Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. N GIIIP2002 UMUR UMUR


KEHAMILAN 32 MINGGU TUNGGAL, HIDUP, INTRA UTERINE
DENGAN APB, PPI DAN ANEMIA
DI RUANG PONEK IGD RSUD IBNU SINA GRESIK

PERIODE 24 FEBRUARI – 01 MARET 2020

Disusun Oleh :
Ni’matus Sholihah
P27824419075

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. N G3P2002 Umur Kehamilan 32 minggu dengan
APB, PPI dan anemia di PONEK IGD RSUD Ibnu Sina Gresik, Tanggal : 24 Februari s/d 01
Maret 2020

Pembimbing Ruangan

Priestin Dian P., Amd. Keb

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Pendidikan

Dwi Purwanti,S. Kp.,SST.,M.Kes Dina Isfentiani, S.Kep.,Ns.,M.Ked


NIP.19670261990032003 NIP. 196401221988012001

Dosen Tabulasi Mengetahui,


Ka. Prodi D4 Kebidanan

Queen Khoirun Nisa’ Mairo, M.Keb Dwi Purwanti,S. Kp.,SST.,M.Kes


NIP. 198212132008012007 NIP.19670261990032003
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kematian ibu masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, hal ini merupakan salah
satu indicator derajat kesehatan masyarakat pada suatu negara. Setiap hari terjadi kematian
ibu akibat kehamilan dan persalinan. Sekitar 99% angka kematian ibu di negara maju
sebesar 1%. Penanganan yang baik dari tenaga medis dalam penatalaksanaan selama hamil
dan setelah persalinan dapat menyelamatkan ibu dan bayi, sehingga dapat menurunkan
angka kematian ibu dan bayi (WHO, 2015).
Perdarahan obstetric merupakan penyebab kematian ibu terbanyak di Indonesia.
Penyebab kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (30,3%), hipertensi dalam
kehamilan (27,1%), infeksi (20%), partus lama (10%), dan abortus (10%). Selain penyebab
obstetric, kematian ibu juga disebabkan oleh penyebab-penyebab lain (2,6%). Perdarahan
dalam obstetric dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Perdarahan obstetric dapat dibagi
menjadi perdarahan antepartum dan perdarahan post partum. Perdarahan antepartum
merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3%, penyebabnya antara lain
plasenta previa, solusio plasenta & perdarahan yang belum jelas sumbernya (Depkes RI,
2015).
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatu kelainan yang
berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan
pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum merupakan
perdarahan pada jalan lahir setelah kehamilan 28 minggu, oleh karena itu memerlukan
penanganan tepat oleh petugas kesehatan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan yang tepat pada ibu hamil dengan perdarahan
antepartum sesuai dengan management kebidanan.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada klien
b. Mengidentifikasi diagnose dan masalah
c. Mengidentifikasi diagnose dan masalah potensial
d. Mengidentifikasi tindakan segera dan rencana tindakan
e. Merencanakan tindakan asuhan yang akan diberikan
f. Melaksanakan rencana tindakan
g. Melaksanakan evaluasi dan hasil tindakan
1.3 Pelaksanaan
Asuhan kebidanan ini dilaksanakan di PONEK IGD RSUD Ibnu Sina Gresik. Periode
tanggal 24 Februari – 01 maret 2020
1.4 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Pelaksanaan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan
BAB 3 TINJAUAN KASUS
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Antepartum Bleeding
2.1.1 Definisi
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari kehamilan.  Batas
teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah kehamilan 28 minggu tanpa
melihat berat janin, mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan
setelah kehamilan 28 minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya dari pada
sebelum kehamilan 28 minggu, oleh karena itu memerlukan penanganan yang berbeda
(Mochtar, 2012).
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.
Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28
minggu (Mochtar, 2012).
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta,
sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan
servik biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama
harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta (Mochtar, 2012).
2.1.2 Jenis-jenis perdarahan Antepartum
1. Plasenta Previa
a. Definisi
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal yaitu pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi sebagian atau
seluruh permukaan jalan lahir (Ostium uteri Internum) dan oleh karenanya bagian
terendah sering kali terkendala memasuki pintu atas panggu (PAP) atau menimbulkan
kelainan janin dalam lahir. Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak di corpus
uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri. (Prawirohardjo, 2014).
Sejalan dengan bertambah besarnya segmen bawah rahim (SBR) ke arah
proksimalme mungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim (SBR)
ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim (SBR) seolah plasenta tersebut
berimigrasi. Ostium Uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan
kala Ibisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta.
(Prawirohardjo, 2014)
b. Klasifikasi Plasenta Previa
Menurut Nugroho (2011), plasenta previa dibagi menjadi beberapa jenis :
1. Plasenta previa totalis
Plasenta previa totalis yaitu ostium uteri internum tertutup seluruhnya oleh
plasenta.
2. Plasenta previa parsialis
Plasenta previa parsialis yaitu ostium uteru internum tertutup sebagian oleh
plasenta.
3. Plasenta previa marginalis
Plasenta previa marginalis yaitu pinggir bawah plasenta sampai pada pinggir
ostium uteri internum
4. Plasenta previa letak rendah
Plasenta previa letak rendah yaitu terjadi jika plasenta tertanam di segmen bawah
uterus.
c. Etiologi
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta previa
meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas
aborsi, kelainan janin, dan leioma uteri. Penyebab secara pasti belum diketahui
dengan jelas.
Menurut beberapa ahli penyebab plasenta previa yaitu:
1. Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim dapat
disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi,
endometrium yang tipis sehingga diberpulakan perluasan plasenta untuk mampu
memberikan nutrisi pada janin dan vili korealis pada chorion leave yang
persisten.
2. Etiologi plasenta previa belum diketahui pasti namun meningkat pada grande
multi para, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas operasi dan leiomioma
uteri. (norma, dkk. 2013)
d. Faktor Resiko
Menurut Mochtar yang dikutup pada buku Norma (2013), ada beberapa faktor resiko
yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya :
1. Usia> 35 tahun atau <20 tahun
2. Paritas
3. Riwayat pembedahan rahim
4. Jarak persalinan yang dekat < 2 tahun
5. Hipoplasia endometrium
6. Korpus luteum bereaksi lambat
e. Patofisiologi
Menurut manuaba 2008, implementasi plasenta di segmen bawah rahim dapat
disebabkan :
1. Endomentriumdi fundus uteri belum siap menerima implantasi
2. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu
memberikan nutrisi ke janin.
3. Vili korealis pada korion leave (korion yang gundul yang persisten).
Menurut Davood 2008 dalam Nugroho (2011), sebuah penyebab utama pada
perdarahan trimester tiga yaitu plasenta previa yang memiliki tanda khas dengan
perdarahan tanpa rasa sakit. perdarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan
dengan perkembangan segmen bawah rahim (SBR) pada trimester tiga. Dengan
bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim (SBR) lebih melebar lagi dan
serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim
(SBR), pelebaran segmen bawah rahim (SBR) dan pembukaan serviks tidak
dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa diikuti tanpa terlepasnya
sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan.
Darahnya bewarna merah segar, berlainan dengan darah yang disebabkan oleh
solusio plasenta yang bewarna kehitam-hitaman. Sumber perdarahannya ialah
sinus uteri yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus atau
karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak dapat
dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim (SBR)
untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, sebagaimana serabut otot
uterus menghentikan perdarahan pada kala tiga dengan plasenta yang letanya
normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi.

f. Penatalaksanaan
1. Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam sebelum tersedia kesiapan untuk
seksio sesarea. Pemeriksaan inspekulo dilakukan secara hati-hati, untuk
menentukan sumber perdarahan.
2. Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan intravena (NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat).
3. Lakukan penilaian jumlah perdarahan.
4. Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan seksio sesarea tanpa
memperhitungkan usia kehamilan
5. Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup tetapi prematur,
pertimbangkan terapi ekspektatif

2. Solusio Plasenta
a. Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal di korpus uteri
yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin dilahirkan. Definisi lain
dari solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
fundus/korpus uteri sebelum janin lahir.
b. Etiologi
Sebab utama solusio plasenta tidak diketahui. Namun, ada beberapa faktor yang akan
diulas berikut ini:
1. Usia, Paritas, Ras, dan Faktor Familial. Insiden solusio meningkat sesuai
bertambahnya usia ibu. Pada penelitian first and second trimester evaluation of
risk (FASTER), perempuan yang berusia lebih dari 40 tahun ditemukan 2,3 kali
lipat lebih mungkin mengalami solusio dibandingkan perempuan berusia  35
tahun.
2. Hipertensi. Kondisi yang sangat dominan berkaitan dengan solusio plasenta
adalah suatu bentuk hipertensi. Hipertensi gestasional, preeklamsia, hipertensi
kronis, atau kombinasi kedua-duanya. Keparahan hipertensi tidak selalu
berhubungan dengan insiden solusio. Selain itu, hasil pengamatan dari Magpie
Trial Collaborative Group memberikan gambaran bahwa perempuan dengan
preeklamsia mungkin mengalami resiko solusio yang lebih rendah bila diterapi
dengan magnesium sulfat (Cunningham, dkk. 2013).
3. Ketuban Pecah Dini dan Pelahiran Kurang Bulan. Tidak ada keraguan bahwa
terjadi peningkatan insiden solusio bila ketuban pecah sebelum aterm. Major dkk,
melaporkan bahwa 5 persen di antara 756 perempuan dengan ketuban pecah
antara minggu 20 dan minggu 36 mengalami solusio.
4. Merokok. Penelitian terdahulu collaborative Perinatal Project mengaitkan perokok
dengan peningkatan resiko solusio. Dalam suatu meta-analisis yang mencakup 1,6
juta kehamilan. Resiko ini bertambah menjadi lima hingga delapan kali lipat jika
perokok tersebut mengalami hipertensi kronis, preeklamsia berat, atau keduanya
(Cunningham, dkk. 2013).
c. Manifestasi Klinis
1. Solusio plasenta ringan
Salah satu tanda kecurigaan solusio plasenta adalah perdarahan pervaginam yang
kehitam-hitaman, berbeda dengan perdarahan pada plasenta previa yang berwarna
merah segar (Nugroho, 2012)
2. Solusio plasenta sedang
- Plasenta telah lepas ¼ - ½ bagian.
- Walaupun perdarahan pervaginam tampak sedikit, seluruh perdarahannya
mungkin telah mencapai 1000 ml.
- Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri terasa.
3. Solusio plasenta berat
- Plasenta telah terlepas lebih dari ½ permukaannya
- Dapat terjadi syok, dan janin meninggal
- Uterus tegang seperti papan, dan sangat nyeri (Nugroho, 2012)
d. Patofisiologi
Solusio plasenta dimulai oleh pendarahan kedalam desidua basalis. Desidua
kemudian memisah meninggalkan lapisan tipis yang melekat ke miometrium. Karena
itu, peroses dalam tahap paling awal terdiri atas pembentukan hematoma desidua
yang menyebabkan pemisahan, kompresi dan akhirnya plasenta yang terletak
didekatnya. Nath dkk,. (2007). Menemukan bukti histologis peradangan lebih banyak
terlihat pada kasus solusio plasenta dibandingkana pada kontrol normal. Seperti
dibahas sebelumnya, mereka mengajukan gagasan bahwa peradangan infeksi
mungkin merupakan kontributor penyebab.
Dalam tahap dini, mungkin tidak ditemukan gejala klinis, dan pemisahan hanya
diitemukan saat pemeriksaan plasenta yang baru dilahirkan. Ada kasus-kasus seperti
ini, terdapat cekungan berbatas tegas pada permukaan maternal plasenta. Cekungan
ini biasanya berdiameter beberapa centimeter dan ditutupi oleh darah yang membeku
dan berwarna gelap. Karena diperlukan beberapa menit untuk memunculkan
perubahan anatomis ini, plasenta yang sangat baru mengalami pemisahan dapat
tampak sepenuhnya normal saat dilahirkan. Menurut Benirschke dan kaufmann
(2000) dan sesuai pengalaman kami. Usia bekuan retro plasenta tidak dapat
ditentukan secara pasti.
Pada kondisi tertentu, arteria speralis desidua pecah dan menimbulkan hematoma
retoplasenta, yang saat bertambah besar, merusak lebih banyak lagi pembuluh darah
sehingga banyak plasenta yang terpisah. Daerah terpisahnya plasenta dengan cepat
meluas dan mencapai tepi plasenta. Karena uterus masih membesar akibat produk
konsepsi, uterus tidak mampu berkontraksi secara adekuat untuk menekan pembuluh
darah yang robek yang mendarahi lokasi plasenta. Darah yang keluar menyebabkan
diseksi membran dari dinding uterus dan akhirnya tampak dari luar atau tertahan
sepenuhnya dalam uterus (Cunningham, dkk. 2013).
e. Penatalaksanaan
1. Perhatian! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas kesehatan dasar,
harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Tatalaksana berikut ini
hanya boleh dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.
2. Jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) dengan tandatanda awal
syok pada ibu, lakukan persalinan segera:
- Jika pembukaan serviks lengkap, lakukanpersalinan dengan ekstraksi vakum
- Jika pembukaan serviks belum lengkap, lakukan persalinan dengan seksio
sesarea
3. Waspadalah terhadap kemungkinan perdarahan pascasalin.
4. Jika perdarahan ringan atau sedang dan belum terdapat tanda-tanda syok, tindakan
bergantung pada denyut jantung janin (DJJ):
- DJJ normal, lakukan seksio sesarea
- DJJ tidak terdengar namun nadi dan tekanan darah ibu normal: pertimbangkan
persalinan pervaginam
- DJJ tidak terdengar dan nadi dan tekanan darah ibu bermasalah: pecahkan
ketuban dengan kokher
5. Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin
6. Jika serviks kenyal, tebal, dan tertutup, lakukan seksio sesarea
DJJ abnormal (kurang dari 100 atau lebih dari 180/menit): lakukan persalinan
pervaginam segera, atau seksio sesarea bila persalinan pervaginam tidak
memungkinkan.

2.2 Konsep Manajemen Kebidanan menurut Helen Varney


Varney menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah
yang ditemukan oleh bidan, perawat pada awal tahun 1970 an. Proses ini memperkuat sebuah
metode dengan mengorganisasikan dan menguntungkan baik bagi klien maupun tenaga
kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberian asuhan.
Proses management ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja melainkan juga
perilaku pada setiap langkah agar pelayanan yang komprehensif akan tercapai. Dalam
memberikan asuhan kebidanan kita menggunakan 7 langkah manajemen kebidanan menurut
helen varney, yaitu :
2.2.1 Pengkajian
Merupakan langkah awal dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil, untuk
mendapatkan data dilakukan anamnesa/ wawancara, pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik
(inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan penunjang).
a. Data Subyektif
Adalah data yang diperoleh dari hasil anamnesa langsung pada klien atau
keluarga dan tim kesehatan.Dari anamnesa dapat kita peroleh data tentang klien yang
meliputi :
1. Biodata
Biodata berisi tentang identitas klien beserta seuaminya yang meliputi nama,
umur, agama, Pendidikan, pekerjaan, alamat, dll.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan oleh pasien sekarang sehingga datang untuk
memeriksakan dirinya.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu tidak menderita penyakit menular seperti hepatitis, penyakit mnurun seperti
diabetes, asma da penyakit menahun seperti jantung & hipertensi.
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu tidak menderita suatu penyakit menular, menurun maupun menahun.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Dari anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun, menahun
maupun menular.
6. Riwayat kebidanan
a. Riwayat haid
Menarche umur 11 tahun, siklus haid 28 hari, lama 6-7 hari, banyak haid 2-
3x/hari ganti pembalut, warna merah, keputihan berwarna putih tidak berbau
tidak gatal.
b. Riwayat kehamilan sekarang
Ditanyakan hamil anak keberapa, HPHT tanggal berapa, HPL tanggal berapa,
usia kehamilan berapa bulan, periksa hamil berapa kali, pada trimester berapa,
ada keluhan apa tidak, mendapat obat apa saja.
c. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
1. Riwayat kehamilan
Hamil dari pernikahan yang keberapa, berapa umur kehamilannya, pernah
keguguran atau tidak, ada penyulit kehamilan apa saja
2. Riwayat persalianan
Jenis persalinan apa (normal/ operasi), siapa yang menolong
3. Riwayat nifas
Masa nifas berjalan normal atau tidak, ada kelainan/ tidak, memberikan
ASI/tidak, berapa lama ASI
d. Riwayat KB
Pernah ikut KB/ tidak, metode apa yg digunakan, berapa lama pemakaian,
rencana KB mendatang
7. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Makan berapa kali sehari, berapa porsinya, menu makan & minum apa,
jenisnya apa
b. Pola eliminasi
Ada keluhan dalam BAB/ BAK atau tidak, berapa frekuensinya, Warnanya
apa dan konsistensinya bagaimana
c. Pola aktivitas
Apa saja kegiatan sehari-hari
d. Pola istirahat/ tidur
Bagaimana pola tidurnya setiap harinya, ada gangguan/ tidak.
e. Pola personal hygiene
Berapa kali mandi, gosok gigi, cuci rambut, ganti baju
f. Pola seksual
Berapa kali melakukan hubungan seksual.
b. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari
inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi.
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tinggi badan : diukur saat pertama kali pasien datang terutama pasien
dengan tinggi kurang dari 145 cm
d. Berat badan : dikaji berat badan sebelum dan saat hamil
e. LILA : dikaji untuk menentukan status gizi ibu hamil, LILA
minimal 23,5 cm.
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 100/60 - < 140/90 mmHg (normal)
Nadi : 80-100x/menit
Pernafasan : 16-24x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5 oC
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi yaitu proses observasi/ periksa pandang dengan meggunakan mata
untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik.
1. Kepala : warna rambut hitam, tidak rontok, kulit kepala bersih,
tidak ada ketombe
2. Muka : tidak pucat, tidak oedem
3. Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak icterus
4. Mulut : simetris, bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak pucat
5. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
6. Dada : simetris, tidak ada retraksi, ada hiperpigmentasi pada
aerola, papilla mamae puting susu menonjol
7. Ekstremitas : simetris, tidak oedem, tidak ada varises
b. Palpasi yaitu periksa raba/ sentuhan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan
atau organ
1. Kepala : tidak ada benjolan
2. Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis
3. Dada : tidak teraba massa abnormal, tidak ada pengeluaran
kolostrum
4. Abdomen :
LI = untuk menentukan bagian apa yang ada di fundus, berapa TFUnya
LII = untuk menentukan dimana letak punggung dan bagian kecil janin,
punggung teraba lurus seperti papan dan bagian kecil janin teraba tangan
dan kaki
LIII = untuk menentukan apa yang terdapat pada bagian bawah uterus dan
apakah sudah masih PAP/ belum.
LIV = untuk menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk PAP
5. Ekstremitas : tidak oedem
c. Auskultasi
Metode pengkajian yang menggunakan stetoskop/ alat dengar yang lain untuk
memperjelas pendengaran
Abdomen : terdengar DJJ, frekuensi 120-160x/menit.
4. Pemeriksaan penunjang
Merupakan data yang diperlukan untuk menunjang diagnose berupa permeriksaan
laboratorium (meliputi albumin, reduksi, Hb, dll ) dan pemeriksaan USG.

2.2.2 Interpretasi Data Dasar


a. Diagnosa : G… P… umur kehamilan … minggu, hidup, tunggal, intrauterine,
keadaan umum ibu baik dengan APB.
b. Masalah : masalah yang muncul pada ibu hamil dengan APB yaitu kecemasan ibu
terhadap keadaan janinnya
c. Kebutuhan : kebutuhan yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data. Kebutuhan
yang muncul pada ibu hamil dengan APB adalah :
1. Kolaborasi dengan dr. SpoG untuk memberikan terapi dan pemeriksaan
penunjang yaitu USG dan laboratorium.
2. Informasi tentang penatalaksanaan yang mungkin dilakukan terhadap kehamilan
ibu
2.2.3 Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial/ Diagnosis Potensial dan Antisipasi
Penanganannya
Diagnosa atau masalah potensial adalah masalah/ diagnose yang mungkin timbul dan bila
tidak segera diatasi akan mengancam keselamatan jiwa ibu dan janinnya, karena itu
masalah potensial harus segera diantisipasi dan segera dipersiapkan tindakan untuk
mengatasinya.
2.2.4 Kebutuhan terhadap Tindakan Segera
Merupakan langkah yang bersifat berkesinambungan dari proses penatalaksanaan, bukan
hanya selama asuhan. Data-data yang dikumpulkan dan di evaluasi, beberapa data
mengidentifikasi adanya situasi gawat dimana harus bertindak segera untuk keselamatan
jiwa ibu dan bayi, situasi lainnya bias saja tidak merupakan kegawatan tapi memerlukan
konsultasi, kolaborasi atau yang bersifat rujukan.
2.2.5 Intervensi
1. Lakukan pendekatan pada pasien & keluarga
R: dengan pendekatan pasien dan keluarga akan lebih kooperatif terhadap tindakan
asuhan yang diberikan.
2. Lakukan observasi TTV
R: tanda-tanda vital merupakan parameter untuk mengetahui ketidaknormalan dalam
tubuh
3. Lakukan observasi His dan DJJ
R: his yang adekuat merupakan tanda-tanda persalinan, DJJ untuk mengetahui
keadaan janin didalam kandungan
4. Lakukan observasi pengeluaran pervaginam/ perdarahan
R: untuk mengetahui seberapa banyak pengeluaran darah pervaginam
5. Anjurkan ibu untuk tirah baring/ bedrest
R: mobilisasi/ gerakan yang minimal dapat mencegah terjadinya perdarahan
6. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi dan USG
R: dengan pemberian terapi yang da[at mempercepat proses penyembuhan, dengan
USG dapat mengetahui keadaan janin didalam kandungan dan mengetahui penyebab
perdarahan.
2.2.6 Implementasi
Implementasi yang komprehensif merupakan pengolahan dan perwujudan dari
perencanaan, pelaksanaan dapat terealisasi dengan baik apabila diterapkan berdasarkan
hakikat masalah
2.2.7 Evaluasi
Adalah seperangkat tindakan yang saling berhubungan untuk mengukur pelaksanaan
serta didasarkan atas tujuan dan kriteria, guna evaluasi ini adalah untuk menilai
kemampuan dalam memberikan asuhan kebidanan, menilai efektivitas, serta sebagai
umpan balik untuk memperbaiki, menyusun langkah baru dalam asuhan kebidanan,
dalam evalusi menggunakan SOAP.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Tanggal : 10 Maret 2020
Pukul : 08.50 WIB
Oleh : Ni’matus Sholihah

I. DATA SUBYEKTIF
A. Biodata Ibu/ Suami
Nama : Ny. N / Tn. S
Umur : 28 Tahun / 39 Tahun
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga / Sopir Swasta
Alamat : Jl. Gub Suryo 321 Gresik
B. Keluhan Utama
Ibu mengatakan keluar darah merah saat bangun tidur jam 5 pagi, ibu khawatir
dengan kehamilannya saat ini.
C. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun seperti penyakit
jantung, tidak pernah menderita penyakit menurun seperti diabetes dan tidak
menderita penyakit menular seperti HIV/AIDS.
D. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan tadi pagi periksan di RSIA dan melakukan pemeriksaan
laboratorium, hasil HB = 8,1 g/dl kemudian segera dirujuk ke RS Ibnu Sina.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit,
menular seperti HIV/AIDS, menahun seperti penyakit jantung maupun menurun
seperti diabetes.
F. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 Tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 6-7 hari
Banyaknya : 2-3x/hari ganti pembalut
Keluhan : Disminorhea kadang-kadang
Warna Darah : Merah Encer, Kadang menggumpal
Flour Albus : Kadang
HPHT : 20-07-2019
HPL : 27-04-2020
G. Riwayat pernikahan
Menikah : 1 kali
Lama menikah : 9 Tahun
Usia pertama menikah : 19 tahun
H. Riwayat Obstetri yang lalu

Anak Hamil Persalinan Anak Nifas KB


ke Usia Komp Jenis Tem Penolo Kom JK/ Keadaan Masalah ASI
likasi pat ng plika BBl Sekarang
si
1 9 - Nor BPM Bidan - L/ H/7 Th - + Suntik
bln mal 3kg 3
bulan
2 9 - Nor BPM Bidan - P/3, H/1,7 Th - + -
bln mal 5kg
3 HAMIL INI
I. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Nutrisi
Makan 3x/hari, 1 porsi sedang, nasi, lauk, sayur dan buah-buahan
Minum 7-8 gelas/ hari
2. Eliminasi
BAB : 1x/hari
BAK : 5-6x/hari
3. Istirahat
Tidur siang ± 1 jam/hari, tidur malam ± 8 jam
4. Aktivitas
Ibu sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah
5. Personal Hygiene
Mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 3x/minggu
6. Hubungan Seksual
Selama hamil melakukan 2x, terakhir sudah beberapa minggu yang lalu
J. Riwayat Kehamilan ini
ANC 2x
Trimester 1
Keluhan : Nafsu makan menurun, mual muntah
KIE :Istirahat, nutrisi
Terapi : Fe, Kalk
Trimester 3
Keluhan : Keluar darah
Rujuk RS Ibnu Sina

II. DATA OBYEKTIF


A. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/64 mmHg
Suhu : 36,5oC
RR : 24x/menit
Nadi : 90x/menit
Lila : 25,5 cm
BB/ TB : 57 kg/ 155 cm
B. Pemeriksaan Fisik
Muka : Tidak oedem, tidak pucat, terlihat cemas
Mata : Tidak icterus, sklera putih, konjungtiva merah muda
Mulut : Tidak pucat, tidak ada stomatitis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, pembuluh limfe, dan
vena jugularis
Abdomen : Ada striae albican, linea nigra
Leopold I : Teraba bulat, lunak tidak melenting
Leopold II : Sebelah kanan teraba keras datar, memanjang
Sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil janin
Leopold III : Teraba keras, bulat, melenting
Mc. Donald : TFU = 25 cm, TBJ = (28-11)x 155= 2,635 gram
Genetalia : VT tidak dilakukan, terlihat darah merah segar
Ekstremitas : Tidak oedem, tidak ada varises
C. Pemeriksaan penunjang
1. ANC terpadu di PKM tanggal 30-09-2019
Hb : 13,2 g/dl Shyphilis : Negatif
Golda :A HIV/ AIDS : Negatif
Albumin : Negatif HbsAg : Negatif
Reduksi : Negatif GDA : 137
2. USG tanggal 11-11-2019
BPD P. Corpus/ ketuban cukup
FL 15-16 minggu TP = 28-04-20
AC TBJ = 136 gr
Plasenta di corpus depan menutupi sebagian
OUI
USG tanggal 26-11-2019
BPD P. Corpus/ ketuban cukup
FL 15-16 minggu TP = 27-04-20
AC Plasenta di corpus depan menutupi sebagian
OUI
3. Pemeriksaan Ulang Hb tanggal 28-02-20
Hb : 8,1 g/dl
GDA : 130
III. Analisa Data
Diagnosa : GIIIP2002 UK 32 minggu, tunggal, hidup, intrauterine,
keadaan umum ibu lemah dengan APB, PPI dan anemia
Masalah : Cemas
Diagnosa Potensial : Fetal distress, perdarahan berulang, IUFD
Masalah Potensial : Cemas berlebihan
Kebutuhan tindakan segera : Pasang Infus, pasang O2
IV. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan. Ibu dan keluarga mengerti kondisinya saat ini
2. Memasang infus dan 02 nassal. Ibu bersedia terpasang infus RL 14 tpm, O2 3
Lpm
3. Memberikan injeksi obat dengan berkolaborasi dengan dr. SPoG
- Dexamethasone 1x16 mg
- Asam Tranexamat amp (500 mg)
4. Menjelaskan tanda bahaya kehamilan dengan perdarahan. Ibu dan keluarga
mengerti
5. Memberikan KIE untuk nutrisi, makan & minum. Ibu makan roti dan minum air
putih
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada pengkajian yang dilakukan didadapatkan data subyektif, ibu mengatakan keluar
darah saat tadi pagi saat bangun tidur dan berwarna merah. Hal ini sesuai dengan teori
antepartum bleeding (perdarahan anteparum) dikarenakan plasenta previa, tanda dan gejalanya
yaitu perdarahan terjadi tanpa rasa sakit pada trimester III. Perdarahan dapat terjadi sedikit/
banyak sehingga menimbulkan gejala, perdarahan berwarna merah, perdarahan yang terjadi pada
trimester III yang disebabkan oleh plasenta previa merupakan pengertian dari antepartum
bleeding.
Berdasarkan data obyektif yang telah didapatkan dari pemeriksaan yaitu keadaan umum
baik, kesadaran composmentis, TD = 110/64 mmHg, N= 90x/menit, RR= 24x/menit, S= 36,5 oC,
genetalia terlihat darah merah segar, Hb, 8,1 g/dl, hal ini sesuai dengan teori yaitu perdarahan
antepartum plasenta previa adalah perdarahan berwarna merah.
Berdasarkan data subyektif & obyektif yang telah didapatkan bahwa Ny. N di diagnose
dengan APB (antepartum bleeding), penatalaksanaan yang dilakukan yaitu dilakukan kolaborasi
dengan dr.SpoG yaitu dengan memberikan O2 dan infus serta memberikan injeksi obat
dexamethasone & asam tranexamat serta menganjurkan ibu untuk bedrest. Hal ini sesuai engan
teori (maryunani anik, 2016) bahwa jika terjadi perdarahan antepartum dengan perdarahan
sedikit diberikan terapi dexamethasone untuk pematangan paru dan dianjurkan untuk tirah baring
untuk pemantauan lebih lanjut.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari data subyektif dan obyektif yang sudah didapatkan pada pasien Ny. N
didapatkan diagnose dengan APB (antepartum bleeding). Tidak ada kesenjangan
antara teori dan ditempat praktik yang ditemukan. Pada pelaksanaan dilakukan
kolaborasi dengan dr. SpoG dengan diberikan O2 dan infus dan dianjurkan untuk
bedrest, tidak ada kesenjangan antara penatalaksanaan perdarahan antepartum di
teori dan lahan yang telah dilakukan.
Evaluasi dari penatalaksanaan yang telah dilakukan ibu dan keluarganya
mengerti keadaannya dan bersedia untuk menyetujui segala tindakan yang
dilakukan oleh petugas.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Saifuddin, ed., 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirahardjo, Sarwono. 2012. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Fadlun Feryanto Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan patologis. Jakarta : Salemba Medika

Rukiyah Ai Yeyeh & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta :
Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai