Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Farmakokinetik merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang fate of drug

in the body, meliputi absorbsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi obat di dalam tubuh,

yang merupakan alat pemandu utama di dalam pemantauan terapetik obat.Nasib obat di

dalam tubuh merupakan hal yang cukup kompleks, mengingat bahwa beberapa proses

(absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi) berpengaruh terhadap kadar dan jumlah

obat di dalam jaringan dan cairan tubuh.

Penyederhanaan proses di dalam tubuh sangat dibutuhkan untuk melakukan prediksi

nasib obat di dalam tubuh.

Salah satu proses nasib obat didalam tubuh yaitu distribusi. Berbagai proses transport

akan terjadi pada obat,obat akan dibawa ke seluruh bagian tubuh yang letaknya jauh dari

tempat absorbsi. Proses transport ini disebut distribusi obat, yang ditunjukkan dengan

fakta terjadinya perubahan kadar obat di dalam berbagai jaringan dan cairan tubuh.

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Penulisan

1.4. Manfaat Penulisan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Protein Plasma

Protein Plasma adalah protein yang terdapat didalam plasma darah. Fungsinya adalah

untuk pengangkutan lemak, hormon, vitamin, mineral bahkan obat kejaringan target.

Fungsi Protein Plasma :

1. Keseimbangan Osmotik

2. Pembentukan dan nutrisi jaringan

3. Enzim, hormon, pembekuan darah (fibrinogen, AT III) dan jaringan tubuh

4. Transportasi

5. Daya tahan tubuh

6. Antibody dan komplemen

a. Macam-macam Protein Plasma

1. Fibrinogen

Fibrinogen adalah salah satu protein yang disintesis oleh hati yang meruoakan

reaktan fasa akut berbentuk globulin beta. Protein ini berguna untuk proses

hemostatis yang menstimulasi pembentukan thrombus. Rasio plasma normal yang

berkisar anatara 200-400 mg/dl.

2. Albumin (69 kDa)

Albumin adalah protein utama dalam plasma manusia (3,4-4,7 g/dl) dan

membentuk sekitar 60% protein plasma total sekitar 40% albumin terdapat dalam

plasma dan 60% sisanya terdapat di ruang ekstrasel. Hati menghasilkan sekitar 12

gram albumin perhari yaitu sekitar 25% dari semua sintesis protein oleh hati dan

separuh jumlah protein yang diekskresikannya. Sintesis albumin berkurang pada

beragam penyakit terutama penyakit hati. Albumin adalah istilah yang digunakan
untuk merujuk ke segala jenis protein monomer yang larut dalam air atau garam

dan mengalami koagulasi saat terpapar panas. Substansi yang mengandung

albumin, seperti putih telur disebut albuminoid. Pada manusia, albumin diproduksi

oleh retikulum endoplasma di dalam hati dalam bentuk proalbumin.

Fungsi Albumin :

1. Memelihara tekanan onkotik.

2. Mengusung hormon tiroid

3. Mengusung hormon lain khususnya yang dapat larut dalam lemak

4. Mengusung asam lemak menuju hati

5. Mengusung obat-obatan dan memperpendek waktu paruh obat tersebut

6. Mengusung bilirubin

7. Mengikat ion Ca2+

8. Sebagai larutan penyangga

9. Sebagai protein radang fase akut negatif

3. Globulin

Globulin merupakan salah satu golongan protein yang tidak larut dalam air, mudah

terkoagulasi oleh panas, mudah larut dalam larutan garam dan membentuk

endapan dengan konsentrasi garam yang tinggi. Globulin disusun oleh 2

komponen yaitu legumin dan vicilin. Globulin banyak ditemukan sebagai antibodi

yang disebut imunoglobulin. Globulin terbagi atas :

1. Alpha 1 globulin

2. Alpha 2 globulin

3. Beta globulin

4. Gamma globulin

Mekanisme protein plasma


Banyak dari obat-obatan yang bersirkulasi dalam aliran darah akan mengikat protein

plasma secara reversible. Albumin merupakan pembawa utama untuk obat-obat yang bersifat

asam sedangkan asam α1 glikoprotein berikatan dengan obat-obat yang bersifat basa. Ikatan

non-spesifik dengan protein plasma jenis lain umumnya terjadi untuk kasus-kasus tertentu

yang sangat jarang. Selain itu, obat-obat tertentu dapat pula berikatan dengan protein

berfungsi sebagai protein pembawa hormon tertentu, misalnya pengikatan hormon tiroid oleh

globulin pengikat tiroksin.

Fraksi total obat yang terikat dengan plasma ditentukan oleh konsentrasi obat tersebut, afinitas

dari tempat ikatan obat dan banyaknya tempat ikatan. Kebanyakan obat memiliki rentang

terapeutik konsentrasi plasma yang terbatas. Banyaknya obat yang berikatan dengan protein

plasma dapat pula dipengaruhi oleh faktor penyakit misalnya hipoalbuminemia. Kondisi yang

memerlukan perawatan fase akut misalnya kanker, artritis, infark miokardial, dan penyakit

crohn dapat menyebabkan tingginya jumlah asam α1 glikoprotein dan meningkatnya

pengikatan obat basa.

Obat-obat yang memiliki kemiripan sifat fisikokimia dapat berkompetisi satu dengan yang

lain dan juga dengan senyawa-senyawa endogen untuk berikatan dengan protein plasma. Efek

toksik obat yang muncul akibat kompetisi antar obat untuk berikatan pada tempat ikatan

bukan merupakan masalah klinis bagi kebanyakan obat. Pada obat-obat yang memiliki indeks

terapi sempit, perubahan kecil pada konsentrasi obat bebas akibat pemberian dosis obat

berkompetisi untuk ikatan yang sama dapat menimbulkan masalah, seperti penggunaan

antikoagulan warfarin.

Ikatan antara obat dengan protein plasma akan membatasi konsentrasi obat yang akan masuk

ke dalam jaringan dan tempat kerjanya karena hanya obat bebas (dalam bentuk tak terikat)

yang terdapat dalam kondisi setimbang dalam jaringan. Jadi, konsentrasi obat aktif dan bebas
dalam cairan intrasel. Akan sama dengan yang ada dalam plasma ketika kesetimbangan

distribusi tercapai, kecuali jika melibatkan transpor berfasilitasi pembawa. Pengikatan obat

pada plasma juga membatasi jumlah obat-obat yang difiltrasi melalui glomerulus karena

proses ini tridak langsung mengubah konsentrasi obat bebas dalam plasma (air juga difiltrasi).

Ikatan dengan protein plasma juga membatasi penghantaran dan metabolisme obat tersebut,

kjecuali jika proses efisien dan bersihan obat, dihitung berdasarkan obat bebas, melebihi

aliran plasma organ.

IKATAN DENGAN JARINGAN

Banyak obat terakumulasi dalam jaringan dalam konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan

dalam cairan ekstraseluler dan darah. Ikatan oibat dengan jaringan ini biasanya terjadi dengan

konstituen selular seperti protein, fosfolipid, atau protein-protein inti dan umumnya berikatan

secara reversible. Sejumlah besar fraksi obat dalam tubuh dapat ditemukan Dlam jaringan dan

bertindak sebagai reserfoil yangt memperpanjang kerja obat pada jaringan yang sama atrau

pada tempat berbeda. Yang dicapai melalui sirkulasi darah. Efrek toksik lokal dapat timbul

jika terjadi akumulasi dan pengikatan obat dengan jaringan obat seperti ini.

LEMAK SEBAGAI RESERVOIR

Banyak obat larut lipid disimpan daam lemak netral dalam bentuk larutan fisik. Pada

penderita obesitas, kandungan lemak dalam tubuh dapat mencapai 50% dari masa tubuh,

bahkan pada orang yang kurus, lemak menyusun 10% masa tubuholeh karena itu, lemak dapat

bertindak sebagai reservoir untuk obat yang larut lipid. Lemak merupakan reservoir yang

cukup stabil karena kecepatan aliran darah disekitarnya relatif rendah.

REDISTRIBUSI
Terminasi efek obat setelah perhentian obat mungkin disebabkan oleh redistriibusi obat dari

tempat kerjanya ke jaringan atau bagian tubuh yang lain. Redistribusi merupakan faktor

penting untuk obat – obatan yang sangat larut lipid untuk kerja di otak aatau sistem

kardiovaskular yang diberikan dengan cara injeksi atau inhalasi. Obat ini akan mencapai

konsentrasi maksimal diotak dalam hitungan detik setelah diberikan secara intravena,

konsentrasi obat plasma kemudian menurun ketika obat tersebut berdifusu ke jaringan lain ke

otot. Konsentrasi obat diotak akan mengikat konsentrasi obat diplasmakarena ada sedikit

ikatan antara obat dengan konstituen otak. Oleh karena itu onset kerja dan terminasi obat

bejalan dan berhubungan langsung denhgahn konsentrasi obat.

Barrier Otak

Sawar darah otak (SDO) adalah struktur membran yang secara primer berfungsi untuk

melindungi otak dari bahan-bahan kimia dalam darah, dimana fungsi metabolik masih dapat

dilakukan. Sawar darah otak teridiri dari sel-sel endotelial, yang tersusun sangat rapat di

kapiler otak. Kepadatan yang tinggi lebih banyak membatasi lewatnya substansi-substansi

dari aliran darah dibandingkan sel-sel endotelial kaapiler tubuh lainnya. Proyeksi sel-sel

astrosit (juga disebut “glia limitans”) mengelilingi sel endotelial SDO, menyediakan

dukungan biokimia untuk sel tersebut. SDO berbeda dengan blood-cerebrospinal fluid barrier

yang menyerupai, suatu sel-sel koroid pada pleksus koroideus dan dari blood-retinal barrier,

yang dapat dimasukkan sebagai bagian dari SDO.

Selain itu sawar darah otak berfungsi melindungi susunan saraf pusat (SSP) dan

mempertahankan homestasis lingkungan mikro otak. Keuntungan sawar agak dikurangi oleh

kenyataan bahwa ia menahan antibiotika, neurotransmitter tertentu (misal dopamin), dan obat

yang secara potensial berguna lainnya.

Neuron-neuron, sel-sel glia, cairan ekstraseluler otak dipisahkan dan darah oleh sawar

darah otak. Sawar darah otak dicirikan sebagai lapisan seluler yang sempurna dan kontiniu
dan sel-sel endotelial yang di segel oleh tight junction. Komunikasi sel ke sel normal antara

astrocyte, pericyte, endotel dan neuropil yang mengelilingi penting bagi ekspresi fenomena

sawar darah otak dan mekanisme homeostatisnya. Transpor, fungsi yang dimediai reseptor

dan enzim, memainkan peran penting dalam regulasi komposisi cairan ekstraseluler otaic.

Molekul, diatas ukuran yang dibatasi, yang bersirkulasi dalam darah dapat memperoleh akses

menuju interstisial hanya jika terdapat sistem transpor khusus untuk molekul tersebut yang

terdapat dalam sel endotel kapiler otak. Sistem demikian untuk asam amino, transferin, insulin

ig G, dan albumin terkationasi menjamin bahwa SSP secara tetap menerima senyawa yang

dibutuhkan. Sistem serebrovaskuler mendukung kegiatan sel-sel otak dengan memberikan

substrat seperti oksigen dan glukosa ke jariugan otak dan memindahkan produk metabolisme

otak seperti karbon dioksida.Pembuluh darah otak juga membawa hormon dan informasi

homeostatis ke otak dan mendistribusikan bahan-bahan humoral yang disintesis saraf ke

sistemik.Fungsi-fungsi mi tentu turut dipengaruhi oleh struktur dan fungsi pembuluh darah

otak.

. Fisiologi

Diseluruh tubuh selain otak, dinding-dinding kapiler dibuat dari sel-sel endotel yang

fenestrata, berarti mereka memiliki celah kecil yang disebut fenestrasi.Bahan kimia yang larut

dapat melewati celah ini, dari darah ke jaringan atau dari jaringan ke darah.Selanjutnya di

otak, sel-sel endotel ini tersusun lebih rapat disebut dengan tight junction.Ini membuat SDO

menghambat gerakan seluruh molekul kecuali yang mampu melewati membran sel dengan

kalarutan dalam lemak (oksigen, karbondioksida, etanol, dan hormon-hormon steroid) dan

yang dapat melewati sistem transpor spesifik (gula dan asam amino).Substansi dengan berat

molekul lebih dari 500 dalton (500u) biasanya tidak dapat melewati SDO, dimana molekul

yang lebih kecil dapat melewatinya.


Sebagai tambahan, sel-sel endotel memetabolisme molekul-molekul tertentu untuk

mencegah mereka masuk ke SSP. Contohnya : L-DOPA, prekursor dopamin, dapat

menembus SDO, dimana dopamin sendiri tidak dapat menembusnya.Hanya molekul yang

berat molekulnya kurang dari 500 dalton yang dapat menembus SDO.Sekarang berat molekul

500 dalton tidak sangat besar.Air memiliki berat molekul 18 dalton, insulin juga tidak begitu

besar.Virus-virus dengan berat molekul dalam hitungan juta jauh lebih besar daripada ini, dan

bakteri sangat jauh lebih besar lagi.Jadi jarang untuk bahan kimia, virus, dan bakteri untuk

dapat menembus SDO dan masuk ke otak.Sebagai tambahan dari tight junction yang

berfungsi mencegah transpor antara sel-sel endotel, ada 2 mekanisme untuk mencegah difusi

pasif melalui membran sel.

Sel-sel glia yang mengelilingi kapiler otak menyediakan rintangan kedua untuk

molekul-molekul yang hidrofilik, dan konsentrasi yang rendah dari protein interstitial di otak

mencegah akses molekul hidrofilik. SDO melindungi otak dari aliran bahan-bahan kimia

dalam darah.Banyak fungsi tubuh dikendalikan oleh hormon dalam dalam darah, dan ketika

sekresi hormon-hormon tersebut dikendalikan oleh otak, hormon-hormon ini umumnya tidak

memasuki otak dari darah. Ini akan mencegah otak untuk langsung memonitor tingkat

hormon. Dalam tujuan untuk mengendalikan sekresi hormon secara efektif, ada tempat khusus

dimana neuron dapat mencontohkan komposisi sirkulasi darah. Di tempat ini, SDO lemah ;

tempat ini termasuk tiga organ sirkumventrikular, yaitu organ subfornikal, area postrema, dan

organum vasculosum dari lamina terminalis (OVLT).

Ada tiga Fungsi peting sawar darah otak :

(1) Fungsi Anatomi

Secara anatomis sawar darah otak adalah melindungi otak dari bermacam-

macam toksin eksogen yang berasal dari darah.Fungsi ini dapat terjadi karena
struktur sawar darah otak yang mempunyai tight junction antara sel endotel yang

tidak permeabel terhadap molekul berukuran besar. Penetrasi yang terdapat pada

kapiler organ lain tidak terdapat pada kapiler otak, begitu juga vesikel pinositik,

yang penting bagi makromolekul pada kapiler jaringan lain. Jika integritas kapiler

baik, perisit yang terletak pada dinding kapiler akan mengaktifkan fungsi sawar

darah otak. Perisit adalah sel fagosit yang bertanggung jawab untuk

mempertahankan homeostastis antara darah dan otak.

(2) Fungsi Biokimia

Fungsi biokimia untuk transport selektif dari zat-zat, tersusun oleh enzim-

enzim alam sel endotel pembuluh darah kapiler otak. Plasma borne biogenic dapat

dimetabolisme oleh monoamin oksidase sehingga dapat melindungi otak dari

pemecahan epinefrin sistemik. Transport oleh asam amino secara signifikan dapat

menyebabkan penetrasi prodrug levodopa pada sawar darah otak sehingga

dopamin dapat dimetabolisme untuk pengobatan pasien Parkinson.

(3) Fungsi regulasi

Agar dapat mencapai otak, cairan ekstraseluler dari darah harus

melewati/menembus epitel koroid atau endotel kapiler. Zat dapat segera masuk

apabila molekul dapat larut dalam air dan membran lipid. Molekul yang lain

memerlukan protein pembawa agar dapat menembus sawar darah otak.


Fase Distribusi Obat Berdasarkan Penyebaran

Distribusi obat dibedakan atas 2 fase berdasarkan penyebarannya di dalam

tubuh.Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang

perfusinya sangat baik misalnya jantung, hati, ginjal, dan otak.Selanjutnya, distribusi fase

kedua jauh lebih luas yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak sebaik organ di atas

misalnya otot, visera, kulit, dan jaringan lemak. Awalnya, hati, ginjal, otak, dan perfusi

lainnya organ menerima sebagian besar obat, sedangkan pengiriman ke otot, sebagian besar

organ, kulit, dan lemak lebih lambat.

Fase distribusi kedua memerlukan beberapa menit hingga beberapa jam sebelumnya

konsentrasi obat dalam jaringan berada dalam keseimbangan dengan dalam darah. Fase kedua

juga melibatkan yang jauh lebih besar fraksi massa tubuh daripada fase awal dan umumnya

menyumbang sebagian besar distribusi ekstravaskular obat. Dengan pengecualian seperti otak,

difusi obat ke dalam cairan interstitial terjadi dengan cepat karena sangat sifat permeabel dari

membran endotel kapiler.

Rute Pemberian Obat:

- Enteral

Enteral adalah rute pemberian obat yang nantinya akan melalui saluran cerna. 1) Oral:

memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara pemberian obat yang paling umum

tetapi paling bervariasidan memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai

jaringan

2) Sublingual: penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut berdifusi

kedalam anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke dalam sirkulasi

sistemik
3) Rektal: 50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal; jadi,

biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal mempunyai

keuntungan tambahan, yaitu mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau pH

rendah di dalam lambung

- Parenteral

Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui saluran

cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna.Pemberian

parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam

keadaan yang memerlukan kerja obat yang cepat.Pemberian parenteral memberikan

kontrol paling baik terhadap dosis yang sesungguhnya dimasukkan kedalam tubuh.

1) Intravena (IV): suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yan

sering dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada

pilihan. Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh karena itu

menghindari metabolisme first pass oleh hati. Rute ini memberikan suatu efek

yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar obat dalam sirkulasi.

2) Intramuskular (IM): obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa

larutan dalam air atau preparat depo khusus sering berpa suspensi obat dalam

vehikulum non aqua seperti etilengliko

3) Subkutan: suntukan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan

suntikan intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil epinefrinkadang-kadang

dikombinasikan dengan suatu obat untuk membatasi area kerjanya.Epinefrin

bekerja sebagai vasokonstriktor lokal dan mengurangi pembuangan Farmakologi

obat seperti lidokain, dari tempat pemberian.

- Lain –lain
1) Topikal: Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat

diinginkan untuk pengobatan.

2) Transdermal: Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian

obat pada kulit, biasanya melalui suatu “transdermal patch”

Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa faktor yaitu:

a) Aliran darah. Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ

berdasarkan jumlah aliran darah.Organ dengan aliran darah terbesar adalah jantung, hepar,

dan ginjal. Sedangkan distribusi ke organ lain seperti kulit, lemak, dan otot lebih lambat

b) Permeabilitas kapiler. Distribusi obat tergantung pada struktur kapiler dan struktur

obat.

c) Ikatan protein. Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein

dapat terikat atau bebas.Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja.Hanya

obat bebas yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila >80%

obat terikat protein

Mekanisme Distribusi

Kebanyakan obat-obat di distribusikan melalui membran badan dengan cara yang

relatif lebih mudah dan lebih cepat dibanding dengan eliminasi atau pengeluaran obat.

Pengiriman obat dariplasma ke interstinum terutama tergantung pada aliran darah,

permeabilitas kapiler, derajat ikatan ion obat tersebut dengan protein plasma atau jaringan dan

hidrofobisitas dari obat tersebut.

Distribusi meliputi transport molekul obat di dalam tubuh. Setiap kali obat disuntikan

atau diabsorbsi ke dalam aliran darah, obat di bawa oleh darah dan cairan jaringan ke tempat

aksi obat, tempat metabolisme, dan tempat ekskresi.Kebanyakan obat masuk dan meninggal
aliran darah di tingkat kapiler, melewati celah antara sel yang membentuk dinding

kapiler.Distribusi bergantung besarnya kecukupan sirkulasi darah.Obat di distribusikan cepat

kepada organ yang menerima suplai darah dalam jumlah banyak seperti jantung, hati dan

ginjal.Distribusi ke organ dalam lainnya seperti lemak otot, dan kulit biasanya lebih

lambat.Sebuah faktor penting dalam distribusi obat adalah ikatan protein.Banyak obat

membentuk ikatan komplek dengan plasma.

Protein utama adalah albumin yang bertindak sebagai pembawa obat.Molekul obat

yang berikatan dengan protein plasma adalah farmakologi inaktif karena ukuran

kompleknyayang besar, mencegah obat meninggalkan aliran darah melalui lubang kecil di

dinding kapiler dan mencapai tempat aksi, metabolisme, dan ekskresi.Hanya bagian obat yang

bebas atau tidak terikat yang dapat beraksi di dalam tubuh sel. Sebagai obat yang bebas obat

beraksi di dalam sel, terjadi penurunan tingkat plasma obat karena beberapa ikatan obat

terlepas.

Ikatan protein membolehkan bagian dari dosis obat  untuk disimpan dan dilepaskan

jika dibutuhkan. Beberapa obat juga disimpan di jaringan otot, lemak, dan jaringan tubuh

lainnya.dan dilepaskan sedikit-demi sedikit ketika tingkat plasma obat menurun. Mekanisme

penyimpanan ini memelihara tingkat obat rendah didalam darah dan mengurangi resiko

keracunan.Obat yang diikat kuat oleh plasma protein atau disimpan dalam jumlah besar di

jaringan tubuh memiliki aksi obat yang panjang.

Distribusi obat ke dalam sistem saraf pusat dibatasi karena terdapat sawar darah otak,

yang terdiri dari pembuluh darah kapiler dengan dinding tebal, membatasi pergerakan

molekul obat masuk ke dalam jaringan otak.Sawar (penghalang) ini juga bertindak sebagai

membran selektif permeabel yang menjaga sistem saraf pusat. Namun hal ini juga

menyebabkan terapi obat  untuk gangguan sisitem saraf sangat sulit diberikan karena harus
melewati sel dari dinding kapiler dan lebih jarang antara sel. Sebagai hasilnya, hanya obat

yang larut dalam lemak atau memiliki sistem transportasi yang dapat melewati sawar-darah

otak dan mencapai kosentrasi terapeutik di dalam jaringan otak.

Distribusi obat selama kehamilan dan menyususi juga unik.Selama kehamilan,

sebagian besar obat melewati plasenta dan dapat mempengaruhi bayi.Selama laktasi, banyak

obat masuk ke dalam air susu  dan dapat mempengaruhi bayi.

Obat disampaikan ke reseptor melalui sistem sirkulasi dan mencapai target reseptor

yang dipengaruhi oleh aliran darah dan konsentrasi jumlah darah di reseptor tersebut.

Konsentrasi obat di suatu sel dipengaruhi oleh kemampuan obat berpenetrasi ke dalam kapiler

endotelium (tergantung ikatan obat dengan protein plasma) dan difusi melalui membran sel.

Distribusi obat di darah, organ dan sel tergantung dosis dan rute pemberian, lipid solubilin

obat, kemampuan berikatan dari protein plasma dan jumlah aliran darah ke organ dan sel.

Senyawa yang terdapat pada sebuah sediaan obat, selain zat aktif yang digunakan

untuk pengobatan, juga ada senyawa-senyawa yang membantu proses  distribusi zat aktif.

Oleh sebab itu tidak dianjurkan kepada pasien atau tenaga medis merubah bentuk sediaan

tanpa berkonsultasi dengan apoteker. Misalnya merubah tablet menjadi puyer, apabila dalam

bentuk puyer ketersediaan hayati obat tersebut menjadi berkurang.

Anda mungkin juga menyukai