Anda di halaman 1dari 1

Startup seperti Uber masih MERUGI hingga saat ini, bahkan tidak tanggung-tanggung hingga 72

Triliun Rupiah. Namun disisi lain, banyak investor justru malah antri untuk memberikan
suntikan dana. Hal ini justru berlaku pula untuk startup lainnya.

Menurut pendapat saya, kenapa perusahaan startup uber yang masih merugi triliun-an
rupiah tetapi masih banyak investor yang antri untuk memberikan suntikan dana, begitu
juga dengan startup lainnya

Itu terjadi karena para investor lebih melihat value atau nilai dari perusahaan uber atau
perusahaan startup lainnya. Valuasi pada perusahaan startup adalah nilai ekonomi dari
sebuah bisnis dan angka valuasi biasanya dijadikan acuan untuk mengukur seberapa besar
potensi bisnis sebuah perusahaan.

Seperti halnya di era seperti sekarang ini, perusahaan bisa dikelompokkan ke dalam dua
jenis. Ada operation company, di mana sebuah perusahaan mencari keuntungan dari proses
operasi yang dilakukan, ada pula valuation company, di mana perusahaan tidak mengejar
keuntungan dari operasi yang dilakukan, melainkan mengejar valuasi bisnis.

Apabila sebuah startup punya value yang tinggi di masyarakat, bisnis tersebut otomatis


akan sangat menjanjikan dan bukan tak mungkin akan sangat mudah dalam menghasilkan
keuntungan. Kedepannya para investor akan memiliki valuasi yang luar biasa dan mungkin
berlipat-lipat. Ketika nanti mereka IPO atau listing sahamnya di bursa efek, nilai sahamnya
akan jauh lebih mahal ketimbang investasi yang mereka lakukan, Intinya, valuasi sebuah
perusahaan akan berbanding lurus terhadap nilai investasinya maka dari itu banyak
investor yang masih antri pada perusahaan startup yang merugi
==
==

Meski begitu, investor tetap saja berinvestasi pada perusahaan rugi tersebut.
Pertumbuhan nan cepat yang terjadi pada sektor teknologi, adalah salah satu
alasan para investor berani untuk menaruh uang pada perusahaan rugi. Banyak
investor yang lebih memperhatikan pertumbuhan nilai pemegang saham dan
terkesan lebih nyaman walaupun perusahaan belum menghasilkan margin
besar.

Data Ritter menunjukkan, dari perusahaan yang IPO tahun lalu hanya 17%
perusahaan teknologi yang menghasilkan profit. Dibandingkan dengan 43% dari
perusahaan di sektor non-teknologi.

Anda mungkin juga menyukai