BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini angka kematian ibu dan angka kematian perinatal di Indonesia masih
sangat tinggi. Menusut survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2011 Angka
Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan Angka
Kematian Balita di Indonesia tahun 2007 sebesar 44/10.000 Kelahiran Hidup. Jika
dibandingkan dengan negara-negara lain, maka angka kematian ibu di Indonesia adalah 15
kali angka kematian ibu di Malaysia, 10 kali lebih tinggi dari pada thailan atau 5 kali lebih
tinggi dari pada Filipina.
Penyebab kematian yang paling cepat pada neonatus adalah asfiksia dan perdarahan.
Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang penting. Akibat
jangka panjang, asfiksia perinatal dapat diperbaiki secara bermakna jika gangguan ini
diketahui sebelum kelahiran (mis; pada keadaan gawat janin) sehingga dapat diusahakan
memperbaiki sirkulasi/ oksigenasi janin intrauterine atau segera melahirkan janin untuk
mempersingkat masa hipoksemia janin yang terjadi
Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi, kemampuan kinerja
petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal terutama kemampuan dalam mengatasi masalah yang bersifat
kegawatdaruratan. Semua penyulit kehamilan atau komplikasi yang terjadi dapat dihindari
apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar. Untuk
dapat memberikan asuhan kehamilan dan persalinan yang cepat tepat dan benar diperlukan
tenaga kesehatan yang terampil dan profesional dalam menanganan kondisi
kegawatdaruratan.
BAB II
PEMBAHASAN
Patofisiologi
Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor
atau minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan
pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok
lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada
trimester I lebih dari 2 kali.
Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus,
serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau
memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada
trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi
abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor
atau bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya. (Kapita
selekta, 2000 : 274)
a. Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak sub kutan
b. Kepala dan badan disporposional
f. Telinga lunak dengan tulang rawan min dan mudah terlipat
b. Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP). Akibat
terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan faring. (Whaley &
Wong, 1995)
Pemeriksaan Diagnostik :
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr.
(Dep Kes. RI, 2001 : 122).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 500 gram,
tanpa memandang usian kehamilan. (Gladioostrange. Blogspot. Com).
4. Komplikasi
2. Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh < 360C atau kedua kaki dan
tangan teraba dingin.
Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran
rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala,
hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia),
terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya
simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan
turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori.
Etiologi dan factor presipitasi dari hipotermia antara lain : prematuritas,
asfiksia, sepsis, kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral,
pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran dan eksposure suhu lingkungan yang
dingin.
Penanganan hipotermia ditujukan pada:
1) Mencegah hipotermia,
2) Mengenal bayi dengan hipotermia,
3) Mengenal resiko hipotermia,
4) Tindakan pada hipotermia.
Penanganan Hipotermia
1. Hipotermi sedang : dimana suhu tubuh 320C - <360C )
Gejala :
Suhu (320C - <360C ),
Akral dingin
Gerakan bayi kurang normal
Kemampuan menghisap lemah
Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
Tangisan lemah
Aktivitas berkurang latarghi
Penanganan :
Penanganan :
Hangatkan tubuh bayi
Jika 1 jam suhu tidak naik, rujuk segera
Pertahankan kadar gula darah
Anjurkan ibu menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan
Lakukan rujukan segera
4. Asfiksia Neonatorum
1. Pengertian
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal,
2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro,
1999).
Jadi, asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernafas dengan spontan dan teratur segera setelah lahir.
Penurunan kesadaran
Apgar score di bawah 7
Hipoksia
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prematur adalah bayi yang sebelum waktunya, biasanya < 37 minggu dengan berat
badan antara 1000 – 2500 gram. Etiologi prematur yaitu faktor ibu yang meliputi penyakit,
usia, keadaan sosial ekonomi, faktor kehamilan, faktor janin, faktor-faktor lain.
Penanganan yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan pemberian
makanan dan siap sedia dengan tabung O2 pada bayi prematur makin pendek masa
kehamilan, makin sulit persoalan yang dihadapi dan makin tinggi angka kematian perinatal.
Suatu asuhan kebidanan dikatakan berhasil apabila selain ibunya juga bayi dan
keluarganya yang diberikan pelayanan berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan
pertolongan dengan segera, aman dan bersih adalah bagian asensial dari asuhan bayi baru
lahir. Sebagian besar kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia,
hipotermi dan atau infeksi. Kesakitan dan kematian bayi baru lahir dapat dicegah bila
asfiksia segera dikenali dan ditatalaksana secara adekuat, dibarengi pula dengan
pencegahan hipotermi dan infeksi
3.2 Saran
Kasus kegawatdaruratan merupakan hal yang saat ini mendapat perhatian yang
begitu besar. Oleh karena itu, diharapkan seluruh pihak memberikan kontribusinya dalam
merespon kasus kegawatdaruratan ini. Bagi mahasiswa, sudah seyogyanya memberikan
peran dengan mempelajari dengan sungguh-sungguh kasus-kasus kegawatadaruratan dan
memaksimalkan keterampilan dalam melakukan penanganan kegawatdaruratan yang
berada dalam koridor wewenang bidan
Dengan penyusunan makalah ini diharapkan para pembaca khususnya para petugas
kesehatan terutama bidan dapat berperan serta dalam pertolongan pertama
kegawatdaruratan obstetrik dan neonatus. Sehingga pada akhirnya dapat menurunkan
angka kesakitan dan angka kematian pada ibu dan bayi.