitan Jakarta dan daerah penyangga
Bodetabek yang berpenduduk sekitar 20 juta jiwa.
Salah satu tujuan reklamasi ini untuk menekan laju pertumbuhan,
dimana tempat yang baru tersebut akan dijadikan pemukiman yang
mampu menampung sekitar 1,5 juta penduduk Jakarta.
Selain Undang-undang dan Pedoman yang ada, rencana
penyelenggaraan reklamasi di Jakarta juga mendapat dukungan
aspek legal berupa Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun
2008 tentang Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan
Cianjur (Jabodetabekpunjur) yang di dalamnya memperbolehkan
mengadakan kegiatan reklamasi dengan persyaratan yang ketat.
Perpres tersebut juga menyebutkan beberapa persyaratan dalam
reklamasi, antara lain yaitu:

1. Bukan merupakan lahan rawa,


2. Merupakan zona perairan pantai yang memiliki potensi
reklamasi
3. Koefisien terbangun paling tinggi 45%
4. Jarak dari titik surut terendah sekurang-kurangnya 200-300
meter, dan sampai dengan garis yang menghubungkan titik-titik
terluar yang menunjukkan kedalaman laut 8 (delapan) meter
5. Rencana reklamasi telah melalui proses kajian mendalam dan
komprehensif setelah mendapat rekomendasi dari ketua badan
yang tugas dan fungsinya mengkoordinasikan penataan ruang
nasional (BKPRN)

2.  Dampak Reklamasi Pantai Utara Jakarta


Adanya Reklamasi Pantai Utara Jakarta menimbulkan beberapa
dampak positif maupun dampak negative.
Dampak positif yang mungkin ditimbulkan dari reklamasi pantai ini
meliputi :
1. Ada tambahan daratan buatan hasil pengurugan pantai
sehingga dapat dimanfaatkan untuk bermacam kebutuhan.
2. Daerah yang dilakukan reklamasi menjadi aman terhadap erosi
karena konstruksi pengaman sudah disiapkan sekuat mungkin
untuk dapat menahan gempuran ombak laut.
3. Daerah yang ketinggianya dibawah permukaan air laut bisa
aman terhadap banjir apabila dibuat tembok penahan air laut
di sepanjang pantai.
4. Tata lingkungan yang bagus dengan perletakan taman sesuai
perencanaan, sehingga dapat berfungsi sebagai area rekreasi
yang sangat memikat pengunjung.

Sedangkan dampak negative yang ditimbulkan reklamasi pantai ini


meliputi :
1.      Jumlah manusia yang dimungkinkan terkena dampak
·         Dalam hal ini memungkinkan sebagian besar akan berdampak
pada warga yang menggantungkan hidup pada laut seperti nelayan,
dan masyarakat yang tinggal di pesisir pantai bisa saja kehilangan
tempat tinggal.
·         Selain itu nelayan sendiri akan mengalami kesulitan mendapatkan
hasil laut yang habitatnya tinggal di pesisir pantai.

2.      Luas wilayah persebaran dampak


·         Abrasi pantai tidak cepat terjadi
·         Memperluas daerah pemukiman warga yang tinggal di pesisir
pantai
·         Merusak habitat ekosistem daerah pesisir pantai

Simbol negara dan lambang negara adalah dua istilah yang


mempunyai arti yang sama, tidak ada perbedaan. Lambang negara
merupakan salah satu simbol kedaulatan dan kehormatan negara,
serta simbol identitas wujud eksistensi bangsa dan negara.

Setiap orang yang mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat


rusak Lambang Negara dengan maksud menodai, menghina, atau
merendahkan kehormatan Lambang Negara dipidana dengan pidana
penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak Rp500 juta.

Simbol dan Lambang adalah Sama


Simbol dan Lambang merupakan dua istilah yang memiliki arti sama.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (“KBBI”) yang kami akses dari laman
Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
memberikan arti kedua istilah tersebut sebagai berikut:
 
-    Simbol: lambang.
-    Lambang:
1.   sesuatu seperti tanda (lukisan, lencana, dan
sebagainya) yang menyatakan suatu hal atau
mengandung maksud tertentu; simbol
2.   tanda pengenal yang tetap (menyatakan sifat,
keadaan, dan sebagainya)
3.   huruf atau tanda yg digunakan untuk menyatakan
unsur, senyawa, sifat, atau satuan matematika
-    Lambang negara: simbol resmi suatu negara
 
Jadi, simbol negara dan lambang negara adalah dua istilah yang
mempunyai arti yang sama, tidak ada perbedaan.
 
Di Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009
Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, Serta Lagu
Kebangsaan (“UU 24/2009”), bendera, bahasa, dan lambang negara,
serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan simbol kedaulatan dan
kehormatan negara, serta simbol identitas wujud eksistensi bangsa
dan negara.[1] Ini menegaskan bahwa lambang negara adalah salah
satu simbol negara.
 
Lambang Negara Indonesia
Lambang Negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.[2] Lambang Negara Kesatuan
Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang kepalanya
menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang
digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.[3]
 
Sanksi Pidana Bagi yang Menghina Lambang Negara
Berikut kami uraikan pasal-pasal yang dapat dikenakan terhadap
orang yang menghina lambang negara:
 
1.    Pasal 154a Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”)
 

“Barang siapa menodai bendera kebangsaan Republik


Indonesia dan lambang Negara Republik Indonesia,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun
atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu
rupiah.”
 

Terkait pasal ini, R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang


Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi
Pasal (hal. 133) menjelaskan bahwa “menodai” adalah perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja untuk menghina.

 2.    Pasal 57 UU 24/2009:

 Setiap orang dilarang:


a.   mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat
rusak Lambang Negara dengan maksud menodai,
menghina, atau merendahkan kehormatan Lambang
Negara;
b.   menggunakan Lambang Negara yang rusak dan tidak
sesuai dengan bentuk, warna, dan perbandingan
ukuran;
c.   membuat lambang untuk perseorangan, partai politik,
perkumpulan, organisasi dan/atau perusahaan yang
sama atau menyerupai Lambang Negara; dan
d.   menggunakan Lambang Negara untuk keperluan
selain yang diatur dalam Undang-Undang ini.
 
Ancaman pidana bagi orang yang melanggar ketentuan di
atas diatur dalam Pasal 68 UU 24/2009:
 

“Setiap orang yang mencoret, menulisi, menggambari,


atau membuat rusak Lambang Negara dengan maksud
menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan
Lambang Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57
huruf a, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).”
 
Dari bentuk-bentuk larangan terhadap lambang negara yang
dimaksud di atas dapat kita lihat unsur-unsur pidananya:
-    setiap orang;
-    mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat rusak lambang
negara;
-    dengan maksud menodai, menghina, atau merendahkan
kehormatan lambang negara.
 
Oleh karena itu, untuk dapat dihukum dengan pasal ini, orang
tersebut harus memenuhi seluruh unsur-unsur pidananya terutama
“dengan maksud” atau dengan sengaja menghina lambang negara
dan unsur-unsur pidana itu perlu dibuktikan.
 
Contoh Kasus :

Sebagai contoh kasus dapat kita lihat dalam artikel Ini Kata Pakar
Pidana Soal Kasus Zaskia Gotik. Penyidik Polda Metro Jaya telah
menemukan dugaan tindak pidana terkait tindakan Zaskia Gotik yang
dianggap menghina lambang sila kelima Pancasila. Dugaan tindak
pidana tersebut berupa pelanggaran Pasal 57 jo. Pasal 68 UU
24/2009.

Saat ditanya kapan proklamasi Indonesia dikumandangkan, Zaskia


menuliskan “sesudah azan subuh” sebagai jawaban. Pernyataan
nyeleneh tersebut semakin membuat penonton ternganga saat
dirinya menuliskan “32 agustus” sebagai tanggal proklamasi.

Tak berhenti di situ, Zaskia kembali membuat kehebohan tatkala


ditanya soal lambang dari sila kelima pancasila. Di saat Julia Perez
dan Ayu Ting Ting menjawab padi dan kapas, dia justru menulis
“bebek nungging”.

Insiden ini disepons serius oleh pihak manajemen yang menaungi


Zaskia, Nagaswara. Bahkan pihak label tersebut memberikan
peringatan keras terhadap Zaskia. Dan Zaskia sendiri meminta maaf
dan mengaku tidak bermaksud melecehkan lambang negara.

Dan dari informasi yang diperoleh, tindakan menghina negara bisa


berbuntut panjang bahkan sampai ke jalur hukum. Larangan untuk
menghina negara dan lambangnya diatur dalam Pasal 24 UU Nomor
24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta
Lagu Kebangsaan.

Menurut Pakar Hukum Pidana Universitas Indonesia, Gandjar


Laksmana, polisi seharusnya tidak melupakan prinsip utama hukum
pidana ketika memeriksa kasus ini. Gandjar mengatakan, meskipun
perbuatan Zaskia Gotik memenuhi unsur pidana, tetapi belum tentu
penyanyi dangdut itu layak dihukum. Sebab, penyidik harus mampu
membuktikan adanya kehendak jahat (mens rea) yang ditunjukan
Zaskia saat melakukan tindakan itu.
 
Lebih lanjut, Gandjar menjelaskan, di dalam hukum pidana tidak
semua perbuatan yang memenuhi unsur pidana harus diberikan
sanksi. Ada dua hal yang menjadi pertimbangan utama. Pertama,
apakah dilakukan dengan melawan hukum. Kedua, apakah orangnya
dapat dipersalahkan. Dalam hal ini, sekali lagi kita harus melihat
konteks untuk bisa menilai apakah Zaskia Gotik melawan hukum dan
bisa dipersalahkan atau tidak. Sebab, apa yang dilakukan Zaskia tidak
lebih hanya sebatas hiburan. Menurutnya, hukum pidana harus tetap
menunjung tinggi prinsip ultimum remedium. Artinya, sanksi pidana
harus dijadikan senjata pamungkas dalam menyelesaikan suatu
kasus.
 

Kursi Gubernur DKI Jakarta selalu menjadi perebutan politik. Namun,


pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada 2017 mendatang bukan saja
akan menjadi ajang saingan antar partai, beberapa tokoh yang tak
berafiliasi dengan partai politik akan ikut andil.

Selain, calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), sejumlah


calon lain juga siap bersaing sebagai bakal calon orang nomor satu di
Jakarta. Terakhir, ahli Hukum Tata Negara, Yusril Ihza Mahendra
mengaku didorong untuk maju menyaingi Ahok. Sementara Partai
Amanat Nasional (PAN) sedang menyiapkan tiga kadernya untuk DKI.

Sejauh ini, ada 12 nama yang disebut-sebut akan bersaing menjadi


Gubernur DKI periode 2017-2021. Berikut nama-nama calon yang
siap akan maju dalam pilgub 2017.

1. Basuki Tjahaja Purnama

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok agaknya masih belum puas


berkantor di Jalan Medan Merdeka Selatan. Ahok menyatakan
kesiapannya maju kembali di Pilgub 2017, mendatang.

"Harus maju dong. Supaya buktiin sama Taufik (Wakil Ketua DPRD
DKI), laku nggak laku, minimal aku lebih laku daripada dia lah," kata
Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Jumat, 4 September
2015.

Namun, belum jelas dirinya akan maju sebagai calon independen


atau partai. Namun, Ahok menyebut akan menghormati usaha
'Teman Ahok' yang mengumpulkan satu juta tanda tangan bagi
dirinya untuk maju sebagi calon independen.

"Partai sih ada yang mendekati, tapi kita tunggu 'Teman Ahok' saja
dapat sejuta KTP atau tidak," kata Ahok.

Maju sebagai calon petahana, mantan politisi Gerindra ini mengaku


tidak memiliki persiapan khusus untuk meraih simpati. Menurutnya,
dukungan masyarakat akan datang dengan sendirinya ketika ia
bekerja dengan maksimal. "Kalau kita petahana, apa yang mau
persiapan? Kita dinilai tiap hari kok, kamu dinilai kayak apa, hasilnya
apa," katanya.

2. Yusril Ihza Mahendra

Ketua Umum Partai Bulan Bintang, Yusril Ihza Mahendra menyatakan


kesiapannya untuk maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta pada
Pilgub 2017. Jabatan Gubernur DKI agaknya djiadikan langkah awal
menuju kursi Presiden di masa mendatang.

"Insya Allah. Keluarga tidak masalah. Jadi, kalau saya ingin maju,
keluarga sepakat saja," kata Yusril pada Sabtu (6/2).

Nama Yusril didorong maju untuk mencalonkan diri sebagai gubernur


pada Pilkada DKI 2017. Hal ini menyusul kemenangan kakak Yusril,
Yuslih Ihza Mahendra, dalam Pilkada Belitung Timur.

Sementara, Ahok mengaku tidak khawatir dengan majunya Yusril


Ihza Mahendra dalam Pilgub DKI 2017. Dia mengaku, dengan adanya
Yusril sebagi calon Gubernur DKI akan meramaikan Pilgub
mendatang.

"Bukan soal berani enggak berani, justru saya harap Bang Yusril
nyalon, nyalon harusnya gitu loh, supaya makin banyak pilihan," kata
Ahok.

3. Bima Arya

Wali Kota Bogor disebut-sebut masuk dalam bursa calon Gubernur


DKI. Bima dinilai layak oleh Dewan Pengurus PAN untuk menjadi
pemimpin di Ibu Kota. "Bima Arya jelas terlihat track record di
Bogor," kata Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat PAN,
Dipo Ilham.
Meski demikian, Dipo mengatakan elektabilitas Arya Bima masih
akan disurvei kembali secara internal. PAN akan memutuskan secara
pasti pada 2-3 bulan mendatang setelah hasil survei internal partai
keluar.

Ketua DPD PAN Kota Bogor, Safrudin Bima mengakui pencalonan


Arya Bima. Namun, dia mengatakan, sejauh ini baru pembicaraan
awal dan belum masuk tahap serius.

4. Eko Patrio
Anggota DPR RI, Eko Patrio juga digadang-gadang sebagai bakal calon
Gubernur DKI. Eko dipilih lantaran mengetahui Jakarta menyusul
jabatannya sebagai anggota dewan.

"Eko bekerja baik di DPR RI yang punya konsen terhadap DKI


Jakarta," kata Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat PAN,
Dipo Ilham.

Dipo mengatakan, nama kandidat tersebut merupakan permintaan


dari teman-teman di PAN. Mereka menilai kandidat ini memilki
potensi yang cukup baik untuk memimpin ibu kota 5 tahun ke depan.

5. Desy Ratnasari

Wanita kelahiran Sukabumi 42 tahun silam masuk sebagai bakal


calon Gubernur DKI yang diusung PAN. Wakil Sekretaris Jenderal
Dewan Pengurus Pusat PAN, Dipo Ilham menyebut Desy memiliki
konsentrasi terhadap perubahan di DKI Jakarta.

"Jakarta jadi sorotan utama Indonesia dan bahkan di luar Indonesia


pun orang tahunya Jakarta, jadi sudah selayaknya yang memimpin
harus bisa menjadi pemimpin perubahan," kata Dipo.
Namun, Dipo menuturkan, PAN akan memutuskan secara pasti pada
2-3 bulan mendatang setelah hasil survei internal partai keluar.
Sementara, kalau terpilih Desy bakal menjadi Gubernur wanita
pertama di DKI Jakarta.

6. Ridwan Kamil

Wali Kota Bandung ini juga masuk dalam bursa pemilihan Gubernur
DKI Jakarta. Ridwan Kamil bakal diusung Partai Keadilan Sejahtera
(PKS). Ridwan Kamil disebut-sebut memiliki tingkat elektabilitas yang
lebih tinggi dibanding Ahok.

Pengalaman Ridwan mengelola metropolis dinilai cocok untuk


memimpin Ibu Kota mengingat Bandung layaknya Jakarta versi mini.
"Ridwan Kamil layak untuk tampil cocok untuk anak muda karena
kreatif, welcome kompetensi dan performance-nya bagus di
Bandung. Dia kaya Jokowi waktu di Solo," kata Anggota DPRD DKI
Jakarta dari Fraksi PKS, Slamet Nurdin.

7. Sandiaga Uno

Nama pengamat ekonomi Sandiaga Uno dinilai cocok oleh partai


Gerindra menjadi calon gubernur DKI. Sandiaga merupakan orang
dengan integritas tinggi yang tentunya dapat memahami kondisi
Jakarta jika memimpin nantinya.

"Sandiaga Uno bagus loh, kita rekomendasi itu," kata Anggota Fraksi
Parta Gerindra yang juga Wakil Ketua DPRD DKI, Mohamad Taufik.

Sementara, Sandiaga megaku siap untuk memimpin Jakarta. Dia juga


mengaku siap bersaing dengan bakal calon lainnya untuk menuju
kursi DKI 1.

"Saya siap dipilih, siap juga enggak dipilih. Ini ikhlas kok, cukuplah
jadi pengusaha. Tapi kalau terpilih saatnya mengabdi kaya Pak
Prabowo," katanya.

8. Tantowi Yahya

Politikus Golkar ini juga siap bersaing untuk menduduki di DKI


Jakarta. Meski demikian, niatan Tantowi untuk maju sebgai bakal
calon Gubernur DKI masih belum bulat.

"Pembukaan calon setelah Rakerda bulan Februari. Saya masih pikir-


pikir. Sayang jabatan saya di DPR kalau belum pasti menang," kata
Tantowi.

Anggota DPRD DKI yang juga Ketua Fraksi Golkar, Zainuddin


menyebut nama yang akan diusung belum dapat dipastikan. Namun,
ada tiga nama yang cukup berkualitas dicalonkan, di antaranya
Tanyowi Yahya.

"Memang belum bisa kita tentukan sekarang siapa yang akan


dicalonkan. Tapi ada tiga nama yang cukup berpotensi diusung, yaitu
Tantowi Yahya, Azis Syamsuddin, dan Idrus Marham," katanya.

9. Tri Rismaharini

Wali Kota Surabaya ini juga menjadi salah satu yang santer
diberitakan menjadi lawan berat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok
pada Pilgub DKI 2017. Elektabilitas tinggi kader PDIP itu disebut
mampu menyaingi Ahok atau Ridwan Kamil.

"Ahok memiliki elektabilitas tertinggi sebesar 35,8 persen, Risma


18,5 persen dan Ridwan Kamil 11,1 persen," kata Senior researcher
of PDB, Agus Herta.

Sementara, Ketua Umum DPP PDIP Megawati Sukarnoputri sempat


menggelar pertemuan khusus dengan Tri Rismaharini. Pertemuan itu
digelar dalam Rakernas PDIP I yang digelar di JIEXPO Kemayoran,
Jakarta Pusat, pada 10-12 Januari 2016.

10. Adhyaksa Dault

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga ini menyatakan siap maju


dalam pilgub 2017. Direktur Eksekutif Pol Tracking Hanta Yudha
mengatakan, meski cukup populer, Adhyaksa dinilai masih kalah jika
dibandingkan nama lainnya seperti Ridwan Kamil, Sandiaga Uno,
bahkan Basuki Tjahaja Purnama.

"Tentu dengan waktu yang lama, Adhyaksa juga berpeluang dalam


Pilgub DKI 2017. Walaupun tidak sebesar nama besar lainnya seperti
Ridwan Kamil, Tri Rismaharini mungkin atau juga Sandiaga Uno dan
tentunya Basuki Tjahaja Purnama sendiri," kata Hanta.

Menurutnya, nama calon lainnya lebih memiliki citra positif di


hadapan masyarakat. Apalagi mereka terjun langsung ke masyarakat
sehingga personal branding-nya sudah cukup menjual. Namun,
sebagai mantan menteri Adhyaksa juga memiliki popularitas yang
masih bagus. Mengingat dirinya tidak tersangkut dengan kasus
apapun.

"Dengan waktu yang masih cukup panjang, sekitar satu setengah


tahun, semua masih punya peluang. Termasuk Adhyaksa yang cukup
dikenal sebagai menteri dulunya," katanya.

Siapapun Gubernur DKI Jakarta selain mengerti tentang


permasalahan yang terjadi di ibu kota negara, sosok gubernur juga
harus memilki solusi konkret untuk memecahkan problematika yang
ada di ibukota.
11. Idrus Marham

Idrus adalah politisi partai Golkar yang berasal dari kalangan


akademisi. Saat ini, dia menduduki jabatan Sekretaris Jenderal Partai
Golkar hasil Munas Riau.

Ketua Fraksi Golkar di DPRD DKI, Zainuddin mengatakan, Idrus


Marham pantas dicalonkan menjadi Gubernur DKI. "Memang belum
bisa kita tentukan sekarang siapa yang akan dicalonkan. Tapi ada tiga
nama yang cukup berpotensi diusung, yaitu Tantowi Yahya, Azis
Syamsuddin, dan Idrus Marham," katanya.

12. Azis Syamsuddin

Pada Kamis, pekan lalu, Aziz menyatakan siap maju sebagai calon
Ketua Umum Golkar dalam Musyawarah Nasional mendatang.
"'Bismilah, saya maju," kata Aziz, Kamis (4/2)

Ketua Fraksi Golkar di DPRD DKI, Zainuddin menyandingkan nama


Azis dalam bursa pencalonan dari Partai Golkar bersama Tanto
Wiyahya dan Idrus Marham. Pria kelahiran Surakarta, 31 Juli 1970 ini
pernah diwacanakan sebagai bakal calon Gubernur Jakarta periode
2012-2017. Namun, dia mengundurkan diri dari bursa pemilihan saat
itu.

Anda mungkin juga menyukai