Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bahan Baku

1. Pengertian Bahan Baku

Menurut Sofjan Assauri (2008:241) bahan baku adalah: “Semua Bahan

Baku meliputi semua bahan yang dipergunakan dalam perusahaan pabrik,

kecuali terhadap bahan-bahan yang secara fisik akan digabungkan dengan

produk yang dihasilkan oleh perusahaan pabrik tersebut”. Jadi Bahan Baku

merupakan salah satu unsur yang paling aktif didalam perusahaan yang

secara terus menerus diperoleh, diubah yang kemudian dijual kembali.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Bahan Baku

Menurut Suyadi Prawirosentono (2001;61) bahan baku adalah : “Bahan

baku adalah bahan utama dari suatu produk atau barang”.

a. Perkiraan pemakaian. Merupakan perkiraan tentang jumlah bahan baku

yang akan digunakan oleh perusahaan untuk proses produksi pada

periode yang akan datang.

b. Harga bahan baku. Merupakan dasar penyusunan perhitungan dari

perusahaan yang harus disediakan untuk investasi dalam bahan baku

tersebut.

c. Biaya-biaya persediaan. Merupakan biaya-biaya yang dibutuhkan oleh


perusahaan untuk pengadaan bahan baku.

d. Kebijaksanaan pembelanjaan. Merupakan faktor penentu dalam

menentukan berapa besar persediaan bahan baku yang akan

mendapatkan dana dari perusahaan.

e. Pemakaian sesungguhnya. Merupakan pemakaian bahan baku yang

sesungguhnya dari periode lalu dan merupakan salah satu faktor yang

perlu diperhatikan.

f. Waktu tunggu. Merupakan tenggang waktu yang tepat maka perusahaan

dapat membeli bahan baku pada saat yang tepat pula, sehingga resiko

penumpukan ataupun kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal

mungkin.

B. Sistem Informasi Akuntansi

Sistem Informasi sangat dibutuhkan untuk memanajemen suatu perusahaan.

Salah satu Sistem Informasi yang digunakan adalah Sistem Informasi Akuntansi.

Sistem Informasi Akuntansi adalah kesatuan struktur dalam sebuah entitas, seperti

perusahaan, yang memperkerjakan sumber- sumber fisik dan komponen-

komponen lain untuk mengubah data ekonomi ke dalam informasi akuntansi,

dengan tujuan untuk memuaskan kebutuhan informasi dari beragam pemakai.

Menurut Wilkinson et al. (2000: 7). Sistem Informasi Akuntansi atau disingkat

SIA, merupakan sebuah sistem (Winarno, 2006).

Sistem Informasi Akuntansi adalah sistem yang bertujuan untuk

mengumpulkan dan memproses data serta melaporkan informasi yang berkaitan


dengan transaksi keuangan (Anastasia Diana, Lilis Setiawati 2011). Definisis

Sistem Informasi Akuntansi (SIA) dapat ditelaah dari ketiga kata penyusunnya,

yaitu sistem, informasi, dan akuntansi. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

menurut Anastasia Diana, Lilis Setiawati (2011) memiliki cakupan yaitu input,

proses dan output.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi

akuntansi merupakan suatu sistem yang tidak berdiri sendiri, Sistem Informasi

Akuntansi memiliki banyak cakupan yang berbeda-beda dan saling bekerja sama

untuk menghasilkan suatu tujuan tertentu.

1. Fungsi Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Romney dan Steinbart (2015; 3) Sistem Informasi Akuntansi

memiliki fungsi penting dalam organisasi yaitu:

a. Mengumpulkan dan menyimpan data aktivitas organisasi,

sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas organisasi, dan

pelaku yang terlibat dalam aktivitas organisasi, termasuk

manajemen, pegawai, dan pihak luar yang berkepentingan

dapat melakukan review ulang terhadap hal-hal yang telah

terjadi.

b. Mengolah data menjadi informasi yang berguna bagi pihak

manajemen untuk pengambilan keputusan dalam aktivitas

oerencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

c. Memberikan pengendalian yang baik agar dapat menjaga

aset-aset organisasi, termasuk data organisasi, untuk


memastikan bahwa data tersebut tersedia pada saat

dibutuhkan, akurat, dan andal.

2. Siklus Sistem Informasi Akuntansi

Sistem Informasi Akuntansi memiliki beberapa siklus pemrosesan

transaksi menurut Mujilan (2012;3) yaitu:

a. Siklus pendapatan. Berkaitan dengan pendistribusian barang dan jasa

ke entitas lain dan pengumpulan-pengumpulan pembayaran yang

berkaitan.

b. Siklus pengeluaran. Berkaitan dengan perolehan barang jasa dari

entitas lain dan pelunasan kewajban yang berkaitan.

c. Siklus produksi. Berkaitan dengan pengubahan sumberdaya menjadi

barang dan jasa.

d. Siklus keuangan. Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan perolehan

dan manajemen dana-dana modal, termasuk kas.

3. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi

Tujuan dilakukannya penyusunan Sistem Informasi Akuntansi adalah

memberikan informasi bagi pihak internal perusahan maupun pihak

eksternal perusahaan. Menurut Mulyadi (2010:19) tujuan dari penyusunan

sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut:

a. Untuk menyediakan informasi bagi pengelola usaha baru. Kegiatan

pengembangan sistem informasi akuntansi terjadi jika perusahaan

baru didirikan atau suatu perusahaan menciptakan usaha baru yang


berbeda dengan usaha yang dijalankan selama ini.

b. Untuk meningkatkan kualitas informasi yang dihasilkan sistem yang

sudah ada. Perkembangan usaha perusahaan menurut sistem akuntansi

untuk menghasilkan laporan dengan mutu informasi yang lebih baik

dan tepat penyajiannya, dengan struktur informasi yang sesuai dengan

tuntutan kebutuhan manajemen.

c. Memperbaiki pengendalian dan pengecekan intern. Akuntansi

merupakan alat pertanggungjawaban kekayaan suatu organisasi.

Pengembangan sistem informasi akuntansi seringkali ditujukan untuk

memperbaiki perlindungan terhadap kekayaan organisasi sehingga

pertanggungjawaban terhadap pengguna kekayaan organisasi dapat

dilaksanakan dengan baik. Pengembangan sistem informasi akuntansi

bertujuan untuk memperbaiki pengecekan intern agar informasi yang

dihasilkan dapat dipercaya.

d. Untuk menekan biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan

akuntansi. Pengembangan sistem informasi akuntansi sering

digunakan untuk menghemat biaya informasi yang merupakan barang

ekonomi, sehingga untuk memperolehnya diperlukan pengorbanan

sumber ekonomi lainnya.

4. Komponen Sistem Informasi Akuntansi

Romney dan Steinbart (2015:3) berpendapat bahwa Sistem Informasi

Akuntansi terdiri dari enam komponen yaitu :


a. People

Merupakan pengguna sistem yang mengoperasikan sistem informasi

dan membutuhkan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi.

Dalam sistem informasi persediaan, pengguna sistem adalah karyawan

atau pemilik yang mengoperasikan sistem informasi, dan pihak

lainnya yang menerima informasi yang dihasilkan oleh sistem

informasi persediaan.

b. Procedures

Merupakan langkah atau instruksi yang digunakan untuk

mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data. Dalam sistem

informasi persediaan, langkah atau intruksi (Procedures) adalah

tahapan-tahapan yang dilakukan oleh perusahaan baik itu secara fisik

atau nyata, dan digital atau komputerisasi untuk mengumpulkan data

persediaan, mengolah data persediaan menjadi informasi persediaan

dan penyimpanan data dan informasi persediaan.

c. Data

Merupakan informasi yang di dalamnya berisi tentang aktivitas bisnis

organisasi yang perlu dikumpulkan, diproses, dan disimpan oleh

sistem informasi. Dalam sistem informasi persediaan, data adalah

catatan persediaan yang didalamnya terdiri dari nama atau jenis

persediaan dan jumlahnya, yang bila belum diolah oleh sistem

informasi belum dapat menghasilkan informasi persediaan yang utuh.


d. Software

Merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk memproses data

organisasi dan menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh

pengguna sistem. Dalam sistem informasi persediaan, software adalah

perangkat lunak yang digunakan perusahaan untuk membantu

mencatat, mengolah, dan menyajikan informasi persediaan, serta

menyimpan informasi persediaan secara digital.

e. Information Technology Infrastructure

Merupakan perangkat keras teknologi informasi, yang terdiri dari

komputer, peralatan pendukung (peripheral device), dan peralatan

untuk komunikasi jaringan. Dalam sistem informasi persediaan,

perangkat keras teknologi informasi adalah sebuah serangkaian

perangkat keras yang digunakan perusahaan sebagai alat bantu

teknologi terkomputerisasi.

f. Internal Control and Security

Merupakan langkah-langkah pengendalian internal dan keamanan

yang dilakukan untuk melindungi sistem informasi dan menjamin

bahwa sistem informasi berjalan dengan baik dan benar. Dalam sistem

informasi persediaan, pengendalian internal adalah pengendalian atas

laporan yang dihasilkan oleh sistem informasi persediaan sehingga

informasi yang dihasilkan relevan. Sedangkan keamanan adalah

tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada


sistem informasi persediaan dan hilangnya informasi yang ada di

dalamnya.

Jogiyanto (2009: 12) mengemukakan bahwa sistem informasi terdiri dari

enam komponen – komponen yang disebutnya dengan istilah blok

bangunan (building block), yaitu blok masukan (input block), blok model

(model block), blok keluaran (output block), blok teknologi (technology

block), blok basis data (database block) dan blok kendali (controls block).

Komponen-komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Blok Masukan

Mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi, termasuk

metode – metode dan media untuk menangkap data yang akan

dimasukkan dapat berupa dokumen – dokumen dasar.

b. Blok Model

Terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model

matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang

tersimpan di basis data untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.

c. Blok Keluaran

Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan

informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk

semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.

d. Blok Teknologi

Teknologi digunakan untuk memenrima input, menjalankan model,

menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan


keluaran dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan.

e. Blok Basis Data

Basis data merupakan data yang saling berhubungan satu dengan yang

lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan

perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data di dalam basis data

perlu diorganisasikan supaya informasi yang dihasilkan

berkualitas.

f. Blok Kendali

Pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan

bahwa hal – hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila

terlanjur terjadi kesalahan dapat langsung cepat diatasi.

C. Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Bahan Baku

a. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Bahan Baku

Menurut Krismiaji (2015;367) sistem akuntansi persediaan adalah suatu

sistem yang mengorganisir catatan persediaan yang dapat memberi tahu

manajer apabila jenis barang tertentu memerlukan penambahan. Sehingga

dapat dikatakan bahwa sistem persediaan bahan baku merupakan sebuah

sistem yang memproses data dan transaksi untuk menghasilkan informasi

yang bermanfaat terkait persediaan bahan baku guna merencanakan,

mengendalikan, dan mengoperasikan bisnis. Sistem informasi akuntansi

dapat mengetahui aktivitas pembelian, penerimaan, dan penjualan barang

jadi oleh perusahaan. Dapat digunakan sebagai kontrol bagi perusahaan,

sehingga perusahaan dapat mengetahui jenis barang yang sedang laku di


pasaran. Sistem ini berkaitan dengan sistem penjualan, sistem retur

penjualan, sistem pembelian, sistem retur pembelian, dan sistem akuntansi

biaya produksi.

Sebuah perusahaan harus dapat mengatur daftar bahan baku yang akan

dibeli dan yang akan diolah. Selain itu juga perlu diketahui apakah

persediaan bahan baku yang ada dalam kondisi baik dan layak untuk

diolah menjadi barang jadi. Informasi tersebut dapat membantu

manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan untuk melakukan

produksi.

b. Metode pencatatan persediaan

Persediaan memiliki peranan yang snagat penting pada perusahaan untuk

menentukan penghasilan atau pendapatan perusahaan. Setiap kesalahan

dalam perhitungan persediaan akan mempengaruhi baik neraca maupun

laporan laba rugi. Contohnya adalah kesalahan dalam perhitungan fisik

persediaan akan mengakibatkan kesalahan pada penyajian saldo

persediaan akhir, aktiva lancar , dan total aktiva pada neraca. Menurut Fess

(2006) metode pencatatan persediaan dibagi menjadi dua yaitu :

a. Sistem Perpetual

Dalam sistem perpetual, semua kenaikan dan penurunan barang

dagang dicatat dengan cara yang sama seperti mencatat kenaikan dan

penurunan kas. Akun persediaan barang dagang awal periode

akuntansi mengindikasikan jumlah stok pada tanggal tersebut.


Pembelian dicatat untuk mendebit Persediaan Barang Dagang dan

mengkredit Kas atau Utang Usaha. Pada tanggal penjualan, harga

pokok barang yang terjual dicatat dengan mendebit Harga Pokok

Penjualan dan mengkredit Persedian Barang Dagang. Perusahaan

harus membuat asumsi arus biaya, pada saat unit-unit barang yang

identik dibeli dengan harga yang berbeda-beda sepanjang suatu

periode. Dalam hal ini digunakan metode FIFO, LIFO, atau biaya

rata-rata. Adapun metode perhitungannya sebagai berikut :

1.) Metode First In First Out (FIFO)

Pada metode ini sebagian perusahaan mengeluarkan barang sesuai

dengan urutan pembeliannya. Biaya-biaya yang dimasukkan

dalam harga pokok penjualan sesuai dengan urutan terjadinya

biaya itu.

2.) Metode Last In Firt Out (LIFO)

Pada metode ini biaya dari unit yang dijual merupakan biaya

pembelian paling akhir. Pemakaian metode LIFO pada awalanya

terbatas untuk situasi yang jarang terjadi di mana unit-unit yang

dijual diamblil dari unit-unit yang dbeli paling akhir. Perusahaan

yang menggunakan metode LIFO, buku besar persediaan kadang-

kadang dicatat hanya dalam unit barang. Unit-unit tersebut

dikonversikan menjadi nilai uang ketika laporan keuangan dibuat

pada akhir periode.

3.) Metode rata-rata biaya


Pada metode ini biaya rata-rata per unit untuk masing-masing

barang dihitung setiap kali pembelian dilakukan. Biaya per unit

kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok setiap

penjualan sampai pembelian berikutnya dilakukan dan rata-rata

baru dihitung.

4.) Sistem Periodik

Dalam sistem periodik yang dicatat hanya pendapatan pada saat

setiap kali dilakukan penjualan. Pada akhir periode akuntansi,

perhitungan fisik dilakukan untuk menentukan biaya atau harga

pokok persediaan dan harga pokok penjualan. Sama seperti pada

sistem perpetual, asumsi arus biaya harus dibuat pada saat unit-

unit yang identik dibeli dengan harga yang berbeda sepanjang satu

periode.

c. Sistem dan prosedur yang berkaitan dengan Sistem Informasi Akuntansi

Persediaan Bahan Baku:

a. Prosedur Pembelian Persediaan Bahan Baku

Bagian produksi akan memberikan daftar kepada bagian pembelian

terkait bahan baku apa saja yang harus dibeli, jumlahnya berapa

banyak, dan kapan harus dipesan melalui surat atau daftar permintaan

pembelian (purchase order). Setelah daftar permintaan pembelian dari

bagian produksi diterima, selanjutnya bagian pembelian akan

mengirimkan surat pesanan kepada calon supplier. Kemudian bagian

pembelian akan mengurus pesanan dan pembeliannya hingga akhirnya


barang tersebut benar-benar diterima.

b. Prosedur Penerimaan Persediaan Bahan Baku.

Setelah supplier mengirmkan barang ke perusahaan, bagian

penerimaan akan mencocokkan barang yang dipesan oleh perusahaan

dengan barang yang sudah diterima dari supplier. Setelah barang

barang yang diterima sesuai dengan pesanaan, maka bagian

penerimaan akan memberikan laporan kepada bagian pembelian.

Barang yang sudah diterima dan diperiksa sesuai dengan pesanaan

akan dikirimkan kebagian penyimpanan atau bagian gudang. Supplier

tidak hanya mengirimkan barang yang sudah dipesan saja tetapi juga

akan membuatkan dan mengirimkan faktur pembelian kepada bagian

pembelian dan disampaikan kepada bagian pembukuan.

c. Prosedur Penyimpanan dan Pengeluaran Persediaan Bahan

Baku Merupakan salah satu prosedur yang membentuk

sistem akuntansi biaya produksi. Pada prosedur ini, dicatat

harga pokok persediaan bahan baku, bahan penolong, bahan

habis pakai pabrik, dan suku cadang yang digunakan dalam

kegiatan produksi maupun non produksi. Pada bagian ini,

barang yang diterima akan dikelompokkan berdasarkan jenis,

ukuran, dan sifatnya. Apabila bagian produksi memerlukan

bahan baku untuk melakukan produksi, maka bagian ini akan

mengirimkan surat permintaan bahan baku kepada bagian

gudang yang selanjutnya akan dikirimkan juga ke bagian


pembukuan dan akuntansi untuk digunakan dalam pencatatan

perubahan persediaan dan pencatatan akuntansi biaya.

d. Fungsi yang terkait

Menurut Mulyadi (2010:560), beberapa fungsi yang terkait dalam sistem

informasi akuntansu persediaan bahan baku antara lain:

a. Bagian Gudang

Bagian ini bertugas mencatat persediaan keluar dan masuk dalam Kartu

Gudang. Tugas lain pada bagian gudang yaitu menerima dan mengisi

Surat Order Penjualan dari bagian Order Penjualan.

b. Bagian Pembelian

Bagian ini bertugas untuk melakukan pemeriksaan harga barang, dan

menentukan pemasok yang akan dipilih untuk pengadaan bahan baku

gudang serta mengeluarkan order pembelian kepada pemasok.

c. Bagian Penerimaan

Bagian ini bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan terhadap

jenis, mutu, dan kuantitas barang yang diterima oleh perusahaan.

d. Bagian Kartu Persediaan

Bagian ini bertugas untuk mencatat keluar dan masuknya persediaan

barang berdasarkan faktur.

1. Dokumen yang digunakan

Menurut Mulyadi (2010:562), dokumen yang digunakan dalam sistem

persediaan antara lain:


a. Surat Order Pembelian

Merupakan dokumen yang digunakan untuk melakukan order barang

kepada pemasok.

b. Laporan Penerimaan Bahan Baku

Dokumen ini dibuat oleh fungsi penerimaan guna menunjukkan bahwa

barang yang diterima dari pemasok telah memenuhi syarat berupa jenis

spesifikasi, mutu, dan kuantitas sesuai yang tercantum dalamm surat

order pembelian.

c. Bukti Memorial

Dokumen ini ibuat untuk mencatat tambahan kuantitas dan harga pokok

persediaan dalam kartu persediaan dan digunakan sebagai sumber

dalam mencatat transaksi selesainya produk jadi dalam jurnal umum.

d. Kartu Perhitungan Fisik

Dokumen ini digunakan untuk merekam hasil perhitungan fisik

persediaan.

2. Catatan akuntansi

Menurut Mulyadi (2010:19), beberapa catatan akuntansi yang digunakan

dalam sistem perhitungan fisik persediaan adalah:

a. Kartu Persediaan

Digunakan untuk mencatat kuantitas dan harga pokok barang yang

disimpan di gudang dan tercantum pada kartu persediaan oleh bagian

kartu persediaan, berdasarkan hasil perhitungan fisik persediaan.

b. Kartu Gudang
Berfungsi sebagai identitas barang yang disimpan, sehingga

mempermudan pencarian barang dan sekaligus untuk mencatat mutasi

kuantitas barang yang tercantum dalam kartu gudang yang

diselenggarakan oleh bagian gudang, berdasarkan hasil perhitungan

fisik barang.

c. Jurnal Umum

Pada sistem ini, jurnal umum digunakan untuk mencatat jurnal

adjusment rekening persediaan karena adanya perbedaan antara saldo

yang dicatat dalam rekening persediaan dengan saldoo berdasarkan

perhitungan fisik.

3. Kebutuhan informasi dalam Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Bahan

Baku

Kebutuhan informasi pada sistem akuntansi persediaan bahan baku

merupakan gabungan antara informasi pada sistem pembelian, sistem retur

pembelian, sistem penjualan, dan sistem retur penjualan. Kebutuhan

informasi tersebut antara lain:

a. Jumlah kuantitas dan harga pokok produk yang dijual dan dibeli selama

jangka waktu tertentu.

b. Jumlah kuantitas dan harga pokok produk yang dikirimkan kembali

kepada pemasok selama jangka waktu tertentu.

c. Jenis persediaan yang telah mencapai titik pemesanan kembali (reorder

point).

d. Identitas pemasok.
e. Otorisasi pejabat yang berwenang.

D. Analisis Kelayakan Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:4), “Analisis sistem

merupakan penjabaran dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam

berbagai bagian komponennya dengan maksud agar bisa mengidentifikasi

dan mengevaluasi berbagai macam masalah atau hambatan yang timbul

pada sistem sehingga nantinya bisa dilakukan penanggulangan, perbaikan

dan juga pengembangan”.

Analisis kelayakan suatu sistem dapat dilakukan dengan metode

analisis PIECES dan analisis TELOS, berikut penjelasannya:

1. Analisis PIECES

Menurut Wetherbe (2012), Analisis PIECES (Performance,

Information, Economy, Control, Efficiency, Service) untuk

mengoreksi atau memperbaiki sistem informasi bagi pengambil

keputusan dalam suatu organisasi. Analisis tersebut terdiri dari:

a. Performance

Analisis kinerja merupakan kemampuan menyelesaikan tugas

pelayanan dengan cepat sehingga tujuan segera tercapai.

Kinerja dapat diukur dari throughput dan response time.

Throughput adalah jumlah dari pekerjaan yang dilakukan suatu

saat tertentu. Response time merupakan rata-rata waktu yang

tertunda diantara dua transaksi ditambah dengan waktu respon


untuk menanggapi transaksi tersebut.

b. Information

Analisis informasi merupakan evaluasi kemampuan sistem

informasi untuk menghasilkan produk yang bermanfaat dalam

menangani masalah yang muncul. Kualitas informasi diukur

dari bagaimana keakuratan pembuatan laporan informasi yang

ada. Peningkatan kualitas informasi bukan berarti kjumlah

informasi juga meningkat, karena terlalu banyak informasi

yang didapat maka akan timbul masalah baru. Evaluasi yang

dilakukan pada kemampuan sistem informasi dalam

menghasilkan informasi yang bermanfaat sangat diperlukan

untuk menangani peluang masalah yang muncul. Situasi yang

membutuhkan adanya peningkatan informasi seperti :

1.) Kurang mendapatkan informasi mengenai keputusan atau

situasi yang sekarang.

2.) Informasi yang didapat tidak relevan dengan keputusan

ataupun situasi sekarang.

3.) Tidak mendapat informasi secara tepat waktu.

4.) Terlalu banyak informasi yang masuk.

5.) Informasi yang didapat tidak akurat.

c. Economy

Analisis ekonomi merupakan penilaian sistem dari biaya dan

keuntungan yang akan didapat dari sistem yang diterapkan. Sistem ini
memberikan manfaat pada penghematan operasional dan keuntungan

untuk perusahaan. Hal yang diperlukan dalam analisis ini adalah biaya

dan keuntungan. Analisis ekonomi ini diukur dengan cara bagaimana

terhadap manfaat-manfaat dan keuntungan atau penurunan biaya yang

terjadi. Penghitungan analisis ekonomi dapat dilakukan dengan cara

melakukan perbandingan antara perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk

mengelola sistem, dengan biaya sebenarnya yang dibutuhkan untuk

mengelola sistem pada suatu periode. Apa bila pada akhir periode

tersebut biaya sebenarya lebih besar dari pada perkiraan biaya yang

dibutuhkan untuk mengelola sistem, maka dapat dikatakan bahwa

sistem tersebut mengurangi keuntungan perusahaan dan meningkatkan

kebutuhan biaya operasional perusahaan. Sistem yang baik hendaknya

mampu dengan sendirinya mengurangi biaya operasional perusahaan

sehingga dapat memaksimalkan kinerja perusahaan dan meningkatkan

keuntungan perusahaan.

d. Control

Analisis pengendalian merupakan sistem yang berguna untuk

mengamankan data dari kerusakan, mislanya perusahaan melakukan

back up data. Selain mengamankan data, sistem keamanan juga harus

bisa mengamankan data dari akses yang tidak diijinkan. Analisis ini

meliputi pengawasan dan pengendalian. Pengendalian dapat diukur dari

peningkatan pengendalian yang dilakukan unttuk mendeteksi dan

memperbaiki kesalahan dan kecurangan yang akan terjadi.


Pengendalian ini difungsikan untuk mendeteksi kesalahan sistem,

mencegah kesalahan sistem, meningkatkan kinerja sistem, menjamin

keamanan data, informasu dan persyaratan. Perlu diperhatikan tentang

keamanan atau control yang lemah atau keamanan yang berlebihan

dalam analisis keamanan ini.

e. Efficiency

Efisiensi berhubungan dengan sumber daya yang digunakan dengan

pemborosan paling minimum. Efisiensi dapat diukur dengan cara

melakukan perbandingan antara nilai manfaat dari output yang

dihasilkan oleh sistem dibandingkan dengan nilai sumberdaya yang

dibutuhkan untuk input dan process. Sistem yang efisien akan mampu

menghasilkan nilai manfaat output yang lebih tinggi daripada nilai

sumberdaya yang dibutuhkan. Apabila nilai manfaat output yang

dihasilkan lebih rendah daripada nilai sumberdaya yang dibutuhkan

maka sistem tersebut dapat dikatakan tidak efisien.

f. Service

Analisis pelayanan digunakan untuk mengkoordinasikan aktifitas agar

sesuai dengan tujuan dan sasaran pelayanan yang akan dicapai.

Pelayanan yang dimaksud dari sebuah sistem adalah penyajian output

dari proses yang dilakukan sistem. Pelayanan dari sistem dibutuhkan

untuk menyelesaikan pekerjaan, dan memperoleh informasi yang

dibutuhkan dengan mudah, serta untuk proses evaluasi kerja. Pelayanan

diukur dari bagaimana sistem mampu menyajikan output yang


dibutuhkan pengguna. Sistem yang baik akan mampu menyajikan

kebutuhan pengguna dengan mudah dan dalam waktu yang relative

singkat. Apabila sistem tidak dapat menyajikan kebutuhan pengguna

dengan mudah dan membutuhkan waktu yang lama maka sistem

tersebut dapat dikatakan memiliki pelayanan yang tidak baik.

E. Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Mulyadi, ( 2010: 39 ) Pengembangan Sistem Pengembangan sistem

merupakan langkah-langkah yang dilalui oleh analis sistem dalam pengembangan

sistem informasi. Dalam pembagian sistem terdapat 3 tahapan, yaitu: analisis

sistem, desain sistem, dan implementasi sistem,).

Menurut Nugroho Widjajanto (2001: 521), “Pengembangan sistem sebagai

daur dari suatu perkembangan sistem informasi mulai dari konsepsi yang

berwujud gagasan, proses pengembangannya, hingga implementasi dan

operasionalnya”.

1. Metode Pengembangan Sistem

Menurut Susanto, Azhar (2004:341), Metode pengembangan sistem

informasi terdiri dari beberapa metode, antara lain:

a. Metode System Development Life Cycle (SDLC)

System Development Life Cycle (SDLC) merupakan salah satu metode

pengembangan sistem informasi yang pertama kali dikembangkan yang

dilakukan oleh analisis sistem dan programer untuk membangun sebuah

sistem informasi. Metode ini sering dinamakan proses pemecahan


masalah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1.) Tahap Analisis

Merupakan tahap analisis yang mempelajari sistem informasi yang

sedang berjalan. Sangat berguna untuk mengetahui sebab dan akibat

yang ditimbulkan oleh masalah, sehingga akan menghasilkan

pelaporan yang mengungkapkan adanya permasalahan. Tahapan

analisis sistem merupakan sebuah penerapan pemecahan persoalan

organisasi berdasarkan kesisteman. Analisis tersebut dilakukan oleh

suatu tim kerja yang merupakan tim multidisiplin sehingga dapat

mengevaluasi permasalahan dari berbagai sudut pandang organisasi.

Menurut Mujilan (2013;10) Analisis Sistem meliputi beberapa aspek

yaitu :

a.) Studi Pendahuluan

Merupakan kegiatan awal dari analisis sistem. Studi ini meliputi:

jenis, ruang lingkup dan pemahaman awal dari proyek

pengembangan sistem. Hasilnya adalah: pemahaman awal dan

perkiraan biaya.

b.) Studi Kelayakan (feasibility study)

Terdiri dari lima macam kekayaan yang disebut TELOS yang

berupa kelayakan Teknologi, Ekonomi, Legal, Operasi, dan

Sosial. Layak secara teknologi jika teknologi yang dibutuhkan

tersedia atau dapat diperoleh. Layak secara ekonomi jika

manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya yang


dikeluarkan serta dana tersedia. Layak secara legal jika tidak

melanggar peraturan dan hukum. Layak secara operasi jika

sistem dapat dioperasikan dan dijalankan. Layak secara sosial

jika tidak mempuyai pengaruh negatif terhadap lingkungan

sosial.

c.) Mengidentifikasi Permasalahan dan Kebutuhan Informasi

Pemakai

Mengidentifikasi masalah dilakukan dengan mengidentifikasi

penyebab masalahnya yang merupakan sumber permasalahan

yang harus diperbaiki. Kemudian dapat dilakukan peelitiaan

terkait dengan data dan sistem yang telah ada.

d.) Menganalisis hasil penelitian

Menganalisis kelemahan dan kebutuhan informasi pemakai

Menganalisis kelemahan dimaksudkan agar sistem dapat

menghasilkan informasi yang relevan.

e.) Mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan pemakai.

Untuk mendapatkan pemaahaman tentang kebutuhan informasi,

tim kerja hendaknya mencari data tertentu yang dapat dijadikan

tilik tolak analisis.Data tersebut berisi tentang tugas utama

manaher, jenis-jenis permasalahan yang sering dihadapi

manajer, evaluasi yang dapat digunakan untuk menilai kinerja

manajer, dan bagaiman cara yang dapat digunakan manajer

dalam melakukan evaluasi output yang diterima.


f.) Memahami sistem yang ada

Untuk bisa memahami sistem yang ada, tim kerja bisa

menerapkan beberapa strategi yaitu menanyakan langsung

kepada pengguna apa yang mereka butuhkan, melakukan analisa

sistem yang ada, baik internal maupun eksternal dan menggali

lebih dalam tentang penggunanya. Selanjutnya pembuatan

prototype, dimana analis sistem membuat gambaran sistem

kasar dan meminta pengguna untuk melakukan koreksi pada

sistem kasar yang sudah dibuat.

g.) Menganalisis hasil penelitian

Hasil analisis sistem dicantumkan didalam laporan anaisis

sistem yang berisi tentang berbagai analisis serta kuumpulan

data yang dijadikan bahan analisis.

2. Perancangan Sistem

Desain sistem adalah proses pengembangan sistem berdasarkan dari hasil

analisis sistem. Menurut Romney dan Steinbart (2015) terdapat dua

tahapan untuk desain sistem yaitu :

a. Desain konseptual sistem

Pada tahap ini pengembang membuat sebuah kerangka kerja umum

untuk mengimplementasikan kebutuhan pemakai dan mengatasi

masalah yang diidentifikasikan dalam tahap analisis. Desain konseptual

meliputi :

1.) Evaluasi berbagai alternatif desain


2.) Membuat spesifikasi desain

3.) Membuat laporan desain konseptual sistem

b. Desain fisik sistem

Selama tahap desain fisik sistem, perusahaan menetapkan bagaimana

desain konseptual SIA akan diimplementasikan. Desain fisik

mengartikan persyaratan luas dan berorientasi pemakai dari SIA desain

konseptual, ke dalam spesifikasi terinci yang digunakan untuk

pengkodean dan pengujian- pengujian komputer. Desain fisik sistem

meliputi :

1.) Desain output

2.) Desain file dan database

3.) Desain Input

4.) Desain program

5.) Desain prosedur

6.) Desain pengendalian

Anda mungkin juga menyukai