Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani.Pertama, arthron, yang berarti
(biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon,
penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
(www.medicastore.com)
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut.
Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo,
2002).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.( Susan Martin
Tucker.2003 )
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C. Baughman. 2000 )
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2005 )
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid adalah;
• Jenis Kelamin.
• Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit ini juga
dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
• Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid maka anda
• Merokok.
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi
dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-
enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial
dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami
perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat
terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.Pada persendian ini granulasi membentuk
pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago
kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa
atau tulang bersatu (ankilosis).Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan
ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa
serangan dan tidak adanya serangan.Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.Namun pada sebagian kecil individu terjadi
progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi
· Nyeri persendian
· Terbatasnya pergerakan
· Demam (pireksia)
· Anemia
· Kekuatan berkurang
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
· Kelemahan
Gejala Extraartikular :
Pericarditis, Myocarditis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis
reumatoid.Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun
biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial
dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi terutama
menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis,
yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan
sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.
boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada
penderita.Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari
orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini
adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan;
walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya
nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih
berat.
luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat
rusak.
Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat peradangan
meradang, penyakit ini tidak aktif.Remisi dapat terjadi secara spontan atau dengan
pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun.Selama remisi, gejala
penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya merasa sehat ketika penyakit ini aktif lagi
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi, kurangnya nafsu
makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan.Otot dan kekauan sendi
biasanya paling sering di pagi hari.Disamping itu juga manifestasi klinis Reumatoid arthritis
sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta beratnya penyakit.Rasa nyeri,
pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik
untuk Reumatoid arthritis (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik dari Reumatoid arthritis
adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).
Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian kecil di
tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut, bahu, pinggul,
siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.Awitan biasanya
akut, bilateral dan simetris.Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi hari
berlangsung selama lebih dari 30 menit.Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang umum.
1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema
karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit yang dini sebelum
terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang akut pada sendi-sendi
tersebut.Persendian yang teraba panas, membengkak, tidak mudah digerakkan dan pasien
waktu yang lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga terjadi deformitas jaringan
lunak.Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran sendi yang terjadi ketika sebuah
tulang tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi (Smeltzer & Bare, 2002).
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada lanjut usia
menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula sakit dan kekakuan
pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari, mulai terlihat
bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi kemerahan dan terasa
sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam, dapat terjadi berulang.
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di bawah
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
5. Terjadi splenomegali.
menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara
akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan leukositosis,
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi
formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;
cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6
minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada
foto rontgen
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan diagnosis
Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang ditemukan pada saat
peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar 70%; pada awal
penyakit faktor ini negatif.Jumlah sel darah merah dan komplemen C4 menurun.Pemeriksaan
C- reaktifprotein (CRP) dan antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang
positif. Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna mirip susu
atau kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi, seperti leukosit dan komplemen
(Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakan
diagnosis dan memantau perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan memperlihatkan erosi
tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam perjalanan penyakit
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana
1. Istirahat
2. Latihan fisik
3. Panas
4. Pengobatan
a. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang
b. Natrium kolin dan asetamenofen untuk meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap
terapi obat
c. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari untuk mengatasi
keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang
diperlukan.
d. Garam emas
e. Kortikosteroid
Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan dilakukan
untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai
berikut:
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan fungsi
Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang
akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien dan keluarganya dengan dokter
atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik akan sukar untuk dapat
memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang lama
Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik. Kalau diberikan
dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti inflamasi
maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan obat menurut
resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga
keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal (Smeltzer &
Bare, 2002).
farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih dini.Kesempatan bagi
pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit terdapat dalam dua tahun
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya digunakan
air hangat bila mandi pada pagi hari.Dengan air hangat pergerakan sendi menjadi lebih
mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini, seperti:
tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga
asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan
ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega
3.Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap
lentur.
ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit,
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad
pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-
kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri
klien.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau
remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya. Pengkajian 11 Pola Gordon
3. Pola Eliminasi
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/
kekuatan otot.
o
1. Nyeri Kronis Setelah dilakukan intervensi keperawatn selama (waktu, Definisi
Ds:Mengeluh contoh 1x24 jam atau 8 jam) maka tingkat nyeri Mengidentifkasi dan
lambat dan
berintansitas ringan
Tindakan
Observasi
ldentifikasi lokasi,
karakteristlk, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyer
-ldentifikasi skala
nyeri
-ldentifikasi respons
-Identifikasi faktor
memperingan nyeri
-Identiflkasi
pengetahuan dan
keyaninan tentang
nyeri
-Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
-Identifikasi pengaruh
hidup
-Monitor keberhasilan
terapi komplementer
peng9gunaan analgetik
Terapeutik
-Berikan teknik
nonfamakologis untuk
(mis. TENS,
hipnosis,akupresur,
terapi musik,
biofeedback, terapi
pjat, aromaterapi,
teknik imajlnasi
terbimbing kompres
hangat/dingin, terapi
bemain)
-Kontrol lingkungan
nuangan,
pencahayaan,kebisinga
n)
tidur
-Pertimbangkan jenis
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
-Jelaskan penyebab,
nyeri
-Jelaskan strategi
meredakan nyeri
-Anjurkan memonitor
-Anjurkan
menggunakan
-Ajarkan teknik
nonfamakologis untuk
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
fisik melakukan
pergerakan
-Monitor frekuensi
darah sebelum
memulai mobilisasi
- Monitor kondisi
umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik
-Fasilitasi aktivitas
tempat tidur)
-Fasiltasl melakukan
untuk membaniu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasí
prosedur mobilisasi
-Anjurkan melakukan
mobilisasi dinl
-Ajarkan mobilisasi
di sisitempat tidur.
tidur ke kursi)
M.Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi
Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook of
Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis
MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange,
EGC. 2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007.BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7.Jakarta :
EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000.KAPITA SELEKTA
Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar Penyakit
Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag
2. Jakarta: EGC