Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

HASIL DAN PEMAHASAN

A. HASIL
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis Kelurahan
Letak geografis Kelurahan Lalowaru Dengan luas wilayah adalah 11,2
km² dan terletak di batasan wilayah atau berbatasan dengan :
1. Sebelah Barat berbatasan dengan kota Kendari
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Tiram
4. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Puasana

b. Keadaan Sosial
1. Kependudukan
Berdasarkan data Administrasi Pemerintah Daerah Kelurahan Lalowaru
Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan
Tabel 1. Data UmumKependudukan Kelurahan Lalowaru Kecamatan Moramo
Utara Kabupaten Konawe Selatan

Jumlah Kelompok Jumlah Jumlah Jiwa


No Nama Dusun
PKK RT PKK RW Dasa Wisma KRT KK L P
1. Lingkungan 1 1 2 3 48 54 90 99
2. Lingkungan 2 1 2 3 67 58 123 132
3. Lingkungan 3 1 2 3 63 52 114 93
4. Lingkungan 4 1 2 3 60 54 104 121
Jumlah 4 8 12 238 218 431 445

2. Suku
Kelurahan Lalowaru Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe
Selatan terdiri dari beberapa suku yang tersebar dari Lingkungan 1 sampai
dengan Lingkungan 4 dengan suku mayoritas suku Tolaki, dan beberapa suku
lainnya juga seperti suku Bugis, suku Muna, suku Menui dan suku Buton

3. Mata pencaharian
Kondisi masyarakat Kelurahan Lalowaru yang beragam, berimpikasi
pada sistem pencaharian yang dikembangkan. Masyarakat memiliki sistem
pencaharian yang beragam pula seperti: Nelayan, PNS, Serabutan, Perkebunan

2. Distribusi Status Gizi Pada Balita


Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Berat Berat Badan
Menurut Umur (BB/U) Di Kelurahan Lalowaru

Kelurahan Lalowaaru
Kategori BB/U
N  % 
Lebih  3   9,7
 Baik  25  80,6
Kurang 1 3,2
Buruk 2 6,5
Total 31 100,0

Berdasarkan Tabel 1. menunjukan bahwa 31 sampel balita di Kelurahan


Lalowaru terdapat sebanyak 9,7% (n=3) yang memiliki status gizi lebih, 80,6%
(n=25) yang memiliki status gizi baik, 3,2% (n=1) yang memiliki status gizi kurang
dan sebesar 6,5% (n=2) yang memiliki status gizi buruk.

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Panjang Badan, Tinggi Badan


Menurut Umur (PB,TB/U) Di Kelurahan Lalowaru

Kelurahan Lalowaaru
Kategori PB,TB/U
N  % 
Tinggi 1   3,2
 Normal  18  58,1
Pendek 4 12,9
Sangat Pendek 8 25,8
Total 31 100,0

Berdasarka Tabel 2. menunjukan bahwa 31 sampel balita di Kelurahan


Lalowaru terdapat sebanyak 3,2% (n=1) yang mengalami status gizi tinggi, 58,1%
(n=18) yang mengalami status gizi normal, 12,9% (n=4) yang mengalami status gizi
pendek dan sebesar 25,8% (n=8) yang mengalami status gizi sangat pendek.
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Berat Badan, Panjang Badan
Menurut Umur (BB/PB,TB) Di Kelurahan Lalowaru

Kelurahan Lalowaaru
Kategori BB,PB/U
N  % 
Gemuk 5  16,1
 Normal  24  77,4
Kurus 1 3,2
Sangat kurus 1 3,2
Total 31 100,0

Berdasarkan Tabel 3. menunjukan bahwa 31 sampel balita di kelurahan


lalowaru terdapat sebanyak 16,1% (n=5) yang mengalami status gizi gemuk, 77,4%
(n=24) yang mengalami status gizi normal, 3,2% (n=1) yang mengalami status gizi
kurus, dan sebesar 3,2% (n=1) yang mengalami status gizi sangat kurus.

3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Orang Tua

Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Orang Tua

Kelurahan Lalowaaru
Tingkat Pengetahuan
N  % 
Baik 2  6,5
Kurang  29  93,5
Total 31 100,0

Berdasarkan Tabel 4. menunjukan bahwa 31 sampel balita dalam


pengetahuan orang tua balita di Kelurahan Lalowaru terdapat sebanyak 6,5%
(n=2) yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan sebesar 93,5% (n=29)
yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang.

4. Pola Asuh

Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Pola Asuh Ibu Terhadap Balita

Di Kelurahan Lalowaru
Kelurahan Lalowaaru
Pola Asuh
N  % 
Cukup 3  9,7
Kurang  28  90,3
Total 31 100,0

Berdasarkan Tabel 5. menunjukan bahwa 31 sampel balita di Kelurahan


Lalowaru terdapat sebanyak 9,7% (n=3) yang memiliki riwayat pola asuh gizi
cukup dan sebesar 90,3% (n=28) yang memiliki riwayat pola asuh gizi kurang.

5. Distribusi Penyakit Infeksi Pada Balita


Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Riwayat Penyakit ISPA
Di Kelurahan Lalowaru

Kelurahan Lalowaaru
Riwat Penyakit ISPA
N  % 
Menderita 11  35,5
Tidak Menderita  20  64,5
Total 31 100,0

Berdasarkan Tabel 6. menunjukan bahwa 31 sampel balita di Kelurahan


Lalowaru masih ditemukan balita yang pernah menderita ISPA sebanyak 35,5%
(n=11) sedangkan yang tidak menderita sebanyak 64,5% (n=20).

Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Riwayat Penyakit Diare


Di Kelurahan Lalowaru

Riwat Penyakit Kelurahan Lalowaaru


Diare N  % 
Menderita 7 22,6
Tidak Menderita  24  77,4
Total 31 100,0

Berdasarkan Tabel 7. menunjukan bahwa 31 sampel balita di Kelurahan


Lalowaru masih ditemukan balita yang pernah menderita Diare sebanyak 22,6%
(n=7) sedangkan yang tidak menderita sebanyak 77,4% (n=24).

6. Distrinusi Pelayanan Kesehatan Pada Balita


Tabel 8. Distrinusi Sampel Berdasarkan Pelayan Kesehatan Terhadap Kepemilikan
KMS Dan Buku KIA Di Kelurahan Lalowaru

Memiliki KMS Dan Buku Kelurahan Lalowaaru


KIA N  % 
Ya, dapat menunjukan 9 29,0
Ya, tidak dapat
 16  51,6
menunjukan
Tidak pernah memiliki 6 19,4
Total 31 100,0

Berdasarkan Tabel 8. menunjukan bahwa 31 sampel balita di Kelurahan


Lalowaru terdapat sebanyak 29,0% (n=9) yang dapat menunjukan, 51,6% (n=16)
yang tidak dapat menunjukan dan sebesar 19,4% (n=6) yang tidak pernah
memiliki KMS dan Buku KIA.

Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Pelayan Kesehatan Yang


Mendapatkan Kapsul Vitamin A Di Kelurahan Lalowaru

Mendapatkan Kapsul Kelurahan Lalowaaru


Vitamin A N  % 
Mendapatkan 18 58,1
Tidak Mendapatkan 13 41,9
Total 31 100,0

Berdasarkan Tabel 9. menunjukan bahwa 31 sampel balita di Kelurahan


Lalowaru terdapat sebanyak 58,1% (n=18) mendapatkan kapsul vitamin A,
sedangkan 41,9% (n=13) tidak mendapatkan kapsul vitamin A

Tabel 10. Distribusi Sampel Berdasarkan Pelayan Kesehatan


Yang Menimbang Berat Badan Di Kelurahan Lalowaru

Kelurahan Lalowaaru
Menimbang Berat Badan
N  % 
Sesuai Standar 11 35,5
Tidak Sesuai Standar 20 64,5
Total 31 100,0

Berdasarkan Tabel 10. menunjukan bahwa 31 sampel balita di Kelurahan


Lalowaru terdapat sebanyak 35,5% (n=11) menimbang berat badan sesuai
standar dan 64,5% (n=20) menimbang berat badan tidak sesuai standar.

7. Distribusi Hygiene Dan sanitasi

Tabel 11. Distribusi Sampel Berdasarkan Hygiene


Di Kelurahan Lalowaru

Kelurahan Lalowaaru
Hygiene
N  % 
Bersih 31 100,0
Total 31 100,0

Berdasarkan Tabel 11. menunjukan bahwa 31 sampel balita di Kelurahan


Lalowaru 100% (n=31) yang memiliki tingkat hygiene dalam kategori bersih.

Tabel 12. Distribusi Sampel Berdasarkan Sanitasi


Di Kelurahan Lalowaru

Kelurahan Lalowaaru
Sanitasi
N  % 
Sehat 1 3,2
Kurang 30 96,8
Total 31 100,0

Tabel 12. Menunjukan bahwa 31 sampel balita di Kelurahan Lalowaru


sebanyak 3,1% (n=1) yang memiliki tingkat sanitasi dalam kategori sehat
sedangakan 96,8% (n=30) yang memiliki tingkat sanitasi dalam kategori kurang.

8. Distribusi Asupan Makan

Tabel 13. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Makan Energi

Di Kelurahan Lalowaru

Asupan Makan Kelurahan Lalowaaru


Energi N  % 
Baik 11  35,5
Sedang 4 12,9
Kurang 4  12,9
Defisit 12 38,7
Total 31 100,0

Tabel 13. Menunjukan bahwa dari 31 sampel balita di kelurahan lalowaru


sebanyak 35,5% (n=11) yang memiliki asupan energi baik, 12,9 (n=4) yang
memiliki asupan energi sedang, 12,9% (n=4) yang memiliki asupan energi kurang,
dan 38,7% (n=12) yang memiliki asupan energi defisit.

Tabel 14. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Makan Protein

Di Kelurahan lalowaru

Asupan Makan Kelurahan Lalowaaru


Protein N  % 
Baik 21  67,7
Sedang 1 3,2
Kurang 2  6,5
Defisit 7 22,6
Total 31 100,0

Tabel 14. Menunjukan bahwa dari 31 sampel balita di Kelurahan Lalowaru


sebanyak 67,7% (n=21) yang memiliki asupan protein baik, 3,2% (n=1) yang
memiliki asupan protein sedang, 6,5% (n=2) yang memiliki asupan protein kurang,
dan 22,6% (n=7) yang memiliki asupan protein defisit.

9. Distribusi Pola Makan Dalam Sehari

Tabel 15. Distribusi Sampel Berdasarkan Pola Makan Dalam Sehari

Asupan Makan Kelurahan Lalowaaru


Protein N  % 
Cukup 17  54,8
Kurang 14  45,2
Total 31 100,0

Berdasarkan Tabel 15. menunjukan bahwa 31 sampel balita di Kelurahan


Lalowaru sebagian besar pola makan sehari dalam kategori cukup sebanyak 54,8%
(n=17) dan 45,2% (n=14) kategori kurang.

10. Distribusi Tingkat Pendapatan

Tabel 16. Distribusi Sampel Berdasarkan Pengeluaran Pangan

Di Kelurahan Lalowaru
Kelurahan Lalowaaru
Pengeluaran Pangan
N  % 
Cukup 17  54,8
Kurang 14  45,2
Total 31 100,0

Berdasarkan Tabel 16. menunjukan bahwa 31 sampel balita di Kelurahan


Lalowaru sebagian besar pengeluaran pangan dalam kategori cukup sebanyak
54,8% (n=17) dan 45,2% (n=14) kategori kurang.

B. PEMBAHASAN
1. Status Gizi Pada Balita
a. Indeks berat badan menurut umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran
massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan
yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, penurunan nafsu
makan, atau jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter
antropometri yang sangat labil terutama pada balita yang sangat sensitif
dalam penurunan berat badan.
Hal ini berdasarkan data hasil pada tabel 1. Menunjukan bahwa 31
sampel balita di kelurahan lalowaru terdapat sebanyak 9,7% (n=3) yang
memiliki status gizi lebih, 80,6% (n=25) yang memiliki status gizi baik, 3,2%
(n=1) yang memiliki status gizi kurang dan sebesar 6,5% (n=2) yang memiliki
status gizi buruk.

b. Indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)


Indeks antropometri ini menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton
dan Bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U selain memberikan
gambaran tentang status gizi masa lampau juga berkaitan erat dengan status
sosial ekonomi (Supariasa, dkk, 2016).
Hal ini berdasarkan data hasil pada tabel 2. Menunjukan bahwa 31
sampel balita di kelurahan lalowaru terdapat sebanyak 3,2% (n=1) yang
mengalami status gizi tinggi, 58,1% (n=18) yang mengalami status gizi normal,
12,9% (n=4) yang mengalami status gizi pendek dan sebesar 25,8% (n=8) yang
mengalami status gizi sangat pendek.
c. Indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan.
Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan tinggi badan pada balita dengan kecepatan tertentu.
Perkembangan pada bayi sangat menunjukan keaktifan dalam pertumbuhan
jika asupan makan pada balita tidak dikontrol maka akan rentang terjadinya
pada pertumbuhan pada balita (Supariasa, dkk., 2016).
Hal ini berdasarkan data hasil pada tabel 3. Menunjukan bahwa 31
sampel balita di kelurahan lalowaru terdapat sebanyak 16,1% (n=5) yang
mengalami status gizi gemuk, 77,4% (n=24) yang mengalami status gizi normal,
3,2% (n=1) yang mengalami status gizi kurus, dan sebesar 3,2% (n=1) yang
mengalami status gizi sangat kurus.

2. Tingkat Pengetahuan Orang Tua


Tingkat pengetahuan gizi ibu adalah kemampuan seorang ibu dalam
memahami konsep dan prisnsip serta informasi yang berhubungan dengan gizi.
Dimana, tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pengalaman, faktor
pendidikan, lingkungan, sosial, sarana dan prasarana maupun derajat penyuluhan
yang diperoleh (kismoyo,2005). Tingat pengetahuan sangat penting ataupun
mengukur status gizi keluarga khususnya pada balita. Dan orang yang ikut
berperan penting dalam menentukan status gizi keluarga iyalah ibu. Sehingga ibu
perlu mempunyai pengetahuan ataupun mendapatkan informasi mengenai gizi
dan nutrisi demi tercapainya status gizi yang baik.
Hal ini berdasarkan data hasil pada tabel 4. menunjukan bahwa 31 sampel
balita dalam pengetahuan orang tua balita di kelurahan lalowaru terdapat
sebanyak 6,5% (n=2) yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan sebesar
93,5% (n=29) yang memiliki tingkat p engetahuan yang kurang.

3. Pola Asuh Gizi


Pola pengasuhan anak merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seorang
ibu atau pengasuh lain (bapak, ibu, nenek, anggota keluarga lain) dalam hal
kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, memperhatikan
kebersihan anak, memberikan stimulasi, serta memberikan kasih sayang dan
sebagainya yang dibutuhkan anak untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Kesemuanya berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan fisik dan
mental, status gizi, pendidikan umum, pengetahuan tentang pengasuhan anak
yang baik, peran dalam keluarga dan masyarakat, sifat, pekerjaan sehari-hari, adat
atau kebiasaan keluarga dan masyarakat (Eka dan Setiyaningsih, 2012).
Pola pengasuhan merupakan bentuk umum atau khusus cara mengasuh
anak yang meliputi pengasuhan anak sebelum dan sesudah persalinan, pemberian
ASI dan pemberian makanan, serta pengasuhan bermain. Pemberian ASI yang
dimaksud adalah pengasuhan dari aspek perilaku ibu dalam mempersiapkan ASI
untuk anaknya.
Hal ini berdasarkan data hasil pada tabel 5. Menunjukan bahwa 31 sampel
balita di kelurahan lalowaru terdapat sebanyak 9,7% (n=3) yang memiliki riwayat
pola asuh gizi cukup dan sebesa r 90,3% (n=28) yang memiliki riwayat pola asuh
gizi kurang.

4. Penyakit Infeksi
a. ISPA
ISPA adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya
menular dan dapat menimbulkan gejala penyakit infeksi mulai ringan sampai
penyakit yang parah. Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan okeh virus
atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih
gejala : tenggorakan sakit atau nyeri telan,pilek,batuk kering,atau berdahak.
Periode prevalensi ISPA dihitung dalam 1 bulan terahir (Riskesdas 2013).
Hal ini berdasarkan data hasil pada tabel 6. Menunjukan bahwa 31
sampel balita di kelurahan lalowaru masih ditemukan balita yang pernah
menderita ISPA sebanyak 35,5% (n=11) sedangkan yang tidak menderita
sebanyak 64,5% (n=20)
b. Diare
Diare dapat menyebabkan anak tidak nafsu makan sehingga terjadi
kekurangan jumlah makanan dan minuman yang masuk kedalam tubuhnya,
yang dapat berakibat gizi kurang. Anak yang menerita diare mengalami
penurunan cairan serta gangguan keseimbangan zat gizi dan elektrolit.
Serangan diare berulang atau diare akut yang berat pada anak gizi kurang
merupakan risiko kematian (Depkes, 1997 dalam Lupiana, 2010). Anak yang
menderita diare berulang-ulang dengan masa kesakitan lebih lama akan
mempunyai berat badan lebih rendah daripada tidak pernah diare,. Diare yang
berulang-ulang akan menyebabkan anak menderita KEP dan keadaan ini bisa
berkaitan pada tingginya morbiditas dan mortalitas (Depkes RI, 2001 dalam
Punarsih, 2013).
Hal ini berdasarkan data hasil pada tabel 7. Menunjukan bahwa 31
sampel balita di kelurahan lalowaru masih ditemukan balita yang pernah
menderita diare sebanyak 22,6% (n=7) sedangkan yang tidak menderita
sebanyak 77,4% (n=24).

5. Pelayan Kesehatan
a. Memiliki KMS dan Buku KIA
Data kepemilikan KMS menurut karakteristik anak balita, orangtua,
dan tempat tinggal. Persentase kepemilikan KMS menurut umur, semakin
tinggi umur anak semakin rendah persentase kepemilikan KMS yang dapat
menunjukkan. Persentase KMS yang sudah hilang semakin tinggi dengan
meningkatnya umur anak. Persentase kepemilikan KMS menurut jenis kelamin
anak balita tidak menunjukkan adanya perbedaan. Ada kecenderungan
semakin tinggi kelompok umur semakin rendah kepemilikan KMS yang dapat
menunjukkan. Sebaliknya, semakin tinggi tingkat pendidikan dan status
ekonomi cenderung semakin rendah persentase anak balita yang tidak pernah
memiliki KMS (Riskesdas, 2013).
Hal ini berdasarkan data hasil pada tabel 8. Menunjukan bahwa 31
sampel balita di kelurahan lalowaru terdapat sebanyak 29,0% (n=9) yang dapat
menunjukan, 51,6% (n=16) yang tidak dapat menunjukan dan sebesar 19,4%
(n=6) yang tidak pernah memiliki KMS dan Buku KIA.
b. Mendapatkan kapsul Vitamin A
Kapsul vitamin A diberikan setahun dua kali pada bulan Februari dan
Agustus, sejak anak berusia enam bulan. Kapsul biru (dosis 100.000 IU)
diberikan untuk bayi umur 6-11 bulan dan kapsul merah (dosis 200.000 IU)
untuk anak umur 12-59 bulan (Riskesdas, 2013).
Hal ini berdasarkan data hasil pada tabel 9. Menunjukan bahwa 31
sampel balita di kelurahan lalowaru terdapat sebanyak 54,8% (n=17)
mendapatkan kapsul vitamin A lengkap sesuai umur, 41,9% (n=13)
mendapatkan kapsul vitamin A lengkap namun tidak sesuai umur dan sebesar
3,2% (n=1) yang tidak ada data.
c. Menimbang berat badan
Pada Riskesdas 2010, ditanyakan frekuensi penimbangan anak umur 6-
59 bulan selama enam bulan terakhir yang dikelompokkan menjadi “tidak
pernah ditimbang selama enam bulan terakhir”, ditimbang 1-3 kali yang
berarti “penimbangan tidak teratur”, dan 4-6 kali yang diartikan sebagai
“penimbangan teratur”. Data pemantauan pertumbuhan balita ditanyakan
kepada ibu balita atau anggota rumah tangga yang mengetahui.
Hal ini berdasarkan data hasil pada tabel 10. Menunjukan bahwa 31
sampel balita di kelurahan lalowaru terdapat sebanyak 35,5% (n=11)
menimbang berat badan sesuai standar dan 64,5% (n=20) menimbang berat
badan tidak sesuai standar.

6. Hygiene dan Sanitasi


Widaninggar (2003) menyatakan kondisi lingkungan anak harus benar-
benar diperhatikan agar tidak merusak kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan rumah dan lingkungan adalah bangunan rumah, kebutuhan
ruang (bermain anak), pergantian udara, sinar matahari, penerangan, air bersih,
pembuangan sampah/limbah, kamar mandi dan jamban/ WC dan halaman rumah.
Kebersihan perorangan maupun kebersihan lingkungan memegang peranan
penting bagi tumbuh kembang anak. Kebersihan perorangan yang kurang akan
memudahkan terjadinya penyakit-penyakit kulit dan saluran pencernaan seperti
diare dan cacingan. Sedangkan kebersihan lingkungan erat hubungannya dengan
penyakit saluran pernafasan, saluran pencernaan, serta penyakit akibat nyamuk.
Oleh karena itu penting membuat lingkungan menjadi layak untuk tumbuh
kembang anak sehingga meningkatkan rasa aman bagi ibu atau pengasuh anak
dalam menyediakan kesempatan bagi anaknya untuk mengeksplorasi lingkungan.
Sanitasi lingkungan yang buruk akan menyebabkan anak lebih mudah
terserang penyakit infeksi yang akhirnya dapat mempengaruhi status gizi
(Poedjiadi, 1994). Sanitasi lingkungan sangat terkait dengan ketersediaan air
bersih, ketersediaan jamban, serta kebersihan peralatan makan pada setiap
keluarga. Makin tersedia air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, makin kecil risiko
anak terkena penyakit kurang gizi (Soekirman, 2000).
Hal ini berdasarkan data hasil pada tabel 11. menunjukan bahwa 31 sampel
balita di kelurahan lalowaru sebanyak 3,1% (n=1) yang memiliki tingkat sanitasi
dalam kategori sehat sedangakan 96,8% (n=30) yang memiliki tingkat sanitasi
dalam kategori kurang. Sedangkan pada tabel 12. menunjukan bahwa 100% (n=31)
yang memiliki tingkat hygiene dalam kategori bersih.

7. Asupan makan
Asupan makanan adalah semua jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi setiap hari. Umumnya asupan makanan dipelajari untuk dihubungkan
dengan keadaan gizi masyarakat suatu wilayah atau individu. Informasi ini dapat
digunakan untuk perencanaan pendidikan gizi khususnya untuk menyusun menu
atau intervensi untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM), mulai dari
keadaan kesehatan dan gizi serta produktivitasnya. Mengetahui asupan makanan
suatu kelompok masyarakat atau individu merupakan salah satu cara untuk
menduga keadaan gizi kelompok masyarakat atau individu bersangkutan
(Sumarno, dkk dalam Gizi Indonesia, 1997).
Hal ini berdasarkan data hasil pada tabel 13. menunjukan bahwa dari 31
sampel balita di kelurahan lalowaru sebanyak 35,5% (n=11) yang memiliki asupan
energi baik, 12,9% (n=4) yang memiliki asupan energi sedang, 12,9% (n=4) yang
memiliki asupan energi kurang, dan 38,7% (n=12) yang memiliki asupan energi
defisit. Sedangkan pda tabel 14. menunjukan bahwa sebanyak 67,7% (n=21) yang
memiliki asupan protein baik, 3,2% (n=1) yang memiliki asupan protein sedang,
6,5% (n=2) yang memiliki asupan protein kurang, dan 22,6% (n=7) yang memiliki
asupan protein defisit.

8. Pola Makan
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran
mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu
orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola
makan juga dikatakan sebagai suatu cara seseorang atau sekelompok orang atau
keluarga memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis,
psikologis, kebudayaan dan sosial (Suhardjo, 1989). Jadi pola makan merupakan
suatu kebiasaan makan yang ada dalam suatu kelompok masyarakat tertentu atau
suatu keluarga dalam hal macam dan jumlah bahan makanan yang di makan setiap
hari.
Berdasarkan Tabel 15. menunjukan bahwa 31 sampel balita di Kelurahan
Lalowaru sebagian besar pola makan sehari dalam kategori cukup sebanyak 54,8%
(n=17) dan 45,2% (n=14) kategori kurang.

9. Tingkat Pendapatan
Menurut Madanijah (2004) peningkatan pendapatan merupakan salah satu
faktor yang memberikan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas maupun
kuantitas yang lebih baik. Besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh
terhadap pola konsumsi. Penghasilan keluarga akan menentukan daya beli
keluarga termasuk makanan, sehingga mempengaruhi kualitas dan kuantitas
makanan yang tersedia dalam rumah tangga dan pada akhirnya mempengaruhi
asupan zat gizi (Suhardjo dalam Yuliati, 2008).

Hal ini berdasarkan data hasil pada tabel 16. menunjukan bahwa 31 sampel
balita di kelurahan lalowaru sebagian besar pengeluaran pangan dalam kategori
cukup sebanyak 54,8% (n=17) dan 45,2% (n=14) kategori kurang.

BAB V
RENCANA INTERVENSI

A. Status Gizi Pada Balita


Rencana kegiatan intervensi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
masalah gizi pada balita di Kelurahan Lalowaru yaitu :
1. Kerja sama dengan puskesmas memberikan PMT penyuluhan dan penanganan
penyakit infeksi
2. Melakukan penyuluhan keluarga binaan terkait pola makan dan sanitasi keluarga.

B. Tingkat Pengetahuan Orang Tua


Rencana kegiatan intervensi yang dapat dilakukan untuk masalah tingkat
penegetahuan orang tua balita di Kelurahan Lalowaru yaitu memberikan penyuluhan
bagaimana pemberian pola makan yang baik untuk balita serta edukasi tentang gizi
untuk meningkat pengetahuan orang tua terutama ibu balita.

C. Pola Asuh Gizi


Rencana kegiatan intervensi yang dapat dilakukan untuk masalah kurangnya
pola asuh gizi terhadap orang tua balita di Kelurahan Lalowaru yaitu pola pemberian
makanan yang kurang dan pemberian ASI serta pengasuhan dalam bermain, orang
tuan sangat berperan penting terutama pada ibu balita dengan mengadakan
keluargaan binaan terkait pentingnya gizi seimbang untuk balita.

D. Penyakit Infeksi dan Pelayanan Kesehatan


Rencana kegiatan intervensi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi maslah
penyakit infeksi pada balita di kelurahan lalowaru yaitu :
1. Untuk maslah penyakit infeksi yang pernah diderita pada balita maka dapat
dilakukan penyuluhan tentang sanitasi dan manfaat pelayanan kesehatan
2. Untuk maslah pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang
pelayanan kesehatan bagi balita.

E. Hygiene dan Sanitasi


Rencana kegiatan intervensi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
masalah sanitasi kurang sehata di Kelurahan Lalowaru dapat dilakukan penyuluhan
tentang personal hygiene dan sanitasi lingkungan agar membangkitkan kesadaran
masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat.

F. Asupan makan dan Pola Makan


Rencana kegiatan intervensi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
masalah kurangnya asupan makan dan pola makan pada balita di Kelurahan Lalowaru
dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang gizi seimbang dan pola makan.

G. Tingkat Pendapatan
Rencana kegiatan intervensi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah
sosial ekonomi meliputi pengeluaran pangan di Kelurahan Lalowaru yaitu
memanfaatkan pekarangan/lahan untuk menanam beberapa jenis tanaman yang hasil
penenya dapat dijadikan bahan makanan produksi sendiri seperti tanaman sayur-
sayuran ataupun buah-buahan sehingga dapat mengurangi pengeluaran pangan yang
terlalu tinggi.

BAB VI

PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Masalah gizi pada balita yaitu 9,7% gizi gemuk, 3,2% sangat kurus, 9,7% gizi lebih,
3,2% gizi kurang, 6,5% gizi buruk, 3,2% status gizi tinggi, 12,9% status gizi pendek,
25,8% status gizi sangat pendek, 16,1% status gizi gemuk, 3,2% status gizi kurus,
dan sebesar 3,2% (n=1) status gizi sangat kurus di kelurahan lalowaru.
2. Sebagian besar orang tua balita di kelurahan lalowaru masih kurang tingkat
pengetahuannya yaitu sebesar 93,5%.
3. Sebagian besar balita yang memiliki riwayat pola asuh gizi kurang sebesar 90,3% di
kelurahan lalowaru.
4. Sebagian besar balita ditemukan yang mengalami Diare sebanyak 77,4% serta
masih ditemukan balita yang memiliki riwayat penyakit infeksi ISPA sebanyak
35,5% di kelurahan lalowaru.
5. Sebagian besar balita tidak lengkap pelayanan kesehatan mendapatka
mendapatkan kapsul vitamin A lengkap namun tidak sesuai umur sebesar 41,9%
dan tidak ada data sebesar 3,2%. Sedangkan yang tidak pernah memiliki KMS dan
Buku KIA sebesar 19,4% dan menimbang berat badan tidak sesuai standar
sebesar 64,5% di kelurahan lalowaru.
6. Presentase terdapat sanitasi kurang sangat besar yaitu 96,8% di kelurahan
lalowaru.
7. Presentase terdapat asupan balita masih kurang yaitu meliputi asupan energi
sebesar 12,9% sedangkan yang memiliki asupan energi defisit sebesar 38,7% dan
asupan protein sebesar 6,5% sedangkan yang memiliki asupan protein defisit
sebesar 22,6% di kelurahan lalowaru.
8. Sebagian besar pola makan balita dalam sehari masih kurang sebesar 45,2% dan
dan asupan dalam sehari kategori lebih sebesar 51,6% di kelurahan lalowaru.
9. Sebagian besar pengeluaran pangan masih dalam kategori kurang sebesar 45,2% di
kelurahan lalowaru.

B. SARAN
Tingkat pengetahuan ibu masih sangat rendah di kelurahan lalowaru sehingga
bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat melakukan penyuluhan maupun edukasi
tentang gizi dan kesehatan bagi masyarakat terutama tentang kesehatan anak agar
dapat memperbaiki status gizi anak balita.

Anda mungkin juga menyukai

  • POA Pembuatan Sarana Cuci Tangan
    POA Pembuatan Sarana Cuci Tangan
    Dokumen2 halaman
    POA Pembuatan Sarana Cuci Tangan
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamaran Baru-Dikonversi
    Surat Lamaran Baru-Dikonversi
    Dokumen1 halaman
    Surat Lamaran Baru-Dikonversi
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Laporan Revisi Pagt NK
    Laporan Revisi Pagt NK
    Dokumen7 halaman
    Laporan Revisi Pagt NK
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Ega
    Ega
    Dokumen12 halaman
    Ega
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • OBESITAS
    OBESITAS
    Dokumen8 halaman
    OBESITAS
    Apridayanti Rendelangi
    Belum ada peringkat
  • SAK Gizi Seimbang Pada Ibu Hamil
    SAK Gizi Seimbang Pada Ibu Hamil
    Dokumen7 halaman
    SAK Gizi Seimbang Pada Ibu Hamil
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Kasus DM Gestisional
    Kasus DM Gestisional
    Dokumen9 halaman
    Kasus DM Gestisional
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii2
    Bab Ii2
    Dokumen9 halaman
    Bab Ii2
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Kasus Ny. Martha
    Kasus Ny. Martha
    Dokumen11 halaman
    Kasus Ny. Martha
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Rencana Kegiatan PKL MIG 2020
    Rencana Kegiatan PKL MIG 2020
    Dokumen4 halaman
    Rencana Kegiatan PKL MIG 2020
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Bintang
    Bintang
    Dokumen18 halaman
    Bintang
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kuliahku
    Tugas Kuliahku
    Dokumen2 halaman
    Tugas Kuliahku
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Bintang
    Bintang
    Dokumen18 halaman
    Bintang
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Bintang
    Bintang
    Dokumen18 halaman
    Bintang
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Kasus Poli Ega
    Kasus Poli Ega
    Dokumen11 halaman
    Kasus Poli Ega
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Proposal Mira
    Proposal Mira
    Dokumen23 halaman
    Proposal Mira
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • RAB Fiks
    RAB Fiks
    Dokumen2 halaman
    RAB Fiks
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • ALMI
    ALMI
    Dokumen1 halaman
    ALMI
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Kuliah
    Kuliah
    Dokumen42 halaman
    Kuliah
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Skreening
    Skreening
    Dokumen2 halaman
    Skreening
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Azziis Syg
    Azziis Syg
    Dokumen11 halaman
    Azziis Syg
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Buatannya Ibu
    Buatannya Ibu
    Dokumen6 halaman
    Buatannya Ibu
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • OBESITAS
    OBESITAS
    Dokumen8 halaman
    OBESITAS
    Apridayanti Rendelangi
    Belum ada peringkat
  • Resume Surveilans Gizi
    Resume Surveilans Gizi
    Dokumen40 halaman
    Resume Surveilans Gizi
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Makanan Cair
    Makanan Cair
    Dokumen9 halaman
    Makanan Cair
    MellyYu
    100% (1)
  • Proposal Mira
    Proposal Mira
    Dokumen23 halaman
    Proposal Mira
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Laporan Minyak Lemak 1
    Laporan Minyak Lemak 1
    Dokumen18 halaman
    Laporan Minyak Lemak 1
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat
  • KEK Dot
    KEK Dot
    Dokumen8 halaman
    KEK Dot
    Sitti SR Atika
    Belum ada peringkat
  • Biaya Bahan Makan Steak Cumi Krispy
    Biaya Bahan Makan Steak Cumi Krispy
    Dokumen4 halaman
    Biaya Bahan Makan Steak Cumi Krispy
    Egha Mawarni
    Belum ada peringkat