Anda di halaman 1dari 3

Anestesi Pada Gangguan Hati

PREMEDIKASI
 Analgetik sedative  CNS
 Diazepam  globulin meningkat  kerja 

ANESTESI
 General dan Regional  splanchnic blood flowmenurun  kerusakan
hati karena kekurangan oksigen
 Semua anestesi dapat menyebabkan depresi kecuali ketamin atau
ketalat

Penting! :
 Oksigenasi, cegah hipotensi, pCO2 normal, hindari obat yang
metabolismenya di hati
 Globulin tinggi  Pavulon (Pancuroniium Bromida) :
 Muscle relaxan (dosis awal >>>, dosis maintenance <<<, efek
panjang)
 Hati-hati terjadi rekurarisasi (pada pasien yang diberi
Pavulon, jika terjadi muscle relaxasi panjang, diberi reversal yaitu Sulfas
Atropin/Prostigmin ; reversal habis, terjadi rekurisasi, yaitu relaksasi otot
yang terjadi lebih hebat lagi)
 Jika hipoventilasi  takikardi  tekanan darah , namun jangan
beri anti hipertensi, diintubasi saja  TD  dengan sendirinya
 Pavulon  dosis initial ditingkatkan, dosis maintenance
diturunkan

Hindari :
 Cyclopropanc
 Dietileter
 Methoxyflurane

POST-OPERASI
 Seperti fungsi hati berhubungan dengan operasi lama dan berat
dan kembali normal dalam 5-10 hari

Jaundice
 Prothrombin time memanjang
 Bilirubin 11,5 mg/100 cc  volume urine harus > 1 cc/kg/jam ;
jika tidak dapat terjadi sindroma hepatorenal. Diberi diuretic, mannitol (menarik
cairan ke intravaskuler sehingga volume urine   > 1cc/kg/jam)

Penting diingat :
1. Faktor koagulasi menurun
2. Fluid + sodium retention  pakai D5 (jangan RL karena dimetabolisme di hati)
3. Protein abnormal
4. Obstruksi bile duct (ductus choledocus)  toxic obat
5. Ringer asetat dimetabolisme di otot

TEORI TERJADI SINDROMA HEPATORENAL


1. Gram (-) berkembang biak  karena bile acid tersumbat, tidak bisa
membunuh gram (-), endotoxin meningkat, ginjal rusak
2. Beri antibiotik kerja lokal dan laksansia agar keluar
3. Unconjugated bilirubin  ekskresi lewat ginjal, konsentrasi pekat 
gangguan ginjal  Acute tubular Necrosis

KAN-182 Mira Yulianti (01-107)


Anestesi Pada Gangguan Ginjal
 Total Blood Flow 1300 ml/menit (25% dari Cardiac Output)
 Filter 170-200 L/24 jam (darah yang ke ginjal 50-60 x dari plasma
volume)

ANESTESI UMUM
 Renal Blood Flow menurun ditambah Tekanan Darah yang menurun 
urine jadi menurun
 Jika operasi berlangsung lebih dari 1 jam, pasang kateter urine
karena jika volume urine sangat sedikit sampai beberapa jam dapat mengakibatkan
Gagal Ginjal Akut, lama-lama bisa Gagal Ginjal Kronis (hemodialisa)
 Morfin + inhalasi anestesi  stimulasi ADH  urine 
 maka ganti obatnya : mis. Pethidine/yang non narcotic

 Gagal Ginjal : Creatinine > 2mg/100 cc

PRE OPERATIVE
 Elektrolit  karena pada pasien gagal ginjal Kalium meningkat,
o.k. itu pada anestesi umum jika diberi suksinilkolin  K lebih tinggi lagi,
sehingga dapat terjadi fibrilasi ventrikel  cardiac arrest
 Asam basa  biasanya diberi Natrium bicarbonat
 Hb  ureum meningkat  depresi sumsum tulang  eritrosit   Hb
 (pre-operative kadar Hb 8 sudah cukup)
 Infeksi  jika demam, kebutuhan O2 
 Atriovenous shunt  jangan diberi infus disini sebab dapat
terjadi aliran balik

Dialisa Pre-Operative
 Water overload
 K+ > 6 mmol/L
 Gangguan asam basa

Indikasi Lain
 Ureum > 100
 Creatinin > 10
 Kalium > 7

 AV shunt pada lengan penderita (tekanan arteri) sebagai tempat


hemodialisa  tidak boleh dipasang infus pada lengan yang sama, karena darah
malah bisa masuk ke kantong infus

PROBLEM ANESTESI
 Edema
 Hindari atropine karena dapat terjadi anemia dan takikardi
 Infeksi
 Darah screen HbsAg
 Hindari obat ekskresi per urine

 Relaxant Depolarisasi  K 0,5 mmol/L


 Non depolarisasi (Pavulon)  dosis diturunkan
 Anestesi Inhalasi  penurunan RBF, GFR, volume urine

POST OPERATIVE
 Operasi besar  hemodialisa
 Infeksi paru  wajib di chest fisioterapi (dengan tarik nafas
panjang & batuk adekuat)
 Ureum  tertumpuk di paru sesak (uremic lung)
 Obat : hemodialisa, ureum  atau normal  sesak kurang

KAN-182 Mira Yulianti (01-107)


KAN-182 Mira Yulianti (01-107)

Anda mungkin juga menyukai