Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

      Simmel adalah anak bungsu dari seorang usahawan Yahudi.Ia ditinggal mati oleh ayahnya ketika
dia masih kanak-kanak. Sebagai seorang anak kota yang berorientasi kota pula, seluruh hidupnya
ditandai dengan petualangan. Berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Demikian
juga dengan ilmu pengetahuan yang dituntutnya. Orang yang lahir di Berlin pada 1 Maret 1858 ini
belajar sejarah, filsafat, sampai sosiologi. Bahkan ketika dia menjadi dosen privat pada 1885, ilmu
yang diajarkannya mulai dari ilmu logika, sejarah filsafat, etika, psikologi sosial, sampai sosiologi. Dan
Simmel adalah seorang dosen yang populer.

      Simmel terkenal sebagai tokoh sosiologi formal. Termasuk ke dalam aliran ini juga Ferdinand
Tonnies. Sosiologi formal ini adalah sosiologi yang beranggapan bahwa dia harus mempelajari
bentuk-bentuk dari interaksi sosial dan bukan mempelajari isi dari hubungan atau interkasi sosial
tersebut (Siahaan, 1986).

B.     Rumusan Masalah

a.       Bagaimana biografi dari Georg Simmel?

b.      Bagaimana pandangan Georg Simmel tentang masyarakat?

c.       Apa teori-teori besar dari Georg Simmel?

d.      Bagaimana implementasi teori Georg Simmel dalam masyarakat?

C.    Tujuan Penulisan

a.       Untuk mengetahui biografi Georg Simmel

b.      Untuk mengetahui pandangan Simmel tentang masyarakat

c.       Untuk mengetahui teori-teori besar dari Georg Simmel

d.      Untuk mengetahui implementasi teori Georg Simmel dalam masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN
Dampak pemikiran Georg Simmel pada teori sosiologi Amerika, maupun teori sosiologi pada
umumnya sangat berbeda dengan dampak yang ditimbulkan pemikiran dari Marx, Durkheim, dan
Weber. Simmel lebih dikenal oleh sosiolog Amerika awal. Simmel tenggelam di bawah nama-nama
Marx, Durkheim, dan Weber, kendati kini jauh lebih berpengaruh daripada pemikir klasik seperti
Comte dan Spencer. Beberapa tahun terakhir kita menyaksikan meningkatnya pengaruh Simmel
pada teori sosiologi sebagai akibat dari meningkatnya pengaruh salah satu karya pentingnya, The
Philosophy of money.

A.  Biografi Georg Simmel

Georg Simmel lahir di pusat kota Berlin pada tanggal 1 Maret 1858. Ia belajar berbagai bidang studi
di Universitas Berlin. Namun, upaya pertamanya untuk menulis disertasi ditolak. Kendati demikian,
Simmel bersikukuh untuk  memperoleh gelar doktornya dalam bidang filsafat pada tahun 1881. Ia
tetap berada di universitas sebagai pengajar sampai dengan tahun 1914, meskipun ia menduduki
posisi yang tidak penting sebagai privatdozent pada tahun 1885 sampai dengan 1900. Dalam posisi
selanjutnya, Simmel bekerja sebagai dosen yang tidak digaji negara dan hidupnya tergantung pada
bayaran mahasiswa. Kendati berada pada posisi pinggir, Simmel agak sukses menjalani kariernya,
terutama karena ia adalah seorang pemberi kuliah yang begitu cemerlang dan menarik perhatian
mahasiswa.

Oleh beberapa orang ia digambarkan sebagai seorang yang tinggi dan langsing, sementara oleh
orang lain digambarkan sebagai seorang yang pendek dan menunjukkan ekspresi putus asa.
Tampilan luarnya dilaporkan sebagai tidak menarik, tipikal Yahudi, namun juga sangat intelektual
dan teguh secara moral. Ia dilaporkan sebagai seorang pekerja keras, namun juga penuh humor dan
sangat lancar berbicara ketika memberikan kuliah.

Simmel menulis begitu banyak artikel (“the metropolis and mental life”) dan buku (“the philosophy
of money”). Ia terkenal dikalangan akademisi Jerman dan bahkan memiliki pengikut internasional,
khususnya di Amerika Serikat, tempat karyanya memiliki arti sangat penting bagi kelahiran sosiologi.
Akhirnya, pada tahun 1900, Simmel memperoleh pengakuan penuh, satu gelar terhormat di
Universitas Berlin.

Salah satu alasan bagi kegagalan Simmel adalah karena ia seorang Yahudi yang hidup di Jerman abad
ke-19 yang sarat dengan anti-Semitisme(Kasier,1985). Jadi, dalam satu laporan tentang Simmel yang
ditulis kepada menteri pendidikan, Simmel digambarkan sebagai seorang “Israel sejati, dari tampilan
luarnya, dari gerak-geriknya dan dari cara berfikirnya”. Alasan lain adalah jenis jenis karya yang
ditulisnya. Banyak artikel yang terbit di surat kabar dan majalah; semua itu di tulis untuk audien yang
lebih umum daripada untuk para psiolog akademis. Selain itu, karena tidak memiliki jabatn akademi
regular, ia terpaksa mendapatkan penghasilan dengan kuliah umum. Audien simmel, bagi tulisan
maupun kuliah-kuliahnya, adalah khalayak intelektual ketimbang sosiolog professional, dan hal ini
cenderung membawanya pada penilaian bernada ejekan dari rekan-rekan seprofesinya.

Akhirnya pada tahun 1914 Simmel memperoleh pekerjaan akademik regulerr satu universitas kecil
(Strasbourg) namun sekali lagi ia merasa terkucil. Disatu sisi, ia menyesal karena meninggalkan
audiennya di kalangan Intelektual Berlin. Selanjutnya istrinya menulis surat kepada istri Max Weber.
“Georg telah meninggalkan auditorium dengan rasa sedih….. para mahasiswanya penuh kasih sayang
dan simpatik…. Ini adalah keberangkatan di puncak karier”. Sementara di sisi lain, Simmel tidak
merasa sebagai bagian dari kehidupan di Universitas barunya. Selanjutnya, Simmel menulis surat
kepada Nyonya Weber. “Nyaris tak ada satu pun yang dapat kulaporkan. Kami menjalani kehidupan
yang….. terpencil, tertutup, acuh, hampa dengan dunia luar. Aktivitas akademik = 0, orang-orang ….
Begitu asing dan penuh kebencian dari dalam dirinya”.

Perang Dunia 1 meletus beberapa waktu setelah kerja Simmel di Strasboug; ruang-ruang kuliah
berubah menjadi rumah sakit tentara, dan para mahasiswa pergi berperang. Jadi, Simmel tetap
menjadi sosok marginal di kalangan akademisi. Jerman sampai dengan ia wafat tahun 1918. Ia
memang tidak pernah menapaki karier akademis. Namun, Simmel menarik banyak pengikut
akademik pada masa ini, dan ketenarannya sebagai ilmuwan memang tumbuh pesat setelah
beberapa tahun berselang.

B.     Pandangan Georg Simmel Tentang Masyarakat

Menurut Simmel masyarakat adalah suatu bentuk interaksi sosial yang terpola seperti halnya jaring
laba-laba. Dan ini merupakan tugas dari sosiolog untuk meneliti bentuk interaksi sedemikian itu
bagaimana mereka terjadi dan mewujud di dalam kehidupan sejarah dan seiring budaya yang
berbeda. Sosiologi adalah “master science” dimana orang dapat menemukan hokum-hukum yang
mengatur semua perkembangan sosial. Simmel tidak melihat masyarakat sebagai bentuk organisme
sebagaimana menurut comte ataupun Spencer. Menurut Simmel masyarakat terdiri dari jaringan
yang banyak liku-liku nya. Masyarakat hanyalah sebuah nama untuk sejumlah individu-individu yang
dihubungkan oleh interaksi. Struktur super-individual  yang lebih luas seperti halnya Negara,
keluarga, klan, kota, atau persekutuan dagang hanyalah merupakan kristalisasi interaksi.

Sekalipun Simmel memandang bahwa struktur kelembagaan yang lebih luas juga merupakan
lapangan yang sah bagi studi sosiologi dia lebih suka membatasi karyanya pada penyelidikan tentang
apa yang disebutnya interaksi diantara atom-atom masyarakat. terutama dia membatasi perhatian
utamanya pada pola-pola dasar dari interaksi antara individu-individu yang berada di bawah
kelompok sosial yang lebih luas (sekarang dikenal dengan mikro sosiologi). Perhatian Simmel pun
hanya ditujukan pada interkasi.

Dengan kerangka sosiologi inilah mengapa Simmel disebut sebagai tokoh sosiologi formal. Adapun
bentuk-bentuk dari hubungan sosial menurut Simmel antaralain: Dominasi (penguasaan),
Subordinasi (penundukan), kompetisi, imitasi, pembagian pekerjaan, pembentukan kelompok atau
partai-partai dan banyak lagi bentuk perhubungan sosial yang kesemuanya terdapat di dalam
kesatuan-kesatuan sosial seperti kesatuan agama, kesatuan keluarga, kesatuan organisasi dagang,
sekolah dan lain-lain lagi. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan haruslah dapat atau bertujuan untuk
melajkukan deskripsi, klasifikasi, analisa dan penyelidikan tentang bentuk-bentuk hubungan sosial
itu. Simmel memang selalu berusaha melakukan analisa, klasifikasi, dan interpretasi dari bentuk-
bentuk hubungan sosial seperti masalah isolasi, kontak-kontak sosial, diferensiasi sosial,
superordinasi, oposisi dan sebagainya. Sehingga Simmel mengibaratkan masyarakat seperti jarring
laba-laba. Bagi simmel bentuk-bentuk yang ditemukan di dalam kenyataan sosial tidak pernah
bersifat murni. Setiap fenomena sosial merupakan elemen formal yang bersifat ganda, antara kerja
sama dan konflik, antara superordinasi dan subordinasi, antara intimasi atau keakraban dan jarak
sosial, yang kesemuanya dijalankan di dalam hubungan yang teratur di dalam struktur yang kurang
lebih bersifat birokratis.

Apa yang pada akhirnya sangat menarik perhatian dikemudian hari dari sosiologi Simmel ini adalah
uraianya yng begitu luas tentang konflik-konflik  di dalam kehidupan sosial. Menurut Simmel,
perhubungan sosial selalu mencakup di dalam dirinya harmoni dan konflik, penarikan dan
penolakan, inta dan kebencian. Pendeknya Simmel melihat melihat bagaimana hubungan manusia
selalu ditandai oleh adanya ambivalensi atau sikap mendua. Simmel tidak pernah memimpikan suatu
masyarakat yang tanpa mengalami friksi terutama antara individu dengan masyarakat. Bagi Simmel
konflik merupakan suatu yang esensial dari kehidupan sosial sebagai komponen yang tidak dapat
dihilangkan di dalam komponen kehidupan sosial. Sebagian atau bahkan kebanyakan orang
menganggap konflik merupakan sesuatu yang negative sementara consensus merupakan sesuatu
yang positif bagi kehidupan masyarakat. Masyarakat yang baik bukanlah masyarakat yang bebas dari
konflik, sebaliknya dalam bentuk bersama dari berbagai konflik menyilang antara bagian-bagian dari
komponen masyarakat. Perdamaian dan permusuhan, konflik dan ketrtiban sebenarnya bersifat
korelatif. Kedua-duanya sama-sama mempertangguh dan juga menghancurkan bagian-bagian dari
adat-istiadat yang ada sebagai dialektika abadi dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu akan
merupakan kesalahan sosiologi apabila seseorang mencoba untuk memisahkan antara sesuatu yang
teratur atau tertib dengan yang tidak tertib, dengan masyarakat yang mencapai harmoni dengan
yang mengalami konflik, sebab keduanya merupakan realita yang berbeda, melainkan hanya
berbeda, melainkan hanya berbeda di dalam aspek formalnya belaka dari suatu realita yang sama.

C.    Teori Besar Georg Simmel

a.   The Philosophy of Money (Uang dan Nilai)

Salah satu yang menjadi perhatian awal Simmel dalam karya ini adalah hubungan antara uang
dengan nilai. Secara umum ia berpendapat bahwa orang mencptakan nilai dengan menciptakan
objek. Semakin besar kesulitan untuk mendapatkan suatu objek, semakin besar pula nilainya.
Namun kesulitan untuk memperoleh nilai mempunyai “batas atas batas bawah”. Prinsip umumnya
adalah bahwa nilai benda berasal dari kemampuan orang untuk menjarakkan dirinya secara tepat
dari objek. Benda-benda yang terlalu dekat, terlalu mudah diperoleh, maka benda itupun tidak
terlalu berharga. Dan sebaliknya benda-benda yang terlalu jauh, terlalu sulit, atau nyaris mustahil
untuk didapatkan juga sangat tidak bernilai. Benda-benda yang paling bernilai adalah yang tidak
terlalu jauh ataupun terlalu dekat. Factor yang mempengaruhi suatu benda bernilai atau tidak
adalah waktu yang diperlukan untuk mendapatkannya, kelangkaan, kesulitan untuk
memperolehnya, dan keharusan nya diberikan benda lain untuk mendapatkannya.

Dalam konteks umum nilai inilah Simmel mendiskusikan uang. Dalam ranah ekonomi, uang berperan
dalam menciptakan jarak dengan objek dan menawarkan diri menjadi sarana untuk mengatasi jarak
tersebut. Nilai uang yang melekat pada objek dalam ekonomi modern menyebabkan kita berjarak
darinya, kita tidak dapat memperolehnya tanpa uang kita. Kesulitan untuk mendapatkan uang dan
objek-objek tersebut menjadikannya bernilai bagi kita. Pada saat yang sama, sekali kita
mendapatkan cukup banyak uang, kita mampu mengatasi jarak antara diri kita dengan objek.
Dengan demikian uang memiliki fungsi yang unik, menciptakan jarak antara orang dengan objek,
kemudian menjadi sarana untuk mengatasi jarak tersebut.

Dalam proses menciptakan nilai, uang juga menyediakan dasar bagi berkembangnya pasar, ekonomi
modern, dan akhirnya masyarakat modern. Uang menyediakan sarana yang dapat digunakan
elemen-elemen ini untuk mendapatkan kehidupan bagi dirinya sendiri yang bersifat eksternal dan
memiliki daya paksa terhadap actor. Hal ini bertentangan dengan masyarakat-masyarakat
sebelumnya dimana barter atau perdagangan tidak mengarah pada uang semata. Simmel
menyatakan bahwa uang memungkinkan adanya kalkulasi jangka panjang, usaha skala besar, dan
kredit jangka panjang. Dan hal itu kini benar-benar terjadi dalam kehidupan ini.

Diam-diam uang berperan penting dalam rasionalisasi dengan meningkatkan arti penting kecerdasan
di dunia modern. Di satu sisi, perkembangan ekonomi uang diyakini akan menyebabkan ekspansi
proses mental. Sebagai contoh, Simmel menunjukkan betapa rumitnya proses mental yang
diperlukan dalam transaksi dengan uang, misalnya membayar tagihan bank dengan uang tunai. Di
sisi lain uang juga berperan besar dalam perubahan norma dan nilai dalam masyarakat. Sehingga
dapat diartikan bahwa uang bisa mendorong terjadinya “reorientasi fundamental kebudayaan
kearah intelektualitas”.

Efek negatif dari hubungan antara uang dan nilai yang dikemukakan oleh Simmel adalah
meningkatnya sinisme dan sikap acuh. Sinisme terjadi ketika aspek tertinggi dan terendah dari
kehidupan sosial diperjualbelikan, direduksi menjadi alat tukar umum (uang). Sehingga kita bisa
“membeli” kecantikan, kebenaran, ataupun kecerdasan semudah membeli cemilan. Meningkatnya
segala hal menjadi alat tukar umum mengarah pada sikap sinis bahwa segala hal memiliki harga,
bahwa apapun dapat dijual atau dibeli di pasar.

Efek negatif lain dari ekonomi uang adalah semakin merebaknya hubungan impersonal antarorang.
Alih-alih berhubungan dengan individu sebagai pribadi, kita cenderung hanya berhubungan dengan
posisi. Misal, ketika mengenal orang kita hanya mengenal dari posisinya saja (tukang antar barang,
tukang kebun, tukang roti, dan lain-lain) dan hal itu terlepas dari siapa yang menduduki posisi
tersebut.

Dampak yang lainnya adalah reduksi nilai manusia menjadi dolar, “kecenderungan mereduksi nilai
manusia menjadi ekspresi moneter” atau bisa dikatakan bahwa manusia bisa dibayar dengan uang.
Sebagai contoh, Simmel menggambarkan kasus yang terjadi di masyarakat primitive, yaitu
diampuninya pembunuhan dengan membayar sejumlah uang, contoh yang lain yaitu
dipertukarkannya seks dengan uang. Meluasnya prostitusi juga merupakan dampak dari ekonomi
uang.

b.   Tragedi Kebudayaan

        Sebab utama meningkatnya kesenjangan adalah meningkatnya pembagian kerja di masyarakat
modern. Meningkatnya spesialisasi mengarah pada perbaikan kemampuan untuk menciptakan
beragam komponen dunia budaya. Namun, pada saat yang sama, individu yang terspesialisasi
kehilangan pemahaman akan kebudayaan total dan kehilangan kemmapuan untuk
mengendalikannya. Contoh, seiring dengan tumbuhnya teknologi dan permesinan, kemampuan
pekerja individu dan ketrampilan yang dibutuhkan telah merosot secara dramatis. Akhirnya
meskipun terjadi ekspansi besar-besaran ranah intelektual semakin sedikit individu yang tampaknya
layak mendapatkan label “intelektual”. Individu yang terspesialisasi berhadapan dengan dunia
produk yang semakin tertutup dan saling terkait yang hanya sedikit saja atau sama sekali tidak
mampu mereka kendalikan. Dunia mekanis yang hampa spiritualitas mulai mendominasi individu,
dan gaya hidup mereka terpengaruh. Produksi menjadi aktivitas hampa makna dimana individu tidak
melihat peran apapun yang dapat mereka mainkan dalam seluruh proses produksi atau dalam
produk akhir.
           Ekspansi besar-besaran terhadap kebudayaan membawa efek dramatis pada kehidupan
masyarakat. Dan pola kehidupan masyarakat itupun telah mengalami perubahan dalam berbagai hal
antaralain, dalam hal mengkonsumsi makanan, di masa lalu konsumsi makanan adalah sesuatu yang
tidak menentu dan itu sangat bergantung pada hasil panen. Kini, dengan metode pengawetan dan
transportasi yang telah maju kita bisa mengkonsumsi apa pun dan kapan pun. Lebih jauh lagi,
kemampuan untuk mengawetkan dan menyimpan makanan dapat menolong ketika terjadi bencana.

           Perubahan yang lain terjadi dalam hal komunikasi. Seiring berkembangnya zaman, kini kurir
surat mulai jarang ditemukan, dan kini telah digantikan dengan alat komunikasi yang lebih canggih
seperti smart phone, e-mail, dan lain-lain.

           Kendati kita telah memfokuskan perhatian kita pada efek negative ekonomi uang modern,
ekonomi semacam itu juga memiliki efek positif. Pertama, ekonomi ini memungkinkan kita semakin
banyak berhubungan dengan orang di pasar yang berkembang jauh lebih pesat. Kedua, kewajiban
kita terhadap sesama sangat terbatas  untuk jasa dan produk tertentu, ketiga, ekonomi uang
memungkinkan orang memperoleh kepuasan yang tidak tersedia pada sistem ekonomi sebelumnya.
Keempat, orang memiliki kebebasan dalam lingkungan tersebut untuk mengembangkan
individualitasnya secara menyeluruh. Kelima, orang lebih mampu memelihara dan melindungi pusat
subjektif mereka, karena mereka hanya terlibat dalam hubungan yang terbatas. Keenam, pemisahan
pekerja dari sarana produksi, seperti ditegaskan oleh Simmel, memungkinkan individu mendapatkan
kebebasan yang sama dari kekuatan-kekuatan produktif tersebut. Ketujuh, membantu orang
semakin bebas dari kekangan kelompok sosial mereka. Contoh, dalam ekonomi barter orang sangat
dikendalikan oleh kelompok mereka, namun di dunia ekonomi modern kekangan-kekangan tersebut
mengendur, yang akibatnya adalah orang semakin bebas untuk menjalankan usaha ekonominya.

c.    Interaksi Sosial

Simmel memandang bahwa interaksi itu memiliki peran yang penting dalam kehidupan. Simmel
juga melihat bahwa salah satu tugas sosiolog adalah memahami interaksi antar individu. Salah satu
teori yang dikemukakan oleh simmel dan masih terkait dengan interaksi adalah Teori
Simmel mengenai‘masyarakat sebagai proses interaksi’. Menurut Pandangannya, masyarakat dapat
terbentuk karena adanya interaksi, bukan adanya kelompok orang yang hanya
diam. Menurut Simmel dalam interaksi tidak memementingkan berapa jumlah orang yang
berinteraksi, yang penting adalah adanya interaksi. Jadi, melalui interaksi timbal balik, dimana
individu saling berhubungan dan saling mempengaruhi, maka masyarakat itu akan muncul.
(http://crewetsbit.blogspot.com/2011/12/teori-george-simmel.html)

      Geometri Sosial. Dalam sosiologi formal Simmel, kita dapat melihat jelas tentang upayanya dalam
mengembangkan “geometri” relasi sosial. Dari dua koefisien geometri yang menarik perhatiannya
adalah jumlah dan jarak.

  Jumlah. Minat Simmel pada dampak jumlah orang terhadap kualitas interaksi dapat dilihat dalam
bahasannya tentang perbedaan antara dyad dan triad.
              Adapun yang membedakan antara hubungan dyad dan triad adalah jumlah orang yang
terlibat dalam interaksi tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Simmel begitu jumlah orang yang
terlibat dalam interaksi berubah, maka bentuk interaksi merekapun berubah dengan teratur dan
dapat diramalkan. Simmel berpendapat bahwa unit terkecil dalam kehidupan manusia yang menjadi
ruang lingkup  perhatian sosiologi adalah dyad, yang merupakan unit atau kelompok yang terdiri dari
dua orang.

Bentuk dyad (duaan) memperlihatkan ciri khas yang unik sifatnya yang tidak terdapat dalam satuan
sosial apapun yang lebih besar. Contohnya adalah, suami dan isteri, dua orang sahabat karib dan
seterusnya. kalau seseorang individu memilih untuk keluar dari suatu kelompok dyad (duaan) maka
satuan sosial itu sendiri akan hilang lenyap. Sebaliknya, dalam semua kelompok lainnya, hilangnya
satu orang anggota tidak ikut menghancurkan keseluruhan satuan sosial itu.  Dalam dyad tersebut
kemungkinan besar yang terjadi adalah bahwa salah satu pihak tenggelam dalam kedudukan dan
peranan pihak lain.

Oleh karena dyad terdiri dari dua pihak, maka tidak ada pihak lain yang mungkin menengahinya,
sehingga Simmel berkesimpulan kedua pihak tersebut sebenarnya merupakan suatu kesatuan
perasaan. Di dalam dyad terdapat hubungan yang sangat erat dan menyatu. Maka, ada
kemungkinan terjadi konflik atau pertikaian. Kesatuan perasaan tersebut kadang terganggu oleh
tindakan masing-masing pihak yang mungkin mengakibatkan terjadi konflik.          Hubungan dyad
tidak selalu disertai oleh perasaan-perasaan positif. Dalam situasi konflik, apapun masalah dan
sebabnya, hubungan yang sangat intim seringkali membuat konflik malah menjadi lebih parah. Suatu
masalah yang kelihatannya sepele bagi orang luar, bisa ditanggapi dengan sangat emosional.
Sesungguhnya keterbukaan mereka satu sama lain pada tingkat kepribadian yang sangat dalam
membuat mereka mudah saling menyerang yang berhubungan dengan masalah kepribadian ini.
Ketiadaan pihak ketiga memang meningkatkan keakraban dalam dyad. Akan tetapi, bila terjadi
konflik, timbul kebutuhan akan adanya pihak ketiga. Hadirnya pihak ketiga dapat menetralisasi
ketegangan yang ada. Simmel menyatakan, adanya pihak ketiga akan menyebabkan pihak yang
terlibat dalam konflik mengemukakan pendapatnya secara lebih rasional, sehingga kemungkinan
terjadinya perdamaian lebih besar.

Sedangkan triad disini diartikan sebagai pihak ketiga. Salah satu pokok pikiran Simmel yang terkenal
adalah diskusinya mengenai berbagai peran yang dapat dilakukan oleh pihak ketiga. Menurut
Simmel, triad cenderung tidak stabil, karena secara koheren, terkait dengan pembentukan suatu
koalisi dua pihak yang berhadapan dengan satu pihak lain. Pihak yang ditempatkan dalam
kedudukan ketiga atau status yang tersingkir, senantiasa berubah. Simmel telah menyajikan pelbagai
contoh mengenai efek pihak ketiga. Dia memberikan contoh, orang-orang Eropa cenderung untuk
memperkerjakan hanya seorang pembantu, padahal mereka mampu untuk membayar gaji lebih
banyak pembantu. Dengan adanya lebih dari seorang pembantu, timbul ciri-ciri suatu triad, sehingga
hubungan antara pembantu dengan majikan lebih bersifat formal.

Apabila terjadi penambahan jumlah orang (artinya lebih dari tiga), maka hal itu mempunyai akibat
tertentu terhadap hakikat interaksi dalam suatu kelompok. Simmel pernah mengemukakan suatu
hipotesa yang menyatakan, bahwa semakin besar suatu kelompok semakin besar pula
kecenderungan terjadinya bentuk interaksi seperti dyad. Selama terjadinya proses menuju bentuk
hubungan sebagaimana halnya dengan suatu dyad dalam suatu kelompok besar, setiap pihak atau
kategori cenderung menerima anggota-anggota yang memiliki ciri-ciri pokok sama, misalnya :
kekayaan, pola sikap tindak, dan lain-lain (http://curiousz.blogspot.com/2012/12/teori-georg-
simmel.html).
Ukuran Kelompok. Pada level yang lebih umum terdapat sikap Simmel yang mendua terhadap
dampak ukuran kelompok. Di satu sisi, ia berpendapat bahwa meningkatnya ukuran kelompok atau
masyarakat akan meningkatkan kebebasan individu. Jadi kelompok atau masyarakat kecil cenderung
mengontrol individu sepenuhnya. Namun, pada masyarakat yang lebih luas, individu cenderung
terlibat dalam sejumlah kelompok yang masing-masing hanya mengontrol sebagian kecil dari
keseluruhan kepribadian, hal ini bisa dicontohkan dengan adanya pengelompokan di suatu
masyarakat yang memiliki banyak anggota. Yang lebih penting dalam konteks minat Simmel
terhadap bentuk-bentuk interaksi adalah bahwa meningkatnya ukuran dan diferensiasi cenderung
mengendurkan ikatan antarindividu dan menimbulkan hubungan yang jauh lebih berjarak,
impersonal, dan segmental.

Jarak. Pokok perhatian Simmel yang lain pada geometri sosial adalah jarak. Perhatian terhadap jarak
ini muncul di berbagai tempat dalam karya Simmel. Kita akan mendiskusikannya dalam dua konteks
berbeda yaitu dalam buku “the Philosophy of Money” dan salah satu esai nya yang paling
cerdas ,”The Stranger”.

Dalam buku “the Philosophy of Money”, Simmel memaparkan sejumlah prinsip-prinsip umum nilai
dan apa saja yang membuat suatu benda menjadi berharga. Hal ini menjadi dasar analisisnya
tentang uang. Poin dasarnya adalah bahwa nilai merupakan sesuatu yang ditentukan oleh jaraknya
dari actor. Sebuah barang tidak akan ada nilainya jika terlalu dekat atau terlalu mudah diraih dan
sebaliknya terlalu jauh dan terlalu sulit barang itu diperoleh maka barang tersebut juga tidak ada
nilainya. Barang yang memang mungkin dapat diraih, namun hanya dengan upaya sungguh-sungguh,
adalah yang paling berharga.

Jarak juga memainkan peran sentral dalam esai Simmel “The Stranger”, yang membicarakan tipe
actor yang tidak terlalu dekat ataupun terlalu jauh. Jika terlalu dekat, ia tidak lagi menjadi orang
asing, namun jika terlalu jauh, maka ia akan kehilangan kontak dengan kelompok. Hal ini bisa
dikatakan sebagai kombinasi kedekatan dan keterpencilan.

Tipe Sosial. Tipe sosial menurut Simmel antaralain, orang asing, si pelit, pemboros, pengelana, dan
bangsawan. Di bawah ini akan dibahas salah satu tipe tersebut, yaitu orang miskin.

Orang Miskin. Menurut Simmel orang miskin adalah orang yang dibantu oleh orang lain atau paling
tidak berhak untuk mendapatkan bantuan tersebut. meskipun Simmel memfokuskan perhatiannya
pada orang miskin berdasarkan pola relasi dan interaksi tertentu, namun dalam esainya yang
berjudul “the poor” ia juga mengembangkan beragam pendangan menarik tentang orang miskin dan
kemiskinan. Contoh, Simmel berargumen bahwa serangkaian hak dan kewajiban timbal balik
mendefinisikan hubungan antara pemberi dengan yang membutuhkan. Dimana yang membutuhkan
berhak mendapatkan bantuan, dan hak ini membuat bantuan yang diterima bukan sebagai hal yang
menyakitkan dan memalukan. Sebaliknya, pemberi memberi kewajiban untuk memberikannya
kepada yang membutuhkan. Simmel juga mengambil pandangan fungsionalis bahwa bantuan
masyarakat kepada orang miskin, membantu menopang sistem. Simmel juga memiliki pandangan
relativistic tentang kemiskinan, yaitu orang miskin bukan sekedar mereka yang berada di lapis
terbawah masyarakat. dari sudut pandang ini, kemiskinan ditemukan pada seluruh strata
masyarakat. Contoh, jika orang yang merupakan anggota kelas atas lebih miskin dari sesamanya,
maka mereka cenderung merasa miskin bila dibandingkan dengan mereka, contoh: Si A merupakan
anggota DPR, secara otomatis ia juga berteman dengan anggota DPR, dimana anggota dewan
tersebut dianggap oleh masyarakat memiliki strata yang tinggi, namun si A merasa dirinya miskin jika
dibandingkan dengan teman-temannya tersebut, karena mobil yang ia miliki tidak semahal mobil
temannya.
Bentuk Sosial. Cakupan bentuk sosial antaralain, pertukaran, konflik, prostitusi, dan sosiabilitas. Kita
dapat melukiskan pendapat Simmel tentang bentuk sosial melalui diskusinya tentang dominasi, yaitu
superordinasi/ dominasi dan subordinasi/ subordinasi.

Superordinasi dan Subordinasi. Superordinasi dan subordinasi memiliki hubungan timbale balik.
Pemimpin tidak ingin sepenuhnya mengarahkan pikiran dan tindakan orang lain. Juga pemimpin
berharap pihak yang tersubordinasi beraksi secara positif atau negative. Tidak ada satupun bentuk
interaksi ini yang mungkin ada tanpa adanya hubungan timbale balik. Dalam bentuk dominasi paling
opresif sekalipun, sampai tingkat tertentu, pihak yang tersubordinasi tetap memiliki kebebasan
pribadi.

D.    Implementasi Teori Georg Simmel dalam Masyarakat

Di atas telah dijelaskan berbagai teori dari Georg Simmel, diantara teori-teori tersebut ternyata
sampai saat ini ada yang masih berlaku dalam kehidupan masyarakat, atau bisa dikatakan bahwa
implementasi dari teori-teori tersebut ada dalam masyarakat, misalnya:

a)   The philosophy of money (uang dan nilai)

        Dalam teori tersebut Simmel mengatakan bahwa “uang memungkinkan adanya kalkulasi jangka
panjang, usaha skala besar, dan kredit jangka panjang”. Dan hal itu kini benar-benar terjadi dalam
masyarakat, dimana kini banyak bermunculan kredit-kredit.

Simmel juga pernah mengatakan bahwa “….jadi salah satu kecenderungan hidup-reduksi kualitas
menjadi kuantitas secara amat jelas terwujud dalam bentuk uang…”. Yang kita soroti disini
adalah reduksi kualitas menjadi kuantitas secara amat jelas terwujud dalam uang. Implementasi
perkataan Simmel ini bisa kita rasakan dalam masyarakat sekarang ini, dimana setiap kualitas kinerja
seseorang dibayar dengan uang (menunjukkan kuantitas).

Implementasi teori Simmel dalam masyarakat juga bisa kita lihat dari perkataan Simmel yang
mengatakan bahwa “Dampak lain ekonomi uang adalah reduksi nilai manusia menjadi dolar”.
Simmel juga memberi contoh tentang hal itu, yaitu meluasnya prostitusi, dan di masyarakat
sekarang ini prostitusi seakan sudah menjadi bagian hidup sebagian orang disekitar kita.

b)   Teori interaksi sosial

Dalam teori ini Simmel berpendapat bahwa “Meningkatnya ukuran kelompok atau masyarakat akan
meningkatkan kebebasan individu. Jadi kelompok atau masyarakat kecil cenderung mengontrol
individu sepenuhnya. Namun, pada masyarakat yang lebih luas, individu cenderung terlibat dalam
sejumlah kelompok yang masing-masing hanya mengontrol sebagian kecil dari keseluruhan
kepribadian”. Yang menjadi sorotan kita disini adalah pada masyarakat yang lebih luas, individu
cenderung terlibat dalam sejumlah kelompok yang masing-masing hanya mengontrol sebagian kecil
dari keseluruhan kepribadian. Dari perkataan Simmel tersebut kita bisa melihat kenyataannya dalam
kehidupan masyarakat. misalnya dalam sebuah kelas yang terdiri dari 40 siswa, pasti di dalam kelas
tersebut banyak bermunculan kelompok-kelompok kecil. Dan itu merupakan implementasi dari
perkataan Simmel tentang ukuran kelompok dalam teori interaksi sosial.
BAB III

KESIMPULAN

Georg Simmel lahir di pusat kota Berlin pada tanggal 1 Maret 1858. Ia belajar berbagai bidang studi
di Universitas Berlin. Oleh beberapa orang ia digambarkan sebagai seorang yang tinggi dan langsing,
sementara oleh orang lain digambarkan sebagai seorang yang pendek dan menunjukkan ekspresi
putus asa. Tampilan luarnya dilaporkan sebagai tidak menarik, tipikal Yahudi, namun juga sangat
intelektual dan teguh secara moral. Ia dilaporkan sebagai seorang pekerja keras, namun juga penuh
humor dan sangat lancar berbicara ketika memberikan kuliah.

Menurut Simmel masyarakat adalah suatu bentuk interaksi sosial yang terpola seperti halnya jaring
laba-laba. Dan ini merupakan tugas dari sosiolog untuk meneliti bentuk interaksi sedemikian itu
bagaimana mereka terjadi dan mewujud di dalam kehidupan sejarah dan seiring budaya yang
berbeda. Sosiologi adalah “master science” dimana orang dapat menemukan hokum-hukum yang
mengatur semua perkembangan sosial. Simmel tidak melihat masyarakat sebagai bentuk organisme
sebagaimana menurut comte ataupun Spencer. Menurut Simmel masyarakat terdiri dari jaringan
yang banyak liku-liku nya.

Simmel mempunyai beberapa teori besar, antaralain dalam buku “the pilosophy of money” dalam
buku tersebut menjelaskan teori Simmel tentang uang dan nilai. Teori yang lain yaitu interaksi sosial,
dan tragedi kebudayaan. Dari beberapa teori tersebut masih ada beberapa teori Simmel yang sesuai
dengan kehidupan masyarakat sekarang ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ritzer, Georg dan Douglas J. Goodman. 2013. Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana.

Prasetiyo, Andri. 2011. Teori Geog Simmel(http://crewetsbit.blogspot.com/2011/12/teori-george-


simmel.html) diakses pada 13 September 2013.

Anda mungkin juga menyukai