Disusun Oleh :
Ni’matus Sholihah
P27824419075
Pembimbing Ruangan
f. Penatalaksanaan
1. Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam sebelum tersedia kesiapan untuk
seksio sesarea. Pemeriksaan inspekulo dilakukan secara hati-hati, untuk
menentukan sumber perdarahan.
2. Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan intravena (NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat).
3. Lakukan penilaian jumlah perdarahan.
4. Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan seksio sesarea tanpa
memperhitungkan usia kehamilan
5. Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup tetapi prematur,
pertimbangkan terapi ekspektatif
2. Solusio Plasenta
a. Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal di korpus uteri
yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin dilahirkan. Definisi lain
dari solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
fundus/korpus uteri sebelum janin lahir.
b. Etiologi
Sebab utama solusio plasenta tidak diketahui. Namun, ada beberapa faktor yang akan
diulas berikut ini:
1. Usia, Paritas, Ras, dan Faktor Familial. Insiden solusio meningkat sesuai
bertambahnya usia ibu. Pada penelitian first and second trimester evaluation of
risk (FASTER), perempuan yang berusia lebih dari 40 tahun ditemukan 2,3 kali
lipat lebih mungkin mengalami solusio dibandingkan perempuan berusia 35
tahun.
2. Hipertensi. Kondisi yang sangat dominan berkaitan dengan solusio plasenta
adalah suatu bentuk hipertensi. Hipertensi gestasional, preeklamsia, hipertensi
kronis, atau kombinasi kedua-duanya. Keparahan hipertensi tidak selalu
berhubungan dengan insiden solusio. Selain itu, hasil pengamatan dari Magpie
Trial Collaborative Group memberikan gambaran bahwa perempuan dengan
preeklamsia mungkin mengalami resiko solusio yang lebih rendah bila diterapi
dengan magnesium sulfat (Cunningham, dkk. 2013).
3. Ketuban Pecah Dini dan Pelahiran Kurang Bulan. Tidak ada keraguan bahwa
terjadi peningkatan insiden solusio bila ketuban pecah sebelum aterm. Major dkk,
melaporkan bahwa 5 persen di antara 756 perempuan dengan ketuban pecah
antara minggu 20 dan minggu 36 mengalami solusio.
4. Merokok. Penelitian terdahulu collaborative Perinatal Project mengaitkan perokok
dengan peningkatan resiko solusio. Dalam suatu meta-analisis yang mencakup 1,6
juta kehamilan. Resiko ini bertambah menjadi lima hingga delapan kali lipat jika
perokok tersebut mengalami hipertensi kronis, preeklamsia berat, atau keduanya
(Cunningham, dkk. 2013).
c. Manifestasi Klinis
1. Solusio plasenta ringan
Salah satu tanda kecurigaan solusio plasenta adalah perdarahan pervaginam yang
kehitam-hitaman, berbeda dengan perdarahan pada plasenta previa yang berwarna
merah segar (Nugroho, 2012)
2. Solusio plasenta sedang
- Plasenta telah lepas ¼ - ½ bagian.
- Walaupun perdarahan pervaginam tampak sedikit, seluruh perdarahannya
mungkin telah mencapai 1000 ml.
- Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri terasa.
3. Solusio plasenta berat
- Plasenta telah terlepas lebih dari ½ permukaannya
- Dapat terjadi syok, dan janin meninggal
- Uterus tegang seperti papan, dan sangat nyeri (Nugroho, 2012)
d. Patofisiologi
Solusio plasenta dimulai oleh pendarahan kedalam desidua basalis. Desidua
kemudian memisah meninggalkan lapisan tipis yang melekat ke miometrium. Karena
itu, peroses dalam tahap paling awal terdiri atas pembentukan hematoma desidua
yang menyebabkan pemisahan, kompresi dan akhirnya plasenta yang terletak
didekatnya. Nath dkk,. (2007). Menemukan bukti histologis peradangan lebih banyak
terlihat pada kasus solusio plasenta dibandingkana pada kontrol normal. Seperti
dibahas sebelumnya, mereka mengajukan gagasan bahwa peradangan infeksi
mungkin merupakan kontributor penyebab.
Dalam tahap dini, mungkin tidak ditemukan gejala klinis, dan pemisahan hanya
diitemukan saat pemeriksaan plasenta yang baru dilahirkan. Ada kasus-kasus seperti
ini, terdapat cekungan berbatas tegas pada permukaan maternal plasenta. Cekungan
ini biasanya berdiameter beberapa centimeter dan ditutupi oleh darah yang membeku
dan berwarna gelap. Karena diperlukan beberapa menit untuk memunculkan
perubahan anatomis ini, plasenta yang sangat baru mengalami pemisahan dapat
tampak sepenuhnya normal saat dilahirkan. Menurut Benirschke dan kaufmann
(2000) dan sesuai pengalaman kami. Usia bekuan retro plasenta tidak dapat
ditentukan secara pasti.
Pada kondisi tertentu, arteria speralis desidua pecah dan menimbulkan hematoma
retoplasenta, yang saat bertambah besar, merusak lebih banyak lagi pembuluh darah
sehingga banyak plasenta yang terpisah. Daerah terpisahnya plasenta dengan cepat
meluas dan mencapai tepi plasenta. Karena uterus masih membesar akibat produk
konsepsi, uterus tidak mampu berkontraksi secara adekuat untuk menekan pembuluh
darah yang robek yang mendarahi lokasi plasenta. Darah yang keluar menyebabkan
diseksi membran dari dinding uterus dan akhirnya tampak dari luar atau tertahan
sepenuhnya dalam uterus (Cunningham, dkk. 2013).
e. Penatalaksanaan
1. Perhatian! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas kesehatan dasar,
harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Tatalaksana berikut ini
hanya boleh dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.
2. Jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) dengan tandatanda awal
syok pada ibu, lakukan persalinan segera:
- Jika pembukaan serviks lengkap, lakukanpersalinan dengan ekstraksi vakum
- Jika pembukaan serviks belum lengkap, lakukan persalinan dengan seksio
sesarea
3. Waspadalah terhadap kemungkinan perdarahan pascasalin.
4. Jika perdarahan ringan atau sedang dan belum terdapat tanda-tanda syok, tindakan
bergantung pada denyut jantung janin (DJJ):
- DJJ normal, lakukan seksio sesarea
- DJJ tidak terdengar namun nadi dan tekanan darah ibu normal: pertimbangkan
persalinan pervaginam
- DJJ tidak terdengar dan nadi dan tekanan darah ibu bermasalah: pecahkan
ketuban dengan kokher
5. Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin
6. Jika serviks kenyal, tebal, dan tertutup, lakukan seksio sesarea
DJJ abnormal (kurang dari 100 atau lebih dari 180/menit): lakukan persalinan
pervaginam segera, atau seksio sesarea bila persalinan pervaginam tidak
memungkinkan.
I. DATA SUBYEKTIF
A. Biodata Ibu/ Suami
Nama : Ny. N / Tn. S
Umur : 28 Tahun / 39 Tahun
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga / Sopir Swasta
Alamat : Jl. Gub Suryo 321 Gresik
B. Keluhan Utama
Ibu mengatakan keluar darah merah saat bangun tidur jam 5 pagi, ibu khawatir
dengan kehamilannya saat ini.
C. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun seperti penyakit
jantung, tidak pernah menderita penyakit menurun seperti diabetes dan tidak
menderita penyakit menular seperti HIV/AIDS.
D. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan tadi pagi periksan di RSIA dan melakukan pemeriksaan
laboratorium, hasil HB = 8,1 g/dl kemudian segera dirujuk ke RS Ibnu Sina.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit,
menular seperti HIV/AIDS, menahun seperti penyakit jantung maupun menurun
seperti diabetes.
F. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 Tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 6-7 hari
Banyaknya : 2-3x/hari ganti pembalut
Keluhan : Disminorhea kadang-kadang
Warna Darah : Merah Encer, Kadang menggumpal
Flour Albus : Kadang
HPHT : 20-07-2019
HPL : 27-04-2020
G. Riwayat pernikahan
Menikah : 1 kali
Lama menikah : 9 Tahun
Usia pertama menikah : 19 tahun
H. Riwayat Obstetri yang lalu
Abdul Bari Saifuddin, ed., 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirahardjo, Sarwono. 2012. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Fadlun Feryanto Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan patologis. Jakarta : Salemba Medika
Rukiyah Ai Yeyeh & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta :
Trans Info Media.