Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

A. PENGERTIAN ARTRITIS REUMATOID

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani.Pertama, arthron, yang berarti

sendi.Kedua, itis yang berarti peradangan.Secara harfiah, arthritis berarti radang

sendi.Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian

(biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,

nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon,

2002).Engram (1998) mengatakan bahwa, Reumatoid arthritis adalah penyakit jaringan

penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial

dari sendi diartroidial.

Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang

manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga

melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)

Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya

sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi

pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.

(www.medicastore.com)

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,

progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.

( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )


Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses

inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001).

Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut.

Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo,

2002).

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui

penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang

mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.( Susan Martin

Tucker.2003 )

Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai

mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri

persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C. Baughman. 2000 )

Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama

poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2005 )

Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan

pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).

B. ETIOLOGI ARTRITIS REUMATOID

Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa

menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :

1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor Reumatoid

2. Gangguan Metabolisme

3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)

Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor

predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi

virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid adalah;

• Jenis Kelamin.

Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah 2-3:1.

• Umur.

Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit ini juga

dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)

• Riwayat Keluarga.

Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid maka anda

kemungkinan besar akan terkena juga.

• Merokok.

Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

D. PATOFISIOLOGI ARTRITIS REUMATOID

Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi

dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-

enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial

dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan

menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami

perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot

(Smeltzer & Bare, 2002).

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat

febrin dan infiltrasi selular.Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal,

terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.Pada persendian ini granulasi membentuk

pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria.

Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago

artikuer.Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.Bila kerusakan

kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa

atau tulang bersatu (ankilosis).Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan

ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi

dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa

serangan dan tidak adanya serangan.Sementara ada orang yang sembuh dari serangan

pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.Namun pada sebagian kecil individu terjadi

progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi

vaskulitis yang difus (Long, 1996).

E. TANDA DAN GEJALA ARTRITIS REUMATOID

Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :

· Nyeri persendian

· Bengkak (Reumatoid nodule)


· Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari

· Terbatasnya pergerakan

· Sendi-sendi terasa panas

· Demam (pireksia)

· Anemia

· Berat badan menurun

· Kekuatan berkurang

· Tampak warna kemerahan di sekitar sendi

· Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

· Pasien tampak anemik

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

· Gerakan menjadi terbatas

· Adanya nyeri tekan

· Kelemahan

Gejala Extraartikular :

· Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion (gangguan katub),

Pericarditis, Myocarditis

· Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis

· Pada lympa : Lhymphadenopathy


· Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis

· Pada otot : Mycsitis

Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis

reumatoid.Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh

karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.

1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam.

Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.

2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun

biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial

dapat terserang.

3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi terutama

menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis,

yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.

4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan

sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.

5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.

Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas

boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada

penderita.Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari

subluksasi metatarsal.Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan

kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi.


6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga

orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini

adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan;

walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya

nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih

berat.

7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain di

luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat

rusak.

Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat peradangan

jaringan.Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif.Ketika jaringan berhenti

meradang, penyakit ini tidak aktif.Remisi dapat terjadi secara spontan atau dengan

pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun.Selama remisi, gejala

penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya merasa sehat ketika penyakit ini aktif lagi

(kambuh) ataupun gejala kembali (Reeves, Roux & Lockhart, 2001).

Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi, kurangnya nafsu

makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan.Otot dan kekauan sendi

biasanya paling sering di pagi hari.Disamping itu juga manifestasi klinis Reumatoid arthritis

sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta beratnya penyakit.Rasa nyeri,

pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik

untuk Reumatoid arthritis (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik dari Reumatoid arthritis

adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).

Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian kecil di

tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut, bahu, pinggul,
siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.Awitan biasanya

akut, bilateral dan simetris.Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi hari

berlangsung selama lebih dari 30 menit.Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang umum.

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :

1. Stadium sinovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema

karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.

2. Stadium destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan

sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

3. Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan

gangguan fungsi secara menetap.

Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit yang dini sebelum

terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang akut pada sendi-sendi

tersebut.Persendian yang teraba panas, membengkak, tidak mudah digerakkan dan pasien

cendrung menjaga atau melinddungi sendi tersebut dengan imobilisasi.Imobilisasi dalam

waktu yang lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga terjadi deformitas jaringan

lunak.Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran sendi yang terjadi ketika sebuah

tulang tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi (Smeltzer & Bare, 2002).

Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada lanjut usia

menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula sakit dan kekakuan
pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari, mulai terlihat

bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi kemerahan dan terasa

sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam, dapat terjadi berulang.

F. KOMPLIKASI ARTRITIS REUMATOID

1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di bawah

kulit yang disebut subcutan nodule.

2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh

adanya darah yang membeku.

5. Terjadi splenomegali.

6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya untuk

menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap

dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang

merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat

pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang

menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara

akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat

ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.


H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ARTRITIS REUMATOID

1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan leukositosis,

Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita

2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi

sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi

formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang

terjadi secara bersamaan.

3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium

4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi

tulang pada sendi

5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:

buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk pembuangan

degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).

6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.

7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;

cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding

cairan sendi yang normal.

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang

mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6

minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada

foto rontgen
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan diagnosis

Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang ditemukan pada saat

palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium.Pemeriksaaan laboratorium menunjukkan

peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar 70%; pada awal

penyakit faktor ini negatif.Jumlah sel darah merah dan komplemen C4 menurun.Pemeriksaan

C- reaktifprotein (CRP) dan antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang

positif. Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna mirip susu

atau kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi, seperti leukosit dan komplemen

(Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakan

diagnosis dan memantau perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan memperlihatkan erosi

tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam perjalanan penyakit

tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

I. PENATALAKSANAAN ARTRITIS REUMATOID

Tujuan utama terapi adalah:

1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan

2. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.

3. Mencegah atau memperbaiki deformitas

Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana

pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:

1. Istirahat

2. Latihan fisik

3. Panas
4. Pengobatan

a. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang

diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml

b. Natrium kolin dan asetamenofen untuk meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap

terapi obat

c. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari untuk mengatasi

keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang

diperlukan.

d. Garam emas

e. Kortikosteroid

5. Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih

Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan dilakukan

untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai

berikut:

a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan fungsi

sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.

b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.

c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.

d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian.

Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang

akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien dan keluarganya dengan dokter
atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik akan sukar untuk dapat

memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang lama

(Mansjoer, dkk. 2001).

Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik. Kalau diberikan

dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti inflamasi

maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan obat menurut

resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga

keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal (Smeltzer &

Bare, 2002).

Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis menuju pendekatan

farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih dini.Kesempatan bagi

pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit terdapat dalam dua tahun

pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya digunakan

air hangat bila mandi pada pagi hari.Dengan air hangat pergerakan sendi menjadi lebih

mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini, seperti:

tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga

asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan

ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega

3.Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap

lentur.
ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID

J. PENGKAJIAN ARTRITIS REUMATOID

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit,

ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.

Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial

Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

Catat bila ada krepitasi

Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan

Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral

Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang

Ukur kekuatan otot

Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

Riwayat Psiko Sosial

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad

pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-

kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat

melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri

klien.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ

lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau

remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya. Pengkajian 11 Pola Gordon

1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan

· Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?

· Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?

· Riwayat keluarga dengan RA

· Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun

· Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll

2. Pola Nutrisi Metabolik

· Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak

mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)

· Riwayat gangguan metabolic

3. Pola Eliminasi

· Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?

4. Pola Aktivitas dan Latihan

· Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit

· Jenis aktivitas yang dilakukan

· Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas


· Tidak mampu melakukan aktifitas berat

5. Pola Istirahat dan Tidur

· Apakah ada gangguan tidur?

· Kebiasaan tidur sehari

· Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur

· Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?

6. Pola Persepsi Kognitif

· Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri

· Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?

· Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?

8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama

· Bagaimana hubungan dengan keluarga?

· Apakah ada perubahan peran pada klien?

9. Pola Reproduksi Seksualitas

· Adakah gangguan seksualitas?

10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress

· Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?

11. Pola Sistem Kepercayaan


· Agama yang dianut?

· Adakah gangguan beribadah?

· Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID

1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/

proses inflamasi, destruksi sendi.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan,

kekuatan otot.

L. Rencana asuhan keperawatan

N Dx Tujuan Luaran Intervensi

o
1. Nyeri Kronis Setelah dilakukan intervensi keperawatn selama (waktu, Definisi
Ds:Mengeluh contoh 1x24 jam atau 8 jam) maka tingkat nyeri Mengidentifkasi dan

nyeri menurun, dengan kriteria Hasil: mengelola pengalaman

Do:- Tampak sensorik atau


1)Kemampuan menuntaskan aktifvitas, meningkat(5)
- emoslonal yang
2) Keluhan nyeri, menurun (5)
berkaitan dengan

kerus akan jaringan

atau fungsional dengan

onset mendadak atau

lambat dan

berintansitas ringan

hingga berat dan


konstan

Tindakan

Observasi

ldentifikasi lokasi,

karakteristlk, durasi,

frekuensi, kualitas,

intensitas nyer

-ldentifikasi skala

nyeri

-ldentifikasi respons

nyeri non verbal

-Identifikasi faktor

yang memperberat dan

memperingan nyeri

-Identiflkasi

pengetahuan dan

keyaninan tentang

nyeri

-Identifikasi pengaruh

budaya terhadap

respon nyeri

-Identifikasi pengaruh

nyeri pada kualitas

hidup

-Monitor keberhasilan
terapi komplementer

yang sudah diberikan

-Monltor efek samping

peng9gunaan analgetik

Terapeutik

-Berikan teknik

nonfamakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

(mis. TENS,

hipnosis,akupresur,

terapi musik,

biofeedback, terapi

pjat, aromaterapi,

teknik imajlnasi

terbimbing kompres

hangat/dingin, terapi

bemain)

-Kontrol lingkungan

yang memperberat rasa

nyeri (mis. suhu

nuangan,

pencahayaan,kebisinga

n)

-Fasilitasi istirahat dan

tidur
-Pertimbangkan jenis

dan sumber nyeri

dalam pemilihan

strategi meredakan

nyeri

Edukasi

-Jelaskan penyebab,

periode, dan pemicu

nyeri

-Jelaskan strategi

meredakan nyeri

-Anjurkan memonitor

nyeri secara mandiri

-Anjurkan

menggunakan

analgetik secara tepat

-Ajarkan teknik

nonfamakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

-Kolaborasi pemberian

analgetik, jika perlu

2. Gangguan Setelah dilakukan intervensi keperawatn selama (waktu, Dukungan Mobiisasi

contoh 1x24 jam atau 8 jam) maka tingkat nyeri Definisi


mobilitas fisik

Ds= Memtasiitasi pasien


meningjat, dengan kriteria Hasil:
-mengeluh sulit 1)Pergerakan ekstremitas, meningkat (5) untuk meningkatkan

menggerakkan aktivitas pergerakan


2) Rentang gerak (ROM), meningkat (5)
ekstermitas fisik.
3) Nyeri menurun(5)
-mengeluh nyeri Tindakan
4) Kaku sendi, menurun (5)
saat bergerak Observasi

Do = -Tampak 5) Gerakan terbatas, menurun (5) -Identifkasi adanya

cemas 6) kelemahan fisik, menurun(5) nyeri atau keluhan

-Tampak fisik fisik lainnya

lemah -identiikasi toleransi

fisik melakukan

pergerakan

-Monitor frekuensi

jantung dan tekanan

darah sebelum

memulai mobilisasi

- Monitor kondisi

umum selama

melakukan mobilisasi

Terapeutik

-Fasilitasi aktivitas

mobilisasi dengan alat

bantu (mis. pagar

tempat tidur)

-Fasiltasl melakukan

pergerakan, jika perlu


-Libatkan keluarga

untuk membaniu

pasien dalam

meningkatkan

pergerakan

Edukasí

-Jelaskan tujuan dan

prosedur mobilisasi

-Anjurkan melakukan

mobilisasi dinl

-Ajarkan mobilisasi

sederhana yang hanus

dilakukan (mis. duduk

di lempat tidur, duduk

di sisitempat tidur.

pindah dari tempat

tidur ke kursi)

M.Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi

11. Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC

Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook of

Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co

Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI.Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1

Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis

MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange,

International Edition, Connecticut 2005, 729-32.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :

EGC. 2002.

Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007.BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7.Jakarta :

EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000.KAPITA SELEKTA

KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua.Jakarta : Media Aesculapius

Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar Penyakit

Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag

2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai