Anda di halaman 1dari 33

PROYEK REKLAMASI DAN PENDAMPINGAN AKTIVIS KOALISI

DALAM KASUS ANTI REKLAMASI PULAU


LAE-LAE KOTA MAKASSAR

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar


Sarjana Politik Pada Program Studi Ilmu Politik
Fakultas Ushuluddin Filsafat Dan Politik
UIN Alauddin Makassar

Oleh:

SITI NUR ANNISA


NIM: 30600119095

FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT DAN POLITIK


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023

1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh berbagai

komponen bangsa sebagai wujud dalam mencapai tujuan bernegara. 1

Pembangunan bernegara dapat memberikan keadilan serta meningkatkan

kesejahteraan masyarakatnya untuk mencapai tujuannya. Secara umum proses

pembangunan dapat dilihat sebagai salah satu keharusan dan senantiasa dianggap

sebagai hal yang positif.2 Untuk itu manusia melakukan berbagai aktivitas

kehidupan dengan memanfaatkan sumber daya alam, yang kemudian dalam

aktivitas ini selalu dilakukan perubahan-perubahan pada ekosistem dan sumber

daya alam.

Perubahan memiliki arti suatu proses menuju peningkatan taraf hidup

setiap manusia yang tidak terlepas dari aktivitas pemanfaatan sumber daya alam,

sehingga pembangunan menjadi salah satu proses menuju perubahan tersebut.

Seiring dengan pembangunan yang terus berlangsung, terlebih pada Indonesia


dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 200 juta jiwa dapat membawa

dampak yang sangat kompleks terhadap banyak aspek kehidupan masyarakatnya.

Ruang wilayah negara kesatuan republik Indonesia, baik menjadi kesatuan wadah

yang mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara. Segala yang termasuk

ruang di dalam bumi juga yang menjadi sumber daya adalah karunia Tuhan Yang

Maha Esa kepada bangsa Indonesia yang perlu disyukuri, dilindungi, dan dikelola

secara berkelanjutan buat sebesar-besarnya kemakmuran warga yang sesuai

1
UU No. 25/ 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
2
Huggan.G and Tiffin.H, Postcolonial Ecocriticsm, Literature, Environment, (New York,
Routledge, 2010) h.8

2
dengan amanat yang terkandung di dalam pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indinesia tahun 1945.3

Kebutuhan akan ruang baik dari pemerintah, perusahaan juga masyarakat

pada umumnya terus bertambah yang terjadi dari tahun ke tahun, yang disebabkan

dari beberapa aspek yakni dengan bertambahnya jumlah penduduk yang

memerlukan ruang untuk beraktivitas hingga meningkatnya pembangunan baik

dari pemerintah maupun perusahaan yang membutuhkan ruang. Masalah ini

menjadi sangat serius di kota-kota besar yang mengalami laju pertumbuhan yang

sangat pesat. Ini terjadi karena tanah sebagai penunjang utama kegiatan

pembangunan terbatas, sementara kebutuhan untuk pengembangan infrastruktur

wilayah pemukiman, industri, dan tempat komersial lain tidak terbatas. Untuk

mengatasi hal-hal tersebut, kota-kota yang memiliki wilayah sempit perlu

melakukan pengembangan wilayah.4

Ketersediaan lahan itu tidak sejalan dengan pembangunan yang terus

dilakukan pemerintah, entah dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

diberbagai wilayah di Indonesia. Ketidakseimbangan antara pembangunan yang

terus dilakukan dengan luas tanah yang tersedia dan kebutuhan penggunaan yang

semakin meningkat sehingga mengakibatkan tanah menjadi yang sangat penting

bagi rakyat Indonesia. Bagi kota-kota yang disekitar wilayah pesisir, salah satu

jalan keluar yang dipilih untuk perkembangan kota adalah dengan melakukan

reklamasi perairan pantai.5 Campur tangan pemerintah adalah salah satu hal yang

mutlak, pemerintah sendiri telah mendapatkan salah satu solusi alternatif dari

pemecah masalah tersebut, yaitu salah satu solusinya dengan melakukan

reklamasi.

3
Urip Santoso, Hukum penata Ruang, Airlangga University Press, Surabaya, 2012. h. 1
4
http://bappeda.grobogan.go.id/beritaartikel/42-rencana-tata-ruang-pacu-pengembangan-
wilayah.html. di akses pada tanggal (10 Juli 2023)
5
UU No. 27/ 2007, tentang Pengelolahan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

3
Reklamasi adalah salah satu upaya penyediaan lahan untuk berbagai

keperluan kota seperti pemekaran kota, penataan wilayah pantai, pengembangan

wisata bahari dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan meningkatnya populasi

manusia khususnya dikawasan pesisir sehingga menimbulkan berkurangnya lahan

akibat pembangunan. Beberapa aktivitas pembangunan dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan manusia akan ruang yang semakin tinggi, demi memenuhi

kebutuhan ruang, manusia berfikir untuk mencari lahan baru guna menunjang

aktivitas. Dengan banyaknya pihak yang ikut terkait pada proses reklamasi berarti

banyak juga kepentingan yang harus di akomodasi kemudian itu berpotensi dalam

memunculkan permasalahan. Contohnya di kota Manado, pernah dilakukan

reklamasi kemudian itu memiliki masalah.6

Dalam hukum islam, terdapat ada banyak ayat yang membahas tentang

larangan berbuat kerusakan. Hal tersebut bisa diartikan sebagai melestarikan

lingkungan dengan baik adalah suatu hal yang penting, dan membuat kerusakan

ialah hal yang dilarang.

Sebagaimana dalam Al;Qur’an disebutkan dalam QS. Al-Baqarah/2:11

yang berbunyi:

‫َو ِاَذ ا ِقۡي َل َلُهۡم اَل ُتۡف ِس ُد وۡا ِفۡى اَاۡلۡر ِۙض َقاُلۡو ۤا ِاَّنَم ا َنۡح ُن ُم ۡص ِلُح ۡو َن‬
Terjemahnya:

Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah berbuat kerusakan di


bumi!”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang
melakukan perbaikan”.

Tafsir M. Quraish Shihab:

6
Sutaryono dan Sarjita, 2008, Alternatif Model Reklamasi Pantai dan Kebijakan
Pertanahan, Jurnal Bhumi, Nomor 24, Desember Tahun 2008. Yogyakarta : STPN Press, Hlm 104

4
Dan apabila seseorang yang telah diberi petunjuk oleh Allah berkata

kepada orang-orang munafik. “Janganlah kalian berbuat kerusakan di atas bumi

dengan menghalang-halangi orang yang berjuang di jalan Allah, menyebarkan

fitnah dan memicu api peperangan,” mereka justru mengklaim bahwa diri mereka

bersih dari perusakan. Mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami adalah orang-

orang yang melakukan perbaikan.” Itu semua adalah akibat dari rasa bangga diri

mereka yang berlebihan.7

Reklamasi sendiri dipercaya bisa menjawab keterbatasan lahan diberbagai

wilayah di Indonesia. Dalam tahap pembangunannya reklamasi sendiri terdapat

beberapa macam pro dan kontra, maupun dampak positif dan dampak negatif dari

beberapa aspek yang disebabkan karena adanya reklamasi tersebut. Sumber daya

alam menjadi salah satu modal dasar dalam pembangunan nasional, sebab itu

harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kepentingan masyarakat dengan

melihat kelestarian hidup sekitar.8 beberapa manfaat dari reklamasi itu yaitu untuk

mengatasi kendala keterbatasan lahan di negara dengan tingkat kepadatan

penduduk yang sangat tinggi yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai lahan

pemukiman, memanfaatkan Kawasan pesisir pantai atau Kawasan berair yang

rusak kemudian menjadi objek wisata dengan pemanfaatan wilayah tersebut.

Mencegah terjadinya erosi berkelanjutan dan mencegah terjadinya banjir. Adapun

beberapa dampak positif yang disebabkan oleh reklamasi tersebut mencakup

aspek ekonoomi yaitu dapat menjadi Kawasan perindustrian serta Kawasan bisnis

7
https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-11#tafsir-quraish-shihab (13 Juli 2023)
8
Erwin, Hukum Lingkungan, Refika Aditama, Bandung, 2008, h. 47

5
sehingga dapat membuka lapangan kerja baru yang lebih banyak. Dengan adanya

tambahan daratan buatan ini berbagai macam kebutuhan yang di khususkan pada

peningkatan keterbatasan lahan yang akhirnya dapat bermanfaat menjadi alam

perkembangan ekonomi daerah tersebut, Peningkatan kesejahteraan warga

sekitarnya juga serta pengurangan kemiskinan dan lainnya. 9 Manfaat lainnya

untuk menghindari perluasan daerah kumuh yang semakin tidak tertata dari

sebuah Kawasan serta perubahan kubadayaan dan menghindari terjadinya konflik

di masyarakat. Proyek reklamasi juga dapat menyebabkan beberapa dampak

negatif yaitu pencemaran laut akibat kegiatan di area reklamasi yang dapat

menjadi penyebab menurunnya keanekaragaman hayati perairan hingga

pendapatan para nelayan yang turun dan tercemarnya air laut di area reklamasi.

Di Indonesia kegiatan reklamasi sudah banyak terlaksana di daerah-daerah

besar seperti contohnya pada provinsi Sulawesi selatan yang tepatnya di pulau lae-

lae kota makassar. Proyek reklamasi pulau Lae-lae yang akhir-akhir ini menjadi

sorotan media karena pembangunannya yang sampai saat ini masih menjadi

perdebatan. Awal mula adanya reklamasi ini pada tahun 2014 yang dimana

pemerintah provinsi Sulawesi selatan memberikan izin reklamasi Center Point Of

Indonesia (CPI) kepada KSO PT Ciputra dengan PT Yasmin Bumi Asri dengan

luas reklamasi 157,23 Hektar. Hasil reklamasi tersebut rencananya dibagi dua

antara pemprov Sulawesi selatan dan KSO PT Ciputra-Yasmin Bumi Asri.

Namun seiring berjalannya pembangunan terdapat kekurangan lahan sehingga

pemerintah provinsi Sulawesi selatan mengeluarkan surat 593.6/5522/BKAD

9
Antik Bintari dan Talolo Muara, Op, Cit., h. 139

6
perihal penetapan lahan pengganti yang pembangunannya akan dipindahkan di

pulau Lae-lae.10

Sejak awal perencanaan proyek reklamasi CPI telah mendapatkan

penolakan dari masyarakat terutama bagi nelayan dipesisir, namun proyek

tersebut tetap dipaksakan berjalan dengan menggusur 43 kepala keluarga nelayan

dan menghancurkan wilayah tangkap komunitas nelayan dipulau Lae-lae. Karena

kesepakatan yang dilakukan oleh Pemprov Sulsel dan KSO PT Ciputra-Yasmin

Bumi Asri ini sama sekali tidak pernah dikonsultasikan kepada masyarakat pulau

lae-lae yang kenyataannya menjadi pihak yang paling terdampak atas segala

kegiatan dipembangunan tersebut. Selain mereka menolak kesepakatan ini karena

tidak pernah dikonsultasikan kepada masyarakat nelayan pulau lae-lae namun juga

wilayah rencana reklamasi ini merupakan daerah tangkap mereka. Ketika

Pemprov Sulsel yang dikawal oleh polrestabes melakukan kunjungan ke lokasi

rencana reklamasi pulau Lae-lae, Sebagai bukti penolakan tegas masyarakat

sehingga melakukan penghadangan kepada rombongan Pemprov Sulawesi Selatan

tersebut.

Sejauh ini berbagai upaya penolakan yang telah dilkakukan warga pulau

lae-lae, seperti aksi tanpa kekerasan yang tergabung dalam Koalisi Lawan

Reklamasi (KAWAL) pesisir yang terdiri dalam Lembaga Bantuan Hukum (LBH)

Makassar, Konsersium Pembaharuan Agraria (KPA), Solidaritas Perempuan (SP)-

Anging Mammiri, Jurnal Celebes, FMN, Walhi Sulsel, LAPAR, PPSS dan PBH

10
https://makassar.antarnews.com/berita/481398/warga-pulau-lae-lae-gelar-aksi-tolak-
reklamasi-di-makassar, di akses pada tanggal (10 juli 2023).

7
Peradi membentangkan spanduk saat melakukan parade perahu tolak reklamasi di

perairan Pantai Losari, Makassar Sulawesi Selatan. Koalisi Lawan Reklamasi

pesisir juga mangadakan aksi di depan Gedung DPRD Provinsi dan depan kantor

Gubernur Sulawesi Selatan. Dalam aksi yang dilakukan oleh warga pulau Lae-lae

dan dengan KAWAL pesisir meminta agar pemerintah membatalkan rencana

reklamasi Pulau Lae-lae, Menghormati, Mengakui dan melindungi wilayah

tangkap nelayan, cabut pergub wisata bahari, Revisi Perda RT/RW Provinsi

Sulawesi Selatan, Akui identitas nelayan, Pulihkan hak-hak masyarakat pesisir

dan laksanakan Reforma Agraria sejati diwilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. 11

Penelitian ini penting dilakukan karena proyek reklamasi tersebut sangat

kontroversial, oleh karena itu berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Proyek Reklamasi dan Pendampingan Aktivis

Koalisi Dalam Kasus anti Reklamasi Pulau Lae-lae kota Makassar”.

B. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Terkait dengan masalah diatas, maka penelitian ini memfokuskan tentang

proyek reklamasi dan pendampingan aktivis koalisi dalam kasus anti reklamasi

pulau Lae-lae kota makassar.

2. Deskripsi Fokus

Penelitian ini mengenai tentang dampak dari proyek reklamasi terhadap

kesejahteraan masyarakat dan bentuk gerakan sosial aktivis koalisi dalam menolak

pembangunan reklamasi pulau Lae-lae kota Makassar melalui informan yang

11
https://lbhmakassar.org/press-release/aksi-warga-pulau-dan-koalisi-lawan-reklamasi-
pesisir-tolak-reklamasi-pulau-lae-lae/ diakses pada tanggal (10 Juli 2023)

8
diharapkan dapat memberikan gambaran jawaban dari judul penelitian yang

diangkat peneliti. Penelitian ini akan lebih fokus di pulau Lae-lae kota Makassar.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana dampak dari proyek reklamasi terhadap kesejahteraan

masyarakat pulau Lae-lae kota Makassar?

2. Bagaimana bentuk gerakan sosial para aktivis koalisi dalam menolak

pembangunan reklamasi pulau Lae-lae kota Makassar?

D. Kajian Pustaka

Pembahasan mengenai penelitian-penelitian sebelumnya digunakan oleh

penulis sebagai bahan referensi dan acuan saat melakukan penelitian yang

diharapkan mampu memperkaya teori yang penulis gunakan saat penulis

melakukan penelitian. Berikut merupakan format abstrak penelitian sebelumnya

yakni skripsi dan jurnal yang berkaitan dengan judul yang peneliti teliti.

1. Hikmah, Armen Zulham dan Zahri Nasution dalam jurnalnya mengenai

“Reklamasi Teluk Jakarta Dan Perubahan Sosial Pada Masyarakat Nelayan Di

Cilincing Jakarta Utara”. Jenis penelitian ini menggunakan studi kasus dengan

menggunakaan metode kualitatif. Teknik pengumpulan datanya yaitu

menggunakan metode triangulasi untuk memperoleh kombinasi data yang

akurat. Hasil penelitian menuliskan adanya perubahan sosial yang disebabkan

oleh adanya pembangunan pulau reklamasi disekitar teluk Jakarta yakni

perubahan jenis sumber pendapatan, perubahan pola aktivitas penangkapan,

perubahan struktur sosial masyarakat nelayan dan perubahan sistem gender.12

2. Yusuf Saepul Zamil, Yulinda Adharani, Siti Sarah Afifah dalam jurnalnya

mengenai “Pembangunan Pulau hasil Reklamasi Teluk Jakarta Dalam

Perspektif Pembaruan Agraria”. Jenis penelitian ini menggunakan spesifikasi

12
Hikmah, “Reklamasi Di Teluk Jakarta Dan Perubahan Sosial Pada Masyarakat Nelayan
di Cilincing Jakarta Utara”, Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, (2018), h. 1

9
penelitian deskriptif analisis dengan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu

metode pendekatan yang menitikberatkan pada penelitian kepustakaan yang

merupakan data sekunder dengan didukung oleh data primer. Hasil penelitian

menuliskan pembangunan reklamasi teluk Jakarta tidak sesuai dengan prinsip-

prinsip dalam pembaruan agraria, yakni pemenuhan kebutuhan tanah kepada

masyarakat miskin di ibu kota.13

3. Herry Djainal dalam jurnalnya mengenai “Reklamasi Pantai dan

Pengaruhnya Terhadap Lingkungan Fisik di Wilayah Kepesisiran Kota

Ternate”. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan tujuan

untuk mempelajari proses reklamasi di wilayah kepesisiran kota Ternate dan

mengkaji dampak reklamasi pantai terhadap perkembangan Kawasan dan

perubahan fungsi ruang di wilayah kepesisiran kota ternate.14

4. Dalam jurnal yang ditulis oleh Muhammad Haykal Abdul Ghanie Djamil,

Muhammad Rizki Gumilang, dan Dedi Hantono dengan judul “Dampak

Reklamasi Terhadap Lingkungan dan Perekonomian Warga Pesisir di Jakarta

Utara”. Jenis peneltian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

melakukan pendekatan secara deskriptif. Pada akhir penelitian tersebut

ditemukan banyak dampak buruk yang ditimbulkan seperti kerusakan

lingkungan, pengurangan pendapatan dan pencarian para nelayan di wilayah

tersebut.15

5. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Andhika, Sandra dengan judul

mengenai “Penerbitan Izin Reklamasi Pulau G di Teluk Jakarta (Ditinjau dari

13
Yusuf Saepul Zamil, “Pembangunan Pulau Hasil Reklamasi Teluk Jakarta Dalam
Perspektif Pembaruan Agraria, Jurnal Bina Mulia Hukum. (2020), h. 255
14
Herry Djainal, “Reklamasi pantai dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan Fisik di
Wilayah Kepesisiran Kota Ternate.
15
Abdul Ghanie Djamil, “Dampak Reklamasi Terhadap Lingkungan dan Perekonomian
Warga Pesisir di Jakarta Utara”, Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, (2022), h. 296

10
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolahan Lingkungan Hidup Juncto Undang-Undang Nomor 26 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang). Metode penelitian yang digunakan adalah

statute approach dan conceptual approach. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa penerbitan izin pelaksanaan reklamasi pulau G yang diberikan kepada

PT Muara Wisesa Samudra telah memberikan dampak kerugian bagi

masyarakat pesisir utara Jakarta yang kehilangan mata pencahariannya dan

pelaksaan reklamasi pulau G membahayakan ekosistem di sekitar Pulau G.16

Selanjutnya adapun persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang

akan peneliti lakukan adalah meneliti terkait Reklamasi. Adapun yang

membedakan dengan penelitian terdahulu ialah terletak pada lokasi penelitian,

subjek penelitian, teori, maupun fokus kajiannya. Penelitian terdahulu dilakukan di

Teluk Jakarta sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti terfokus di Kota

Makassar. Kemudian mengenai subjek penelitian, penelitian terdahulu subjek

penelitiannya adalah pemerintah sedangkan penelitian peneliti terfokus pada

masyarakat dan aktivis koalisinya.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui apa dampak dari proyek reklamasi terhadap

kesejahteraan masyarakat pulau Lae-lae kota Makassar.

b. Untuk mengetahui bagaimana bentuk gerakan sosial para aktivis koalisi

dalam menolak pembangunan reklamasi pulau Lae-lae kota Makassar.

16
Sandra Andika, “Penerbitan Izin Reklamasi Pulau G di Teluk Jakarta (Ditinjau dari
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolahan Lingkungan Hidup
Juncto Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang)”, Skripsi, University of
Surabaya, (2020), h. 1

11
2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat membuahkan hasil dan memberikan

referensi tambahan bagi masyarakat pada umumnya terkait dengan proyek

reklamasi dan pendampingan aktivis koalisi dalam kasus anti reklamasi dan

sebagai sumber informasi dan bahan rujukan bagi mahasiswa khususnya

mahasiswa studi ilmu politik.

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

12
1. Reklamasi

a. Pengertian Reklamasi

Istilah reklamasi ialah turunan dari istilah bahasa inggris, reclamation yang

berasal dari kata kerja reclaim yang artinya mengambil kembali, dengan

penekanan pada kata "return" kemudian berasal dari kosa kata dalam bahasa

inggris to reclaim yang artinya memperbaiki sesuatu yang rusak. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia “reklamasi” diartikan sebagai mengukur (lahan), atau

dengan memanfaatkan area yang tadinya tidak berguna menjadi berguna.

Sedangkan mereklamasi berarti membuka tanah untuk ditanami. Menurut

Sekretariat Direktorat Jendral Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan Umum,

Reklamasi lahan adalah proses pembentukan lahan baru di pesisir atau bantaran

sungai. Sesuai dengan defenisinya, tujuan utama reklamasi adalah membuat

kawasan perairan yang rusak atau tidak berguna menjadi lebih baik dan

bermanfaat dengan cara mengeringkannya. Pada dasarnya reklamasi merupakan

kegiatan mengubah wilayah perairan pantai menjadi daratan yang dimaksudkan

untuk mengubah permukaan tanah yang rendah untuk dijadikan lebih tinggi17

Menurut para ahli Reklamasi adalah pemanfaatan ruang untuk kepentingan

manusia dan menfaatan sumber daya alam untuk kepentingan yang lebih besar.

Dengan melihat kondisi saat ini seharusnya pemerintah dapat mengambil langkah

yang tepat untuk pemanfaatan lahan. Reklamasi juga dapat ditujukan untuk

membuka lahan yang telah rusak lingkungannya agar dapat dimanfaatkan untuk

kebutuhan manusia. Menurut para ahli, reklamasi adalah pemanfaatan ruang untuk

kepentingan manusia dan pemanfaatan sumber daya alam untuk kepentingan yang

lebih besar. Dengan melihat kondisi saat ini, seharusnya pemerintah dapat

17
Soehartono, ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan (Jakarta, Djambatan, 2008)
hlm. 38

13
mengambil langkah yang tepat untuk pemanfaatan lahan. Reklamasi juga dapat

ditujukan untuk membuka lahan yang telah rusak lingkungannya agar dapat

dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia, misalnya apa yang dikatakan oleh Save

M. Dagun bahwa pemanfaatan lahan yang tidak ekonomis adalah untuk keperluan

pemukiman.18

Pengertian reklamasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

40/PRT/M/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Reklamasi Pesisir,

pada Pasal 1 mengatakan bahwa “Reklamasi pantai adalah kegiatan di pantai yang

dilakukan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya

lahan dari segi lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara penimbunan, perizinan

atau drainase. Kawasan reklamasi pesisir adalah kawasan hasil perluasan kawasan

pesisir melalui rekayasa teknis pengembangan kawasan baru.19

b. Tujuan Reklamasi

Reklamasi dilakukan dengan tujuan: 1) mendapatkan lahan baru yang dapat

mengurangi tekanan kebutuhan lahan di bagian kota yang sudah padat penduduk;

2) menghidupkan kembali transportasi air sehingga beban transportasi darat

berkurang; 3) membuka peluang pembangunan yang bernilai tinggi; 4)

meningkatkan wisata bahari; 5) meningkatkan pendapatan daerah; 6)

meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar pesisir serta ekonomi

perkotaan; dan 7) meningkatkan sosial ekonomi masyarakat.

Tujuan utama reklamasi adalah menjadikan kawasan perairan yang rusak atau

tidak berguna menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat. Kawasan baru tersebut

biasanya digunakan untuk kawasan pemukiman, industri, bisnis dan perbelanjaan,

pertanian, dan obyek wisata. Reklamasi pulau merupakan langkah perluasan kota.
18
Soehartono, ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan (Jakarta, Djambatan, 2008)
hlm. 29
19
Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor: 40 /PRT/M/2007/ Tentang Pedoman Perencanaan
Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai.

14
Reklamasi dilakukan oleh negara-negara atau kota-kota besar yang laju

pertumbuhan dan kebutuhan lahannya meningkat begitu pesat, namun mengalami

masalah penyempitan luas lahan (lahan yang terbatas). Dengan kondisi tersebut,

perluasan kota ke arah daratan tidak memungkinkan lagi, sehingga diperlukan

lahan baru.

C. Dampak reklamasi Pulau

Sebagai proses perubahan terencana, jelas bahwa masalah sosial yang

muncul bukanlah bagian dari rencana. Oleh karena itu lebih tepat disebut sebagai

efek samping atau dampak dari proses pembangunan masyarakat. Mengingat

fenomena sosial merupakan fenomena yang saling terkait, maka tidak heran jika

perubahan yang terjadi pada satu atau beberapa aspek, baik diinginkan maupun

tidak, dapat mengakibatkan perubahan pada aspek lainnya. Dampak yang tidak

diinginkan ini kemudian dikategorikan sebagai masalah sosial.20

Perubahan dan dampak pulau akibat reklamasi tidak hanya bersifat lokal, tetapi

meluas. Reklamasi memiliki dampak positif dan negatif bagi masyarakat dan

ekosistem pesisir dan laut. Dampak ini juga bersifat jangka pendek dan jangka

panjang yang dipengaruhi oleh kondisi ekosistem dan masyarakat sekitar.

Perubahan pulau dan dampak akibat adanya reklamasi tidak hanya bersifat lokal,

tetapi meluas. Reklamasi memiliki dampak positif maupun negatif bagi

masyarakat dan ekosistem pesisir dan laut. Dampak ini pun mempunyai sifat

jangka pendek dan jangka panjang yang dipengaruhi oleh kondisi ekosistem dan

masyarakat disekitar.21

20
Soetomo, Masalah Sosial Dan Pembangunan, (Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995),
h. 165

21
Ruchyat Deni Djakapermana, Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang,
Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan, Kementerian PU

15
1. Dampak Positif

Ada dampak yang ditimbulkan dari pembangunan reklamasi ini, salah satunya

adalah dampak positif. Dampak positif yang ditimbulkan dari adanya kebijakan

pembangunan reklamasi ini adalah meningkatkan kualitas dan nilai ekonomi

kawasan pesisir, menekan lahan yang diperkirakan kurang atau tidak berguna,

menambah lahan baru, melindungi pantai dari erosi, mengembangkan kondisi

perairan yang layak huni, dan juga menyerap tenaga kerja. Pembangunan

reklamasi juga memberikan banyak manfaat bagi pembangunan daerah. Aplikasi

ini memberikan alternatif dalam penyediaan lahan baru untuk perluasan kawasan,

pengelolaan kawasan pesisir, penciptaan kegiatan alternatif dan peningkatan

wisata bahari. Pulau-pulau hasil pengembangan reklamasi dapat membendung

gelombang pasang yang menggerus pantai. Selain itu, dampak positif dari

pembangunan reklamasi ini dapat berupa bendungan untuk mencegah banjir di

daratan.

2. Dampak Negatif

Selain dampak positif, pembangunan reklamasi juga berdampak negatif

terhadap lingkungan fisik seperti perubahan hidro-oseanografi, erosi dan

sedimentasi pantai, peningkatan kekeruhan air, pencemaran laut, peningkatan

potensi banjir dan juga genangan di wilayah pesisir. Sedangkan dari segi biologi,

dampak negatif dari reklamasi ini antara lain terganggunya ekosistem mangrove,

terumbu karang, padang lamun, muara sungai dan juga penurunan

keanekaragaman hayati.

Ruang publik yang semula untuk masyarakat kini akan hilang atau berkurang,

setelah munculnya pembangunan reklamasi kawasan pesisir ini karena kawasan

pesisir akan digunakan untuk kegiatan atau kepentingan pribadi. Selain itu,

16
keanekaragaman biota laut juga akan berkurang, baik flora maupun fauna akibat

timbunan TPA yang akan berdampak pada ekosistem yang ada. Perubahan debit

air juga akan berdampak pada area di luar reklamasi yang akan banyak air meluap,

sehingga memungkinkan terjadinya abrasi, kerusakan atau menyebabkan banjir.

Selanjutnya yang berdampak pada aspek sosial, reklamasi ini akan

berdampak pada hasil tangkapan dan juga berdampak pada penurunan pendapatan

masyarakat sekitar pantai seperti petani tambah, nelayan, dan buruh. Kekayaan

keanekaragaman hayati di kawasan pesisir terhadap kondisi ekosistem ini sangat

membantu manfaat pantai sebagai pembatas daratan. Ekosistem di perairan pesisir

sangat rentan terhadap perubahan sehingga apabila terjadi perubahan baik secara

alami maupun rekayasa akan berdampak pada perubahan keseimbangan ekosistem

perairan. Apabila ekosistem perairan pesisir dalam jangka waktu yang lama

terganggu dapat dipastikan akan menyebabkan kerusakan ekosistem kawasan

pesisir sehingga kondisi seperti ini akan berdampak pada kerusakan pesisir.22

2. Teori Pembangunan

Pembangunan adalah suatu proses perubahan sistem terencana ke arah

perbaikan yang berorientasi pada pembangunan modernis dan kemajuan sosial

ekonomi. Pembangunan akan berjalan lancar, jika disertai administrasi yang baik.

22
Ruchyat Deni Djakapermana, Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Reklamasi
Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan, Kementerian PU

17
Pembangunan adalah suatu proses pembaharuan yang terus menerus dari suatu

kondisi tertentu ke suatu kondisi yang dianggap lebih baik.23

Pembangunan dapat diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan

budaya yang disengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang

diinginkan. Transformasi struktur ekonomi dapat dilihat melalui pertumbuhan

produksi di sektor industri dan jasa. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian

semakin kecil dan berbanding terbalik. Transformasi sosial dapat dilihat melalui

pemerataan akses terhadap sumber daya sosial ekonomi (seperti pendidikan,

kesehatan, perumahan, air bersih, dan partisipasi dalam proses pengambilan

keputusan politik). Transformasi budaya yang sering dikaitkan dengan bangkitnya

semangat nasionalisme dan nasionalisme, perubahan nilai dan norma yang dianut

masyarakat (seperti perubahan dari spiritualisme ke materialisme/sekularisme),

pergeseran dari institusi tradisional ke organisasi modern dan rasional.

Dalam konseptualisasi pembangunan, ada banyak variasi dalam

mendefinisikan pembangunan. Pada awalnya pembangunan dimaknai secara

ekonomi, namun pemikiran yang berkembang adalah bahwa pembangunan tidak

hanya dimaknai secara ekonomi, tetapi pembangunan dipandang sebagai konsep

yang dinamis dan multidimensional yang mencakup seluruh aspek kehidupan

manusia (seperti ekonomi, politik, dan sosial budaya). Pembangunan sebagai

proses yang sistemik akan menghasilkan output pada akhirnya. Kualitas output

pembangunan akan tergantung pada input, kualitas proses pembangunan yang

dilakukan, dan seberapa besar pengaruh lingkungan dan faktor alam lainnya. Salah

satu input yang dimaksud adalah sumber daya manusia. Manusia dalam proses

pembangunan mengandung pengertian manusia sebagai pelaksana pembangunan,

23
Ujud Rusdia, Candrika Akhdan Taqiudin., “Peran Kepala Desa Dalam PembangunanFisik Melalui
Pembuatan Tempat Pembuangan Sampah Sementara(Tps) Di Desa Margamekar Kecamatan
Pangalengan Kabupaten Bandung”, Jurnal JISIPOL 6, no. 2 (2022), h. 118

18
manusia sebagai perencana pembangunan, dan manusia sebagai sasaran dari

proses pembangunan.

Dalam proses pembangunan, faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai

berikut:

1. Sumber daya alam

Kebutuhan hidup manusia hampir seluruhnya bersumber dari alam. Kekayaan

alam, kesuburan tanah, iklim, potensi hutan, potensi tambang, potensi laut, dan

sebagainya akan sangat mempengaruhi pembangunan. Hal ini terutama terkait

dengan ketersediaan bahan baku produksi agar proses pengolahannya selalu

berkelanjutan demi terciptanya kesejahteraan masyarakat.

2. Sumber daya manusia

Salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan pembangunan adalah

jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar berpotensi menjadi

sasaran produksi pemasaran, sedangkan kualitas penduduk menentukan jumlah

produktivitas.

3. Modal

Sumber daya modal yang memadai merupakan penunjang dalam

pembangunan. Sumber daya modal dibutuhkan oleh negara untuk mengolah bahan

mentah menjadi barang jadi yang dapat langsung digunakan oleh masyarakat dan

memiliki nilai lebih tinggi dari bahan mentah. Investasi diperlukan untuk menggali

dan mengolah kekayaan alam agar memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan mampu

mendukung kinerja pembangunan.

4. Lapangan Kerja

Pengangguran yang disebabkan oleh tidak tersedianya lapangan pekerjaan

merupakan masalah bagi pembangunan. Sebaliknya, ketersediaan lapangan kerja

akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan pembangunan.

19
5. Keahlian dan kewirausahaan

Pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi memerlukan keterampilan

tertentu. Sekalipun demikian, orang yang memiliki keahlian tetapi tidak memiliki

jiwa kewirausahaan tidak akan menyelesaikan masalah pembangunan. Dengan

demikian dibutuhkan keahlian dan jiwa wirausaha yang dimiliki oleh masyarakat

jika pembangunan suatu negara ingin berhasil.

6. Stabilitas politik

Kondisi politik yang tidak stabil membuat sangat sulit untuk menciptakan

pembangunan yang baik. Stabilitas politik merupakan modal dasar untuk

melaksanakan kegiatan pembangunan agar dapat dinikmati oleh masyarakat luas.

7. Kebijakan pemerintah

Kebijakan pemerintah sangat menentukan proses pembangunan agar dapat

dilaksanakan tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat.24

3. Teori Gerakan Sosial.

Gerakan sosial dapat diartikan sebagai gerakan yang dilakukan oleh sejumlah

orang yang terorganisasi dengan tujuan mengubah atau mempertahankan

elemen tertentu dengan masyarakat luas. Selain itu, ada beberapa ciri dari

suatu gerakan sosial, antara lain adanya tujuan yang ingin dicapai (sasaran),

perencanaan dan adanya ideologi.25

Pengertian gerakan sosial adalah suatu keyakinan dan tindakan yang

tidak dilembagakan (non-institusionalisasi), yang dilakukan oleh sekelompok

24
Syed Agung Afandi,dkk, "Pengantar Teori Pembangunan", (Yogyakarta: CV.Bintang
Semesta Media), h. 9-10
25
Kumba, “Teori Pembangunan” (Jakarta Selatan: Lembaga Penarbitan Universitas
Nasional: 2019), h. 12

20
orang untuk menghambat atau mendorong perubahan tatanan sosial. Tindakan

yang tidak terlembagakan (noninstitutionalized) berarti tidak tergolong atau

tidak diakui sebagai sesuatu yang berlaku luas, umum dan sah dalam suatu

kesatuan masyarakat. Menurut para pendukung atau mereka yang terlibat

dalam gerakan sosial, gerakan sosial dipandang sebagai upaya yang positif.

Adanya kesepakatan merupakan salah satu ciri yang membedakan suatu

gerakan yang dilakukan dengan bentuk-bentuk penyimpangan lainnya.26

Anthony Giddens menjelaskan bahwa Gerakan Sosial adalah upaya

bersama untuk mencapai kepentingan bersama, mencapai tujuan bersama

melalui tindakan kolektif dan memposisikan diri sebagai gerakan yang

berbeda di luar pemerintah.27 Sementara itu, Metta Spencer menjelaskan

bahwa gerakan sosial merupakan upaya kolektif yang dilakukan untuk

perubahan dan tatanan kehidupan yang baru. Spencer menjelaskan bahwa ciri

utama gerakan sosial adalah upaya kolektif yang bertujuan membawa

perubahan baru ke tatanan kehidupan yang lebih baik dari tatanan yang ada.28

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa gerakan sosial

adalah gerakan bersama atau kolektif yang dilakukan secara masif untuk

mencapai suatu tujuan dengan melakukan upaya-upaya tertentu untuk

kepentingan bersama.

a) Tipe-tipe Gerakan Sosial

26
Robert Mirsel , Teori Pergerakan Sosial (Jakarta: Resist Book, 2004), hlm 7
27
Suharko, “Gerakan Sosial Baru di Indonesia: Repertoar Gerakan Petani”, Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, 10 (Juli 2006), h.3.
28
Oman Sukmana, Konsep dan Teori Gerakan Sosial (Malang: Intrans Publishing, 2016)

21
1. gerakan ekspresif. Dalam masyarakat yang maju dan modern,

seringkali individu ingin mengungkapkan keinginannya untuk mendapatkan

perhatian dan simpati publik. Misalnya, gerakan yang dilakukan di kalangan

remaja dan anak muda berupa penciptaan model/gaya baru, baik dari segi

busana maupun penampilan yang dianggap unik oleh orang lain. Bahkan,

kategori gerakan ini juga bisa memasukkan genre musik seperti “Break

Dance” di kalangan remaja di Amerika pada awal tahun 1980-an dimana jenis

musik ini memang sengaja diekspresikan di kalangan penciptanya sebagai

bentuk ekspresi perasaan mereka.

2. gerakan regresif. Jenis gerakan sosial ini sengaja dilakukan oleh

sekelompok orang dengan tujuan mengembalikan apa yang ada sekarang ke

keadaan semula. Dengan kata lain, mereka yang melakukan gerakan sosial

regresif merasa kecewa dan frustasi dengan situasi sosial saat ini. Misalnya,

gerakan yang dilakukan kelompok Ku Klux Klan menginginkan hak sipil dan

kebebasan bagi orang kulit hitam (Black American) ditempatkan pada status

sosial yang lebih rendah.

3. gerakan progresif. Bagi mereka yang terlibat dalam gerakan ini,

pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

kelompok tertentu dalam masyarakat, misalnya gerakan sosial yang dilakukan

di kalangan serikat buruh berupa demonstrasi dan protes menuntut kenaikan

upah baik bagi buruh maupun pekerja lainnya.

4. gerakan reformis. Sementara itu, gerakan sosial jenis ini lebih

berorientasi pada penciptaan perubahan dan pemutakhiran aspek-aspek

tertentu dalam masyarakat. Misalnya, pada Mei 1998 mahasiswa dari berbagai

perguruan tinggi di Indonesia melakukan gerakan sosial dan menuntut

reformasi dan perubahan, terutama yang berkaitan dengan kolusi, korupsi dan

22
nepotisme. Begitu juga di Uni Soviet pada tahun 1980-an, ketika rakyat

menuntut reformasi dan perubahan yang mengakibatkan runtuhnya Uni Soviet

dan kemudian pecah menjadi beberapa negara merdeka, otonom, dan

berdaulat.

5. gerakan revolusioner. Berbeda dengan gerakan reformasi yang

hanya menuntut perubahan pada aspek-aspek tertentu dalam masyarakat,

gerakan sosial revolusioner ini menuntut perubahan lebih lanjut untuk

melakukan perubahan secara total dan radikal terhadap seluruh aspek

kehidupan manusia dan tatanan sosial yang ada. Menurut Sztompka, revolusi

berbeda dengan bentuk-bentuk perubahan sosial lainnya karena (a)

menyebabkan perubahan yang seluas-luasnya yang menyentuh semua lapisan

dan dimensi masyarakat: ekonomi, politik, budaya, organisasi sosial,

kehidupan sehari-hari, dan kepribadian manusia. (b) Di bidang ini

perubahannya bersifat radikal, fundamental, menyentuh inti bangunan dan

fungsi sosial. (c) perubahan yang terjadi sangat cepat, tiba-tiba, seperti

ledakan dinamit di tengah lambatnya arus proses sejarah. (d) Untuk semua

alasan ini, revolusi adalah tampilan perubahan yang paling menonjol, luar

biasa cepat dalam waktu dan karena itu sangat diingat.

6. gerakan utopis. Dalam konteks inilah gerakan sosial dilakukan oleh

sekelompok orang dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang

dianggap ideal dan baik bagi mereka. Salah satu contohnya termasuk dalam

gerakan sosial utopis, yaitu gerakan yang dilakukan di kalangan separatis

yang ingin membentuk negara baru dengan cara memisahkan diri dari sesuatu.

Negara Dalam banyak kasus, gerakan kelompok separatis dapat ditemukan di

sejumlah negara di dunia. Namun harus dipahami bahwa gerakan sosial

seperti ini muncul sebagai bentuk kekecewaan, frustasi dan ketidakpuasan

23
sekelompok orang terhadap penguasa yang dianggap tidak adil, diskriminatif,

eksploitatif dan tidak transparan sehingga dianggap otoriter terhadap

kelompok tertentu dalam masyarakat. Dengan kata lain, yang dilakukan kaum

separatis tidak lain adalah mereka berjuang keras untuk mendirikan negara

baru yang mereka anggap ideal dan mampu menciptakan perdamaian serta

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan mereka. Bahkan, ternyata ada

beberapa negara baru yang terbentuk akibat gerakan separatisme semacam ini

yang masih dalam proses perjuangan separatisme yang sudah berlangsung

relatif lama.

7. pergerakan migrasi. Pada dasarnya mereka yang terlibat dalam

gerakan ini merasa tidak puas dengan kondisi kehidupan sosial ekonomi

mereka saat ini sehingga mereka memutuskan untuk pindah ke daerah lain

dengan harapan memperoleh kehidupan sosial ekonomi yang jauh lebih baik

dibandingkan keadaan sebelumnya. Selain itu, tentu ada faktor pendorong

yang menyebabkan mereka meninggalkan tempat asalnya, misalnya:

kesempatan kerja yang terbatas, rendahnya gaji yang mereka terima,

kurangnya fasilitas pendidikan dan kesehatan, kurangnya fasilitas hiburan dan

sejumlah faktor lain yang mendorong seseorang untuk meninggalkan

kampung halamannya.29

Kerangka Konseptual

REKLAMASI
PULAU LAE-LAE

29
Andi Haris, dkk.,” Mengenal Gerakan Sosial dalam Perspektif Ilmu Sosial”, Hasanuddin
Journal Of Sociology 1, no. 1 (2019), h. 20-22

24
Dampak Positif Proyek Reklamasi Dampak Negatif

Pendampingan Aktivisn
Pendampingan Aktivis
Koalisis
Koalisi

Kerangka konseptual merupakan hubungan antara konsep dengan teori-teori yang

dijadikan pedoman oleh peneliti untuk menguraikan teori-teori ataupun konsep

dalam penelitian ini secara sistematis. Berdasarkan kerangka konseptual diatas

sehingga peneliti menyimpulkan bahwa proyek reklamasi pulau Lae-lae

mendapatkan penolakan dari masyarakat yang di dampingi beberapa aktivis

koalisi.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

25
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian

kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif

yang berguna untuk menggambarkan dan menganalisa “Proyek Reklamasi dan

Pendampingan Aktivis Koalisi Dalam Kasus Anti Reklamasi Pulau Lae-Lae Kota

Makassar” sesuai dengan kondisi apa adanya di lapangan saat melakukan

penelitian. Mengenai apa saja proyek reklamasi yang akan dibangun dan

bagaimana pendampingan aktivis koalisi dalam kasus anti reklamasi pulau lae-lae

kota makassar.

Lokasi penelitian yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah pulau

Lae-lae kota Makassar, Sulawesi Selatan.

B. Metode Penelitian

Metode pendekatan adalah metode yang menggunakan suatu topik untuk

membahas sesuatu. Hal ini dikarenaka n penelitian ini membahas tentang proyek

reklamasi dCan pendampingan aktivis koalisi dalam kasus anti reklamasi pulau

Lae-lae kota Makassar, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi kasus. Peneliti akan mencari

C. Sumber Data

Secara umum, pada penelitian kualitatif memiliki sumber penelitian yang

terbagi menjadi dua bagian yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

Penelitian ini akan menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data

sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah informasi yang didapatkan oleh peneliti secara

langsung atau dari tangan pertama baik berupa kuesioner ataupun wawancara,

26
kelompok fokus dan panel.30 Dalam penelitian ini data primer akan dihasilkan dari

hasil wawancara bersama informan secara langsung yang sudah ditentukan oleh

penliti.

2. Data sekunder.

Data sekunder adalah informasi yang diperoleh oleh peneliti dari sumber

atau data yang sudah ada, seperti laporan pemerintah, catatan perusahaan ataupun

data yang diperoleh dari literatur lainnya. 31 Data sekunder yang digunakan oleh

peneliti dalam penelitiaan ini adalah jurnal, buku, website yang berkaitan dengan

tema penelitian yang akan dilakukan.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi ialah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan

secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang sedang diteliti. Melalui

observasi sehingga peneliti dapat memperoleh data yang tidak di dapatkan

pada saat wawancara.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan mengadakan wawancara. Menurut Hardani, dkk, wawancara adalah tanya

jawab secara lisan yang dilakukan langsung antara dua individu ataupun lebih.

Pembicaraan melalui dua pihak yakni pewawancara sebagai yang memberikan

pertanyaan, dan yang diwawancarai adalah orang yang memberikan respon

30
Ismail Nurdin dan Sri Hartati, Metodologi penelitian sosial. (Surabaya: Media Sahabat
Cendekia, 2019), h. 172.
31
Ismail Nurdin dan Sri Hartati, Metodologi Penelitian Sosial, h. 172

27
jawaban mengenai pertanyaan yang telah diajukan.32 Narasumber pada penelitian

ini antara lain: pihak yang bersangkutan atau pihak yang mengetahui proyek

reklamasi, Lembaga yang tergabung dalam Koalisi Lawan Reklamasi (KAWAL)

pesisir yang terdiri dalam Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar,

Konsersium Pembaharuan Agraria (KPA), Solidaritas Perempuan (SP)-Anging

Mammiri, Jurnal Celebes, FMN, Walhi Sulsel, LAPAR, PPSS dan PBH Peradi.

3. Dokumentasi

Menurut Hardani, dkk, akar kata dari dokumentasi adalah berasal dari kata

dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Metode dokumentasi adalah cara

mengumpulkan data dengan cara mencatat data-data yang telah ada. Data-data

yang dihasilkan melalui teknik dokumentasi cenderung sebagai data sekunder.

Menurut Sugiono, dokumen adalah catatan kejadian dimasa lampau. Dokumen

bisa berwujud tulisan, karya-karya monumental oleh seseorang ataupuun

berbentuk gambar.33 Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini dalam

bentuk data ataupun dokumen dari perusahaan, jurnal, website yang berkaitan.

1. Instrument Penelitian

Dalam melakukan penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian

ataupun alat bantu dalam melakukan penelitian yakni peneliti sendiri. Menurut

Hardani, dkk, peneliti kualitatif yang merupakan human instrument berfungsi

untuk menentukan fokus penelitian, selanjutnya memilih informan sebagai sumber

data kemudian melakukan pengumulan data, dilanjut dengan menilai kualitas data,

analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan dari temuannya. 34

32
Hardani, dkk., Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. (Yogyakarta: CV. Pustaka
Ilmu, 2020), h. 123.
33
Hardani, dkk., Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, h. 149-150.
34
Hardani, dkk., Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, h. 117.

28
Adapun alat bantu yang akan digunakan dalam melakukan penelitian ini yaitu

camera handphone sebagai alat bantu dokumntasi berupa gambar dalam setiap

wawancara, perekam handphone yang berfungsi untuk mendokumentasikan

wawancara Bersama informan dalam bentuk rekaman atau audio, alat tulis seperti

buku catatan dan pulpen.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Untuk menganalisis penellitian kualitatif, peneliti mengumpulkan data

yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan mengenai proyek reklamasi dan

pendampingan aktivis koalisi dalam kasus anti reklamasi pulau lae-lae kota

makassar. setelah data penelitian terkumpulkan selanjutnya peneliti akan

mennggunakan model analisis dari Miles dan Huberman untuk menganalisis data

tentang proyek reklamasi dan pendampingan aktivis koalisi dalam kasus anti

reklamasi pulau lae-lae kota makassar. Adapun analisis yang dikemukakan Miles

dan Huberman yaitu pertama reduksi data. Kedua, penyajian data. Ketiga,

penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data.

Reduksi data adalah proses merangkum, menyederhanakan, dan

mengorganisasikan hal-hal pokok. Reduksi data ini dimaksudkan untuk

memfokuskan pada data yang dianggap penting, sehingga data yang didapatkan

merupakan data yang valid. Reduksi data dalam penelitian ini yaitu memilah-

milah jawaban hasil wawancara dari informan agar mendapatkan jawaban yang

sesuai dengan topik permasalahaan yang diangkat oleh peneliti.

2. Penyajian Data.

29
Penyajian data adalah proses penyusunan sekumpulan informasi setelah

tahap reduksi data. Penyajian data ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengelompokkan data yang valid sesuai dengan pokok permasalahan.

3. Penarikan Kesimpulan.

Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari analisis data. Pada tahap

ini peneliti akan mengumpulkan kesimpulan-kesimpulan dann melakukan

verifikasi. Tujuan dari penarikan kesimpulan adalah untuk mencari makna data.

Kesimpulan yang didapat yakni temuan baru yang belum pernah ditemukan

sebelumnya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Andika, Sandra “Penerbitan Izin Reklamasi Pulau G di Teluk Jakarta (Ditinjau


dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolahan Lingkungan Hidup Juncto Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang)”, Skripsi, University of Surabaya,
(2020), h.1

Andi Haris, dkk.,” Mengenal Gerakan Sosial dalam Perspektif Ilmu Sosial”,
Hasanuddin Journal Of Sociology 1, no. 1 (2019), h. 20-22

Djamil, Muhammad Haykal Abdul Ghanie., Muhammad Rizki Gumilanga., &


Dedi Hantono.(2022). Dampak Reklamasi Terhadap Lingkungan dan
Perekonomian Warga Pesisir di Jakarta Utara. Jurnal Pembangunan
Wilayah dan Kota. Vol 18 (3). h. 296-303
Djakapermana Deni Ruchyat, 2013. Reklamsi Pantai Sebagai Alternatif
Pengembangan Kawasan: Jurnal Direktorat Jenderal Penataan Ruang:
Departemen Pekerjaan Umum, h. 1-5.

Djainal, Herry. Reklamasi pantai dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan Fisik di


Wilayah Kepesisiran Kota Ternate.

Hikmah., Armen Zulham., & Zahri Nasution. (2018). Reklamasi Di Teluk Jakarta
Dan Perubahan Sosial Pada Masyarakat Nelayan di Cilincing Jakarta
Utara. Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Vol 8
(1). h. 1-12

Hardani, dkk. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: CV.


Pustaka

Kumba, “Teori Pembangunan” (Jakarta Selatan: Lembaga Penarbitan Universitas


Nasional: 2019), h. 12

Nurdin, Ismail dan Sri Hartati. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Media
Sahabat Cendekia, 2019.

31
Oman Sukmana, Konsep dan Teori Gerakan Sosial (Malang: Intrans Publishing,
2016)

Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor: 40 /PRT/M/2007/ Tentang Pedoman


Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai.

Robert Mirsel , Teori Pergerakan Sosial (Jakarta: Resist Book, 2004), hlm 7

Sarjita dan Sutaryono, 2008, Alternatif Model Reklamasi Pantai dan Kebijakan
Pertanahan, Jurnal Bhumi, Nomor 24, 2008. Yogyakarta : STPN Press,
Hlm 104

Soehartono, ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan (Jakarta, Djambatan,


2008) hlm. 38

Soehartono, ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan (Jakarta, Djambatan,


2008) hlm. 29

Soetomo, Masalah Sosial Dan Pembangunan, (Jakarta : PT. Dunia Pustaka


Jaya,1995), h. 165

Syed Agung Afandi,dkk, "Pengantar Teori Pembangunan", (Yogyakarta:


CV.Bintang Semesta Media), h. 9- 10

Suharko, “Gerakan Sosial Baru di Indonesia: Repertoar Gerakan Petani”, Jurnal


Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 10 (Juli 2006), h.3.

Ujud Rusdia, Candrika Akhdan Taqiudin., “Peran Kepala Desa Dalam


PembangunanFisik Melalui Pembuatan Tempat Pembuangan Sampah
Sementara(Tps) Di Desa Margamekar Kecamatan Pangalengan Kabupaten
Bandung”, Jurnal JISIPOL 6, no. 2 (2022), h. 118

Urip Santoso, Hukum penata Ruang, Airlangga University Press, Surabaya, 2012.
h. 1

UU No. 27/ 2007, tentang Pengelolahan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

32
UU No. 25/ 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Zamil, Yusuf Saepul., Yulinda Adharani., & Siti Sarah Afifah. (2020).
Pembangunan Pulau Hasil Reklamasi Teluk Jakarta Dalam Perspektif
Pembaruan Agraria. Jurnal Bina Mulia Hukum. Vol 4 (2). h. 255

http://bappeda.grobogan.go.id/beritaartikel/42-rencana-tata-ruang-pacu-
pengembangan diakses pada tanggal 10 juli 2023.

http://www.ndaru.net/wp-content/uploads/undang-undang-nomor-27-tahun-2007-
ttg-pengelolaan- wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil.pdf.diakses pada
tanggal 13 juli 2023

https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-11#tafsir-quraish-shihab diakses pada


tanggal 13 Juli 2023

https://.antarnews.com/berita/481398/warga-pulau-lae-lae-gelar-aksi-tolak-
reklamasi-di-makassar,diakses pada tanggal 10 juli 2023.

33

Anda mungkin juga menyukai