Anda di halaman 1dari 38

TUGAS MAKALAH

“TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK HUMANISTIC DAN KOGNITIF”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H. Juntika Nurihsan, M.Pd.

Disusun Oleh :

Yusniwidayati Harefa 131020190014


Amina Oktavia 131020190016
Nurlaila 131020190018

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
segala karunia dan Ridho-NYA, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah
dengan sub pokok Teori Belajar Behavioristik Humanistic Dan Kognitif Makalah ini
disusun guna memenuhi salah satu Tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan di Prodi
Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Atas tersusunnya tugas ini penyusun menyadari banyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar besarnya, kepada Prof. Dr. H. Juntika Nurihsan,
M.Pd dan teman-teman prodi S2 Kebidanan Angkatan 22.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak keterbatasan, sehingga
penyusun sangat mengharapkan kritik yang membangun dan saran guna perbaikan
pada makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bandung, Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................4
1.2 Rumusan masalah ......................................................................................7
1.3 Tujuan ………….......................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi belajar..........................................................................................9
2.2 Teori Behavioristik....................................................................................10
2.3 Teori Belajar Kognitif...............................................................................10
2.4 Teori Humanistik......................................................................................11
2.4.1 Konsep Teori Belajar Humanistik........................................12
2.4.2 Tokoh-Tokoh Teori Belajar Humanistik……………………16
2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik……..19
2.4.4 Pembelajaran Humanistik…………………………………..20
2.4.5 Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Proses………….22
Pembelajaran
2.4.6 Implikasi Teori Belajar Humanistik Terhadap ……………24
Proses Pembelajaran
2.5 Teori Belajar Kognitif..............................................................................25
2.5.1 Konsep Teori Belajar Kognitif.............................................26
2.5.2 Tokoh-tokoh Teori Belajar Kognitif....................................26
2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif.............32
2.5.4 Aplikasi dan Implikasi Teori Belajar Humanistik ..............33
dalam Proses Pembelajaran

3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……....................................................................................35
3.2 Saran.......................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar  adalah  key  term,  'istilah  kunci'  yang  paling  vital 
dalam setiap usaha pendidikan.  Belajar  merupakan  suatu  aktifitas 
mental/psikis  yang  berlangsung  dalam interaksi  aktif  dengan  lingkungan, 
yang  menghasilkan perubahan perubahan dalam pengetahuan,  pemahaman, 
keterampilan,  nilai  sikap,  dan perubahan  itu  bersifat  secara relatif konstans
dan membekas.
Pribadi  manusia  itu  dapat  berubah  karena  dipengaruhi  oleh  sesuatu, 
karena  itu  ada usaha  untuk  mendidik  pribadi  dan  membentuk  pribadi. 
Belajar  juga  memainkan  peran penting  dalam  mampertahankan  kehidupan 
sekelompok  umat  manusia  (bangsa)  di  tengah tengah  persaingan  yang 
semakin  ketat  di  antara  bangsabangsa  lainnya  yang  lebih  dahulu maju 
karena  belajar.  Akibat  persaingan  tersebut,  kenyataan  tragis  bisa  pula 
terjadi  karena belajar.
Menurut  Muhibbin  Syah,  seorang  peserta  didik  yang  menempuh 
proses  belajar, idealnya  ditandai  oleh  munculnya  pengalamanpengalaman 
psikologis  baru  yang  positif, yaitu  pengalamanpengalaman  bersifat 
kejiwaan  yang  diharapkan  dapat  mengembangkan aneka ragam sifat, sikap,
dan kecakapan yang konstruktif, bukan kecakapan yang destruktif (merusak).
Namun,  banyak  ditemukan  proses  pembelajaran terjadi  tanpa 
memperhatikan kondisi psikologis  siswa. Sejauh  ini, masih banyak  teori
belajar  lebih menekankan peranan lingkungan dan faktorfaktor kognitif dalam
proses belajar mengajar. Hal demikian tampak ketika    peserta  didik  belajar 
sangat  dipengaruhi  oleh  bagaimana  dia  berpikir.  Guru  hanya
mengidentifikasi  apa  yang  penting,  sulit,  atau  sesuatu  yang  belum 
dikenal,  dan membangkitkan  informasi  yang  telah  dipelajari.  Hal  ini  juga 

5
terlihat  dari  metode  yang digunakan  guru  masih  bersifat  konvensional, 
yaitu  ceramah  dan  hafalan  tanpa memperhatikan  faktor  nilai  yang  melekat 
pada  diri  siswa,  sehingga  interaksi  cenderung bersifat teacher centered
(berpusat pada guru).
Untuk  mengembangkan  hal  tersebut,  seharusnya  dalam  suatu  sistem 
pendidikan siswa  tidak  harus  menyesuaikan  dengan  kurikulum  (siswa 
untuk  kurikulum),  tetapi sebaliknya,  kurikulum  untuk  siswa.  Artinya, 
orientasi  belajar  bukan menyelesaikan materi, akan  tetapi  lebih  menekankan 
pada  proses  penerimaaan  materi.  Seperti  yang  diungkapkan oleh aliran teori
humanistik, orientasi belajar dalam proses pembelajaran harus berhulu dan
bermuara  pada  manusia  itu  sendiri.  Aliran  humanistik  memandang  bahwa 
belajar  bukan sekedar  pengembangan  kualitas  kognitif  saja,  melainkan 
juga  sebuah  proses  yang  terjadi dalam  diri  individu  yang  melibatkan 
seluruh  domain  yang  ada.
Landasan setiap orang harus belajar adalah Al-quran surat Ar Rad : 11,
yang artinya sesungguhnya Alloh tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri. Kata kuncinya adalah
perubahan dapat terjadi apabila ada usaha untuk melakukan aktivitas yang
membawanya untuk berubah, yaitu dengan kata belajar.
Pemerintah Indonesia sangat memperhatikan pendidikan yang tertuang
pada pasal 31 ayat 1 undang-undang Dasar 1945: “ Setiap warga Negara berhak
mendapatkan pendidikan” dan ayat 3 yang berbunyi: “ pemerintah ataupun
Negara yaitu mengatur warga Negara berhak mendapatkan pendidikan yang
layak. Pendidikan adalah bagian dari upaya untuk mengubah dan memberikan
kemampuan kepada semua orang untuk mengembangkan potensi dirinya agar
tumbuh menjadi manusia yang tangguh dan berkarakter serta kehidupan social
yang sehat.
Banyak hal yang mendukung untuk kemajuan pendidikan di Indonesia
yang terus dibenahi dalam rangka menuju pendidikan berhasil, misalnya

6
memperbaiki sarana fisik, kualitas guru, kesejahteraan guru, prestasi siswa,
kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan
kebutuhan dan mahalnya pendidikan. Dengan demikian, pemerintah dan seluruh
masyarakat baik guru sebagai praktisi pendidikan, pemerhati pendidikan,
orangtua yang bertanggung jawab di lingkungan keluarga dan seluruh anak-
anak yang belajar harus berperan aktif melakukan peningkatan kemajuan
pendidikan di Indonesia. Salah satu untuk meningkatkan kemajuan pendidikan
Indonesia yang sangat mendasar dengan digalakkannya belajar mandiri pada
anak-anak. Dengan belajar yang dibiasakan dengan baik akan membawa hasil
yang signifikan pada anak-anak, lingkungannya dan peningkatan pada sumber
daya manusia yang baik dan berkualitas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori  belajar humanistik?
2. Bagaimana tokoh-tokoh teori belajar humanistik?
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistic?
4. Bagaimana model pembelajaran humanistik?
5. Bagaimana aplikasi teori belajar humanistik dalam proses pembelajaran?
6. Bagaimana implikasi teori belajar humanistik dalam proses pembelajaran?
7. Bagaimana konsep teori  belajar kognitif?
8. Bagaimana tokoh-tokoh teori belajar kognitif?
9. Bagaimana kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif?
10. Bagaimana aplikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran?
11. Bagaimana implikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui konsep teori  belajar humanistik.
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh teori belajar humanistik.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistik.
4. Untuk mengetahui model pembelajaran humanistik.

7
5. Untuk mengetahui aplikasi teori belajar humanistik dalam proses
pembelajaran.
6. Untuk mengetahui implikasi teori belajar humanistik dalam proses
pembelajaran.
7. Untuk mengetahui konsep teori  belajar kognitif.
8. Untuk mengetahui tokoh-tokoh teori belajar kognitif.
9. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif.
10. Untuk mengetahui aplikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran.
11. Untuk mengetahui implikasi teori belajar kognitif dalam proses
pembelajaran.

8
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi
perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respons1.
Menurut M. Sobry Sutikno, pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan yang baru sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam hal
ini, perubahan adalah sesuatu yang dilakukan secara sadar (disengaja) dan
bertujuan untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Menurut Thursan Hakim, definisi belajar adalah suatu proses perubahan di
dalam kepribadian manusia yang ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas
dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya fikir, dan kemampuan lainnya.
Menurut Hilgard & Bower, pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku
seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
yang berulang-ulang dalam situasi tersebut.
Belajar merupakan aktivitas yang sangat penting bagi semua orang. Di
sekolah, kegiatan belajar dan mengajar terwujud pada proses interaksi antara guru
dengan siswa, siswa dengan siswa saat melakukan kegiatan belajar kelompok, dan
bentuk-bentuk lain. Dalam interaksi tersebut akan terjadi sebuah proses
pembelajaran.
Ada beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Masing-masing
teori mempunyai fokus aspek yang berbeda-beda. Perbedaan ini juga berdampak
pada proses belajar mengajar antara guru dan siswa serta tujuan pembelajaran itu

9
sendiri. Berikut ini perbedaan antara teori belajar behavioristik, kognitif, dan
humanistik.
2.2 Teori Behavioristik
Teori behavioristik berpandangan bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan
perubahan tingkah laku.
Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang
berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa
yang terjadi di antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan
sebab tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah
stimulus dan respons.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan
sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan
dari bagian-bagian ke keseluruhan.
Pembelajaran dan evaluasi lebih mengutamakan hasil, dan evaluasi menuntut
hanya satu jawaban benar. Jawaban yang benar berarti siswa telah menyelesaikan
tugas belajarnya. Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike,
Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner.
2.3 Teori Belajar Kognitif
Menurut teori belajar kognitif, keterlibatan siswa secara aktif sangat penting.
Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Tokoh-
tokoh teori kognitif adalah Jean Piaget, Ausubel, dan Bruner.
Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap
perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimilasi,
akomodasi dan equilibrasi.

10
Sedangkan Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh
cara seseorang mengatur pesan atau informasi, dan bukan ditentukan oleh usia.
Suatu proses belajar akan terjadi lewat tahap-tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.
Di sisi lain, Ausubel menyatakan bahwa proses belajar terjadi apabila
seseorang telah mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya
dengan pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap
memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan
menggunakan informasi yang sudah dipahami.
2.4 Teori Humanistik
Beberapa psikolog pada waktu yang sama tidak menyukai uraian aliran
psikodinamika dan behaviouristik tentang kepribadian. Mereka merasa bahwa
teori-teori ini mengabaikan kualitas yang menjadikan manusia itu berbeda dari
binatang, seperti misalnya mengupayakan dengan keras untuk menguasai diri dan
merealisasi diri. Di tahun 1950-an, beberapa psikolog aliran ini mendirikan
sekolah psikologi yang disebut dengan humanisme.
Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana
manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada
prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada
kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk
mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka.
Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan
perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah
sikap dan perilaku mereka.
Teori humanistik menitik beratkan tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Atau dalam kalimat lain, siswa sudah mampu
mencapai aktualisasi diri secara optimal.
Aplikasi teori ini dalam kegiatan pembelajaran cenderung mengajak siswa
untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan

11
keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Beberapa tokoh penganut aliran
humanistik di antaranya adalah:
 Kolb, dengan konsepnya tentang 4 tahap dalam belajar, yakni pengalaman
konkrit, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi
aktif.
 Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4 yaitu aktifis, reflektor,
teoris, dan pragmatis.
 Hubermas, membedakan 3 macam atau tipe belajar yaitu belajar teknis,
belajar praktis, dan belajar emansipatoris.
 Bloom dan Krathwohl, dengan 3 kawasan tujuan belajar yaitu kognitif, afektif
dan psikomotor.
 Ausubel, walaupun termasuk juga ke dalam aliran kognitif, ia terkenal dengan
konsepnya belajar bermakna (meaningful learning).

2.4.1 Konsep Teori Belajar Humanistik


Teori  belajar  humanistik  pada  dasarnya  memiliki  tujuan  belajar 
untuk memanusiakan  manusia.  Oleh  karena  itu  proses  belajar  dapat 
dianggap berhasil apabila sipembelajar  telah  memahami  lingkungannya 
dan  dirinya  sendiri.  Artinya  peserta  didik mengalami  perubahan  dan 
mampu  memecahkan  permasalahan  hidup  dan  bisa menyesuaikan  diri 
dengan  lingkungannya. Dengan  kata  lain,  si  pembelajar  dalam  proses
belajarnya  harus  berusaha  agar  lambat  laun  ia  mampu  mencapai 
aktualisasi  diri  dengan sebaik-baiknya. Tujuan  utama  para  pendidik 
adalah membantu  siswa  untuk  mengembangkan  dirinya,  yaitu 
membantu  masingmasing  individu untuk  mengenal  diri  mereka 
sendiri  sebagai manusia  yang unik dan membantu dalam mewujudkan 
potensipotensi  yang ada dalam diri mereka.
Awal  timbulnya  psikologi  humanistis  terjadi  pada  akhir  tahun 
1940an  yaitu munculnya  suatu  perspektif  psikologi  baru.  Orang-orang 

12
yang  terlibat  dalam  penerapan psikologilah  yang  berjasa  dalam 
pengembangan  ini.  Misalnya ahli-ahli  psikologi  klinik, pekerja-pekerja 
sosial,  konselor,  bukan  merupakan  hasil  penelitian  dalam  bidang 
proses belajar.  Gerakan  ini  berkembang  dan  kemudian  dikenalkan 
dengan psikologi humanistis eksternal, perseptual atau   fenomenologikal. 
Psikologi  ini  berusaha  memahami  perilaku seseorang  dari  sudut 
perilaku  (behavior),  bukan  dari  pengamat  observer.  Dalam  dunia
pendidikan  aliran  humanisme  muncul  pada  tahun  1960  sampai 
dengan  1970an  dan mungkin  perubahanperubahan  dan  inovasi  yang 
terjadi  selama  dua  dekade  yang  terakhir pada abad ke-
20 ini pun juga akan menuju pada arah ini.
Perhatian  psikologi  humanistik  terutama  tertuju  pada  masalah 
bagaimana  tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-
maksud pribadi yang mereka hubungkan  kepada  pengalaman-
pengalaman  mereka  sendiri.  Menurut  para  pendidik  aliran  humanistis
penyusunan  dan  penyajian  materi  pelajaran  harus  sesuai  dengan 
perasaan  dan  perhatian siswa.
Menurut  aliran  humanistik,  para  pendidik  sebaiknya  melihat 
kebutuhan  yang  lebih tinggi  dan  merencanakan  pendidikan  dan 
kurikulum  untuk memenuhi  kebutuhan-kebutuhan  ini.  Beberapa 
psikolog  humanistik  melihat bahwa manusia mempunyai
keinginan alami untuk berkembang untuk menjadi lebih baik dan juga 
belajar .
Teori  humanisme  berfokus  pada  sikap  dari  kondisi  manusia  yang
mencakup  kesanggupan  untuk  menyadari  diri,  bebas  memilih  untuk 
menentukan  nasib sendiri,  kebebasan  dan  bertanggung  jawab, 
kecemasan  sebagai  suatu  unsur  dasar pencarian.  Perkembangan 
pribadi  yang  muncul berdasarkan keunuikan masing-masing individu.
Teori ini berfokus pada saat sekarang dan menjadi apa seorang itu dimasa 

13
depan. Pendekatan  ini  menyajikan  kondisi  untuk  memaksimalkan 
kesadaran  diri  dan perkembangan.  Menghapus  penghambat  aktualisasi 
potensi  pribadi.  Membantu  siswa menemukan  dan  menggunakan 
kebebasan  memilih  dengan  memperluas  kesadaran  diri  dan
bertanggung  jawab  atas  arah  kehidupanya  sendiri.  Teori  belajar  ini
berusaha  memahami  perilaku  belajar  dari  sudut  pandang  pelakunya, 
bukan  dari  sudut pandang pengamatnya. 
Konsep pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada p
erkem-bangan positif.  Pendekatan  yang  berfokus  pada  potensi 
manusia  untuk  mencari  dan  menemukan kemampuan  yang  mereka 
punya  dan  mengembangkan  kemampuan  tersebut.  Hal  ini mencakup 
kemampuan  interpersonal  sosial  dan  metode  untuk  pengembangan 
diri  yang ditujukan  untuk  memperkaya  diri,  menikmati  keberadaan 
hidup  dan  juga  masyarakat. Keterampilan  atau  kemampuan 
membangun  diri  secara  positif  ini  menjadi  sangat  penting dalam 
pendidikan  karena  keterkaitannya  dengan  keberhasilan  akademik.
Keleluasaan  untuk  memilih  apa  yang  akan  dipelajari  dan  kapan 
serta  bagaimana mereka  akan  mempelajarinya  merupakan  ciri  utama 
pendekatan  humanisme.  Bertujuan untuk  membantu  siswa  menjadi 
selfdirected  serta  selfmotivated  leaner.  Penganut  paham ini  yakin 
bahwa  siswa  akan  bersedia  melakukan  banyak  hal  apabila  mereka   
memiliki motivasi  yang  tinggi  dan  mereka  diberi  kesempatan  untuk 
menentukan  apa  yang  mereka inginkan.  Pengertian  humanisme  yang 
beragam  membuat  batasanbatasan  aplikasinya dalam  dunia  pendidikan 
mengundang  berbagai  macam  arti  pula.  Kata  humanisme  dalam
pendidikan,  dalam  artikel  “what  is  humanistic  education?”,
Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas atau guru dapat
dikatakan bersifat humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai 
pendekatanpendekatan  ini  terangkum  dalam  psikologi  humanisme.

14
Nilai-nilai  penting  yang  ditumbuh kembangkan  dalam  pendidikan 
humanistik sebagai berikut :
1) Kejujuran (tidak menyontek, tidak merusak, dan bisa dipercaya).
2) Menghargai  hak  orang  lain  (menerima  dan  menghormati 
perbedaan  individu  yang  ada, mau  mendengarkan  orang  lain, 
menolong  orang  lain,  dan  bisa  berempati  terhadap
problem orang lain).
3) Menjaga  lingkungan  (menghemat  penggunaan  listrik,  gas,  kayu, 
logam, kertas dan sebagainya. Menjaga barang milik sendiri ataupun
milik orang lain).
4) Perilaku  (mau  berbagi,  menolong  orang  lain,  ramah  terhadap 
orang  lain,  dan  berlaku pantas didepan publik).
5) Perkembangan  pribadi  (menjalankan  tanggung  jawab,  menghargai 
kesehatan  dan kebersihan  fisik,  mengembangkan  bakat  yang 
dimiliki  secara  optimal,  mengembangkan rasa  hormat  dan  rasa 
bangga  terhadap  diri  sendiri,  mengontrol  perilaku,  memiliki  sikap
berani, terhormat dan patriotik, serta menghargai keindahan).

Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi 
positif yang terdapat  dalam  dominan  efektif,  misalnya  keterampilan 
membangun  dan  menjaga  relasi yang  hangat  dengan  orang  lain, 
bagaimana  mengajarkan  kepercayaan,  penerimaan, kesadaran, 
memahami  perasaan  orang  lain,  kejujuran  interpersonal,  dan 
pengetahuan interpersonal  lainnya.  Intinya  adalah  meningkatkan 
kualitas  keterampilan  interpersonal dalam  kehidupan  sehari-hari. 
Selain  menitik  beratkan  pada  hubungan  interpersonal,  para
pendidiknya  yang  beraliran  humanisme  juga  mencoba  untuk 
membuat  pembelajaran  yang membantu  anak  didik  untuk 
meningkatkan  kemampuan  dalam  membuat,  berimajinasi, mempunyai 

15
pengalaman,  berintuisi,  merasakan,  dan  berfantasi.  Pendidik 
humanisme mencoba  untuk  melihat  dalam  spektrum  yang  lebih  luas 
mengenai  perilaku  manusia.
Melihat  hal-hal  yang  diusahakan  oleh  para  pendidik  humanisme, 
tampak  bahwa pendekatan  ini  mengedepankan  pentingnya  emosi 
dalam  dunia  pendidikan.  Jadi  bias dikatakan  bahwa  emosi  adalah 
karakteristik  yang  sangat  kuat  yang  nampak  dari  para  pendidik 
beraliran  humanisme.  Karena  berfikir  dan  merasakan  saling 
beriringan, mengabaikan  pendidikan  emosi  sama  dengan  mengabaikan 
salah  satu  potensi  terbesar manusia.  Kita  dapat  belajar  menggunakan 
emosi  kita  dan  mendapat  keuntungan  dari pendekatan  humanisme  ini 
sama  seperti  yang  ingin  kita  dapatkan  dari  pendidikan  yang
menitik beratkan kognitif.
2.4.2 Tokoh-Tokoh Teori Belajar Humanistik
1. Arthur Combs (1912-1999)
Arthur Combs bersama Donald Syngg menyatakan bahwa belajar
terjadi apabila mempunyai arti bagi individu tersebut. Artinya, bahwa
dalam kegiatan pembelajaran guru tidak boleh memaksakan materi
yang tidak disukai oleh siswa, sehingga siswa belajar sesuai dengan
apa yag diinginkan tanpa adanya paksaan sedikit pun. Sebenarnya hal
tersebut terjadi tidak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang
untuk melakukan sesuatu yag tidak akan memberikan kepuasan bagi
dirinya.
Dengan demikian, pembelajar harus lebih memahami perilaku
pemelajar dengan mencoba memahami dunia persepsi pembelajar
tersebut sehingga apabila ingin merubah keyakinan atau pandangan
yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain.
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan
dengan berasumsi bahwa pemelajar mau belajar apabila materi

16
pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal
arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting
ialah bagaimana membawa diri pemelajar untuk memperoleh arti bagi
pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkan dengan
lingkungannya.
2. Abraham Maslow (1908-1970)
Teori kebutuhan Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam
diri individu selalu terdapat dua hal : suatu usaha yang positif untuk
berkembang; dan kekuatan untuk melawan atau menolak
perkembangan itu. Maslow mengemukakan bahwa individu
berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
hirarkis. Pada diri maisng-masing orang mempunyai berbagai perasaan
takut seperti seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut
untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia
miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki
dorongan untuk lebih maju kearah keutuhan, keunikan diri, kearah
berfungsinya semua kemampuan, kearah kepercayaan diri menghadapi
dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi
tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan
pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan
kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkam rasa
aman dan seterusnya. Hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini
mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru
pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian
dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar
si siswa belum terpenuhi.
Implikasi  teori  ini  terhadap  pembelajaran  sangat  penting,  guru 
harus memperhatikan  teori  ini,  apabila  guru  menemukan  kesulitan 

17
untuk  memahami  mengapa anakanak  tertentu  tidak  mengerjakan 
tugas,  mengapa  anak  tidak  dapat  tenang  dalam  kelas atau  bahkan 
tidak  memiliki  motivasi  dalam  belajar.  Menurut  Maslow  guru 
tidak  dapat menyalahkan  kesalahan  ini  secara  langsung  pada  si 
anak,  bisa  jadi  beberapa  kebutuhan anak belum terpenuhi secara
baik.
3. Carl Ransom Rogers (1902-1987)
Carl Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada
tanggal  8 Januari 1902 di sebuah keluarga Protestan yang
fundamentalis. Kepindahan dari kota ke daerah pertanian diusianya
yang ke-12, membuat ia senang akan ilmu pertanian. Ia pun belajar
pertanian di Universitas Wisconsin. Setelah lulus pada tahun 1924, ia
masuk ke Union Theology Seminary di Big Apple dan selama masa
studinya ia juga menjadi seorang pastor di sebuah gereja kecil.
Meskipun belajar di seminari, ia malah ikut kuliah di Teacher College
yang bertetangga dengan seminarinya.
Tahun 1927, Rogers bekerja di Institute for Child Guindance dan
mengunakan psikoanalisa Freud dalam terapinya meskipun ia sendiri
tidak menyetujui teori Freud. Pada masa ini, Rogers juga banyak
dipengaruhi oleh Otto Rank dan John Dewey yang memperkenalkan
terapi klinis. Perbedaan teori yang didapatkannya justru membuatnya
menemukang benang merah yang kemudian dipakai untuk
mengembangkan teorinya kelak.
Tahun 1957, Rogers pindah ke Universitas Wisconsin untuk
mengembangkan idenya tentang psikiatri. Setelah mendapat gelar
doktor, Rogers menjadi profesor psikologi di Universitas Universitas
Negeri Ohio. Kepindahan dari lingkungan klinis ke lingkungan
akademik membuat Rogers mengembangkan metode client-centered
psychotherapy. Disini dia lebih senang menggunakan istilah klien

18
terhadap orang yang berkonsultasi dibandingkan memakai istilah
pasien. Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
a. Kognitif (kebermaknaan)
b. experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori
holistik, namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung
didalamnya. Teori humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama
antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person centered), non-
directive, klien (client-centered), teori yang berpusat pada murid
(student-centered),  teori yang berpusat pada kelompok (group
centered), danperson to person). Namun istilah person centered yang
sering digunakan untuk teori Rogers.
Asumsi dasar teori Rogers adalah:
a. Kecenderungan formatif
Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari
hal-hal yang lebih kecil.
b. Kecenderungan aktualisasi
Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke
kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual
mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan
masalahnya.
2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik
Di  bawah  ini  akan  dijelaskan  kelebihan  dan  kelamahan  teori 
belajar  humanistik,  sebagai berikut :
1. Kelebihan teori belajar humanistik
a. Pembelajaran  dengan  teori  ini  sangat  cocok  diterapkan  untuk 
materimateri pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial.

19
b. Indikator  dari  keberhasilan  aplikasi  ini  ialah  siswa  merasa 
senang  bergairah, berinisiatif  dalam  belajar  dan  terjadi 
perubahan  pola  pikir,  perilaku  dan  sikap  atas kemauan sendiri.
c. Siswa  diharapkan menjadi manusia  yang  bebas,  berani,  tidak 
terikat  oleh  pendapat orang  lain  dan  mengatur  pribadinya 
sendiri  secara  tanggung  jawab  tanpa mengurangi  hakhak 
orangorang  lain  atau  melanggar  aturan,  norma,  disiplin,  atau
etika yang berlaku.
2. Kelemahan teori belajar humanistik
Karena dalam  teori  ini guru  ialah  sebagai  fasilitator maka kurang 
cocok menerapkan yang pola pikirnya kurang aktif atau pasif. Karena
bagi siswa yang kurang aktif, dia akan  takut  atau  malu  untuk 
bertanya  pada  gurunya  sehingga  dia  akan  tertinggal oleh  teman-
temannya  yang  aktif  dalam  kegiatan  pembelajaran,  padahal  dalam 
teori ini  guru  akan  memberikan  respons  bila  murid  yang  diajar 
juga  aktif  dalam menanggapi  respons  yang  diberikan  oleh  guru. 
Karena  siswa  berperan  sebagai pelaku  utama  (student  center) 
maka  keberhasilan  proses  belajar  lebih  banyak ditentukan  oleh 
siswa  itu  sendiri,  peran  guru  dalam  proses  pembentukan  dan
pendewasaan kepribadian siswa menjadi berkurang.
2.4.4 Pembelajaran Humanistik
Humaning  Of  The  Classroom,  ini  dilatarbelakangi  oleh  kondisi 
sekolah  yang  otoriter, tidak  manusiawi,  sehingga  menyebabkan 
peserta  didik  putus  asa  yang  akhirnya mengakhiri  hidupnya.  Kasus 
ini  banyak  terjadi  di  Amerika  Serikat  dan  Jepang. Humaning  Of  The 
Classroom  ini  dicetuskan  oleh  Jhon  P.  Miller  yang  terfokus  pada
pengembangan  model  pendidikan  afektif.  Pendidikan  model  ini 
tertumpu  pada  tiga  hal, yaitu:  menyadari  diri  sebagai  suatu  proses 
pertumbuhan  yang  sedang  dan  akan  terus berubah,  mengenali  konsep 

20
dan  identitas  diri,  dan  menyatupadukan  kesadaran  hati  dan pikiran. 
Perubahan  yang  dilakukan  terbatas  pada  subtansi  materi  saja,  tetapi 
yang  lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat
manusiawi.
Active Learning dicetuskan oleh Melvin L. Siberman. Asumsi dasar
yang dibangun dari model  pembelajaran  ini  ialah  bahwa  belajar  bukan 
merupakan  konsekuensi  otomatis dari  penyampaian  informasi  kepada 
siswa.  Belajar  membutuhkan  keterlibatan  mental dan  tindakan 
sekaligus.  Pada  saat  kegiatan  belajar  itu  aktif,  siswa  melakukan 
sebagian besar  pekerjaan  belajar.  Mereka  mempelajari  gagasan-
gagasan,  memecahkan  berbagai masalah  dan  menerapkan  apa  yang 
mereka  pelajari.  Dalam  Active  Learning  cara belajar dengan 
mendengarkan  saja  akan  sedikit  ingat,  dengan  cara  mendengarkan, 
melihat  dan mendiskusikan  dengan  siswa  lain  akan  paham,  dengan 
cara  mendengar,  melihat, berdiskusi,  dan  melakukan  akan 
memperoleh  pengetahuan  dan  keterampilan,  dan  cara untuk menguasai
pelajaran yang terbagus ialah dengan membelajarkan.
Quantum  Learning  merupakan  cara  pengubahan  macammacam 
interaksi.  Hubungan dan  inspirasi  yang  di  dalam  dan  di  sekitar 
momen  belajar.  Dalam  prakteknya,  Quantum Learning 
menggabungkan  sugetologi  teknik  pemercepatan  belajar  dan 
neurolenguistik dengan  teori  keyakinan  dan    metode  tertentu. 
Quantum  Learning  mengasumsikan bahwa  jika  siswa  mampu 
menggunakan  potensi  nalar  dan  emosinya  secara  jitu  akan mampu 
membuat  loncatan  prestasi  yang  tidak  bisa  diduga  sebelumnya. 
Dengan  metode belajar  yang  tepat  siswa  bisa  meraih  prestasi  belajar 
secara  berlipat  ganda.  Salah  satu konsep dasar dari metode ini ialah
belajar itu harus mengasikkan dan berlangsung dalam suasana  gembira, 

21
sehingga  pintu  masuk  untuk  informasi  baru  akan  lebih  besar  dan
terekam dengan baik.
The  Accelerated  Learning,  merupakan  pembelajaran  yang 
dipercepat.  Konsep dasar  dari  pembelajaran  ini  berlangsung  sangat 
cepat,  menyenangkan,  dan  memuaskan. Pemilik konsep  ini Dave
Meiver menyarankan kepada guru  agar dalam mengelola kelas
menggunakan pendekatan somantic, auditory, visual   dan intellectual 
(SAVI).  Somantic dimaksudkan  sebagai  learning  by  moving  and 
doing  (belajar  dengan  bergerak  dan berbuat).  Auditory  adalah 
learning  bay  talking  and  hearing  (belajar  dengan  berbicara dan 
mendengarkan).  Visual  diartikan  learning  by  observing  and  picturing 
(belajardengan  mengamati  dan  menggambarkan).  Intellectual 
maksudnya  ialah  learning  by problem  solving  and  reflecting  (belajar 
dengan  pemecahan  masalah  dan  melakukan refleksi).  Bobbi  De 
Porter  menganggap  accelerated  learning  dapat  memungkinkan siswa 
untuk  belajar  dengan  kecepatan  yang  mengesankan,  dengan  upaya 
yang  normal dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsurunsur
yang sekilas tampak tidak mempunyai  persamaan,  misalnya  hiburan, 
permainan,  warna,  cara  berfikir  positif, kebugaran  fisik  dan
kesehatan  emosional.  Namun  semua  unsur  ini  bekerja  sama  untuk
menghasilkan  pengalaman belajar efektif.
2.4.5 Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Proses Pembelajaran
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang  mewarnai  metode-metode  yang  diterapkan. 
Peran  guru  dalam  pembelajaran  humanistik  adalah menjadi  fasilitator
bagi para siswa  sedangkan guru  memberikan  motivasi, kesadaran 
mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.

22
Siswa  berperan  sebagai  pelaku  utama  (student  center)  yang 
memaknai  proses  pengalaman  belajarnya sendiri. Diharapkan siswa
memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya  secara positif
dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil
belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang
bersifat jelas, jujur dan positif
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk
belajar atas inisiatif sendiri
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri
5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung
resiko dariperilaku yang ditunjukkan
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran
siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk
bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya;
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan
kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi
siswa
Pembelajaran  berdasarkan  teori  humanistik  ini  cocok  untuk 
diterpkan  pada  materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis  terhadap 
fenomena  sosial.  Indikator  dari  keberhasilan  aplikasi  ini  adalah 
siswa  merasa  senang bergairah,  berinisiatif  dalam  belajar  dan  terjaadi 
perubahan  pola  pikir,  perilaku  dan  sikap  atas kemauan sendiri.

23
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat
oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar
aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa
humor, adil, menarik, lebih demokratis,  mampu  berhubungan  dengan 
siswa  dengan  mudah  dan  wajar. Ruang  kelas  lebih terbuka dan mampu
menyesuaikan  pada perubahan. Sedangkan  guru   yang tidak efektif
adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi tidak
sabar, suka melukai perasaan siswaa dengan komentar yang menyakitkan,
bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.
2.4.6 Implikasi Teori Belajar Humanistik Terhadap Proses Pembelajaran
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. 
Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan
berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat
dari beberapa (petunjuk):
1. Fasilitator  sebaiknya  memberi  perhatian  kepada  penciptaan 
suasana  awal,  situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-
tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok
yang bersifat umum.
3. Dia  mempercayai  adanya  keinginan  dari  masing-masing  siswa 
untuk  melaksanakan tujuan-tujuan  yang  bermakna  bagi  dirinya, 
sebagai  kekuatan  pendorong,  yang tersembunyi di dalam belajar
yang bermakna.
4. Dia  mencoba  mengatur  dan  menyediakan  sumber-sumber  untuk 
belajar  yang  paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk
membantu mencapai tujuan mereka.

24
5. Dia  menempatkan  dirinya  sendiri  sebagai  suatu  sumber  yang 
fleksibel  untuk  dapat dimanfaatkan oleh kelompok;
6. Di  dalam  menanggapi  ungkapan-ungkapan  di  dalam  kelompok 
kelas,  dan  menerima baik  isi  yang  bersifat  intelektual  dan  sikap-
sikap  perasaan  dan  mencoba  untuk menanggapi dengan cara yang
sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok;
7. Bilamana  cuaca  penerima  kelas  telah  mantap,  fasilitator 
berangsur-sngsur  dapat berperanan sebagai seorang siswa  yang turut
berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan
pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain;
8. Dia  mengambil  prakarsa  untuk  ikut  serta  dalam  kelompok, 
perasaannya  dan  juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga
tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang
boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa;
9. Dia  harus  tetap  waspada  terhadap  ungkapan-ungkapan  yang 
menandakan  adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus
mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-
keterbatasannya sendiri.

2.5 Teori Belajar Kognitif


Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian,
mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan,
dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah
kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu  wilayah  psikologi  manusia  /  satu 
konsep  umum  yang  mencakup  semua  bentuk pengenalan  yang  meliputi  setiap 
perilaku  mental  yang  berhubungan  dengan  masalah pemahaman, memperhatikan,
memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk 

25
kejiwaan  yang  berpusat  di  otak  ini  juga  berhubungan  dengan  konasi  (kehendak)
dan  afeksi  (perasaan)  yang  bertalian  dengan  rasa.  Menurut  para  ahli  jiwa 
aliran  kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu
tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
2.5.1 Konsep Teori Belajar Kognitif
  Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses
belajar. Kognisi adalah kemampuan  psikis  atau  mental  manusia  yang 
berupa  mengamati,  melihat,  menyangka, memperhatikan,  menduga  dan 
menilai.  Dengan  kata  lain,  kognisi  menunjuk  pada  konsep tentang 
pengenalan.  Teori  kognitif  menyatakan  bahwa  proses  belajar  terjadi 
karena  ada variabel  penghalang  pada  aspek-aspek  kognisi  seseorang.  Teori 
belajar  kognitiv  lebih mementingkan  proses  belajar  daripada  hasil  belajar 
itu  sendiri.  Belajar  tidak  sekedar melibatkan  hubungan  antara  stimulus 
dan  respon,  lebih  dari  itu  belajar  melibatkan  proses berpikir  yang  sangat 
kompleks.  Belajar  adalah  perubahan  persepsi  dan  pemahaman. Perubahan
persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang
bisa diamati.
2.5.2 Tokoh-Tokoh  Teori Belajar Kognitif
a. Jean Piaget
Piaget  merupakan  salah  seorang  tokoh  yang  disebutsebut  sebagai
pelopor  aliran  konstruktivisme. Salah  satu  sumbangan  pemikirannya  yang 
banyak  digunakan  sebagai  rujukan  untuk  memahami perkembangan 
kognitif  individu  yaitu  teori  tentang  tahapan  perkembangan  individu. 
Menurut Piaget,  perkembangan  kognitif  merupakan  suatu  proses  genetik, 
yaitu  suatu  proses  yang  didasarkan atas  mekanisme  biologis 
perkembangan  sistem  syaraf.  Dengan  makin  bertambahnya  umur
seseorang,  maka  makin  komplekslah  susunan  sel  syarafnya  dan  makin 
meningkat  pula kemampuannya.  Piaget  tidak  melihat  perkembangan 
kognitif  sebagai  sesuatu  yang  dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia

26
menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda 
usia  akan  berbeda  pula  secara  kualitatif.  Menurut  Piaget,  proses  belajar 
akan  terjadi  jika mengikuti  tahaptahap  asimilasi,  akomodasi,  dan 
ekuilibrasi  (penyeimbangan  antara  asimilasi  dan akomodasi). Piaget
membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu:
 Tahap sensorimotorik (umur 02 tahun)
Ciri pokok perkembangan berdasarkan tindakan, dan dilakukan
selangkah demi selangkah.
 Tahap preoperasional (umur 27/8 tahun)
Ciri  pokok  perkembangan  pada  tahap  ini  adalah  penggunanaan 
symbol  atau  tanda  bahasa,  dan mulai berkembangnya konsepkonsep
intuitif.
 Tahap operasional konkret (umur 7/811/12 tahun)
Ciri  pokok  perkembangan  pada  tahap  ini  adalah  sudah  mulai 
menggunakan  aturanaturan  yang jelas dan logis, dan ditandai adanya
reversible dan kekekalan.
 Tahap operasional formal (umur 11/1218 tahun)
Ciri  pokok  perkembangan  pada  tahap  ini  adalah  anak  sudah 
mampu  berpikir  abstrak  dan  logis dengan menggunakan pola berpikir
“kemungkinan”.

Adapun beberapa prinsip teori perkembangan Piaget, adalah sebagai berikut:


 Perkembangan  kognitif  merupakan  suatu  proses  genetik.  Yaitu  suatu 
perkembangan  yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
syaraf;
 Semakin  bertambah  umur  maka  semakin  bertambah  kompleks  susunan 
syarafnya  dan  akan meningkat  pula  kemampuannya.  Daya  pikir  anak    yang 
berbeda  usia  akan  berbeda  secara kualitatif;

27
 Proses  adaptasi  meepunyai  dua  bentuk  dan  terjadi  secara  simultan  yaitu 
akomidasi  dan asimilasi. Asimilasi  adalah  proses  perubahan  apa  yang  di 
pahami  seseuai  dengan struktur  kognitif (apabila  individu  menerima  infomasi 
atau  pengalaman  baru  maka  informasi  tersebut  akan dimodifikasi sehingga
cocok dengan  struktur kognitif yang dipunyai). Akomodasi  adalah  proses 
perubahan  struktur  kognitif  sehingga  dapat  dipahami  (apabila struktur kognitif
yang sudah dimiliki harus disesuaikan dengan informasi yang diterima);
 Proses  belajar  akan  terjadi  jika  mengikuti  tahaptahap  asimilasi,  akomodasi 
dan  ekuilibrasi (penyeimbangan). Asimilasi  (proses  penyatuan  informasi  baru 
ke  dalam  struktur  kognitif  yang  telah  dimiliki individu),  Akomodasi  (proses 
penyesuaian  struktur  kognitif  ke  dalam  situasi  yang  baru), Ekuilibrasi
(penyesuaian berkesinambungan  antara asimilasi dan akomodasi). Seorang  anak 
sudah  mempunyai  prinsip  pengurangan,  ketika  mempelajri  pembagian maka
terjadi  prses  intrgtasi  antara  pengurangan (telah  dikuasai)dan  pembagian 
(info  baru)  inilah asimilasi. Jika  anak  diberi  soal  pembagian,  maka  situasi 
ini  disebut  akomodasi.  Artinya  anak  sudah dapat mengaplikasikan  atau
memakai prinsip pembagian dalam situasi baru. Proses  penyesuaian  antara  ling 
luar  dan  struktur  kognitif  yang  ada  dlm  dirinya  disebut ekuilibrasi;
 Proses belajar akan mengikuti tahaptahap perkembangan sesuai dengan umurnya.
Tahap  sensorimotor  (02  thn),  preoperasional  (28  thn),  operasional  konkret(8-
11  thn), operasional formal (1218 thn); dan
 Hanya  dengan  mengaktifkan  pengetahuan  dan  pengalaman  secara  optimal 
asimilasi  dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
b. Jerome Bruner
Dalam  memandang  proses  belajar,  Bruner  menekankan  adanya 
pengaruh  kebudayaan  terhadap tingkah  laku  seseorang.  Dalam  teorinya, 
“free  discovery  learning”  ia  mengatakan  bahwa  proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan  suatu  konsep,  teori,  aturan,  atau  pemahaman  melalui  contoh-

28
contoh  yang  ia  jumpai dalam  kehidupannya.  Menurut  Bruner  perkembangan 
kognitif  seseorang  dapat  ditingkatkan  dengan cara  menyusun  materi 
pelajaran  dan  menyajikannya  sesuai  dengan  tahap  perkembangan  orang
tersebut.
Model  pemahaman  dari  konsep  Bruner  (dalam  Degeng,1989)
menjelaskan  bahwa  pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan
dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses  berpikir  yang 
berbeda  pula.  Menurutnya,  pembelajaran  yang  selama  ini  diberikan  di 
sekolah banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang
mengembangkan kemampuan berpikir  intuitif.  Padahal  berpikir  intuitif  sangat 
penting  untuk  mempelajari  bidang  sains,  sebab setiap  disiplin  mempunyai 
konsepkonsep,  prinsip,  dan  prosedur  yang  harus  dipahami  sebelum seseorang
dapat belajar. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan
hubungan, melalui proses intuitif dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan
(discovery learning).
Beberapa prinsip teori Bruner adalah:
 Perkembangan kognitif ditandai dengan adanya kemajuan menanggapi
rangsang;
 Peningkatan  pengetahuan  bergantung  pada  perkembangan  sistem 
penyimpanan  informasi secara realistis;
 Perkembangan  intelektual  meliputi  perkembangan  kemampuan 
berbicara  pada  diri  sendiri atau pada orang lain;
 Interaksi  secara  sistematis  diperlukan  antara  pembimbing,  guru  dan 
anak  untuk perkembangan  kognitifnya;
 Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif;
 Perkembangan  kognitif  ditandai  denfgan  kecakapan  untuk 
mengemukakan  beberapa alternatif secara simultan, memilih tindakan
yang tepat;

29
 Perkembangan kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic,
symbolic. Enaktif  yaitu  tahap  jika  seseorang  melakukan  aktivitas-
aktivitas  dalam  upaya  untuk memahami lingkungan sekitaanya (gigitan,
sentuhan, pegangan). Ikonik,  yaitu  tahap  seseorang  memahami  objek-
objek  atau  dunianya  melalui  gambar gambar dan visualisasi verbal
(anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan. Simbolik 
yaitu  tahap  seseorang  telah  mampu  memiliki  ideide  atau  gagasan 
abstrak  yang sangat  dipengaruhi  oleh  kemampuan  dalam  berbahasa 
dan  logika.(  anak  belajar  melalui  symbol bahasa, logika, matematika);
 Model pemahaman dan penemuan konsep;
 Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan
hubungan memlalui proses intuitif untuk akhirnya sampai pada
kesimpulan (discovery learning); dan
 Siswa diberi kekebasan untuk belajar  sendiri  melalui aktivitas
menemukan (discovery).
c.  David Ausubel
Psikologi  pendidikan  yang  diterapkan  oleh  Ausubel  adalah 
bekerja  untuk  mencari  hukum belajar yang bermakna, berikut ini konsep
belajar bermakna David Ausubel. Pengertian belajar bermakna Menurut
Ausubel ada dua jenis belajar :

 Belajar bermakna (meaningful learning) dan


 belajar menghafal (rote learning).
Belajar  bermakna  adalah  suatu  proses  belajar  di  mana  informasi 
baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang
yang sedang belajar.  Sedangkan  belajar  menghafal  adalah  siswa  berusaha 
menerima  dan menguasai  bahan  yang  diberikan  oleh  guru  atau  yang 
dibaca  tanpa  makna.  Sebagai ahli  psikologi  pendidikan  Ausubel  menaruh 
perhatian  besar  pada  siswa  di  sekolah, dengan 

30
memperhatikan/memberikan  tekanan-tekanan  pada  unsur  kebermaknaan
dalam belajar melalui bahasa (meaningful verbal learning).
Kebermaknaan  diartikan  sebagai  kombinasi  dari  informasi  verbal, 
konsep, kaidah  dan  prinsip,  bila  ditinjau  bersama-sama.  Oleh  karena  itu 
belajar  dengan prestasi  hafalan  saja  tidak  dianggap  sebagai  belajar 
bermakna.  Maka,  menurut Ausubel  supaya  proses  belajar  siswa 
menghasilkan  sesuatu  yang  bermakna,  tidak harus  siswa  menemukan 
sendiri  semuanya.  Malah,  ada  bahaya  bahwa  siswa  yang kurang  mahir 
dalam  hal  ini  akan  banyak  menebak  dan  mencoba-coba  saja,  tanpa
menemukan sesuatu yang sungguh berarti baginya. Seandainya siswa sudah
seorang ahli  dalam  mengadakan  penelitian  demi  untuk  menemukan 
kebenaran  baru,  bahaya itu  tidak  ada;  tetapi  jika  siswa  tersebut  belum 
ahli,  maka  bahaya  itu  ada.  Ia  juga berpendapat  bahwa  pemerolehan 
informasi  merupakan  tujuan  pembelajaran  yang penting  dan  dalam  hal-
hal  tertentu  dapat  mengarahkan  guru  untuk  menyampaikan informasi 
kepada  siswa.  Dalam  hal  ini  guru  bertanggung  jawab  untuk
mengorganisasikan  dan  mempresentasikan  apa  yang  perlu  dipelajari  oleh 
siswa, sedangkan peran siswa di sini adalah menguasai yang disampaikan
gurunya.
Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang
dikemukakan oleh Ausubel adalah bila informasi yang akan dipelajari peserta
didik disusun sesuai dengan  struktur  kognitif  yang  dimiliki  peserta  didik 
itu  sehingga  peserta  didik  itu mampu  mengaitkan  informasi  barunya 
dengan  struktur  kognitif  yang  dimilikinya. Belajar  seharusnya  merupakan 
apa  yang  disebut  asimilasi  bermakna,  materi  yang dipelajari di
asimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai
sebelumnya. Untuk itu diperlukan dua persyaratan :

31
 Materi  yang  secara  potensial  bermakna  dan  dipilih  oleh  guru  dan 
harus  sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu
peserta didik.
 Diberikan  dalam  situasi  belajar  yang  bermakna,  faktor  motivasional 
memegang peranan penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan
mengasimilasikan materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai
keinginan dan pengetahuan bagaimana  melakukannya.  Sehingga  hal  ini 
perlu  diatur  oleh  guru,  agar  materi tidak dipelajari secara hafalan.

Berdasarkan  uraian  di  atas  maka,  belajar  bermakna  menurut  Ausubel


adalah suatu  proses  belajar  di  mana  peserta  didik  dapat  menghubungkan 
informasi  baru dengan  pengetahuan  yang  sudah  dimilikinya  dan  agar 
pembelajaran  bermakna, diperlukan 2 hal yakni pilihan materi yang bermakna sesuai
tingkat pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa dan situasi belajar yang
bermakna yang dipengaruhi oleh  motivasi.  Dengan  demikian  kunci  keberhasilan 
belajar  terletak  pada kebermaknaan  bahan  ajar  yang  diterima  atau  yang 
dipelajari  oleh  siswa.  Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa kegiatan belajar
penemuan (discovery learning) lebih bermakna daripada kegiatan belajar penerimaan
(reception learning). Sehingga dengan  ceramahpun,  asalkan  informasinya 
bermakna  bagi  peserta  didik,  apalagi penyajiannya sistematis, akan dihasilkan
belajar yang baik.

2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif


            Di  bawah  ini  akan  dijelaskan  kelebihan  dan  kelamahan  teori     belajar
humanistik,  sebagai berikut :
a. Kelebihan Teori Belajar Kognitif
o Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena
mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi

32
memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat
menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan,
membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan
soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa
menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa
bergantung dengan orang lain.
o Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah,Teori
belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah
karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif di dalam
proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat,
memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya,
serta menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar
yang ada lebih mudah dipahami.
b. Kelemahan Teori Belajar Kognitif
 Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
 Sulit dipraktikkan khususnya di tingkat lanjut.
 Beberapa prinsip seperti inteligensi sulit dipahami dan pemahamannya
masih belum tuntas.

2.5.4 Aplikasi dan Implikasi Teori Belajar Humanistik dalam Proses Pembelajaran
Dalam  perkembangan  setidaknya  ada  tiga  teori  belajar  yang  bertitik 
tolak  dari  teori kognitivisme  ini  yaitu:  Teori  perkembangan  piaget,  teori 
kognitif  Brunner  dan  Teori bermakna Ausubel. Ketiga teori ini dijabarkan sebagai
berikut: No 1 Teori Kognitif Piaget Brunner  Ausubel  Proses  belajar  terjadi 
menurut  pola  tahap-tahap  perkembangan tertentu sesuai dengan umur siswa. Proses
belajar terjadi melalui tahap-tahap:
 Asimilasi
 Akomodasi

33
 Equilibrasi
            Proses  belajar  lebih  ditentukan  oleh  karena  cara  kita  mengatur  materi 
pelajaran  dan  bukan  ditentukan oleh umur siswa. Proses belajar terjadi melalui
tahap-tahap:
 Enaktif (aktivitas)
 Ekonik (visual verbal)
 Simbolik
       Aplikasi  teori  belajar  kognitivisme  dalam  pembelajaran,  guru  harus
memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berpikirnya, anak usia pra  sekolah  dan  awal  sekolah  dasar  belajar  menggunakan 
benda-benda  konkret,  keaktifan siswa  sangat  dipentingkan,  guru  menyusun 
materi  dengan  menggunakan  pola  atau  logika tertentu  dari  sederhana  ke
kompleks,  guru  menciptakan  pembelajaran  yang  bermakna, memperhatian 
perbedaan  individual  siswa  untuk  mencapai  keberhasilan  siswa.  Dari penjelasan 
diatas  jelas  bahwa  implikasinya  dalam  pembelajaran  adalah  seorang  pendidik,
guru ataupun apa namanya mereka harus dapat memahami bagaimana cara belajar
siswa yang baik, sebab mereka para siswa tidak akan dapat memahami bahasa bila
mereka tidak  mampu mencerna  dari  apa  yang  mereka  dengar  ataupun  mereka 
tangkap.  Dari  ketiga  macam  teori diatas  jelas  masing-masing  mempunyai 
implikasi  yang  berbeda,  namun  secara  umum  teori kognitivisme  lebih  mengarah 
pada  bagaimana  memahami  struktur  kognitif  siswa,  dan  ini tidaklah  mudah, 
Dengan  memahami  struktur  kognitif  siswa,  maka  dengan  tepat  pelajaran bahasa 
disesuaikan  sejauh  mana  kemampuan  siswanya.  Selain  itu,  juga  model 
penyusunan materi  pelajaran  bahasa  arab  hendaknya  disusun  berdasarkan  pola 
dan  logika  tertentu  agar lebih mudah dipahami. Penyusunan materi pelajaran bahasa
arab di buat bertahap mulai dari yang paling sederhana ke kompleks. Hendaknya
dalam proses pembelajaran sebisa mungkin tidak hanya terfokus pada hafalan, tetapi

34
juga memahami apa yang sedang dipelajari, dengan demikian jauh akan lebih baik
dari sekedar menghafal kosakata.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari isi makalah ini, yaitu :
1) Teori belajar humanistik pada dasarnya memiliki tujuan belajar untuk
memanusiakan manusia. Oleh karena itu, proses belajar dapat dianggap berhasil
apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Artinya, peserta didik mengalami perubahan dan mampu memecahkan
permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2) Tokoh-tokoh dari teori belajar humanistik, yaitu :
 Arthur Combs (1912-1999)
 Abraham Maslow (1908-1970)
 Carl Ransom Rogers (1902-1987)
3) Model pembelajaran humanistik, terbagi menjadi empat, yaitu :
 Humaning  Of  The  Classroom
 Active Learning
 Quantum  Learning 
 The  Accelerated  Learning
4) Kelebihan teori belajar humanistik yaitu pembelajaran  dengan  teori  ini  sangat 
cocok  diterapkan  untuk  materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
Indikator  dari  keberhasilan  aplikasi  ini  ialah  siswa  merasa  senang 
bergairah, berinisiatif  dalam  belajar  dan  terjadi  perubahan  pola  pikir, 
perilaku  dan  sikap  atas kemauan sendiri.

35
5) Kekurangan belajar humanistik yaitu dalam teori ini guru sebagai fasilitator,
maka kurang cocok menerapkan kepada yang pola pikirnya kurang aktif atau
pasif. Karena bagi siswa yang kurang aktif, dia akan takut atau malu untuk
bertanya pada gurunya sehingga dia akan tertinggal oleh temannya yang aktif.
6) Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang  mewarnai  metode-metode  yang  diterapkan.  Peran  guru 
dalam  pembelajaran  humanistik  adalah menjadi  fasilitator bagi para siswa 
sedangkan guru  memberikan  motivasi, kesadaran  mengenai makna belajar
dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa
dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
7) Teori  belajar  kognitif  lebih mementingkan  proses  belajar  daripada  hasil 
belajar  itu  sendiri. 
8) Tokoh-tokoh dari teori belajar kognitif, yaitu :
 Jean Piaget
 Jerome Bruner
 David Ausubel
9) Kelebihan teori belajar kognitif yaitu menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
serta membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
10) Kekurangan teori belajar kognitif, yaitu teori tidak menyeluruh untuk semua
tingkat pendidikan, sulit dipraktikkan khususnya di tingkat lanjut, beberapa
prinsip seperti inteligensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
11) Aplikasi  teori  belajar  kognitivisme  dalam  pembelajaran,  guru  harus
memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berpikirnya, anak usia pra  sekolah  dan  awal  sekolah  dasar  belajar 
menggunakan  benda-benda  konkret,  keaktifan siswa  sangat  dipentingkan, 
guru  menyusun  materi  dengan  menggunakan  pola  atau  logika tertentu  dari 
sederhana  ke kompleks,  guru  menciptakan  pembelajaran  yang  bermakna,
memperhatian  perbedaan  individual  siswa  untuk  mencapai  keberhasilan 

36
siswa.

3.2 Saran
            Sebagai  seorang  mahasiswa  yang  mengkhususkan  diri  dalam  bidang 
pendidikan,  berbagai  teori  belajar  patutnya  dikaji  lebih  dalam  agar  dalam 
mencapai  impian,  dapat diraih  kemudahan  dan  menjadikan  profesionalisme 
dalam  menjalani  profesi  yang  ditekuni nanti,  karena    teori  belajar  selalu 
berkembang  sesuai  perkembangan  zaman  dan  seorang guru  terus  mengikuti 
perkembangan  teori  belajar  mengingat  besarnya  pengaruh  yang dibawanya dalam
menetapkan sikap guru dalam setiap proses belajar mengajar.

37
DAFTAR PUSTAKA
1. Panduan Mengajar. [Online] September 23, 2019. [Cited: Maret 29, 2020.]
https://www.panduanmengajar.com/2019/09/perbedaan-teori-belajar-
behavioristik.html.

2. Wikipedia. [Online] [Cited: Maret 29, 2020.] https://id.wikipedia.org/wiki/Belajar.

3. Djaali.2007.Psikologi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara

4. Fadilah 1995. blogspot.co.id/2015/04/teoribelajarhumanistikdan_29. html


Psikologi.or.idSites.google.com/site/mulyanabanten/home/teoribelajar-
behavioristik/teoribelajarkognitif

5. Yusuf, M.2013.Teori Belajar dalam Praktek.Makassar:Alauddin University Press

38

Anda mungkin juga menyukai