Anda di halaman 1dari 23

BAB III

KAJIAN SITUASI LAHAN PRAKTIK

A. Gambaran Umum

Lokasi Rumah Sakit Umum Yayasan Rumah Sakit Islam (RSU Yarsi)

berada di Wilayah Kota Pontianak dengan luas tanah sebesar 30.500 m2 dengan

luas bangunan 17503 m2. RSU Yarsi adalah rumah sakit swasta. Berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan, tentang Struktur Organisasi, Tugas Pokok,

Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Yarsi Pontianak, maka Rumah

Sakit ini ditetapkan menjadi Rumah Sakit dengan kelas adalah tipe C dan

dengan bintang lima PARIPURNA.

Dalam perjalanan sepanjang tahun 2010, telah banyak dilakukan kegiatan

pelayanan kesehatan, kegiatan pembangunan/rehabilitasi fisik gedung dan

penambahan sarana maupun prasarana guna menunjang peningkatan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat.

Tahun 2012 merupakan perjalanan RSU Yarsi Pontianak dalam usianya

yang ke-29. Hingga akhir tahun 2012 kapasitas tempat tidur yang dimiliki oleh

RSU Yarsi berjumlah 109 tempat tidur, dengan jumlah pegawai 140 orang.

Ruang Bedah RSU Yarsi, saat ini ruang terdiri dari 1 ruang kelas 1, 2

ruang kelas 2, dan 4 ruang kelas 3, 1 ruang kamar perawat, sedangkan nurse

station sementara berada bagian depan.

82
83

Denah Ruang Bedah

W W

8 7 9 1 1
0 1

6 5 4 1 1 1 1
2 3 4 5

W W

W W

1 1 1 1
3 2 1 6 7 8 9

Ruang Perawat 2 2 2 2
0 1 2 3

W W

R. KARU Nurse Station W


Ruang Alat Kesehatan

Pintu Masuk

Keterangan :

W : Toilet 9, 10, 11 : Kamar Kelas 3

1, 2, 3 : Kamar Kelas 2 12, 13, 14, 15 : Kamar Kelas 3

4, 5, 6 : Kamar Kelas 2 16, 17, 18, 19 : Kamar Kelas 3

7 & 8 : Kamar Kelas 1 20, 21, 22, 23 : Kamar Kelas 3


84

B. Struktur Organisasi

1. Struktur Ruang Bedah

Kepala Ruangan

KATIM 1

PP PP PP

PP PP PP

PP PP PP

PR CS CS
C. Visi dan Misi

1. Visi

Visi RSU Yarsi adalah mempercepat recovery melalui pelayanan

keperawatan.

2. Misi

Misi RSU Yarsi adalah sebagai berikut :

a. Mewujudkan kepercayaan kesembuhan dan kepuasan pasien.

b. Memberi asuhan keperawatan secara holistic


85

c. Meningkatkan pengetahuan dan motivasi pasien dalam mendukung

recovery.

D. Gambaran SDM

1. Ketenagaan di Ruangan

Tabel 3.1
Tenaga Keperawatan di Ruang Bedah
Rumah Sakit Umum Yarsi
Pontianak
No. Nama Pendidikan Jabatan/Jenjang karir
1 Reni Oktaviana, A.Md, Kep D3 Kep Karu Bedah
2 Bayu Pratiwi, A.Md, Kep D3 Kep Katim 1

3 Kholis Agustian, S.Kep, Ners S1 Kep Perawat Pelaksana


4 Novitasari, Amd.Kep D3 Kep Perawat Pelaksana
5 Zahli, A.Md, Kep D3 Kep Perawat Pelaksana
6 Andi Putri Kusma Devi, A.Md, Kep D3 Kep Perawat Pelaksana
7 Shodiqin, A.Md, Kep D3 Kep Perawat Pelaksana
8 Roni Eritha Pinem, S.Kep, Ners S1 Kep Perawat Pelaksana
9 Eka Hindriawati, A.Md, Kep D3 Kep Perawat Pelaksana
10 Raina Ulva Almira S.Kep, Ners S1 Kep Perawat Pelaksana

Tabel 3.2
Tenaga Non-Medis di Ruang Bedah
Rumah Sakit Umum Yarsi
Pontianak
No. Nama Pendidikan Jabatan/Jenjang karir
1 Fatmawati SMA Perkarya
2 Mila SMA CS

3 Dewi SMA CS
Tabel 3.3
86

Kebutuhan Perawat Harian Dengan Metode Douglas Di Ruang Bedah


RSU Yarsi Pontianak
No. Shift Minimal Parsial Total Jumlah

Senin, 3 Februari 2020

1 Pagi 4 x 0,17 - - 0,68

Sore 4 x 0,14 - - 0,56

Malam 3 x 0,07 - - 0,21

Jumlah Secara Keseluruhan Perawat Perhari 1,45

Selasa, 4 Februari 2020

2 Pagi 3 x 0,17 - - 0,51

Sore 2 x 0,14 - - 0,28

Malam 3 x 0,07 - - 0,21

Jumlah Secara Keseluruhan Perawat Perhari 1

Rabu, 5 Februari 2020

3 Pagi 3 x 0,17 - - 0,51

Sore 1 x 0,14 - - 0,14

Malam 2 x 0,07 - - 0,14

Jumlah Secara Keseluruhan Perawat Perhari 0,79

Kamis, 6 Februari 2020

4 Pagi 2 x 0,17 - - 0,34

Sore 4 x 0,14 - - 0,56

Malam 4 x 0,07 - - 0,28

Jumlah Secara Keseluruhan Perawat Perhari 1,18


Jum’at, 7 Februari 2020

5 Pagi 4 x 0,17 - - 0,68

Sore - 2 x 0,15 - 0,3

Malam - 2 x 0,10 - 0,2

Jumlah Secara Keseluruhan Perawat Perhari 1,18


87

Sabtu, 8 Februari 2020

6 Pagi 2 x 0,27 - 0,54

Sore 2 x 0,15 - 0,3

Malam 1 x 0,07 2 x 0,10 - 0,27

Jumlah Secara Keseluruhan Perawat Perhari 1,11

Minggu, 9 Februari 2020

7 Pagi 3 x 0,17 - - 0,51

Sore 3 x 0,14 - - 042

Malam 3 x 0,07 - - 0,21

Jumlah Secara Keseluruhan Perawat Perhari 1,14

Hasil analisis selama satu bulan yakni bulan Januari 2020 pada ruangan

bedah RSU Yarsi Pontianak didapatkan rerata pasien yang dirawat, self care

= 22 orang, partial care = 21 orang, total care = 0 . Dengan keseluruhan

tempat tidur 23 bed.

BOR (Bed Occupancy Ratio) adalah persentase pemakaian tempat tidur

pada satuan waktu tertentu. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara

60-85% (Depkes RI, 2005).

Jumlah Hari Perawatan


BOR = x 100 %
Jumlah TT X Jumlah Hari PersatuanWaktu

( A x 52 Mg ) x 7 hr (TT x BOR)
TP = x 125 % (Metode PPNI)
41mg x 40 jam

Jawaban :

142
BOR = x 100 %
23 X 30
88

BOR = 20,57 % atau 0,205

Jam asuhan yang harus diberikan :

Self care = (22 x 1 jam) + (22 x 1 jam) + (22 x 0,25 jam) = 49,5 jam

Partial care = (21 x 3 jam) + (21 x 1 jam) + (21 x 0,25 jam) = 89,25 jam

49,5+89,25
Jadi rata-rata jam asuhan = = 3,22 jam/pasien
43

Maka jumlah keseluruhan kebutuhan tenaga keperawatan adalah :

( A x 52 Mg ) x 7 hr (TT x BOR)
TP = x 125 % (Metode PPNI)
41mg x 40 jam

( 3 x 52 Mg ) x 7 hr (23 x 0,205)
TP = x 125 %
41 mg x 40 jam

5.148,78
= x 125 %
1640

= 3,92 orang dibulatkan menjadi 4 orang

AvLOS (Average Length of Stay) adalah rata-rata lama rawat seorang

pasien ( Depkes RI, 2005). Secara umum nilai AvLOS yang ideal antara 6-9

hari.

Jumlah La ma Dirawat
LOS =
Jumlah Pasien Keluar (hidup +mati )

134
=
43

= 3,11

Jadi nilai AvLOS di ruang bedah RSU Yarsi adalah 3 hari


89

TOI (Turn Over Interval) adalah rata-rata dari dimana tempat tidur tidak

ditempati, dari yang terisi ke saat terisi berikutnya. Idealnya tempat tidur

kosong/tidak terisi pada kisaran 1-3 hari (Depkes RI, 2005).

( Jumlah TT x Periode )−Hari Perawatan


TOI =
Jumlah Pasien Keluar (hidup+ mati)

( 23 x 30 )−142
=
43

= 12,744

Jadi nilai TOI dalam satu bulan di ruang bedah RSU Yarsi adalah 12 hari

BTO (Bed Turn Over) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada

satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu

tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50

kali (Depkes RI, 2005)

Jumlah Pasien Keluar (hidup +mati )


BTO =
JumlahTempat Tidur

43
=
23

= 1,86

Jadi nilai BTO dalam satu bulan di ruang bedah RSU Yarsi adalah 1,86 kali

di bulatkan menjadi 2 kali.


90

E. Peralatan dan Fasilitas

1. Peralatan

Tabel 3.4
Peralatan di Ruang Bedah
Rumah Sakit Umum Yarsi
Pontianak
No. Item Jumlah Keterangan

1 Bed Pasien 23 5 bed tanpa handrail selebihnya


dalam kondisi baik

2 Telephone 1 Dalam kondisi baik

3 Dispenser 1 Dalam kondisi baik

4 AC 3 Dalam kondisi baik

5 Kursi Perawat 10 Dalam kondisi baik

6 Loker Obat 25 Dalam kondisi baik

7 Tong Sampah Hijau 6 Dalam kondisi baik

8 Nurse Station 1 Dalam kondisi baik

9 Loker Pasien 21 Dalam kondisi baik

10 Komputer 1 Dalam kondisi baik

11 Televisi 2 Dalam kondisi baik

12 Loker Perawat 20 Dalam kondisi baik

2. Fasilitas Untuk Petugas Kesehatan

Adapun fasilitas yang disediakan untuk petugas kesehatan di Ruang

Bedah Rumah Sakit Umum Yarsi Pontianak, meliputi:

a. Sebuah ruangan untuk perawat sholat dan istirahat

b. Nurse station berada di depan ruang kelas 1 dan 3


91

c. Dispenser dalam kondisi aktif dan baik

d. Telepon ruangan 1 item dalam kondisi aktif dan baik

e. Loker perawat 20 item dalam kondisi aktif dan baik

f. Kursi perawat 10 item dalam kondisi baik

g. Wastafel cuci tangan 1 item dalam kondisi aktif dan baik

3. Fasilitas Untuk Pasien

Toilet dan kamar mandi tampak baik di setiap ruangan, disediakan

pispot namun terbatas tidak setiap ruangan memilikinya, kemudian kursi

pengunjung pasien tampak setiap ruangan ada, rak sepatu/sendal tampak

setiap ruangan ada, terdapat AC dan televisi untuk ruangan kelas 1.

4. Fasilitas dan Sarana Kesehatan yang Ada di Ruang Bedah

Tabel 3.5
Fasilitas dan Sarana Kesehatan di Ruang Bedah
RS Islam Yarsi Pontianak
No Item Jumlah Keterangan

I. Alat Keperawatan
1 Troly Alat 3 Dalam kondisi baik

3 Pispot 5 Dalam kondisi baik

4 Spigmomanometer Digital 2 Dalam kondisi baik

5 Spigmomanometer Manual 2 Dalam kondisi baik

6 Spigmomanometer Air 1 Dalam kondisi baik


Raksa
7 Stetoskop Dewasa 2 Dalam kondisi baik

8 Kursi Roda 1 Dalam kondisi baik

9 Thermometer 3 1 item baterainya mau habis,


92

2 item baterai habis

10 Alat Cek GDS 1 Dalam kondisi baik

11 Tiang Infus Biasa 22 Dalam kondisi baik

12 Timbangan Dewasa 2 Dalam kondisi baik

13 Tempat Hand Scrub 6 Dalam kondisi baik

14 Regulator O2 23 Dalam kondisi baik

15 Oximetri 1 Dalam kondisi baik

16 Tabung O2 besar 3 Tidak ada roda dan rantai


pengaman

17 Handscrub 8 6 tidak ada isi, 2 terisi tapi


sisa sedikit

18 Gunting kasa 1 Dalam kondisi baik

II. Alat linen


1 Laken 21 Dalam kondisi baik

2 Sarung bantal 20 Dalam kondisi baik

3 Selimut 1 Dalam kondisi baik

4 Perlak 8 Dalam kondisi baik

F. Data Kasus Terbanyak di Ruangan

Tabel 3.7
Daftar 4 Besar Diagnosa di Ruang Bedah
RS Islam Yarsi Pontianak
Pada Bulan Desember 2019 – Februari 2020
No. Nama Diagnosa Jumlah Persentase
1. Soft Tissue Tumor (STT) 16 17,8 %
2. Hernia 16 17,8 %
3. Ulkus 10 11,1 %
4. Abdominal Pain 6 6,7 %
93

G. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan

1. Penerapan Pemberian Model Asuhan Keperawatan

Berdasarkan hasil observasi, penerapan MAKP di Ruang Bedah

menggunakan metode modifikasi karena akhir-akhir ini pasien tidak terlalu

banyak selain itu jumlah perawat di ruangan berkurang karena ada yang

dimutasi.

2. SBAR

Di ruangan bedah berdasarkan hasil wawancara, perawat ruangan

mengatakan sudah menerapkan SBAR pada saat pre conference, operan dan

post conference serta pada saat laporan kepada Dokter. Kemudian hasil

observasi tampak adanya poster atau tempelan SBAR di ruang

perawat/nurse station. Namun dari hasil observasi didapatkan beberapa

perawat ruangan masih belum menggunakan SBAR secara optimal.

3. Timbang Terima

Berdasarkan wawancara perawat ruangan, perawat ruangan mengatakan

selalu melakukan timbang terima tiap pergantian shif secara tertulis dan

lisan. Hasil observasi menunjukkan pada saat pergantian shift perawat

melakukan pre conference, operan jaga dan post conference. Operan juga

dilakukan dengan visit bed to bed. Namun terkadang perawat ruangan tidak

melakukan pre conference, operan jaga dan post conference.

4. Ronde Keperawatan
94

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruangan, ronde

keperawatan sejauh ini belum pernah dilakukan karena belum dapat kasus

gawat darurat sehingga ronde keperawatan tidak dilakukan.

5. Supervisi Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan mengenai

kegiatan supervisi, kepala ruangan mengatakan pada saat ini belum pernah

melakukan supervisi kepada perawat pelaksana di ruangan.

6. Discharge Planning

Discharge Planning di Ruang bedah disampaikan secara lisan. Dimana

sebelum pasien pulang dijelaskan terlebih dahulu terkait penggunaan obat,

diet nutrisi dan jadwal kontrol.

7. Pengelolaan Sentralisasi Obat

Sentralisasi obat di Ruang Bedah sudah dilakukan, seluruh obat pasien

sudah dibedakan didalam loker obat masing-masing pasien. Alur sentralisasi

obat dibedakan antara pasien dengan berobat umum dan pasien BPJS. Alur

sentralisasi obat pasien umum adalah obat diresepkan oleh dokter kemudian

diserahkan oleh keluarga untuk mengambil resep ke depo farmasi, setelah

itu obat berdasarkan resep diserahkan depo ke keluarga, lalu keluarga

menyerahkan obat ke perawat dengan tanda bukti serah terima obat.

Sedangkan alur sentralisasi obat pasien BPJS adalah obat diresepkan oleh

dokter kemudian diserahkan ke perawat ruangan untuk dibagikan kepada

keluarga, lalu keluarga menyerahkan resep ke depo farmasi dan ditinggalkan


95

sementara, setelah itu obat akan diserahkan depo ke perawat yang ada

ruangan bedah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat pelaksana, tehnik

pendokumentasian sentralisasi obat sudah dilakukan sesuai ketentuan yang

berlaku. Pendokumentasian dilakukan dengan cara mencatat seluruh obat

yang masuk (nama pasien, nama obat, jumlah obat, dosis pemberian, waktu

pemberian dan cara pemberian).

8. Dokumentasi Keperawatan

Pendokumentasian yang berlaku di Ruang Bedah adalah sistem

SOAPIER (Subject, Object, Analize, Planning, Implementasi, evaluation

and Reassesment) yaitu suatu sistem pendokumentasian yang berorientasi

pada pasien. Sistem pendokumentasian dengan SOAPIER di Ruang Bedah

dilakukan sesuai pergantian jam dinas.

Kepala ruangan mengatakan rekam medis sudah menyediakan format

pengkajian untuk ruangan. Hasil pengkajian dokumentasi asuhan

keperawatan menggunakan format lembar ceklis dan perawat sudah

melakukan dengan baik.

H. Tata Kelola Klinis Keperawatan

1. Resiko Infeksi Nasokomial

Berdasarkan hasil wawancara pada perawa truangan terhadap

pencegahan terjadinya resiko infeksi, perawat mengatakan selalu mencuci

tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan terhadap pasien. Namun

pada hasil observasi ditemukan ada beberapa perawat yang masih belum
96

melakukan hal tersebut, mereka hanya mencuci tangan setelah melakukan

tindakan terhadap pasien.

Kemudian, pada saat pengkajian didapatkan juga beberapa tangan

pasien mengalami Phlebitis atau pembengkakan pada area pemasangan

infuse dikarenakan pemasangan infus yang lebih dari 3 hari.

2. Manajemen Resiko dan Patient Safety

Berdasarkan hasil observasi di ruangan BedahRS Islam Yarsi

Pontianak, ruangan sudah menerapkan patient safety, namun belum

diterapkan dengan baik. Jika dilihat dari assessment resiko yang dilakukan,

maka jika ditemukan pasien yang memiliki resiko jatuh yang tinggi

dilakukanlah pengelolaan analisa, kemudian dilakukan implementasi untuk

patient safety tersebut. Implementasi yang seharusnya dilakukan yaitu diberi

identitas untuk menunjukkan bahwa pasien tersebut memiliki resiko jatuh

dengan cara memberi gantungan resiko jatuh atau gelang berwarna kuning

dan memasang kedua side rail. Kedua hal tersebut belum dilakukan dengan

baik di Ruang Bedah RS Islam Yarsi Pontianak.

3. Sistem Informasi Klinis

Sistem informasi klinis di RS Islam Yarsi Pontianak sudah sesuai alur.

Pasien dengan keluhan datang ke ruang IGD dan jika di butuhkan untuk

rawat inap, keluarga melakukan pendaftaran di loket pendaftaran, kemudian

sudah terdapat admin di unit bedah untuk mengelola data di ruangan

tersebut.
97

Untuk informasi mengenai penyakit ruangan menyediakan leaflet, dan

kebersihan di ruangan bedah hanya terdapat 2 poster cara mencuci tangan

yang baik, 5 momen mencuci tangan dan tata tertib bagi pasien dan

pengunjung.

Dalam peraturan jam besuk, berdasarkan hasil observasi, tampak

sebagian perawat di ruang bedah belum menerapkan peraturan jam besuk

bagi pengunjung.

4. Praktek Kolaboratif Interdisiplin

Dalam pelayanan kesehatan pasien antara dokter, perawat, ahli gizi, dan

apoteker sudah melakukan praktek kolaboratif interdisiplin dengan baik

untuk memberikan pelayanan dan merawat pasien dengan satu tujuan yaitu

tujuan peningkatan kesehatan dan social serta dalam pengambilan

5. Patient Centered Care

Perawat dan dokter bertanggung jawab atas pelayanan pasien,

bekerjasama dalam menganalisi dan mengintegrasi assesment pasien. Pasien

dan keluarga mendapat informasi dan edukasi yang jelas tentang

penyakitnya, dan diberikan hak unutk menerima atau menolak tindakan

yang akan diberikan. Pasien dan keluarga mendapatkan akses pelayanan

yang mudah.

6. Sistem Penjaminan Mutu dan Clinical Audit

Penjaminan mutu di ruangan bedah Rumah Sakit Umum Yayasan

Rumah Sakit Islam (YARSI) sudah cukup baik. Penjaminan mutu telah

ditetapkan berdasarkan pemenuhan standar mutu pengelolaan secara


98

konsisten dan berkelanjutan yang ada di RS. Secara kuantitas belumlah

menunjukkan jumlah yang memadai bila dikaitkan dengan beban kerja dari

tiap-tiap unit pelayanan yang ada di Rumah Sakit Umum Yayasan Rumah

Sakit Islam (YARSI). Secara kualitas juga masih berada dalam tahap

pengembangan kemampuan untuk terus meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan. Pasien dan keluarga memperoleh kepuasan dari hasil

penjaminan mutu yang diberikan,pihak rumah sakit.

7. Pengelolaan Staffing

Di ruangan bedah terdapat perawat berjumlah 10 orang. Penetapan

pengorganisasian staff tidak berdasarkan tingginya pendidikan yang

diperoleh namun berdasarkan pada pengalaman kerja staff.

8. Pengembangan Karir Profesional

Pengembangan karir profesional digunakan untuk meningkatkan kinerja

dan profesionalisme, sesuai dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan

kompetensi. jenjang karir sebagai patokan untuk peningkatan peran perawat

profesional di sebuah institusi. Jenjang karir merupakan jalur mobilitas

vertikal yang ditempuh melalui peningkatan kompetensi, dimana

kompetensi tersebut diperoleh dari pendidikan formal berjenjang,

pendidikan informal yang sesuai/relevan maupun pengalaman praktik klinis

yang diakui. Pada perawat yang ada diruangan bedah, diketahui bahwa

pengembangan karir perawat belum sesuai dengan pendidikan formal yang

mereka peroleh. Pengembangan karir yang ada di ruangan disesuaikan

dengan pengalaman bekerja perawat, dimana perawat yang berpendidikan


99

D3 namun memiliki pengalaman kerja yang lama di rumah sakit dapat

memimpin sebagai PPJA.

I. Pengelolaan Limbah Medis dan Non Medis

1. Pemilahan Limbah / Sampah

Dalam hasil wawancara dengan perawat, didapatkan data yang

mengatakan bahwa diruangan sudah melakukan pemisahan sampah sesuai

dengan label yang tertera di tempat sampah, yaitu tempat sampah infeksius

dan non infeksius, dan terdapat safety box untuk menyimpan spuit dan

jarum suntik yang sudah dipakai. Namun dalam hasil observasi didapatkan

sampah yang masih bercampur antara infeksius dan non infeksius.

2. Pewadahan Limbah / Sampah

Dari hasil observasi, terdapat 6 tempat sampah di ruang bedah, 1 untuk

sampah infeksius dengan kantong kuning, 5 untuk sampah non infeksius

dengan kantong hitam, dan 1 safety box untuk spuit dan jarum bekas pakai.
100

Analisa SWOT di Ruang Bedah RSU Yarsi Pontianak

Sumber Daya Manusia (MAN)


Strength Weakness Opportunity Theathened
1. Perawat di ruangan bedah Hanya terdapat satu orang 1. Adanya kesempatan 1. Adanya tuntutan dari
diberikan kesempatan untuk yang memiliki sertifikat melanjutkan pendidikan masyarakat untuk
melanjutkan pendidikan dan pelatihan luka ke jenjang yang lebih pelayanan yang lebih
mengikuti pelatihan-pelatihan. tinggi profesional
2. Ketenagaan : 2. Adanya mahasiswa yang 2. Persaingan antar-RS yang
- S-1 Kep, Ners : 3 Orang sedang praktek belajar di semakin kuat
- D-3 : 7 Orang Rumah Sakit Yarsi
- Pekarya : 1 Orang Pontianak
- CS : 2 Orang 3. Adanya kerjasama yang
3. Kepala ruangan memberikan baik antara mahasiswa
kesempatan kepada perawat dengan perawat klinik
untuk menyampaikan kendala
yang ada di ruangan.
4. Adanya CI yang mengkoordinir
mahasiswa yang sedang praktek
belajar lapangan/dinas lapangan

100
101

A.
Sarana dan Prasarana (Material)
Strength Weakness Opportunity Theathened
1. Tersedianya nurse station 1. Handsrub tidak terisi di Adanya pengadaan sarana 1. Adanya tuntutan dari
2. Terdapat Administrasi penunjang setiap ruangan dan prasarana yang masyarakat untuk
yang memadai (SOP, SAK) 2. Ada beberapa Bed pasien rusak/habis dari bagian pelayanan yang lebih
3. Terdapat ruangan alat kesehatan yang tidak memiliki side pengadaan barang profesional
4. Mempunyai sarana dan prasarana rail dan beberapa ada yang 2. Persaingan antar-RS yang
yang memadai untuk pasien, side railnya rusak semakin kuat
tenaga kesehatan dan keluarga 3. Tidak tersedianya tisu
pasien. tangan untuk
mengeringkan tangan
setelah cuci tangan
4. Hasil observasi
didapatkan tempat linen
yang bertuliskan linen
infeksius berisi botol kaca
obat.

101
102

Methode (Metode)
Strength Weakness Opportunity Theathened
1. Ruang Bedah memiliki visi, misi 1. Operan pre dan post 1. Adanya mahasiswa S-1 1. Adanya tuntutan dari
sebagai acuan melaksanakan conference tidak selalu keperawatan yang masyarakat untuk
kegiatan pelayanan dilakukan dalam melakukan praktik pelayanan yang lebih
2. Sudah ada Model MPKP yang pergantian shift manajemen keperawatan profesional
digunakan yaitu MPKP 2. Adanya kerja sama yang 2. Persaingan antar-RS yang
modifikasi baik antara mahasiswa S-1 semakin kuat
3. Memiliki SOP yang telah Keperawatan dengan
ditetapkan walaupun dalam perawat klinik.
pelaksanaannya masih
menyesuaikan situasi dan kondisi
yang ada
4. Terlaksananya komunikasi yang
adekuat perawat dan tim

102
103

kesehatan lain
5. Terdapat jadwal dinas yang
disusun setiap bulan
6. Terdapat tata tertib bagi
pegunjung
7. Ruangan bedah memberikan
pelayanan kepada pasien umum
dan BPJS
8. Adanya operan pre dan post
conference yang dipimpin oleh
kepala ruangan
9. Pendokumentasian asuhan
keperawatan sudah baik
Money (Keuangan)
Strength Weakness Opportunity Theathened
1. Dana operasional ruangan Belum totalnya dalam Bantuan jaminan pembayaran 1. Adanya tuntutan dari
diperoleh dari rumah sakit memfasilitasi sarana dan umum dan BPJS masyarakat untuk
2. Dana fasilitas kesehatan prasarana pelayanan yang lebih
diperoleh dari rumah sakit profesional

103
104

3. Dana kesejahteraan pegawai 2. Persaingan antar-RS yang


diperoleh dari rumah sakit semakin kuat

104

Anda mungkin juga menyukai