MODUL PELATIHAN
MANAJEMEN
PENATALAKSANAAN
KORBAN KERACUNAN
MINUMAN BERALKOHOL
OPLOSAN
Untuk Tenaga Kesehatan Medis (Dokter dan Perawat)
di Rumah Sakit
Modul ini
seluruh tenaga
OPLOSAN
minuman beralkohol
oplosan.
1
TIM
PENYUSUN
Program
Studi
Kesehatan
Masyarakat,
Fakultas
Kedokteran,
Universitas
Udayana
Putu
Ayu
Indrayathi
IG Raka Widiana
LIAM
Charitable
Fund
Australia
Lhani
Davies
Di
Brown
Methanol
Institute
Dom
Lavigne
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan modul yang berjudul “Modul Pelatihan
Manajemen Penatalaksanaan Korban Keracunan Minuman Beralkohol Oplosan.”
Pembuatan modul ini dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga
medis (dokter dan perawat) di Rumah Sakit mengenai bagaimana manajemen atau
tindakan penanganan pasien untuk kasus keracunan minuman beralkohol oplosan.
Manfaat yang diharapkan dari modul ini adalah meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan tenaga kesehatan dalam melakukan diagnosa dan memberikan
penanganan/tindakan medis terhadap pasien yang mengalami keracunan minuman
beralkohol oplosan.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi dalam penyusunan modul ini. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rahmat –
Nya kepada kita semua.
Penulis
3
DAFTAR
ISI
HALAMAN
SUB
JUDUL
...........................................................................................
1Error!
Bookmark
not
defined.
LATAR BELAKANG ...................................... 6Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined.
TUJUAN ....................................................................................................................................................... 6
BAGIAN II PENYELENGGARAAN PELATIHAN TENAGA PENYULUH BAHAYA MINUMAN BERALKOHOL OPLOSAN .. 7
4. METODA ............................................................................................................................................... 8
1. PERENCANAAN ..................................................................................................................................... 9
2. PENGORGANISASIAN ............................................................................................................................ 9
3. PELAKSANAAN ...................................................................................................................................... 9
4
5
BAGIAN
I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Tingginya tingkat konsumsi alkohol pada masyarakat menyebabkan mereka memiliki
kecenderungan untuk mengalami keracunan metanol pada minuman beralkohol oplosan.
Mengingat akhir-akhir ini banyak terdapat penjual minuman alkohol yang menjual minuman
beralkohol oplosan dengan menggunakan metanol sebagai pengganti etanol. Banyak kasus
terkait dengan keracunan arak methanol sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini yang
mengakibatkan terjadinya keracunan pada beberapa wisatawan dan penduduk setempat,
bahkan terdapat beberapa kasus hingga menyebabkan kematian beberapa turis wisatawan
asing.
Hal ini perlu segera untuk ditindak lanjuti, mengingat kasus keracunan minuman
beralkohol oplosan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Para petugas kesehatan yang
berada di fasilitas kesehatan tingkat II (Rumah Sakit) perlu mengetahui dan memahami
bagaimana manajemen atau tindakan penanganan pasien untuk kasus keracunan minuman
beralkohol oplosan mengingat mereka merupakan gardu depan dalam sebuah pelayanan
kesehatan.
2. TUJUAN
Secara khusus modul ini diharapkan dapat sebagai panduan bagi pelatih yang akan
melaksanakan pelatihan manajemen penatalaksanaan korban keracunan minuman beralkohol
oplosan bagi para petugas medis (dokter dan perawat) di Rumah Sakit
6
BAGIAN
II
PENYELENGGARAAN
PELATIHAN
1. LATAR BELAKANG
Maraknya penjual minuman beraklohol oplosan yang mengandung methanol
pada akhir-akhir ini menyebabkan meningkatnya kasus keracunan minuman beralkohol
oplosan pada masyarakat. Tidak hanya masyarakat/pendudukk setempat yang menjadi
korban, tetapi juga telah menelan korban yang merupakan wisatawan asing. Seseorang
yang mengalami keracunan minuman beraalkohol oplosan yang mengandung metanol
harus segera diberikan penanganan yang tepat dengan pemberian antidote sesuai
dengan dosis untuk mencegah terjadinya metabolisme metanol di dalam tubuh.
Namun, kenyataan dilapangan masih terdapat beberapa petugas kesehatan
medis yang belum mengetahui gejala keracunan, sehingga sulit bagi mereka untuk
menentukan diagnosa yang mengakibatkan keterlambatan dalam memberikan
penanganan ataupun terjadi kesalahan dalan memberikan penanganan medis kepada
pasien yang mengalami intoksikasi metanol.
Berdasarkan hal tersebut, maka sangat penting untuk memberikan pelatihan
kepada petugas kesehatan medis (dokter dan perawat) mengenai cara penanganan
pasien yang mengalami keracunan minuman beralkohol oplosan kesehatan agar
mereka dapat memberikan penangan dengan cepat sehingga dapat mengurangi risiko
kecacatan atau kematian pada pasien.
2. TUJUAN PELATIHAN
Tujuan Umum:
Tujuan Khusus:
b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas dalam memberikan
penanganan/tindakan terhadap pasien yang mengalami gejala keracunan
minuman beralkohol oplosan.
3. PESERTA
Peserta latih adalah petugas kesehatan medis (dokter dan perawat) di Rumah Sakit
4. METODE
Pertemuan dapat dilakukan di aula/ruang kelas (Rumah Sakit, Dinas Kesehatan dan
lain sebaginya) sedangkan waktu pertemuan/pelatihan disesuaikan dengan
kesepakatan pelatih dan peserta.
6. PENGORGANISASIAN PELATIHAN
Satu atau dua minggu sebelum pelatihan, tim panitia pengorganisasian pelatihan telah
dibentuk untuk mempersiapkan tahap-tahap logistik pelatihan
7. MATERI PELATIHAN
8
BAGIAN
III
TAHAP
PELATIHAN
1. PERENCANAAN
Pengelola program kesehatan di Provinsi, Kabupaten/Kota sebelum pelaksanaan
pelatihan perlu dilakukan pertemuan untuk mempersiapkan:
• Peserta
• Media pelatihan yang akan digunakan dan lain hal yang dirasa perlu
2. PENGORGANISASIAN
3. PELAKSANAAN
Panitia
Pelatih
• Menyajikan materi sesuai dengan pokok bahasan dan waktu yang tersedia
Peserta
• Mengikuti pelatihan
9
Proses Pelaksanaan
• Sesaat sebelum mulai, mengumpulkan semua media belajar dan bahan yang
diperlukan selama memandu pokok bahasan yang bersangkutan
f. Setelah pelatihan selesai, para peserta diberikan soal post-test kembali, yang
bertujuan untuk mengukur peningkatan pengetahuan peserta
10
BAGIAN
IV
MATERI
PELATIHAN
Materi I : Minuman Beralkohol dan
Minuman Beralkohol Oplosan
Jenis alkohol yang dapat dikonsumsi adalah etanol, karena diperoleh atau
diproses dari bahan hasil pertanian melalui fermentasi gula menjadi etanol
yang merupakan salah satu reaksi organik. Jika menggunakan bahan baku
pati/karbohidrat, seperti beras/ketan/tape/singkong, maka pati diubah lebih
dahulu jadi gula oleh amilase untuk kemudian diubah menjadi etanol.
Dari definisi ini jelas terlihat bahwa jenis alkohol yang diizinkan dalam
minuman beralkohol adalah etanol dengan batas maksimum etanol
yang diizinkan adalah 55%.
fermentasi beras ketan atau fermentasi dari sari kelapa dan buah-buahan
lain dengan kadar alkoholnya 37 – 50%. Arak dengan mutu rendah sering
digunakan dalam upacara-upacara adat sedangkan arak terbaik akan
diminum.
Selain hal tersebut, adanya kandungan metanol dalam minuman beralkohol
juga disebabkan oleh suhu yang tidak tepat dalam proses pembuatannya.
Sebagian besar pembuat minuman beralkohol tradisional masih
menggunakan peralatan sederhana tanda apanya temperature control.
Untuk menghasilkan etanol dalam minuman beralkohol diperlukan
pemanasan sampai suhu 78.1oC, sedangkan untuk metahol diperlukan
pemanasan sampai suhu 64.7 oC, seperti yang dijelaskan pada gambar di
bawah ini:
13
Materi II : Intoksikasi Metanol dan Gejala
A. INTOKSIKASI METANOL
B. GEJALA INTOKSIKASI
Tabel 1.
Bila, tertelan :
- Awalnya : sakit perut, mual dan muntah.
- Depresi SSP sehingga terlihat gejala keracunan alkohol spt sakit
kepala, pusing, lemah, kesadaran menurun, kejang 12 – 24 jam.
- Metabolisme asidosis : mual , muntah, nafas dalam dan cepat,
tensi turun, syok – koma – meninggal
Terhirup : iritasi selaput lendir, sakit kepala, telinga berdenging, suka
tidur, kolik, sulit BAB
Tabel 2.
Mata, timbul 4-24 jam setelah Penglihatan menjadi kabur è
konsumsi methanol hingga menyebabkan BUTA
Funduskopi: odem
retina/hiperemi pada optic disc
15
1. Danger
§ Pastikan keamanan penolong, pasien dan lingkungan
2. Respon
§ Setelah aman, tanyakan kepada pasien “apakah yang dia
rasakan?”
§ Jangan pindahkan/mobilisasi pasien bila tidak perlu
3. Call for Help
§ Aktifkan Emergency Medical Service (EMS), Call ambulance
118
16
4. Primary Survey (ABCD)
§ Periksa jalan nafas pasien (Airway)
§ Periksa frekuensi pernafasan pasien (Breathing), breathing
à untuk sementara baik, bila saturasi O2 lebih dari 95%
§ Pastikan sirkulasi pasien (Cirkulation)
§ Disability (AVPU, Glasgow coma scale, tanda lateralisasi)
5. Secondary Survey
a. Head to toe examination
b. Stabilisasi ---- transportasi (melakukan rujukan ke RS), berikut
ini adalah alur rujukan pasien keracunan:
Gambar 1:
hal diatas, yang perlu dilakukan adalah pasien dibaringkan
dengan posisi trendelenberg miring ke kiri untuk melindungi
jalan nafas. Jalan nafas pasien dibebaskan dan kalau perlu
diberikan oksigen dengan endotracheal tube. Pasien diberikan
absorben berupa arang aktif (Norit) dengan dosis 1g/kgBB (30-
100g) diberikan dengan cara dicampur air (5-10g arang dalam
100-200ml air) dan selanjutnya lakukan terapi etanol sesuai
dengan dosis yang tepat. Kemudian dilanjutkan dengan
melakukan hemodialisis. Selanjutnya akan akan dijelaskan
pada topik berikutnya.
Natrium bikarbonat diberikan secara intravena atau melalui cairan
infus, yang bertujuan untuk mengkoreksi asidosis yang terjadi dan
asam folat yang diberikan untuk mempercepat degradasi asam folat
menjadi air dan gas asam arang. Asam folat diberikan secara
intravena atau oral dengan dosis 50 mg setiap 4-6 jam selama
beberapa hari.
Sedangkan etanol (metil alkohol) bisa diberikan secara oral atau intravena.
Infus etanol bisa diberikan bila pasien mengkonsumsi metanol dalam jumlah
besar dan menybabkan kadar metanol dalam darah lebih 20mg/dl. Kerja
etanol menghambat secara kompetitif enzim ADH sehingga metabolisme
metanol menjdi asam format terhambat. Etanol memiliki afinitas 20 kali
lebih besar daripada metanol sehingga menunda waktu paruh metanol hingga
40 jam. Konsentrasi etanol dalam darah hendaknya di pertahankan 100 – 150
mg /dL.
Hemodialisis adalah terapi eliminasi yang paling efektif.
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan
biokimiawi darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal.
Berikut ini adalah gambar skema aliran hemodialisis (prinsip kerja
hemodialisis), yaitu:
19
Metanol, formaldehid, metabolit toksiknya asam format memiliki
molekul kecil dan larut dalam air, sehingga mudah lewat melalui
membrane dialisr. Selain itu hemodialisis dapat mengkoreksi
asidosis, mencegah edema paru, edema serebri, dan mengobati
sindrom uremik bila terjadi gagal ginjal.
Secara umum hemodialisis akan memisahkan racun dari darah dan
memurnikan darah kembali. Dengan beberapa kali hemodialisis,
maka secara berangsur-angsur kadar racun dalam darah akan
berkurang dan racun yang telah melekat pada organ vital dilepaskan
kembali ke dalam darah. Secara umum indikasi hemodialisis adalah
bila metabolik asidosis sedang (pH 7,2) terjadi sindroma uremik dan
gagal ginjal akut, gangguan penglihatan, dan konsentrasi metanol
dalam darah lebih 50 mg/dL.
20
BAGIAN
IV
PENUTUP
Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian akibat intoksikasi
minuman beralkohol oplosan yang mengandung metanol, maka petugas
kesehatan medis (dokter dan perawat) terutama yang bekerja pada fasilitas
kesehatan tingkat I (Puskemas) di daerah endemik perlu dilatih untuk
menangani kedaruratan intoksikasi metanol.
21
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
3. Berikut merupakan perubahan yang terjadi dari arak ethanol menjadi arak
methanol, kecuali :
a. Arak yang dicampur dengan bahan lain
b. Arak yang terlalu lama disimpan
c. Kesalahan dalam proses pembuatan arak
d. Arak yang bahan dasarnya tidak jelas
4. Intoksikasi methanol sangat berbahaya bagi manusia, dan dapat masuk
kedalam tubuh manusia dengan cara :
a. Terhirup
b. Tertelan
c. Diserap kulit
d. Semua benar
23
5. Dibawah ini mana yang bukan merupakan gejala yang tampak pada korban
keracunan methanol?
a. Pankreastitis
b. Kesadaran menurun
c. Pengelihatan kabur hingga buta
d. Keram perut
b. Neutralizer atau menetralkan racun dengan pemberian antidote khusus
c. Mengencerkan bahan racun yang terkonsumsi
d. Semua jawaban salah
12. Penatalaksanaan pasien keracunan methanol yang dapat dilakukan di
puskesmas yaitu:
a. Resusitasi, pemberian etanol
b. Hemodialisis, ,membilas isi lambung
c. Terapi bikarbonat, hemodialisis
d. Resusitasi, Hemodialisis
18. Berikut ini adalah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi metanol,
kecuali:
a. Kena mata : irigasi dengan air bersih /nacl 0,9%
b. Kulit : segera guyur dengan air
c. Pakaian terkontaminasi jangan dilepas
d. Pencernaan : pengosongan lambung
19. Berikut ini adalah hal penting yang dapat dilakukan untuk mengurangi kasus
keracunan arak metanol, yaitu:
a. Bekerja sama dengan pihak berwajib untuk merazia penjual miras
b. Memberikan penyuluhan mengenai bahaya alcohol dan methanol
c. Melarang menjual miras di daerah Gianyar
d. Membuat perda tentang pelarangan alkohol dan minuman keras lainnya
26