Anda di halaman 1dari 39

BAB III

LANDASAN TEORI DAN PENGALAMAN LAPANGAN

A. Landasan Teori
1. Motor Induksi 3 Phasa

Motor listrik 3 phasa yang dikenal dengan motor induksi merupakan motor arus bolak-
balik yang paling banyak digunakan di industri. Dikatakan motor induksi karena arus rotor motor
ini merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan antara putaran rotor dengan
medan putar yang dihasilkan. Motor induksi digunakan untuk mengendalikan kecepatan putaran
pada mesin-mesin produksi. Motor induksi ini lebih banyak dipakai dibandingkan motor listrik
arus searah, karena motor induksi lebih ekonomis dan handal dalam pengoperasiannya meskipun
ditinjau dari aspek pegendalianya relatif lebih kompleks. Disamping itu, pemeliharaan motor
induksi juga relatif lebih mudah dibanding motor arus searah. Motor ini memiliki kontruksi
yang kuat, sederhana dan handal dan efisiensinya cukup tinggi saat berbeban penuh serta tidak
membutuhkan perawatan yang banyak.

Secara umum motor induksi dibagi menjadi dua buah yaitu motor induksi 1 phasa dan
motor induksi 3 phasa. Secara prinsip kerja kedua motor ini adalah sama yaitu karena adanya
induksi yaitu adanya medan putar pada belitan utama (stator) yang memotong batang-batang
motor sehingga akan timbul induksi pada rotor. Bagian utama dari motor induksi adalah stator
(bagian yang diam), bagian yang bergerak (rotor) dan celah udara. Motor induksi tiga fasa
bekerja dengan memanfaatkan perbedaan fasa sumber untuk menimbulkan gaya putar pada
rotornya. Jika pada motor induksi 1 phasa untuk menghasilkan beda phasa diperlukan
penambahan komponen kapasitor, pada motor 3 phasa perbedaan phasa sudah didapat langsung
dari sumber. Arus 3 phasa memiliki perbedaan 60 0 antar fasanya. Dengan perbedaan ini, maka
penambahan kapasitor tidak diperlukan.
2. Konstruksi Motor Induksi 3 Phasa

Motor induksi 3 phasa memiliki dua komponen dasar yaitu stator dan rotor, bagian rotor
dipisahkan dengan bagian stator oleh celah udara yang sempit (air gap) dengan jarak 0,4 mm
sampai 4 mm. Tipe dari motor induksi tiga fasa berdasarkan lilitan pada rotor dibagi menjadi dua
macam yaitu rotor belitan (wound rotor) adalah tipe motor induksi yang memiliki rotor terbuat
dari lilitan yang sama dengan lilitan statornya dan rotor sangkar tupai (squirrel-cage rotor) yaitu
tipe motor induksi dimana konstruksi rotor tersusun oleh beberapa batangan logam yang
dimasukkan melewati slot-slot yang ada pada rotor motor induksi, kemudian setiap bagian
disatukan oleh cincin sehingga membuat batangan logam terhubung singkat dengan batangan
logam yang lain.

Gambar 3.1 Konstruksi Motor Induksi 3 Phasa

Gambar 3.2 Kontruksi Motor Induksi 3 Phasa


2.1. Rotor

Rotor adalah bagian yang berputar dari sebuah motor. Rotor dapat berputar dengan dua
sumber energi:

a. Energi mekanik

Dengan diputar secara manual maupun diputar oleh alat yang terhubung dengan rotor.

b. Energi listrik

Gambar 3.3 Rotor

Rotor dari motor sangkar tupai adalah konstruksi dari inti berlapis dengan konduktor
dipasang paralel dengan poros dan mengelilingi permungkaan inti. Konduktornya tidak terisolasi
dari inti karena arus rotor secara alamiah akan mengalir melalui tahanan yang paling kecil yaitu
konduktor rotor. Pada setiap unjung rotor, konduktor rotor semuanya dihubung singkat dengan
cincin ujung . konduktor rotor dan cincin ujung serupa dengan sangkar tupai yang berputar
sehingga dinamakan demikian.

Batang rotor dan cincin ujung motor sangkar tupai yang lebih kecil adalah coran
tembaga atau aluminium dalam satu lempengan pada inti rotor. Dalam motor yang lebih besar,
batang rotor tidak dicor melainkan dibenamakan ke dalam alur rotor dan kemudian dilas dengan
kuat ke cincin ujung. Batang rotor motor sangkar tupai tidak selalu ditempatkan paralel terhadap
poros motor tetapi kerap kali dimiringkan. Hal ini menghasilkan torka yang lebih seragam dan
juga mengurangi derau dengung magnet sewaktu motor sedang berkerja.

2.2. Stator

Komponen stator adalah bagian terluar dari motor yang merupakan bagian yang diam dan
mengalirkan arus phasa. Stator terdiri atas tumpukan laminasi inti yang memiliki alur yang
menjadi tempat kumparan dililitkan yang berbentuk silindris. Stator terdiri dari lilitan atau
kumparan yang memberikan efek magnet kepada rotor, sehingga rotor dapat berputar.

Inti stator terbuat dari lapis-lapis pelat baja beralur yang didukung dalam rangka stator
yang terbuat dari besi tuang atau pelat baja yang di pabrikasi. Lilitan-lilitan sama halnya dengan
lilitan stator dari generator sinkron, diletakkan dalam alur stator yang terpisah 120 0. Lilitan phasa
ini bisa tersambung delta ataupun bintang.

. Gambar 3.4. Konstruksi Stator (a) lempengan inti (b) tumpukan inti dengan kertas isolasi pada
beberapa alurnya (c) tumpukan inti dan belitan dalam caking statornya
Gambar 3.5 Stator

2.3. Terminal Box

Salah satu bagian yang cukup penting untuk dapat memahami motor starter. Terminal
Box adalah ‘stop kontak’ yang bertugas menyambung alian listrik dari sumber ke motor. Dari
terminal box, pengaturan starter star atau delta dapat dilakkan, pengaturan star atau delta
mengacu pada informasi yang tertera pada nameplate motor.

3. Jenis Motor Induksi 3 Phasa

3.1 Motor Induksi 3 Phasa Sangkar Tupai (Squirrel-cage motor)

Penampang motor sangkar tupai memiliki konstruksi yang sederhana. Inti stator pada
motor sangkar tupai 3 phasa terbuat dari lapisan-lapisan pelat baja beralur yang didukung dalam
rangka stator yang terbuat dari besi atau pelat baja yang dipabrikasi. Lilitan-lilitan kumparan
stator diletakkan dalam alur stator yang terpisah 120 0. Lilitan phasa ini dapat tersambung
dalam hubungan delta (Δ) ataupun bintang (Υ).
Gambar 3.6 (a) Tipikal Rotor Sangkar, (b) Bagian-Bagian Rotor Sangkar

Batang rotor dan cincin ujung motor sangkar tupai yang lebih kecil adalah coran
tembaga atau aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor. Dalam motor yang lebih besar,
batang rotor tidak dicor melainkan dibenamkan ke dalam alur rotor dan kemudian dilas dengan
kuat ke cincin ujung. Batang rotor motor sangkar tupai tidak selalu ditempatkan paralel
terhadap poros motor tetapi kerapkali dimiringkan. Hal ini akan menghasilkan torsi yang
lebih seragam dan juga mengurangi derau dengung magnetik sewaktu motor sedang berputar.

Gambar 3.7 (a) Konstruksi Motor Induksi Rotor Sangkar Ukuran Kecil

(b) Konstruksi Motor Induksi Rotor Sangkar Ukuran Besar

Pada ujung cincin penutup dilekatkan sirip yang berfungsi sebagai pendingin. Rotor jenis
rotor sangkar standar tidak terisolasi, karena batangan membawa arus yang besar pada tegangan
rendah. Karakteristik motor sangkar tupai adalah sebagai berikut :

1. Rotor terdiri dari penghantar tembaga yang dipasangkan pada inti yang solid dengan
ujung-ujung yang dihubung singkat
2. Kecepatan konstan

3. Arus start yang besar diperlukan oleh motor menyebapkan tegangan berfluktasi

4. Arah putaran dapat dibalik dengan menukarkan dua dari tiga fasa daya utama pada motor

5. Faktor daya cendrung buruk untuk beban yang dikurangi

6. Apabila tegangan diberikan pada lilitan stator dihasilkan medan magnet putar yang
menginduksikan tegangan pada rotor. Tegangan tersebut pada gilirannya menimbulkan medan
magnet. Medan rotor dan medan stator cendrung saling tarik menarik satu sama lain. Situasi
tersebut membangkitkan torka yang memutar rotor dengan arah yang sama dengan putaran
medan magnet yang dihasilkan oleh stator.

3.2. Motor Induksi 3 Phasa Rotor Belitan (Wound-Rotor Motor)

Motor rotor belitan (motor cincin slip) berbeda dengan motor sangkar tupai dalam hal
konstruksi rotornya. Seperti namanya, rotor dililit dengan lilitan terisolasi serupa dengan lilitan
stator. Lilitan fasa rotor dihubungkan secara Υ dan masing -masing phasa ujung terbuka yang
dikeluarkan ke cincin slip yang terpasang pada poros rotor. Secara skematik dapat dilihat pada
gambar 3.8. Dari gambar ini dapat dilihat bahwa cincin slip dan sikat semata-mata merupakan
penghubung tahanan kendali variabel luar ke dalam rangkaian rotor.

Gambar 3.8 Cincin Slip


Pada motor ini, cincin slip yang terhubung ke sebuah tahanan variabel eksternal yang
berfungsi membatasi arus pengasutan dan yang bertanggung jawab terhadap pemanasan rotor.
Selama pengasutan, penambahan tahanan eksternal pada rangkaian rotor belitan menghasilkan
torsi pengasutan yang lebih besar dengan arus pengasutan yang lebih kecil dibanding dengan
rotor sangkar

Gambar 3.9 Konstruksi Rotor Belitan

4. Prisip Kerja Motor Induksi 3 Phasa

Adapun prinsip kerja motor induksi 3 phasa adalah sebagai berikut:

1. Apabila sumber tegangan 3 phasa dipasang pada kumparan stator, timbullah kecepatan medan
putar (Ns)

2. Perputaran medan putar pada stator tersebut akan memotong batang-batang konduktor pada
bagia3. Akibatnya, pada bagian rotor akan timbul tegangan induksi (GGL) sebesar E2s = 4,44 f2 N2
(untuk satu fasa) dimana E2s adalah tegangan induksi saat rotor berputar

4. Karena pada rotor timbul tegangan induksi dan rotor merupakan rangkaian yang tertutup
sehingga pada rotor akan timbul arus (I)

5. Adanya arus di dalam medan magnet akan menimbulkan gaya (F) pada rotor

6. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F pada rotor cukup besar untuk memikul kopel
beban, maka rotor akan berputar searah dengan medan putar stator

7. Agar tegangan terinduksi dipelukan adanya perbedaan anatara kecepatan medan putar stator
dengan kecepatan putaran rotor
8. Perbedaan kecepatan anatara nr dan ns disebut dengan slip (S) dinyatakan dengan:

9. Apabila nr = ns tegangan tidak terinduksi dan arus tidak mengalir pada kumparan jangkar
rotor dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel motor akan ditimbulkan apabila nr lebih
kecil dari ns.

Berubah-ubahnya kecepatan motor insuksi (nr) mengakibatkan berubahnya harga slip


dari 100% pada saat start sampai 0% pada saat diam (nr=ns). Hubungan frekuensi dengan slip
dapat dilihat seperti persamaan berikut ini:

Pada rotor berlaku hubungan:

p(ns−nr )
f 2=
120

Dimana f2 adalah frekuensi arus rotor

pns ns−nr
f 2= ×
120 ns

ns−nr pns
Karena S= dan f 1=
ns 120

Maka f 2=f 1 ×ns pada saat S = 100% dan f2 = f1

5. Medan Magnet Putar

Apabila belitan stator dihubungkan dengan catu daya 3 phasa maka akan dihasilkan
medan magnet yang berputar, medan magnet ini dibentuk oleh kutub-kutubnya yang berada pada
posisi yang tidak tetap pada stator tetapi berubah-ubah mengelilingi stator. Adapun magnitude
dari medan putar ini selalu tetap yaitu sebesar 1.5 Φm dimana Φm adalah fluks yang disebabkan
suatu phasa. Untuk melihat bagaimana medan putar dibangkitkan, maka dapat diambil contoh
pada motor induksi 3 phasa dengan jumlah kutub dua. Dimana ketiga fasanya R,S,T disuplai
dengan sumber tegangan 3 phasa, dan arus pada phasa ini ditunjukkan sebagai IR, IS, dan IT,
maka fluks yang dihasilkan oleh arus-arus ini adalah :

ϕR=ϕm sin ωt

ϕS=ϕm sin(ωt−120 ° )

ϕT =ϕm sin(ωt−240° )

Gambar 3.10 (a) arus 3 phasa yang seimbang (b) diagram phasor fluksi seimbang

n rotor

Gambar 3.11 medan putar pada motor induksi 3 phasa


(a). Pada keadaan 1, ωt = 0 ; arus dalam fasa R bernilai nol sedangkan besarnya arus pada phasa
S dan phasa T memiliki nilai yang sama dan arahnya berlawanan. Dalam keadaan seperti ini arus
sedang mengalir ke luar dari konduktor sebelah atas dan memasuki konduktor sebelah bawah.
Sementara resultan fluks yang dihasilkan memiliki besar yang konstan yaitu sebesar 1,5 Φm.
Oleh karena itu resultan fluks, ϕ r adalah jumlah phasor dari ϕ T dan −ϕ S sehingga resultan

√3
fluks, ϕ r = 2 x ϕ m cos 300 = 1,5 ϕ m.
2

Gambar 3.12 Keadaan 1 dengan ωt = 00

(b). Pada keadaan 2, arus bernilai maksimum negatif pada phasa S, sedangkan pada R dan phasa
T bernilai 0,5 maksimum pada phasa R dan phasa T dan pada saat ini ωt = 30 0. Maka jumlah
phasor ΦR dan - ΦT adalah = Φr’ = 2 x 0,5 Φm cos 60 = 0,5 Φm. Sehingga resultan fluks Φr =
0,5 Φm + Φm = 1,5 Φm.dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks
berpindah sejauh 300 dari posisi pertama.
Gambar 3.13 Keadaan 2 dengan ωt = 300

(c). Pada keadaan 3, ωt = 60 o, arus pada fasa R dan fasa T memiliki besar yang sama dan
arahnya berlawanan ( 0,866 Φm ). Maka magnitude dari fluks resultan : Φr = 2 x Φm cos 30 0=
1,5 Φm, dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks berpindah sejauh
600 dari posisi pertama.

Gambar 3.14 Keadaan 3 dengan ωt = 600

(d). Pada keadaan 4, ωt = 900, arus pada fasa R maksimum ( positif), dan arus pada fasa S dan
fasa T = 0,5 Φm. Maka jumlah phasor - ΦT dan – ΦS adalah = Φr’ = 2 x 0,5 Φm cos 60 = 0,5
Φm. Sehingga resultan fluks Φr = 0,5 Φm + Φm = 1,5 Φm. Dari gambar diagram phasor tersebut
dapat dilihat bahwa resultan fluks berpindah 900 dari posisi pertama.
Gambar 3.15 Keadaan 4 dengan ωt = 900

6. Kecepatan Medan Magnet Putar

Dalam lilitan dua kutub, medan membuat satu putaran penuh dalam satu siklus arus.
Dalam lilitan empat kutub yang mana setiap phasa mempunyai dua grup kumparan terpisah yang
dihubungkan secara seri, dapat ditunjukkan bahwa medan magnet putar membuat satu putaran
dalam dua siklus arus. Dalam lilitan enam kutub, medan membuat satu putaran dalam tiga siklus
arus. Secara umum medan membuat satu putaran dalam P/2 siklus atau Siklus = P/2 x putaran
atau siklus per detik = P/2 x putaran per detik. Oleh karena putaran per detik sama dengan
putaran per menit, putaran (n) dibagi 60 dan banyaknya siklus per detik adalah frekuensi (f ),

P N P
maka f = x =n
2 60 120

120
n= f kecepatan putar dari medan magnet putar disebut kecepatan sinkron atau kecepatan
P
stator dari motor.

7. Frekuensi Rotor

Jika motor induksi 60 Hz dua kutub (kecepatan sinkron = 3600 rpm) bekerja pada slip 5
%, slip dalam putaran setiap menitnya adalah 3600 x 0,05 atau 180 rpm. Ini berarti bahwa
sepasang kutub stator melewati konduktor rotor tertentu 180 kali setiap menit, atau tiga kali
setiap detik. Jika sepasang kutub bergerak melewati konduktor, satu siklus ggl diinduksikan
dalam konduktor. Jadi konduktor yang dikemukakan diatas akan menginduksikan ggl di
dalamnya dengan frekuensi rotor menjadi 60 Hz. Maka jelaslah bahwa frekuensi rotor
bergantung pada slip. Makin besar slip makin besar frekuensi rotor. Untuk setiap harga slip,
frekuensi roto (fr) sama dengan frekuensi stator (fs) dikalikan dengan slip (S) yang dinyatakan
dengan decimal atau (fr) = S (fs). Frekuensi rotor sangat berarti karena jika saja berubah maka
reaktansi rotor (Xr= 2π fr Lr) juga berubah, berarti menpengaruhi karakteristik start maupun
karakteristik jalan motor.

8. Torsi pada Motor Induksi 3 Phasa

Dari rangkaian ekivalen dan diagram aliran daya motor induksi tiga fasa yang telah
diperoleh sebelumnya dapat diturunkan suatu rumusan umum untuk torsi induksi sebagai fungsi
dari kecepatan. Torsi motor induksi diberikan oleh persamaan:

Pconv
τ ind =
ωs

P AG
τ ind =
ω sync

Persamaan diatas sangat berguna, karenakecepatan sinkron selalu bernilai konstan untuk
tiap-tiap frekuensi dan jumlah kutub yang diberikan oleh motor. Karena kecepatan sinkron selalu
tetap,maka daya pada celah udara akan menentukan besar torsi induksi pada motor.Untuk
menentukan besarnya arus I2, kemungkinan penyelesaian paling mudah dapat dilakukan dengan
menentukan rangkaian ekivalen thevenin, agar dapat menentukan rangkaian ekivalen thevenin
dari sisi input rangkaian ekivalen motor induksi, pertama-tama terminal X’s dihubungkan buka
(open-circuit) kemudian tegangan open-circuit diterminal tersebut ditentukan. Untuk
menentukan impedansi thevenin maka tegangan fasa dihubung singkat (short circuit) dan
Zegditentukan dengan melihat ke sisi dalam terminal.
Gambar 3.16 Tegangan Ekivalen Thevenin pada Sisi Rangkaian Input

Dari gambar diatas ditunjukkan bahwa terminal di open circuit untuk mendapatkan
tegangan ekivalen thevenin. Magnitud dari teganganthevenin Vth adalah :

Xm
V TH =V 1
√ R 1 +( X 1+ Xm)2
2

Karena reaktansi magnetic Xm >> X1 dan Xm >> R1, harga pendekatan dari magnitud
tegangan ekivalen thevenin :

XM
V TH ≈ V 1
X 1+ XM

Gambar 3.17 Impedansi Ekivalen Thevenin pada Sisi Rangkaian Input

Gambar diatas menunjukkan tegangan input dihubung singkat. Impedansi ekivalen


thevenin dibentuk oleh impedansi paralel yang terdapat pada rangkaian Impedansi Thevenin
diberikan oleh :
jX M ( R 1+ X M )
ZTH =RTH + jX TH =
R 1+ j( X 1+ X M )

Karena Xm>> X1dan Xm+ X1>> R1,tahanan reaktansi thevenin secara pendekatan oleh :

RTH ≈ R 1

X TH ≈ X 1

Gambar 3.18 Rangkaian Ekivalen Thevenin Motor Induksi

Dari gambar diatas arus I2 diberikan oleh :

V TH
I 2=
R2
R TH + + j X TH + jX 2
S

Magnitude dari arus:

V TH
[ I 2 ]=
R2 2
√ ( RTH + ) + ¿ ¿¿
S

3V R2
3 I 2 R2
2 TH
2
S
P AG= ; P AG=
S ¿¿

Sedangkan torsi induksi pada rotor :

P AG
τ ind =
ωsync [ (RTH + R 2)2 +( X TH + X 2 )2 ]
Gambar kurva torsi kecepatan (slip) pada motor induksi ditunjukkan pada gambar

dibawah ini.

Gambar 3.19 Karakteristik torsi – slip pada motor induksi

Sedangkan kurva torsi kecepatan motor induksi yang menunjukkan kecepatan diluar
daerah operasi normal terlihat pada gambara dibawah ini :

Gambar 3.20 Karakteristik torsi – putaran pada motor induksi pada berbagai daerah operasi
Dari kedua kurva karakteristik torsi motor induksi diatas dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :

1. Torsi motor induksi akan bernilai nol pada saat kecepatan sinkron

2. Kurva torsi – kecepatan mendekati linear di antara beban nol dan beban penuh. Dalam daerah
ini, tahanan rotor jauh lebih besar dari reaktansi rotor, oleh karena itu arus rotor, medan magnet
rotor, dan torsi induksi meningkat secara linear dengan peningkatan slip

3. Akan terdapat torsi maksimum yang tak mungkin akan dapat dilampaui. Torsi ini disebut juga
dengan pull – out torque atau break down torque, yang besarnya 2– 3 kali torsi beban penuh dari
motor

4. Torsi start pada motor sedikit lebih besar daripada torsi beban penuhnya, oleh karena itu
motor ini akan start dengan suatu beban tertentu yang dapat disuplai pada daya penuh

5. Torsi pada motor akan memberikan harga slip yang bervariasi sebagai harga kuadrat dari
tegangan yang diberikan. Hal ini sangat penting dalam membentuk pengaturan kecepatan dari
motor

6. Jika rotor motor induksi digerakkan lebih cepat dari kecepatan sinkron, kemudian arah dari
torsi induksi di dalam mesin menjadi terbalik dan mesin akan bekerja sebagai generator, yang
mengkonversikan daya mekanik menjadi daya elektrik

7. Jika motor induksi bergerak mundur relatif arah dari medan magnet, torsi induksi mesin akan
menghentikan mesin dengan sangat cepat dan akan mencoba untuk berputar pada arah yang lain.
Karena pembalikan arah medan putar merupakan suatu aksi penyaklaran dua buah fasa stator,
maka cara seperti ini dapat digunakan sebagai suatu cara yang sangat cepat untuk menghentikan
motor induksi. Cara menghentikan motor seperti ini disebut juga dengan plugging.

9. Starting Motor Induksi 3 Phasa


Jenis-jenis starting motor induksi 3 Phasa, yaitu antara lain:

1. Starting DOL

2. Starting Y-Δ

3. Soft start

4. Variasi Frekuensi (dengan Inverter)

5. Rheostat

6. Variasi Tegangan dengan Ototrafo

9.1. Starting DOL

Pengasutan hubungan langsung atau dikenal dengan istilah Direct On Line (DOL)
adalah jenis pengasutan yang umum dipakai terutama untuk daya motor dibawah 5 KW.
Rangkaian untuk pengasut langsung (DOL Direct On Line) akan memutus atau
menghubungkan suplai utama ke motor secara langsung. Arus pengasutan motor yang
dihasilkan dengan metode starting DOL ini dapat mencapai tujuh / delapan kali lebih besar
dari arus kondisi normal, maka pengasut langsung ini hanya digunakan untuk motor-motor
kecil. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengasutan secara langsung (DOL) ini
antara lain :

1. Arus meningkat 5 s/d 7 kali arus beban penuh

2. Torsi hanya 1,5 s/d 2,5 kali torsi beban penuh

3. Terjadi drop tegangan pada saat start awal

4. Untuk daya motor yang besar tidak disarankan untuk menggunakan pengasutan jenis ini
Keterangan : Is = 5 s/d 7 kali In

Pr = 2π.Ns.τ = k.τ

Dimana Pr adalah Daya input rotor dan rugi-rugi tembaga (Pcu) = 3 x P rotor


Jadi 3 I ² R ²=s . k . τ dimana I 2=I 1 maka τ =
S

Jika If = Arus nominal beban penuh

Sf = Slip beban penuh

k . i. f ²
Maka τf =
sf

τ start I st ²
τf
= [ ]
If
sf

Ketika pengasutan DOL maka arus starting adalah mirip arus hubung singkat (Ihs)

τ start I st ² Ihs
τf
= [ ]
If
sf =a ² sf diaman a=
f

Gambar 3.21 Rangkaian daya dan rangkaian kontrol pengasutan DOL


9.2. Starting Y-Δ

Secara umum, mode ini terdiri dari dua tahapan starting, tahap pertama starting
motor pada rangkaian bintang (Star-Y) dan setelah beberapa detik berpindah kerangkaian
segitiga (Delta-Δ). Mode ini hanya mengubah hubungan dikedua ujung terminal stator dari
posisi awalnya bintang (Star-Y) dan kemudian setelah motor beroperasi normal hubungan
tersebut menjadi segitiga (Delta-Δ). SistEm ini, hanya dapat digunakan pada motor yang
kedua ujung stator tiga phasa-nya (U,V,W dan X,Y,Z) tersedia pada terminal keluaran
sehingga bisa digunakan untuk membentuk rangkaian Y (bintang/star) maupun Δ (delta).
Selain itu, perlu diperhatikan name plate motor yang akan digunakan, name plate motor
harus menyatakan hubungan delta pada tegangan suplay yang kita gunakan.

Hubungan bintang digunakan untuk menurunkan tegangan yang masuk ke kumparan


stator, sedangkan pada saat motor berjalan normal, kumparan stator dihubung delta. Metode ini
cocok digunakan untuk motor-motor diatas 5,5 KW sampai 15 KW.Pada saat hubungan Bintang
tegangan line ke netral dapat diformulasikan sebagai berikut:

Vf
Vin=
√3

Vf
Iin=If =
√3. z

Sedangkan pada hubungan segitiga tegangan line ke netral dapat diformulasikan sebagai
berikut:

V
Iin=
Z

Vf
Iin=
√ 3. z

Formulasi hubungan torsi starting dan torsi beban penuh

Ist perphase = 1/√3 Ihs per phase


Ihs adalah arus saat hubungan segitiga dengan starting DOL.

τ st ≈ Ist ²(s=1)

If ²
τf =
Sf

τ start Ist Ihs 1 Ihs


τf
=
If [ ] [ ]
² Sf =
√ 3 If
² Sf = [ ]
3 If
² Sf

Ihs dan Ist adalah arus perphase

Gambar 3.22 Rangkaian daya dan rangkaian kontrolpengasutan bintang segitiga

9.3. Soft Start

Soft starter sangat berbeda dengan starter lain. Alat ini mempergunakan thyristor
sebagai komponen utamanya. Tegangan yang masuk ke motor akan diatur dimulai dengan
sangat rendah sehingga arus dan torsi saat start juga rendah. Pada saat start ini tegangan
yang masuk hanya cukup untuk menggerakkan beban dan akan menghilangkan kejutan
pada beban. Secara perlahan tegangan dan torsi akan dinaikan sehingga motor akan
mengalami percepatan kehingga tercapai kecepatan normal. Salah satu keuntungan
mempergunakan alat ini adalah kemungkinan dilakukannya pengaturan torsi pada saat yang
diperlukan, tidak terpengaruh ada atau tidaknya beban.

9.4. Variasi Frekuensi (dengan Inverter)

Frequency Drive sering disebut juga dengan VSD (Variable Speed Drive), VFD
(Variable frequency Drive) atau Inverter. VSD terdiri dari 2 bagian utama yaitu penyearah
tegangan AC (50 atau 60 HZ) ke DC dan bagian kedua adalah membalikan dari DC ke
tegangan AC dengan frekuensi yang diinginkan. VSD memanfaatkan sifat motor sesuai
dengan rumus sebagai berikut :

dimana

n = Kecepatan putar / speed motor (RPM)

f = Frekuensi (Hz)

P = Jumlah kutub / pole

Frekuensi dikontrol dengan berbagai macam cara yaitu : melalui keypad (local),
dengan external potensiometer, Input 0 ~ 10 VDC , 4 ~ 20 mA atau dengan preset memori.
Semua itu bisa dilakukan dengan mengisi parameter program yang sesuai. Jadi dengan
mengatur frekuensi tegangan yang masuk, maka kecepatan motor akan dapat diatur pula.
Demikian pula pada saat start, dimulai dengan frekuensi rendah sampai rated frekuensinya
hasilnya kecepatan motor akan mengalami percepatan yang lebih halus.

9.5. Dengan Tahanan Rotor (Rheostat)


Untuk melakukan pengasutan motor dalam kondisi berbeban umumnya digunakan
motor induksi dengan jenis rotor belitan karena memberi kemungkinan untuk melakukan
penyambungan rangkaian rotor dengan tahanan luar melalui cincin slip dan sikat untuk
meningkatkan torsi asut motor. Pada saat awal pengasutan motor, resistansi rotor luar adalah
bernilai maksimum, kemudian seiring dengan meningkatnya putaran motor, resistansi rotor
luar ini dikurangi secara bertahap hingga pada saat kecepatn penuh motor tercapai nilai
resistansinya adalah nol dan motor bekerja normal sepertin halnya rotor motor sangkar.
Rangkaian pengasut motor ini dilengkapi juga dengan peralatan proteksi beban lebih,
proteksi terhadap terjadinya kehilangan tegangan serta sistem interlocking untuk mencegah
terjadinya pengasutan motor dalam kondisi pengasutan motor dalam kondisi resistansi rotor
tak terhubungkan.

9.6. Variasi Tegangan dengan Ototrafo

Sebuah pengasutan motor dengan Autotransformator merupakan salah satu metode


lain yang dapat digunakan untuk mengurangi besarnya arus pengasutan motor dengan jalan
mengurangi besarnya tegangan selama proses-proses awal pengasutan karena pengurangan
tegangan akan berakibat pada berkurangnya torsi asut maka tegangan akan direduksi
secukupnya saja untuk mengurangi arus pengasut, dengan cara memilih tingkat tegangan
tertentu dikenal sebagai tapping tegangan. Rangkaian pengasutan dengan autotrafo
ditunjukkan pada gambar dengan memposisikan saklar pada posisi mulai (Start) maka akan
diperoleh hubungan seri antara belitan-belitan auto trafo dengan belitan pengasut motor
yang terhubung delta. Ketika kecepatan puataran motor telah cukup tinggi, maka saklar
dipindahkan ke posisi jalan (Run) yang akan menghubungkan belitan-belitan motor secara
langsung ke suplai tegangan 3 fasa.

Keuntungan dari metode pengasutan ini ialah hanya memerlukan 3 buah kawat
penghantar penghubung antara rangkaian pengasut motor dan rangkaian motor walaupun tidak
terlihat di dalam gambar. Pengasut motor ini juga dilengkapi dengan peralatan proteksi beban
lebih serta proteksi terhadap terjadinya kehilangan tegangan.
Masalah-masalah yang sering muncul pada sistem pengasutan secara umum adalah arus
awal yang terlalu besar dan momen awal yang sering terlalu kecil. Untuk kebanyakan motor arus
awal adalah empat sampai tujuh kali besarnya arus nominal. Untuk motor-motor yang besar hal
ini tidak dapat diijinkan karena akan mengganggu jaringan, lagipula hal ini akan merusak motor
itu sendiri. Selain itu konsumsi daya listrik juga akan sangat tinggi dikarenakan arus start yang
terlalu besar tadi.

Rumus Arus Awal adalah:

E 20
( I 2 )s=1=
√R2 + X2
2 2

Dengan memperhatikan persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu cara
untuk menurunkan arus awal adalah dengan menurunkan E20, hal ini dapat dilakukan dengan
menurunkan tegangan apit. Dan cara yang kedua adalah dengan memperbesar nilai tahanan R2.
hal ini dapat dilakukan pada jenis rotor belitan dengan menambahkan tahanan luar melalui cincin
gesernya.

10. Gangguan-Gangguan Pada Motor Iduksi 3 Phasa

Gangguan listrik adalah kejadian yang tidak diinginkan dan mengganggu kerja alat
listrik. Akibat gangguan, peralatan listrik tidak berfungsi dan sangat merugikan. Bahkan
gangguan yang luas dapat mengganggu keseluruhan kerja sistem produksi dan akan merugikan
perusahaan sekaligus pelanggan. Jenis gangguan listrik terjadi karena berbagai penyebab, salah
satunya kerusakan isolasi kabel. Tipe-tipe gangguan elektrik dalam motor-motor adalah serupa
dengan tipe-tipe gangguan elektrik dari generator-generator. Oleh karena itu, motor-motor
secara umum diproteksi dari gangguan-gangguan berikut:

a. Gangguan-gangguan stator

b. Gangguan-gangguan rotor
c. Beban lebih (Overload) d. Tegangan-tegangan suplai yang tidak seimbang termasuk
memfasa tunggal (single phasing)

e. Tegangan kurang (under voltage)

f. Starting phasa terbuka atau terbalik

g. Kehilangan sinkronisme (dalam kasus motor sinkron saja)

11. Slip

Perbedaan kecepatan putaran rotor (Nr) terhadap kecepatan medan putar stator (Ns)
disebut dengan slip. Berubahnya kecepatan motor dapat mengakibatkan berubahnya besar lip
100 % pada saat start sampai 0 % pada saat diam (Nr) = (Ns). karena terjadi slip maka kecepatan
relative medan putar stator terhadap putaran rotor adalah S x Ns. frekuensi tegangan yang
terinduksi pada rotor sebanding dengan putaran relative medan putar stator terhadap putaran
rotor. Hubungan antar frekuensi slip dapat dilihat dari persamaan berikut :

Bila f1= frekuensi

P . Ns
f 1=
120

Bila f2= frekuensi rotor

P . Ns Ns−Nr
f 2= ×
120 Ns

Ns−Nr
Karena S = maka f2 = f1.S
Ns

Karena pada saat start S = 100 %, jadi f2 = f2, dengan demikian terlihat bahwa pada saat
start dan rotor belum berputar, frekuensi arus rotor sama dengan frekuensi arus stator. Dalam
keadaan rotor berputar, frekuensi arus rotor di pengaruhi oleh slip ( f2 = f1 . S ). Karena
tegangan induksi dan reaktansi kumparan rotor merupakan fungsi frekuensi, maka besarnya juga
di pengaruhi oleh slip.

E2 = 4,44. f2. N2. ϕm

E2s = 4,44. S. f1. N2. ϕ m

E2s = S. E2

X2 = 2 .π .f2. L2s

X2s = 2 .π . S. f1. L2s

X2s = S. X2

Dimana :

E2 = Tegangan induksi pada saat rotor diam (start)

E2s = Tegangan induksi pada saat rotor berputar

N2 = Jumlah lilitan rotor

m = Fluks putaran maksimal

X2 = Reaktansi pada saat rotor diam (start)

X2s = Reaktansi pada saat rotor berputar

L2s = Induktansi rotor


B. Pengalaman Lapangan

Tahapan Produksi
Gas nitrogen dan oksigen merupakan hasil penyaringan udara bebas dari alam yang
mengalami berbagai macam proses. Rangkaian proses dari olahan gas nitrogen dan oksigen ini
membutuhkan ketelitian dan juga kejelian agar mendapatkan kualitas yang terbaik. Pengolahan
udara bebas agar menjadi gas nitrogen dan oksigen membutuhkan berbagai macam proses.

Gambar 3.2 adalah menjelaskan proses produksi udara bebas menjadi Nitrogen. Dimulai dari
filter udara yang berfungsi sebagai penahan debu atau kotoran-kotoran yang ada di udara.
Setelah dari difilter atau disaring, kemudian didinginkan dalam air precooling system. Air
preecooling berfungsi untuk mendinginkan udara yang keluar dari compressor. Setelah dari air
precooling system,masuk ke dalan Molecular sieve digunakan sebagai pengering, pemurni, dan
pemisah komponen-komponen yang terkandung didalam gas maupun cairan. Kemudian di bawa
ke Expansion Turbine System yaitu mesin untuk mengubah energi tekan dan energi panas dari
gas nitrogen menjadi energi mekanik berupa putaran poros dan memisahkannya berdasarkan
perbedaan temperature titik cair dan berat jenisnya. Setelah itu, dibawa ke Rectify System
merupakan destilasi bertingkat (fraksinasi) yang terdiri dari tray-tray, yang terdiri dari 2 kolom
yaitu kolom bawah bagian atas dan bawah, kolom atas bagian atas dan bawah. udara proses yang
masuk ke dalam kolom bawah dengan tekanan ±0,469 MPa dengan suhu udara proses kira-kira
-157oC, merupakan bahan baku (udara) yang kaya akan oksigen dan nitrogen Kemudian
Nitrogen yang terdapat pada kolom bawah bagian bawah tersebut sebagian diekspansikan untuk
direfluks (N2 refluks) ke kolom bawah bagian bawah, agar oksigen yang terdapat pada kolom
bagian bawah tidak ikut menguap ke kolom bawah bagian atas (ke kondensor), dan sebagian lagi
diekspansikan ke kolom atas bagian atas untuk direfluks dan disimpan ke storage tank.

Gambar 3.2Skema Proses produksi udara bebas menjadi Nitrogen

Proses pengolahan nitrogen dan oksigen di PT. Aneka Gas Industri Medan dilakukan
secara bertahap dalam beberapa proses yang berbeda dengan tujuan untuk memperoleh nitrogen
dan oksigen yang berkualitas baik. Secara ringkas, tahap-tahap proses pengolahan bahan baku
(udara) sampai dihasilkan nitrogen dan oksigen cair adalah sebagai berikut :
1. Filter udara
Filter udara berfungsi sebagai penahan debu atau kotoran-kotoran yang ada di udara.
Filter ini berupa kantung yang terbuat dari serat polyester untuk penahan debu yang dapat
menyebabkan kompresor terganggu. Secara otomatis dengan waktu sekitar 15 detik sekali filter
ini menghembuskan kembali ke arah luar hisapan agar debu yang melekat tidak menempel.

2. Air turbo compressor air system


Merupakan mesin fluida untuk memberikan tekanan dan mengalirkan udara kemudian
udara yang dihisap oleh kompresor ditekan kira – kira 0,6 MPa kemudian didinginkan dalam air
precooling system.

3. Air preecooling system


Air preecooling berfungsi untuk mendinginkan udara yang keluar dari compressor. Pada
air cooling system terdapat dua cara pendinginan pada kolom. cara pertama yaitu dari tengah
kolom ke bawah kolom yang didinginkan oleh cooling tower, sedangkan dari atas kolom ke
tengah kolom didinginkan oleh water cooling yang dibantu oleh RU (refrigerant unit).
Refrigerant unit adalah mesin untuk mindinginkan atau memindahkan panas air kemudian air
yang dingin mengalir melalui pompa menuju air cooling sehingga suhu udara keluar air cooling
ini ±11oC. Udara yang keluar dari air preecooling system menjadi lebih dingin (± 6oC).

4. Molecular Sieve
Alat ini berbentuk vessel yang didalamnya berisi Molecular sieve atau didalamnya
terdapat silika gel yang dapat menyerap kandungan H2O, CO2, dan senyawa Hidrokarbon,
Molecular sieve merupakan senyawa yang tersusun dari elemen-elemen dan komponen-
komponen yang kompleks seperti aluminium, silikon, dan sodium. Komponen-komponen ini
membentuk kramik yang stabil. Molecular sieve digunakan sebagai pengering, pemurni, dan
pemisah komponen-komponen yang terkandung didalam gas maupun cairan. Hal ini disebabkan
cara kerja Molecular sieve yang sangat kuat mengikat partikel-partikel tertentu dan dapat
menyaring molekul-molekul yang mempunyai ukuran yang lebih besar dari Molecular sieve.
Beberapa fungsinya diantaranya :

a) Menghilangkan uap air yang mungkin lolos dari water separator

b) Menghilangkan karbondioksida

c) Menghilangkan hidrokarbon.
Hal ini disebabkan karena impurities (kotoran) tersebut dapat menyumbat saluran udara
proses pada temperatur rendah. Molecular Sieve ini beroperasi pada suhu 18 oC pada tekanan
0.445 Mpa. Molecular Sieve ini terdiri dari dua unit yang bekerja secara bergantian. Dimana
Molecular Sieve A beroperasi, maka Molecular Sieve B Regenerasi dan begitu sebaliknya.
Lamanya setiap Molecular Sieve bekerja adalah 8 jam. Tujuan dari regenerasi ini adalah apabila
silika gel tersebut sudah jenuh terhadap penyerapan kotoran, maka harus dihilangkan dengan
cara pemanasan yang dilakukan dengan media pemanas waste N2 yang berasal dari kolom atas
destilasi yang sebelumnya N2 dipanaskan dulu pada electrical heat acumulator (Heat
Exchanger). Adapun cara kerja Molecular Sieve adalah sebagai berikut:
a. Heating
Heating berfungsi untuk memanaskan Molecular Sieve yang sedang diregenerasi agar tidak
jenuh setelah bekerja selama 8 jam sampai temperature 185oC yang dikeluarkan melalui heater
dengan aliran (flow) 1100 Nm3/jam dan dibutuhkan waktu 14200 detik.
b. Cooling
Cooling berfungsi untuk mendinginkan Molecular Sieve yang sudah dipanaskan sampai
temperature 42oC dengan aliran (flow) 1400 Nm3/jam dan dibutuhkan waktu 11700 detik.
c. Upload
Upload berfungsi untuk penyamaan tekanan antara Molecular Sieve yang sedang beregenerasi
dan MS yang bekerja, sehingga antara MS yang bekerja dan beregenarsi memiliki tekanan yang
sama sekitar 0.451 Mpa dengan waktu sekitar 800 detik.
d. Exchange
Exchange berfungsi untuk perpindahan antara MS yang beregenerasi dan MS yang sedang
bekerja. Pada tahap exchange ini MS bergantian secara otomatis, dimana MS yang beregenerasi
akan berpindah menjadi MS yang bekerja (MS work) sedangkan MS yang bekerja akan
berpindah menjadi MS regenerasi dan dibutuhkan waktu sekitar 1100 detik.
e. Unload
Unload berfungsi untuk penurunan tekanan pada MS yang baru beregenerasi dengan waktu
sekitar 480 detik dan tekanan 0 Mpa.

5. Instrument air and circulating air turbo compressor system


Air turbo compressor system berfungsi sebagai sumber tenaga untuk menggerakkan
turbin. Pada tahap ini terbagi dalam 4 stage:
a. Stage I
Udara masuk ke stage I dengan suhu awal 260C dan tekanan sekitar 0.44 Mpa ( 4 Bar) sehingga
timbul panas, kemudian panas yang timbul (720C) didinginkan hingga mencapai suhu 400C
pada intercooler I.
b. Stage II
Dari intercooler I ditekan ke stage II, kemudian panas yang ditimbulkan (910C) didinginkan
pada intercooler II, sampai mencapai suhu ±39oC.
c. Stage III
Dari intercooler II ditekan ke stage III, kemudian panas yang di timbulkan (860C) didinginkan
pada intercooler III, sampai mencapai suhu ±41oC.
d. Stage IV
Dari intercooler III ditekan ke stage IV, kemudian panas yang ditimbulkan (810C) didinginkan
pada intercooler IV,sampai mencapai suhu ±42oC dan tekanan yang keluar mencapai 2,60 MPa
(26 Bar).

6. Expansion Turbine System


Yaitu mesin untuk mengubah energi tekan dan enrgi panas dari gas nitrogen menjadi
energi mekanik berupa putaran poros dan memisahkannya berdasarkan perbedaan titik
cair dan berat jenisnya. Ada 2 cara pendinginan untuk mencapai titik cair tersebut, yaitu :
a. Isoentalphic Expantion
Menurunkan suhu dengan cara menaikkan tekanan gas, gas bertekanan tinggi di alirkan ke
tempat bertekanan rendah melalui saluran kecil seperti expantion valve maka suhu gas tersebut
akan turun.
b. Adiabatic Expantion
Menurunkan suhu dengan cara mengubah energi panas dan energi tekan pada gas menjadi
mekanik pada expantion turbin. Kemudian udara ini di campur dengan udara recycle yang keluar
dari expander yang sudah di panaskan dalam heat exchanger I dan heat exchanger II (dengan
udara yang masuk maupun liquid gas untuk reflux) di tekan menjadi 2,942 Mpa dengan
centrifugal circulation air compressor dan di bagi menjadi 2 aliran:

1. Satu aliran di naikkan lagi tekanannya menjadi 4,1265 Mpa dengan high temperature
expanding booster, kemudian di dinginkan dalam heat exchanger I. Sebagian dari aliran ini yang
bersuhu 2500K (pada bagian heat exchanger I) di alirkan ke high temperature expander/hot
expander dan keluar bergabung dengan udara yang keluar dari heat exchanger II untuk
pendinginan di heat exchanger I. Udara dingin lainnya (lebih dingin dari 2500K) di dinginkan
lebih lanjut di heat exchanger II dan diexpansikan dengan expansi valve masuk ke lower colum.

2. Satu aliran lainnya di naikkan lagi tekanannya menjadi 3,686 Mpa dengan low temperature
expanding booster, kemudian di dinginkan dalam heat exchanger I menjadi 1570K diexpansikan
(semuanya) di low temperature expander dan keluar ke liquid separator.

7. Rectify System
Kolom destilasi ini merupakan destilasi bertingkat (fraksinasi) yang terdiri dari tray-tray,
yang terdiri dari 2 kolom yaitu kolom bawah bagian atas dan bawah, kolom atas bagian atas dan
bawah. udara proses yang masuk ke dalam kolom bawah dengan tekanan ±0,469 MPa dengan
suhu udara proses kira-kira -157oC, merupakan bahan baku (udara) yang kaya akan oksigen dan
nitrogen. Nitrogen yang terdapat pada kolom bawah bagian bawah akan menguap kekolom
bawah bagian atas (ke kondensor) melewati tray-tray pada kolom tersebut, yang disebabkan oleh
perbedaan titik cair oksigen yang lebih rendah. Kemudian Nitrogen yang terdapat pada kolom
bawah bagian bawah tersebut sebagian diekspansikan untuk direfluks (N2 refluks) ke kolom
bawah bagian bawah, agar oksigen yang terdapat pada kolom bagian bawah tidak ikut menguap
ke kolom bawah bagian atas (ke kondensor), dan sebagian lagi diekspansikan ke kolom atas
bagian atas untuk direfluks dan disimpan ke storage tank.
Sedangkan bahan baku yang terdapat pada kolom bawah bagian bawah (yang kaya akan
oksigen) dialirkan ke Heat Exchanger untuk didinginkan lagi, lalu masuk kolom atas untuk
dispray (proses ini menggunakan N2 refluks untuk lebih mendinginkan O2) sehingga pada
kolom atas bagian bawah terdapat oksigen cair yang berguna untuk mendinginkan nitrogen
didalam kondensor. Karena adanya perbedaaan suhu, maka oksigen yang mempunyai titik cair
yang lebih tinggi dari nitrogen akan terdapat dibawah dan nitrogen (N2 refluks) akan menjadi
uap. Sehingga kolom atas bagian atas kaya akan nitrogen berbentuk gas.

8. Storage Tank
Produksi yang dihasilkan ditampung pada masing-masing storage tank dan hasil produksi
mengalir berdasarkan perbedaan tekanan dalam kolom destilasi dengan masing-masing
tangkinya. Adapun kapasitas dari storage tank adalah sebagaia berikut :
a) Produksi oksigen cair ditampung pada storage tank SLOC 0112 dan 0113 dengan daya
tampung 18400 mmH2O.
b) Produksi nitrogen cair ditampung pada storage tank SLOC 0110 dan 0111 dengan daya
tampung 13000 mmH2O (PT. Aneka Gas Industri, 1971).
Proses produksi gas oksigen dan hnitrogen menggunakan alat – alat produksi yang dimana
alat – alat produksi itu di gerakkan oleh motor listrik. Diantaranya adalah Hidrolik loading ramp,
conveyor, Inclaned Scraper, Fruit Elevator, Digester, Screw Press, dll. Biasanya di motor listrik
terdapat name plate. Name plate ini adalah untuk menjelaskan spesifikasi motor listrik. Berikut
beberapa spesifikasi motor listrik yang di data dari name plate pada motor listrik yang ada di PT.
ANEKA GAS INDUSTRI Tbk.

1. Motor Listrik di air turbo compressor air system

Gambar 3.21Motor Listrik di air turbo compressor air system

Spesifikasi Motor listrik pada air turbo compressor air system dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Spesifikasi Motor Listrik di air turbo compressor air system

Jenis Start Rpm Hz Kw Hp Amp


Awal
Induksi ∆ = 380 1470 60 18,5 25 11
3-Phase Y= 660

2. Motor Listrik di Air preecooling system


Gambar 3.22 Motor Listrik di Air preecooling system

Spesifikasi Motor listrik pada Air preecooling system dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Spesifikasi Motor listrik di Air preecooling system

Jenis Start Rpm Hz Kw Hp Amp


Awal
Induksi ∆ = 380 460 50 30 30 30
3-Phase Y= 660

3. Motor Listrik di circulating air turbo compressor system

Gambar 3.24Motor Listrik di circulating air turbo compressor system


Spesifikasi Motor Listrik pada circulating air turbo compressor system dapat dilihat
pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Spesifikasi Motor Listrik di circulating air turbo compressor system
Jenis Start Rpm Hz Kw Hp Amp
Awal
Induksi ∆ = 380 1420 50 25 7,5 4,5
3-Phase Y= 660

4. Motor Listrik di Expansion Turbine System

Gambar 3.25 Motor Listrik di Expansion Turbine System

Spesifikasi Motor Listrik pada Expansion Turbine System dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Spesifikasi Motor Listrik di Expansion Turbine System

Jenis Start Rpm Hz Kw Hp Amp


Awal
Induksi ∆ = 380 ∆ = 2950 50 22 30 20
3-Phase Y= 660 Y=3528

5. Motor Listrik di Rectify System

Gambar 3.26 Motor Listrik di Rectify System


Spesifikasi Motor Listrik pada Rectify System dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Motor Listrik di Rectify System

Jenis Start Rpm Hz Kw Hp Amp


Awal
Induksi ∆ = 380 1420 50 4 5,5 3
3-Phase

C. Pembahasan
Segala kelistrikan yang ada di PT. Aneka Gas Industri bersumber dari PLN, yang
digunakan untuk kelistrikan di pabrik.
Untuk proses pengolahan di pabrik tersebut, khususnya di bidang kelistrikan,
menggunakan motor 3 phasa dan di kontrol melalui panel. Elektromotor atau motor 3 phasa ini
adalah motor yang bekerja dengan memanfaatkan perbedaan fasa pada sumber untuk
menimbulkan gaya putar pada bagian rotornya. Secara umum motor 3 phasa memiliki dua bagian
pokok, yakni stator dan rotor. Bagian tersebut dipisahkan oleh celah udara yang sempit atau yang
biasa disebut dengan air gap.
Motor 3 phasa banyak digunakan karena memiliki keunggulan yang handal, tidak ada
kontak antara rotor dan stator, kecuali bearing, tenaga yang besar, daya listrik yang rendah dan
perawatan yang minim.
Medan magnet yang berputar dihasilkan oleh pasokan 3 phasa yang seimbang. Motor
tersebut memiliki kemampuan daya yang tinggi dapat memiliki gulungan rotor dan penyalaan
sendiri. Listrik dipasok ke stator yang akan menghasilkan medan magnet. Medan magnet ini
bergerak dengan kecepatan sinkron disekitar rotor. Arus rotor menghasilkan medan magnet
kedua, yang berusaha untuk melawan medan magnet stator, yang menyebabkan rotor berputar.
Walaupun begitu, di dalam prakteknya motor tidak pernah bekerja pada kecepatan sinkron
namun pada “kecepatan dasar” yang lebih rendah. Terjadinya perbedaan antara dua kecepatan
tersebut disebabkan adanya slip/geseran yang meningkat dengan meningkatnya beban. Slip
hanya terjadi pada motor induksi. Untuk menghindari slip dapat dipasang sebuah cincin
geser/slip ring.
Motor listrik 3 phasa memiliki 2 bagian utama, yaitu stator dan rotor. Rotor adalah bagian yang
berputar, sedangkan stator adalah bagian yang diam dan tetap. Rotor dan stator dapat kita lihat
pada Gambar 3.31.

Gambar 3.31Rotor dan Stator

Rotor umumnya memiliki dua jenis konstruksi, yaitu :


1. rotor sangkar, yaitu rotor yang rangkaiannya dihubungkan singkat sehingga membentuk
seperti sangkar.
2. rotor cincin lilit, yaitu rotor yang memiliki lilitan dari kawat tembaga.

Sedangkan stator terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :


1. rangka, adalah bagian pelindung motor yang terbuat dari baja tuang
2. inti stator yang berupa lembaran baja yang dilapisi email untuk mengurangi kerugian inti
dari arus pusar dan di press langsung pada rangka
3. belitan stator terdiri dari tiga belitan yang identik dengan belitan phasa dan ditempatkan
pada 120 derajat listrik di sekeliling stator. Masing – masing belitan terdiri dari sejumlah
kumparan yang di hubungkan seri dan menghasilkan jumlah kutub perfasa yang di
butuhkan. Belitan stator ini berfungsi sebagai pembangkit medan magnet bagi motor.

Jika motor induksi tiga-phasa dihubungkan ke sumber tegangan, data pada name plate
motor harus disesuaikan dengan sumber tegangan dan frekuensinya. Hubungan
diimplementasikan melalui enam terminal (versi standar) pada kotak terminal motor dan
perbedaannya antara dua jenis rangkaian, hubungan bintang (Star) dan hubungan segitiga
(Delta). Contoh untuk hubungan terminal motor ada pada Gambar 3.32 dan Gambar 3.33 di
bawah ini.

Gambar 3.32 Motor Listrik hubungan Star

Gambar 3.33 Motor Listrik hubungan Delta

Dari gambar di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa hubungan Star memiliki nilai arus
motor yang sama dengan arus pada Line 3 phasa, sedangkan pada rangkaian Delta memiliki arus
motor akar 3 kali arus pada phasa.

Karakteristik motor induksi tiga-phasa adalah arus bebannya tinggi pada sumber
tegangan dengan direct-on-line starting. Menghasilkan arus start dan lonjakan yang tinggi jika
diaplikasikan pada tegangan penuh, akan mengakibatkan penurunan tegangan sumber dan
pengaruh transien torsi pada sistem mekanik. Maka terdapat beberapa metode motor starting
yaitu:

1) Direct-On-Line motor starting.

DOL Starter adalah metoda starting motor dengan memberikan tegangan


penuh dari jala-jala secara langsung. Starter jenis ini biasanya digunakan untuk
motor-motor listrik yang berukuran kecil. DOL Starter digunakan apabila
penurunan tegangan saat motor dihidupkan (starting) tidak menjadi masalah atau
tegangan jatuh tidak melewati batas toleransi yang diijinkan mengingat arus
starting motor jenis ini bisa 4-7 kali lebih besar dari arus nominalnya.

2) Star-delta (bintang-segitiga) motor starting

Sesuai dengan namanya yaitu bintang segitiga atau sering disebut star delta,
pengasutan ini bekerja dengan rangkaian belitan bintang (Y), dan beberapa saat
rangkaian bintang terlepas kemudian digantikan dengan rangkaian segitiga (∆).

3) Soft starter (Q2), motor starter kontinyu dan bertahap, alternafif secara elektronik
sebagai pengganti Start-delta (bintang-segitiga) motor starting.
Soft-Starters adalah start statis yang mempercepat, memperlambat dan
melindungi motor induksi tiga fase. Kontrol tegangan yang diterapkan pada motor
dengan cara menyesuaikan sudut bidikan thyristor memungkinkan starter lunak
untuk memulai dan menghentikan motor listrik dengan lancar.

4) Variable Frequency Drivers atau inverter sebagai pengendali kecepatan motor dan
terintegrasi dengan proteksi motor secara elektronik.
Drive variable-frequency ( VFD ; juga disebut konverter frekuensi , “ drive
variable-voltage / variable-frequency (VVVF)”, penggerak kecepatan variabel,
penggerak AC, penggerak mikro atau penggerak inverter ) adalah tipe penggerak
kecepatan-dapat-disesuaikan digunakan dalam sistem penggerak elektro-mekanis
untuk mengontrol kecepatan motor AC dan torsi dengan memvariasikan frekuensi
dan tegangan masukan motor.
Gambar 3.34 Metode Motor Starting

Anda mungkin juga menyukai