Sintia Demam Berdarah PDF
Sintia Demam Berdarah PDF
ABSTRACT
2
merupakan keadaan darurat yang subtropis yang ditemukan di bumi,
dikenal dengan Dengue biasanya antara garis lintang 350U
Hemorrhagic Fever (DHF) dan dan 350S kira-kira berhubungan
Dengue Shock Syndrome (DSS). dengan musim dingin isoterm 100C.
Manifestasi klinis infeksi Meskipun Aedes aegypti telah
virus Dengue termasuk didalamnya ditemukan sampai sejauh 450U,
Demam Berdarah Dengue sangat invasi ini telah terjadi (WHO,
bervariasi, mulai dari asimtomatik, 1999).
demam ringan yang tidak spesifik, Virus Dengue ditularkan dari
Demam Dengue, Demam Berdarah orang ke orang melalui gigitan
Dengue, hingga yang paling berat nyamuk Aedes (Ae.) dari subgenus
yaitu Dengue Shock Syndrome Stegomyia. Ae. aegypti merupakan
(DSS). vektor epidemi yang paling utama,
Dalam praktek sehari-hari, namun spesies lain seperti Ae.
pada saat pertama kali penderita albopictus, Ae. polynesiensis,
masuk rumah sakit tidaklah mudah anggota dari Ae. Scutellaris
untuk memprediksikan apakah complex, dan Ae. (Finlaya) niveus
penderita Demam Dengue tersebut juga dianggap sebagai vektor
akan bermanifestasi menjadi ringan sekunder. Kecuali Ae. aegyti
atau berat. Infeksi sekunder dengan semuanya mempunyai daerah
serotipe virus dengue yang berbeda distribusi geografis sendiri-sendiri
dari sebelumnya merupakan faktor yang terbatas. Meskipun mereka
resiko terjadinya manifestasi Deman merupakan host yang sangat baik
Berdarah Dengue yang berat atau untuk virus Dengue, biasanya
Dengue Shock Syndrome (DSS). mereka merupakan vektor epidemi
Namun sampai saat ini mekanisme yang kurang efisien dibanding Ae.
respons imun pada infeksi oleh virus aegypti. (WHO, 2000)
Dengue masih belum jelas, banyak 4. Patofisiologi
faktor yang mempengaruhi kejadian Patogenesis DBD tidak
penyakit Demam Berdarah Dengue, sepenuhnya dipahami, namun
antara lain faktor host, lingkugan terdapat dua perubahan
(environment) dan faktor virusnya patofisiologis yang menyolok, yaitu
sendiri. Faktor host yaitu kerentanan Meningkatnya permeabilitas
(susceptibility) dan respon imun. kapiler yang mengakibatkan
Faktor lingkungan (environment) bocornya plasma, hipovolemia dan
yaitu kondisi geografi (ketinggian terjadinya syok. Pada DBD terdapat
dari permukaan laut, curah hujan, kejadian unik yaitu terjadinya
angin, kelembaban, musim); kebocoran plasma ke dalam rongga
Kondisi demografi (kepadatan, pleura dan rongga peritoneal.
mobilitas, perilaku, adat istiadat, Kebocoran plasma terjadi singkat
sosial ekonomi penduduk). (24-48 jam). Adanya kompleks
3. Vektor imun telah dilaporkan pada DBD,
Nyamuk Aedes aegypti namun demikian peran kompleks
maupun Aedes albopictus antigen-antibodi sebagai penyebab
merupakan vektor penular virus aktivasi komplemen pada DBD
dengue dari penderita kepada orang belum terbukti. Selama ini diduga
lainya dengan melalui gigitanya bahwa derajat keparahan penyakit
(Soedarto, 1996). Aedes aegypti DBD dibandingkan dengan DB
adalah spesies nyamuk tropis dan dijelaskan dengan adanya
3
pemacuan dari multiplikasi virus di diintepretasikan dengan melihat
dalam makrofag oleh antibodi kenaikan titer antibodi fase
heterotipik sebagai akibat infesi konvalesen terhadap titer
Dengue sebelumnya. Namun antibodi fase akut (naik 4 kali
demikian, terdapat bukti bahwa lipat atau lebih)
faktor virus serta respons imun cell- d. Diagnosis Radiologis
mediated terlibat juga dalam Pada foto thoraks (rontgen dada)
patogenesis DBD. (WHO, 2000). terhadap kasus DBD derajat
5. Gejala Klinis III/IV dan sebagian besar derajat
a. Diagnosis Klinis II, didapatkan efusi pleura,
Kasus DBD : demam tinggi terutama di sebelah hemitoraks
mendadak, tanpa sebab yang kanan. Asites dan efusi pleura
jelas, berlangsung terus- dapat dideteksi dengan
menerus, selama 2-7 hari, pemeriksaan Ultra Sonografi
manifestasi perdarahan : uji (USG)
Tourniquet positif, petekie, e. Diagnosis Diferensialis
ekimosis atau purpura, Diagnosis banding mencakup
perdarahan mukosa, saluran infeksi bakteri, virus atau infeksi
cerna, dan tempat bekas parasit seperti : demam tifoid,
suntikan, hematemetik/melena campak, influenza, hepatitis,
Kasus SSD : kasus DBD demam chikungunya,
ditambah gangguan sirkulasi leptospirosis dan malaria.
yang ditandai dengan : nadi (Sumber: dirangkum dari buku
cepat, lemah, perfusi perifer Tatalaksana DBD di Indonesia,
menurun, hipotensi, kulit dingin- Depkes RI, Dirjen P2MPL,
lembab, keadaan pasien gelisah 2004, hal. 10-19).
b. Diagnosis Laboratoris 6. Pengobatan Demam Berdarah
Trombositopenia : penurunan Dengue
jumlah trombosit (kurang dari Penanganan Simtomatis :
100.000/ul). Pemeriksaan mengatasi keadaan sesuai keluhan
trombosit perlu diulang sampai dan gejala klinis pasien. Pada fase
terbukti jumlah trombosit dalam demam pasien dianjurkan untuk :
batas normal atau menurun. tirah baring, selama masih demam,
Hemokonsentrasi : peningkatan minum obat antipiretika (penurun
kadar hematokrit lebih dari 20%, demam) atau kompres hangat
mencerminkan peningkatan apabila diperlukan, diberikan cairan
permeabilitas kapiler dan dan elektrolit per oral, jus buah,
perembesan plasma darah. sirop, susu, disamping air putih,
c. Diagnosis Serologis dianjurkan paling sedikit diberikan
Ada beberapa jenis uji serologi selama 2 (dua) hari.
yang dipakai untuk menentukan Pengobatan Suportif :
adanya infeksi virus dengue, mengatasi kehilangan cairan plasma
misalnya: uji hemaglutinasi dan kekurangan cairan. Pada saat
inhibisi (Haemagglutination suhu turun bisa saja merupakan
Inhibition Test), uji komplemen tanda penyembuhan, namun semua
fiksasi (Complement Fixation pasien harus diobservasi terhadap
Test), uji neutralisasi komplikasi yang dapat terjadi
(Neutralization test), IgM Elisa, selama 2 hari, setelah suhu turun.
IgG Elisa. Hasil Tes Serologis Karena pada kasus DBD bisa jadi
4
hal ini merupakan tanda awal D. Metode Penelitian
kegagalan sirkulasi (syok), sehingga Penelitian ini adalah penelitian
tetap perlu dimonitor suhu badan, non eksperimental dengan rancangan
jumlah trombosit dan kadar deskriptif non analitis. Lokasi
hematokrit, selama perawatan. penelitian adalah di RSIY PDHI
Penggantian volume plasma yang Yogyakarta. Bahan penelitian adalah
hilang, harus diberikan dengan lembar rekam medik pada pasien anak
bijaksana, apabila terus muntah, yang menderita demam berdarah
demam tinggi, kondisi dehidrasi dan dengue di Rumah Sakit Panti Rapih
curiga terjadi syok (presyok). Yogyakarta periode Februari 2010.
Jumlah cairan yang diberikan Tahap-tahap penelitian ini terdiri atas :
tergantung dari derajat dehidrasi dan analisis situasi, pengambilan data
kehilangan elektrolit, dianjurkan (meliputi : proses penelusuran data,
cairan glukosa 5% didalam larutan proses pengumpulan data, proses
NaCL 0,45%. Jenis cairan sesuai pencatatan data ) dan penyelesaian
rekomendasi WHO, yakni: larutan data.
Ringer Laktat (RL), ringer asetat Tata cara analisis data
(RA), garam faali (GF), (golongan penelitian dilakukan dengan metode
Kristaloid), dekstran 40, plasma, statistik deskrptif. Data yang didapat
albumin (golongan Koloid), disajikan dalam bentuk tabel
(Sumber: dirangkum dari buku berdasarkan jumlah obat, golongan
Tatalaksana DBD di Indonesia, obat, jenis obat, cara pemberian.
Depkes RI, Dirjen P2MPL, 2004,
hal. 25-29).
E. Hasil Penelitian
5
2. Jumlah Obat Yang Digunakan
b. Analgetik Antipiretik
c. Anti Emetik
6
d. Anti Histamin
e. Antibiotik
f. Anti Diare
g. Anti Asma
h. Mukolitik
i. Antasida
j. Anti Amoeba
7
4. Cara Pemberian Obat
8
dengue meliputi analgetik 6. Cara pemberian obat di RSIY PDHI
antipiretik, anti emetik, anti Yogyakarta pada pasien anak
histamin, antibiotik, anti diare, anti demam berdarah dengue meliputi
asma, mukolitik, antasida, anti oral dan parenteral.
amoeba dan rehidrasi.
5. Jenis obat yang diberikan antara lain H. Saran
pamol, praxion, paracetamol, 1. Perlu dilakukan penelitian lebih
ottopan, domperidon, tomit, lanjut tentang interaksi obat yang
villidin, tilidon, antrain, dapat timbul dalam pengobatan
ondansetron, gerdilium, vomitas, serta peneliti kerasionalan obat
ranitidin, CTM, cetinal, ampicillin, yang digunakan.
amoxicillin, ceftriaxon, cefixime, 2. Perlu peningkatan, pemantauan dan
thiamicin, zince pro, dialac, fartolin evaluasi pemberian obat pada
exp, sistenol, gastridin, pasien anak.
metronidazol dan flagyl.
9
I. Daftar Pustaka
Darmanto dan Eddy, 2000, Kebijakan MIMS Edisi Bahasa Indonesia Volume
Penggunaan Obat Rasional, 9 tahun 2008
Dalam Laporan Pelatihan http://www.indonesiaindonesia.com/f/7
Penggunaan Obat Rasional 606-demam-berdarah/.
Din. Kes. Kabupaten Bantul Diakses tanggal 22 Maret
Propinsi D.I.Y, Dinas 2010, 20.30
Kesehatan Kabupaten Bantul
(Tidak dipublikasikan). Khie Chen, Herdiman T. Pohan, Robert
Sinto, 2009.http://www.dexa-
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W.I medica.com/images/publicatio
dan Setiowulan, 2000, Kapita n_ upload
Selekta Kedokteran, edisi ke- 090324152955001237863562
3, jilid 2, Penerbit Media medicinus_maret-
Asculapius, Fakultas mei_2009.pdf. diakses tgl 22
Kedokteran Universitas maret 2010, 20.30
Indonesia, Jakarta, 428-433.
http://www.puskel.com/5-kriteria-
Sugiyono, 2002, Sistematika Untuk diagnosis-dugaan-kasus-
enelitian. Raja Grafindo demam-berdarah-dengue/.
Persada, Yogyakarta