Anda di halaman 1dari 4

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang.

1. Anamnesis.
Dalam anamnesis harus diperhatikan:

a. Umur
Pada anak di bawah enam tahun sering menderita infeksi saluran kemih (ISK),
infeksi fokal (abses, osteomielitis), dan juvenile rheumatoid arthtritis (JRA).
Sedangkan pada anak yang lebih besar sering menderita tuberkulosis, radang usus
besar, penyakit autoimun dan keganasan.

b. Karakteristik demam
Saat timbul, lama dan pola/tipe dan gejala non-spesifik seperti anoreksia, rasa
lelah, menggigil, nyeri kepala, nyeri perut ringan dapat membantu diagnosis. Pola
demam dapat membantu diagnosis, demam intermitten terdapat pada infeksi
piogenik, tuberkulosis, limfoma dan JRA, sedangkan demam yang terus-menerus
dapat terjadi pada demam tifoid. Demam yang relaps dijumpai pada malaria, rat-
bite fever, infeksi borelia dan kegananasan. Demam yang rekurens lebih dari satu
tahun lamanya mengarah pada kelainan metabolik, SSP, atau kelainan pada pusat
pengontrol temperatur dan defisiensi imun.

c. Data epidemiologi
Riwayat kontak dengan binatang (anjing, kucing, burung, tikus) atau pergi ke
daerah tertentu perlu ditanyakan, demikian pula latar belakang genetik pasien
perlu diketahui serta terpaparnya pasien dengan obat (salisilism).4

2. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik tidak hanya dilakukan pada hari pertama, tetapi sebaiknya
diulang sampai diagnosis dapat ditegakkan. Pembesaran kelenjar getah bening dapat
timbul akibat proses infeksi lokal, sedangkan pembesaran kelenjar getah bening
umum mungkin disebabkan infeksi sistemik meliputi keganasan dan berbagai proses
inflamasi. Adanya artralgia, artritis, mialgia atau sakit pada anggota gerak mengarah
pada penyakit vaskular-kolagen.
Apabila ditemukan kelainan bunyi jantung harus dipikirkan endokarditis,
gejala gastrointestinal seperti nyeri perut, adanya darah pada tinja, diare atau
kehilangan berat badan mengarah pada inflamasi di usus besar. Nyeri perut atau
adanya massa mungkin timbul menyertai ruptur apendiks. Ikterus mengarah kepada
hepatitis, sedangkan ruam menunjukkan penyakit vaskular-kolagen, keganasan atau
infeksi. Faringitis, tonsilitis atau abses peritonsil dapat disebabkan oleh bakteri atau
infeksi mononukleosis, CMV, atau leptospirosis.

3. Pemeriksaan Penunjang4,5
Untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding demam
berkepanjangan, diperlukan pemeriksaan penunjang dengan mempertimbangkan
dugaan etiologi berdasarkan usia, iklim, epidemiologi, dan faktor pejamu. Sebaiknya
dilakukan secara bertahap dan tidak serentak dan disesuaikan dengan derajat penyakit
pasien.

Tabel 2.1 Tahapan pemeriksaan penunjang4

Tahap I  Foto toraks


 Darah perifer lengkap, hitung jenis, dan morfologi
 Hapusan darah tebal
 LED atau CRP
 Urinalisis
 Pemeriksaan mikroskopik apusan darah, urin
 Biakan darah, urin, feses, dan hapusan tenggorok
 Uji tuberkulin
 Uji fungsi hati
Tahap II  Pemeriksaan uji serologic terhadap : salmonella, toksoplasma,
leptospira, mononucleosis, CMV, histoplasma
 USG abdomen, CT-scan kepala
Tahap III  Aspirasi sumsum tulang
 Pielografi intravena
 Foto sinus paranasal
 Antinuclear antibody
 Barium enema
 Limfangiogram
 Biopsi hati

Bila anak tampak sakit berat, diagnosis harus dilakukan dengan cepat, tetapi bila
penyakit lebih kronik, pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan secara bertahap.
Pemeriksaan awal dan rutin meliputi darah tepi lengkap, termasuk hitung jenis, trombosit,
feses lengkap dan urinalisis, uji tuberkulin, laju endap darah, biakan darah, biakan urin, kalau
perlu dilakukan hapusan tenggorok.

Adanya pansitopenia,neutropenia yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, apalagi bila


disertai dengan trombositopenia atau adanya limfoblas pada hapusan darah perifer perlu
dikonsultasikan kepada ahli hematologi/onkologi serta dilakukan punksi sumsum tulang.
Jumlah limfosit yang meningkat pada hitung jenis mengarah pada mononukleosis atau infeksi
virus sedangkan neutropenia berat pada pasien yang sakit ringan sampai sedang bisa
disebabkan oleh berbagai infeksi lain. Leukositosis dan meningkatnya LED menunjukkan
adanya penyakit vaskular kolagen dan infeksi. Anemia hemolitik bisa terdapat pada penyakit
vaskular-kolagen atau endokarditis, sedangkan anemia non hemolitik mengarah pada
penyakit kronik atau keganasan. Piuria dan bakteriuria menunjukkan infeksi saluran kemih,
hematuria menunjukkan kemungkinan endokarditis.

Pemeriksaan foto thorax dapat dilakukan untuk semua pasien sedangkan foto mastoid
dan sinus nasalis serta traktus gastronintestinal dilakukan atas indikasi tertentu. Uji untuk
HIV she arusnya dilakukan untuk semua pasien. Uji serologi dapat dilakukan untuk
shigelosis, salmonelosis, bruselosis, tularemia, infeksi mononukleosis, CMV, toksoplasmosis
dan beberapa infeksi jamur. CT-scan membantu identifikasi lesi di kepala, leher, dada,
rongga peritoneum, hati, limpa, KGB intraabdominal dan intrathorax, ginjal, pelvis dan
mediastinum. CT-scan atau USG membantu dalam melakukan biopsi atau aspirasi.4

Dalam pencarian etiologi penyebab demam, ESR (erythrocyte sedimentation rate)


harus dievaluasi. Adanya peningkatan ESR disertai anemia kronik sering dihubungkan
dengan giant cell arteritis atau polymyalgia rheumatica. C-reactive protein (CRP) sebaiknya
diperiksa karena merupakan indikator spesifik terhadap respon metabolik terhadap inflamasi
pada fase akut. ANA (anti nuclear antibody), antineutrophil sytoplasmic antibody, faktor
reumatoid dan krioglobulin serum harus dinilai untuk menegakkan  penyakit vaskuler
kolagen lainnya dan vaskulitis. PPD (purified protein derivative)diperiksa untuk menskrining
pasien tuberculosis. .Beberapa pemeriksaan diagnostik terbaru seperti serologi dan kultur
virus, memiliki peran penting dalam
mengevaluasi penyakit ini. Namun apabila berbagai evaluasi intensif telah dilakukan tanpa
memberiksan hasil maka tes-tes yang invasif seperti punksi lumbal maupun biopsi
sumsum tulang, hepar serta kelenjar getah bening, dapat dipertimbangkan sesuai dengan
kecurigaan klinis yang ditemukan.

Keterangan tambahan:

 Urinalisis
Menghilangkan diagnosis ISK dan tumor dari traktus urinarius

 Kultur
o Kultur darah untuk patogen aerobik dan non-aerobik,
o Kultur urin,
o Kultur sputum dan feses:  dapat membantu keberadaan penyakit paru
maupun gastrointestinal.
o Kultur untuk bakteri, mikobakteria, dan jamur pada jaringan dan cairan
steril; seperti dari cairan serebrospinal, cairan pleura, cairan peritoneal,
hepar, sumsum tulang, dan nodus limfe.
 Serologi
Merupakan tes yang paling membantu jika sampel menunjukkan hasil yang
signifikan, seperti adanya antibodi spesifik terhadap mikroorganisme infeksi.
Contoh penyakit yang dapat ditegakkan dari  pemeriksaan  serologi adalah
Brucellosis,  infeksi CMV,  infeksi mononucleosis EBV,  infeksi HIV,
amebiasis, toxoplasmosis, danklamidia. Kadar serum ferritin berguna untuk
kasus demam berkepanjangan akibat keganasan, dan SLE. Pemeriksaan titer
antibodi antinuklear (ANA), faktor rheumatologi, kadartiroksin, dan LED
karena sangat membantu dalam mendiagnosis kondisitertentu yaitu lupus,
RA, tiroiditis, hipertiroidisme

Anda mungkin juga menyukai