EMULGEL
Disusun Oleh:
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Emulgel merupakan suatu sediaan yang diaplikasikan pada kulit untuk tujuan
penggunaan secara lokal. Emulgel terdiri dari kombinasi antara sediaan emulsi dan
gel. Emulsi adalah sediaan yang memiliki suatu sistem dispers yang terdiri dari
bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak
bercampur (Ansel, 2005).
Emulsi yang digunakan untuk tujuan topikal pada kulit memiliki tipe air dalam
minyak (a/m) dengan menggunakan bahan pengemulsi (emulsyfying agent) berupa
tween dan span yang termasuk dalam sistem HLB. Gel adalah sediaan setengah padat
yang terdiri dari suatu sistem dispers yang tersusun baik dari partikel anorganik yang
kecil atau molekul organic besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 2005). Dasar
gel(gelling agent) yang digunakan adalah HPMC (Hydroxyprophyl Cellulose).
Kombinasi dari kedua sediaan tersebut dapat memberikan rasa nyaman dan
kemudahan penggunaan pada pasien. Formulasi emulgel dibuat dalam empat formula
yang berbeda. Masing-masing formula tersebut dibedakan konsentrasi pada
emulsifying agent dan gelling agent untuk mengetahui stabilitas fisik dan kenyamanan
penggunaan sediaan tersebut.
Emulgel adalah salah satu sediaan yang banyak digunakan oleh masyarakat luas,
selain karena harganya yang murah juga karena praktis dalam penggunaan yaitu
dengan cara dioleskan pada kulit. Emulgel merupakan sediaan emulsi yang fase airnya
ditingkatkan viskositasnya dengan menambahkan gelling agent. Emulgel merupakan
gel dengan cairan berbentuk emulsi, biasanya untuk menghantarkan minyak yang
merupakan zat aktif dalam sediaan tersebut, dengan mengurangi kesan berminyak saat
diaplikasikan pada kulit untuk tujuan penggunaan lokal (Voigt, 1994).
1. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana formulasi sediaan emulgel yang digunakan berdasarkan jurnal?
b. Bagaimana preparasi emulgel?
c. Bagaimana design eksperimental dan analisis statistic?
d. Evaluasi apa saja yang dilakukan pada sediaan emulgel ?
e. Bagaimana hasil dari evaluasi pada sediaan emulgel?
2. TUJUAN
a. Untuk mengetahui formulasi sediaan emulgel yang digunakan berdasarkan jurnal
b. Untuk mengetahui preparasi emulgel
c. Untuk mengetahui design eksperimental dan analisis statistic
d. Untuk mengetahui evaluasi pada sediaan emulgel
e. Untuk mengetahui hasil dari evaluasi pada sediaan emulgel
TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan dari dibuatnya jurnal dengan judul Formulation and Evaluation of Optimized
Clotrimazole Emulgel Formulations ini adalah untuk mengembangkan formulasi emulgel
Clotrimazole menggunakan Carbopol 934 atau Hidroksil Propil Metil Selulosa (HPMC) 2910
sebagai agen pembentuk gel. Pengaruh jenis agen pembentuk gel dan konsentrasi fase
minyak dan agen pengemulsi pada pelepasan obat dan aktivitas mikroba yang diselidiki
menggunakan desain factorial 23, selain itu juga evaluasi sifat reologi dari sediaan.
1. Pendahuluan
Clotrimazole adalah agen antijamur yang menghambat pertumbuhan dermatofita
pathogen. Agen ini terbagi menjadi Econazole, Mikonazole, dan merupakan status
pilihan pertama untuk pengobatan topical tinea pedis, tineacruris, dan tineacorporis
karena jamur Candida albicans. Obat ini efektif untuk pengobatan topical kandidiasis
vulvovaginal dan oropharyngeal (Steven, 2006). Clotrimazole juga efektif untuk
perawatan kulit dan pengobatan topikal penyakit kulit.
Clotrimazole praktis tidak larut dalam air, sehingga solusi formulasi yang bisa
digunakan salah satunya adalah dengan dibuat sebagai emulgel. Emulgel merupakan
sistem minyak dalam air yang mengandung gum solution sebagai fase luar. Kadang
kadang disebut O/W emulsion gel atau gel krim. Sistem ini menunjukkan konsistensi
seperti gel dan sifatnya homogen (Boushra, dkk., 2010).
Emulgel mempunyai banyak keuntungan, yaitu memiliki sifat aplikasi yang lebih
baik dibandingkan dengan formulasi klasik seperti krim dan salep, rilis obat yang
lebih cepat dan lebih lengkap pada kulit, dan tingkat efektivitasnya tinggi. Selain itu
emulgel nyaman diterapkan pada kulit berbulu karena tidak mengandung sifat minyak
dan memiliki residu yang sedikit pada saat pengaplikasian (Mostafa, dkk., 2011).
2. Material dan Metodologi
A. Material
Pada bahan yang digunakan, fungsi dari masing masingnya yaitu sebagai berikut :
a. Clotrimazole : Zat aktif
b. Carbopol 934 : Gelling agent
c. HPMC 2910 : Gelling agent
d. Parafin Cair : Pelarut fase minyak
e. Tween 20 : Fase air
f. Span 20 : Fase minyak
g. Propilenglikol : Peningkat penetrasi
h. Etanol : Pelarut
i. Metil Paraben : Pengawet
j. Propil Paraben: Pengawet
k. Air Murni : Pelarut
Gelling agent (agen pembentuk gel) yang digunakan pada penelitian dalam jurnal ini
yaitu Carbopol dan HPMC. Carbopol adalah suatu poly acrylic acid (PAA) yang
menunjukkan transisi dari solid menjadi gel dalam larutan air. Carbopol memiliki pH
sekitar 5,5 dan umumnya dianggap sangat mukoadhesive (Chunjie, dkk., 2006). HPMC
adalah gelling agent yang berfungsi sebagai penambah viskositas dan biasanya
dikombinasikan dengan Carbopol.
Pada formulasi, selain basis gel dan emulsi, juga ditambahkan peningkat penetrasi.
Hal ini ditambahkan untuk meningkatkan fluks obat yang melewati membran kulit
sehingga koefisien difusi obat ke dalam stratum korneum juga meningkat (Anita, dkk.
2009). Peningkat penetrasi yang digunakan pada formulasi ini adalah Propilenglikol,
yang bekerja dengan cara mempengaruhi komponen lipid ekstraseluler pada stratum
korneum sehingga mempengaruhi proses difusi.
B. Preparasi Emulgel
Komposisi terperinci terdapat pada Tabel 1. Gel dalam formulasi F1, F3, F5 dan F7
disiapkan dengan menyebarkan Carbopol 934 dalam air murni dengan pengadukan terus
menerus menggunakan pengaduk overhead selama 5 menit pada kecepatan 2000 rpm.
Gel dalam formulasi F2, F4, F6 dan F8 disiapkan dengan menyebarkan HPMC dalam air
panas murni (70 °C). Gel didinginkan dan dibiarkan semalaman.
Fase minyak emulsi disiapkan dengan melarutkan Span 20 dalam Paraffin cair ringan.
Fase air disiapkan dengan melarutkan Tween 20 dalam air murni. Metil dan Propil
Paraben dilarutkan dalam Propilenglikol sementara Clotrimazole dilarutkan dalam
Etanol, kemudian keduanya dicampur dengan fase air.
Fase air dan minyak dipanaskan secara terpisah dengan suhu 70 °C dan kemudian fase
minyak ditambahkan ke fase air dengan pengadukan terus menerus hingga dingin pada
suhu kamar. Emulsi dan gel keduanya dicampur bersama dengan pengadukan ringan
untuk mendapatkan emulgel.
Dimana Y adalah respon yang diukur, yang terkait dengan setiap kombinasi tingkat
factor ; β0 adalah intersepsi; β0 ke β123 adalah koefisien regresi yang dihitung dari nilai
eksperimental yang diamati dari Y; X1, X 2 dan X3 adalah kadar variabel independen yang
dikodekan. Istilah X1, X2 dan X3 (i = 1,2, atau 3) mewakili istilah interaksi dan kuadrat
masing masing. Desain tingkat 2 dipilih dan setiap variabel diuji pada level rendah (-1)
dan level tinggi (1).
Dua tingkat konsentrasi paraffin cair dipilih masing masing 5% dan 7,5%
dilambangkan dengan -1 dan 1. Akhirnya konsentrasi zat pengemulsi masing masing
1,5% dan 2,5% dinotasikan -1 dan 1. Delapan percobaan dan masing masing diberi
respon yang diamati pada tabel 2.
D. Evaluasi Emulgel (Pada Jurnal)
a. Uji Organoleptis dan Penentuan pH
Clotrimazole yang disiapkan diperiksa secara visual untuk melihat warna,
homogenitas, konsistensi, dan pH mereka. Nilai pH larutan cair 1% dari emulgel yang
disiapkan diukur dengan pH meter. Eksperimen dilakukan rangka 3. pH sediaan harus
memenuhi standar pH kulit normal yaitu 4,5 – 6,5 sehingga sediaan emulgel yang
dihasilkan aman untuk digunakan (Nur, dkk., 2017).
Jika nilai n kurang dari 0,5, itu menunjukkan obat mengikuti mekanisme pelepasan
yang disebut difusi Fickian dan jika nilainya terletak diantara 0,5 – 1,0 maka itu
mengikuti transport anomali atau non – Fickian.
g. Uji Stabilitas
Emulgel Clotrimazole yang disiapkan dikemas dalam tabung alumunium (5 gram)
dan dikenakan studi stabilitas pada 25 °C / 60% kelembapan relatif (RH) dan 40 °C /
75% RH untuk periode 3 bulan. Sampel ditarik pada interval waktu 15 hari dan
dievaluasi untuk penampilan fisik, pH, sifat reologi (viskositas), kandungan obat dan
pelepasan obatnya.
Stabilitas juga dapat ditentukan dari analisis pencitraan optik, yang digunakan
untuk menentukan ukuran tetesan emulgel. Alat yang digunakan adalah mikroskop
Amscope MD 35. Ukuran tetesan (droplet) diharapkan tidak terlalu besar seningga
menyebabkan koalesens (Bshaer, dkk., 2019).
Selain uji yang tertera di atas, terdapat uji lain yang biasanya dilakukan pada sediaan
emulgel, yaitu :
Formulasi F6 dan F5 diamati memiliki pelepasan obat tertinggi, hal ini disebabkan
oleh adanya Paraffin cair dan zat pengemulsi masing masing pada level rendah dan
tinggi. Hasil ini adalah karena peningkatan hidrofilisitas emulgel yang memfasilitasi
penetrasi media rilis ke dalam emulgel dan difusi obat dari emulgel.
Pelepasan obat dari formulasi F5 ditemukan lebih rendah daripada pelepasan dari F6,
hal ini mungkin disebabkan karena viskositas yang lebih tinggi dari formulasi emulgel
Carbopol. Berbeda dengan formulasi F6 dan F5, formulasi F4 dan F3 menunjukkan
pelepasan terendah, hal ini mungkin terjadi karena adanya Paraffin cair dan zat
pengemulsi masing masing pada level tinggi dan rendah. F8 memiliki Paraffin cair dan
zat pengemulsi dalam kadar tinggi dan menunjukkan kadar pelepasan yang lebih tinggi
dibanding F2 yang mengandung Paraffin cair dan zat pengemulsi dalam akdar terendah.
Ini menunjukkan bahwa efek zat pengemulsi dalam tingkat tinggi berpengaruh terhadap
pelepasan obat lebih tinggi dibanding efek Paraffin cair dalam pelepasan obat.
H. Desain Multifaktorial
Desain factorial 23 digunakan untuk mengoptimalkan faktor formulasi dan
mengevaluasi efek utama yang digunakan. Variabel independen adalah jenis gelling
agent (X1), Paraffin cair % (X2) dan agen pengemulsi % (X3).
Dua tingkat tipe gelling agent menggunakan Carbopol HPMC, masing masing
menyatakan nilai -1 dan 1 dalam desain di atas. Dua tingkat konsentrasi Paraffin cair
dipilih masing masing 5% dan 2,5% dinotasikan -1 dan 1.
Plot tiga dimensi (3D) dan bagan pareto standar untuk pelepasan obat (Y1) dan (Y2)
digambarkan menggunakan perangakt lunak desain Statgrafik plus (versi 4.1)
ditunjukkan oleh gambar 8 dan 9.
Analisis regresi data dilakukan dalam sistem analisis statistik (SAS) oleh model kubik
khusus. Dari ANOVA uji pada data Clotrimazole setelah 3 jam (Y1) dan aktivitas
antijamur (Y2) yang ditunjukkan pada table 7, kesalahan standar di bawah 5%,
menunjukkan bahwa respon yang diamati sangat dekat dengan nilai prediksi. Statistik
Durbin – Watson (DW) menguji residu untuk menentukan apakah ada korelasi yang
signifikan antara data, kerena nilai DW lebih besar dari 1,4, mungkin tidak ada
autokorelasi serius dalam residu.
Formulasi yang menjanjikan dipilih berdasarkan kriteria yang diterima padi pelepasan
obat setelah 3 jam dan aktivitas antijamur obat. Dari hasil yang diperoleh, HPMC
sebagai gelling agent digunakan sebagai tambahan paraffin cair pada level rendah (5%)
dan zat pengemulsi pada level tinggi (7,5%). Kriteria ini ditemukan dalam formulasi F6
karena nilai yang diamati sangat dekat dengan yang diprediksi seperti pada table 8.
KESIMPULAN
Emulgel adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi dimana viskositas ditingkatkan
dengan penambahan gelling agent. Clotrimazol merupakan obat antijamur yang berfungsi
untuk mengobati infeksi jamur pada kulit, liang telinga, dan vagina. Obat ini bekerja dengan
cara menghambat pertumbuhan jamur penyebab infeksi.
Dari hasil penelitian kita dapat menyimpulkan bahwa emulgel akan menjadi solusi untuk
memasukkan obat hidrofobik dalam basis gel larut air. Formulasi emulgel Clotrimazole yang
disiapkan menggunakan carbopol 934 atau HPMC 2910 menunjukkan sifat fisik, pH,
kandungan obat, dan viskositas yang dapat diterima, serta memiliki aktivitas antijamur. Uji
stabilitas mengungkapkan tidak ada perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah
penyimpanan untuk formula yang dipilih. Uji ini juga menunjukkan bahwa penggunaan 2 3
desain faktorial benar memprediksi formulasi yang dioptimalkan adalah emulgel berbasis
HPMC dengan parafin cair di konsentrasi rendah dan agen pengemulsi di konsentrasi tinggi
karena menunjukkan pelepasan obat dan aktivitas antijamur tertinggi.
Formulasi yang paling optimal yaitu pada formula 6 (F6) dengan menggunakan basis gel
HPMC 2910, dengan zat pengemulsi pada konsentrasi tinggi dan parafin cair pada
konsentrasi rendah menjadi pilihan karena menunjukan pelepasan obat dan aktivitas
antijamur yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia Febriani . (2016). Uji Akvitas dan Keamanan Hair Tonic Ekstrak Daun Kembang
Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) Pada Pertumbuhan Rambut Kelinci. Fakultas
Farmasi, Universitas Indonesia, Depok.
Anita Sukmawati, Suprapto, dan Roro Mega Ayu Putri Maharani . (2009). EFEK BERBAGAI
PENINGKAT PENETRASI TERHADAP PERKUATAN GEL NATRIUM
DIKLOFENAK SECARA IN VITRO. Fakultas Farmasi , Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Ansel, H. C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim, F., Edisi
IV, 605-619, Jakarta, UI Press.
Bshaer M. Jameela, An Huynha, Aastha Chadhaa, Sujata Pandeya, Jacalyn Duncana, Mark
Chandlerb, Gabriella Bakia. (2010). Computer-based formulation design and
optimization using Hansen solubility parameters to enhance the delivery of ibuprofen
through the skin. The University of Toledo, College of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences, Department of Pharmacy Practice.
Chunjie WU, Hongyi QI,Wenwen CHEN,Chunyan HUANG, Cheng SU,Wenmin LI, and
Shixiang HOU.(2009).Preparation and Evaluation of a Carbopol/HPMC-based In Situ
Gelling .Ophthalmic System for Puerarin. School of Pharmacy, Chengdu University of
Traditional Chinese Medicine.
Diah Pratimasari, Nining Sugihartini, Tedjo Yuwono. (2015). EVALUASI SIFAT FISIK DAN
UJI IRITASI SEDIAAN SALEP MINYAK ATSIRI BUNGA CENGKEH DALAM BASIS
LARUT AIR. Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 11 No. 1 Tahun 2015.
Mostafa Shahin, Seham Abdel Hady, Mohammed Hammad, and Nahed Mortada.(2011).
Optimized formulation for topical administration of clotrimazole using Pemulen
polymeric emulsifier. Drug Development and Industrial Pharmacy.
Muhammad Akram, Syed Baqir Shyum Naqvi and Ahmad Khan. (2013). Design and
development of insulin emulgel formulation for transdermal drug delivery and its
evaluation. Department of Pharmaceutics, Faculty of Pharmacy, University of Karachi.
Nur Saadah Daud, Evi Suyanti .(2017). Formulasi Emulgel Antijerawat Minyak Nilam
(Patchouli oil) Menggunakan Tween 80 dan Span 80 sebagai Pengemulsi dan HPMC
sebagai Basis Gel. Akademi Farmasi Bina Husada Kendari.
Tiara Mappa, Hosea Jaya Edy, Novel Kojong (2013)FORMULASI GEL EKSTRAK DAUN
SASALADAHAN (Peperomia pellucida (L.) H.B.K) DAN UJI EFEKTIVITASNYA
TERHADAP LUKA BAKAR PADA KELINCI (Oryctolagus Cuniculus).Program Studi
Farmasi FMIPA UNSRAT.
Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi diterjemahkan oleh Soedani, N., Edisi
V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press.