Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
segala karunia dan Ridho-NYA, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah
dengan sub pokok Teori Belajar Behavioristik Humanistic Dan Kognitif Makalah ini
disusun guna memenuhi salah satu Tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan di Prodi
Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Atas tersusunnya tugas ini penyusun menyadari banyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar besarnya, kepada Prof. Dr. H. Juntika Nurihsan,
M.Pd dan teman-teman prodi S2 Kebidanan Angkatan 22.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak keterbatasan, sehingga
penyusun sangat mengharapkan kritik yang membangun dan saran guna perbaikan
pada makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................4
1.2 Rumusan masalah ......................................................................................7
1.3 Tujuan ………….......................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi belajar..........................................................................................9
2.2 Teori Behavioristik....................................................................................10
2.3 Teori Belajar Kognitif...............................................................................10
2.4 Teori Humanistik......................................................................................11
2.4.1 Konsep Teori Belajar Humanistik........................................12
2.4.2 Tokoh-Tokoh Teori Belajar Humanistik……………………16
2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik……..19
2.4.4 Pembelajaran Humanistik…………………………………..20
2.4.5 Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Proses………….22
Pembelajaran
2.4.6 Implikasi Teori Belajar Humanistik Terhadap ……………24
Proses Pembelajaran
2.5 Teori Belajar Kognitif..............................................................................25
2.5.1 Konsep Teori Belajar Kognitif.............................................26
2.5.2 Tokoh-tokoh Teori Belajar Kognitif....................................26
2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif.............32
2.5.4 Aplikasi dan Implikasi Teori Belajar Humanistik ..............33
dalam Proses Pembelajaran
3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……....................................................................................35
3.2 Saran.......................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
terlihat dari metode yang digunakan guru masih bersifat konvensional,
yaitu ceramah dan hafalan tanpa memperhatikan faktor nilai yang melekat
pada diri siswa, sehingga interaksi cenderung bersifat teacher centered
(berpusat pada guru).
Untuk mengembangkan hal tersebut, seharusnya dalam suatu sistem
pendidikan siswa tidak harus menyesuaikan dengan kurikulum (siswa
untuk kurikulum), tetapi sebaliknya, kurikulum untuk siswa. Artinya,
orientasi belajar bukan menyelesaikan materi, akan tetapi lebih menekankan
pada proses penerimaaan materi. Seperti yang diungkapkan oleh aliran teori
humanistik, orientasi belajar dalam proses pembelajaran harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri. Aliran humanistik memandang bahwa
belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan
juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan
seluruh domain yang ada.
Landasan setiap orang harus belajar adalah Al-quran surat Ar Rad : 11,
yang artinya sesungguhnya Alloh tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri. Kata kuncinya adalah
perubahan dapat terjadi apabila ada usaha untuk melakukan aktivitas yang
membawanya untuk berubah, yaitu dengan kata belajar.
Pemerintah Indonesia sangat memperhatikan pendidikan yang tertuang
pada pasal 31 ayat 1 undang-undang Dasar 1945: “ Setiap warga Negara berhak
mendapatkan pendidikan” dan ayat 3 yang berbunyi: “ pemerintah ataupun
Negara yaitu mengatur warga Negara berhak mendapatkan pendidikan yang
layak. Pendidikan adalah bagian dari upaya untuk mengubah dan memberikan
kemampuan kepada semua orang untuk mengembangkan potensi dirinya agar
tumbuh menjadi manusia yang tangguh dan berkarakter serta kehidupan social
yang sehat.
Banyak hal yang mendukung untuk kemajuan pendidikan di Indonesia
yang terus dibenahi dalam rangka menuju pendidikan berhasil, misalnya
6
memperbaiki sarana fisik, kualitas guru, kesejahteraan guru, prestasi siswa,
kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan
kebutuhan dan mahalnya pendidikan. Dengan demikian, pemerintah dan seluruh
masyarakat baik guru sebagai praktisi pendidikan, pemerhati pendidikan,
orangtua yang bertanggung jawab di lingkungan keluarga dan seluruh anak-
anak yang belajar harus berperan aktif melakukan peningkatan kemajuan
pendidikan di Indonesia. Salah satu untuk meningkatkan kemajuan pendidikan
Indonesia yang sangat mendasar dengan digalakkannya belajar mandiri pada
anak-anak. Dengan belajar yang dibiasakan dengan baik akan membawa hasil
yang signifikan pada anak-anak, lingkungannya dan peningkatan pada sumber
daya manusia yang baik dan berkualitas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori belajar humanistik?
2. Bagaimana tokoh-tokoh teori belajar humanistik?
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistic?
4. Bagaimana model pembelajaran humanistik?
5. Bagaimana aplikasi teori belajar humanistik dalam proses pembelajaran?
6. Bagaimana implikasi teori belajar humanistik dalam proses pembelajaran?
7. Bagaimana konsep teori belajar kognitif?
8. Bagaimana tokoh-tokoh teori belajar kognitif?
9. Bagaimana kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif?
10. Bagaimana aplikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran?
11. Bagaimana implikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui konsep teori belajar humanistik.
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh teori belajar humanistik.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistik.
4. Untuk mengetahui model pembelajaran humanistik.
7
5. Untuk mengetahui aplikasi teori belajar humanistik dalam proses
pembelajaran.
6. Untuk mengetahui implikasi teori belajar humanistik dalam proses
pembelajaran.
7. Untuk mengetahui konsep teori belajar kognitif.
8. Untuk mengetahui tokoh-tokoh teori belajar kognitif.
9. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif.
10. Untuk mengetahui aplikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran.
11. Untuk mengetahui implikasi teori belajar kognitif dalam proses
pembelajaran.
8
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi
perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respons1.
Menurut M. Sobry Sutikno, pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan yang baru sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam hal
ini, perubahan adalah sesuatu yang dilakukan secara sadar (disengaja) dan
bertujuan untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Menurut Thursan Hakim, definisi belajar adalah suatu proses perubahan di
dalam kepribadian manusia yang ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas
dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya fikir, dan kemampuan lainnya.
Menurut Hilgard & Bower, pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku
seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
yang berulang-ulang dalam situasi tersebut.
Belajar merupakan aktivitas yang sangat penting bagi semua orang. Di
sekolah, kegiatan belajar dan mengajar terwujud pada proses interaksi antara guru
dengan siswa, siswa dengan siswa saat melakukan kegiatan belajar kelompok, dan
bentuk-bentuk lain. Dalam interaksi tersebut akan terjadi sebuah proses
pembelajaran.
Ada beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Masing-masing
teori mempunyai fokus aspek yang berbeda-beda. Perbedaan ini juga berdampak
pada proses belajar mengajar antara guru dan siswa serta tujuan pembelajaran itu
9
sendiri. Berikut ini perbedaan antara teori belajar behavioristik, kognitif, dan
humanistik.
2.2 Teori Behavioristik
Teori behavioristik berpandangan bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan
perubahan tingkah laku.
Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang
berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa
yang terjadi di antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan
sebab tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah
stimulus dan respons.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan
sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan
dari bagian-bagian ke keseluruhan.
Pembelajaran dan evaluasi lebih mengutamakan hasil, dan evaluasi menuntut
hanya satu jawaban benar. Jawaban yang benar berarti siswa telah menyelesaikan
tugas belajarnya. Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike,
Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner.
2.3 Teori Belajar Kognitif
Menurut teori belajar kognitif, keterlibatan siswa secara aktif sangat penting.
Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Tokoh-
tokoh teori kognitif adalah Jean Piaget, Ausubel, dan Bruner.
Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap
perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimilasi,
akomodasi dan equilibrasi.
10
Sedangkan Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh
cara seseorang mengatur pesan atau informasi, dan bukan ditentukan oleh usia.
Suatu proses belajar akan terjadi lewat tahap-tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.
Di sisi lain, Ausubel menyatakan bahwa proses belajar terjadi apabila
seseorang telah mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya
dengan pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap
memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan
menggunakan informasi yang sudah dipahami.
2.4 Teori Humanistik
Beberapa psikolog pada waktu yang sama tidak menyukai uraian aliran
psikodinamika dan behaviouristik tentang kepribadian. Mereka merasa bahwa
teori-teori ini mengabaikan kualitas yang menjadikan manusia itu berbeda dari
binatang, seperti misalnya mengupayakan dengan keras untuk menguasai diri dan
merealisasi diri. Di tahun 1950-an, beberapa psikolog aliran ini mendirikan
sekolah psikologi yang disebut dengan humanisme.
Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana
manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada
prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada
kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk
mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka.
Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan
perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah
sikap dan perilaku mereka.
Teori humanistik menitik beratkan tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Atau dalam kalimat lain, siswa sudah mampu
mencapai aktualisasi diri secara optimal.
Aplikasi teori ini dalam kegiatan pembelajaran cenderung mengajak siswa
untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan
11
keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Beberapa tokoh penganut aliran
humanistik di antaranya adalah:
Kolb, dengan konsepnya tentang 4 tahap dalam belajar, yakni pengalaman
konkrit, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi
aktif.
Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4 yaitu aktifis, reflektor,
teoris, dan pragmatis.
Hubermas, membedakan 3 macam atau tipe belajar yaitu belajar teknis,
belajar praktis, dan belajar emansipatoris.
Bloom dan Krathwohl, dengan 3 kawasan tujuan belajar yaitu kognitif, afektif
dan psikomotor.
Ausubel, walaupun termasuk juga ke dalam aliran kognitif, ia terkenal dengan
konsepnya belajar bermakna (meaningful learning).
12
yang terlibat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam
pengembangan ini. Misalnya ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja
sosial, konselor, bukan merupakan hasil penelitian dalam bidang
proses belajar. Gerakan ini berkembang dan kemudian dikenalkan
dengan psikologi humanistis eksternal, perseptual atau fenomenologikal.
Psikologi ini berusaha memahami perilaku seseorang dari sudut
perilaku (behavior), bukan dari pengamat observer. Dalam dunia
pendidikan aliran humanisme muncul pada tahun 1960 sampai
dengan 1970an dan mungkin perubahanperubahan dan inovasi yang
terjadi selama dua dekade yang terakhir pada abad ke-
20 ini pun juga akan menuju pada arah ini.
Perhatian psikologi humanistik terutama tertuju pada masalah
bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-
maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-
pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran humanistis
penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan
perasaan dan perhatian siswa.
Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat
kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan
kurikulum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapa
psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai
keinginan alami untuk berkembang untuk menjadi lebih baik dan juga
belajar .
Teori humanisme berfokus pada sikap dari kondisi manusia yang
mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk
menentukan nasib sendiri, kebebasan dan bertanggung jawab,
kecemasan sebagai suatu unsur dasar pencarian. Perkembangan
pribadi yang muncul berdasarkan keunuikan masing-masing individu.
Teori ini berfokus pada saat sekarang dan menjadi apa seorang itu dimasa
13
depan. Pendekatan ini menyajikan kondisi untuk memaksimalkan
kesadaran diri dan perkembangan. Menghapus penghambat aktualisasi
potensi pribadi. Membantu siswa menemukan dan menggunakan
kebebasan memilih dengan memperluas kesadaran diri dan
bertanggung jawab atas arah kehidupanya sendiri. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Konsep pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada p
erkem-bangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi
manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka
punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup
kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan
diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan
hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau kemampuan
membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam
pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.
Keleluasaan untuk memilih apa yang akan dipelajari dan kapan
serta bagaimana mereka akan mempelajarinya merupakan ciri utama
pendekatan humanisme. Bertujuan untuk membantu siswa menjadi
selfdirected serta selfmotivated leaner. Penganut paham ini yakin
bahwa siswa akan bersedia melakukan banyak hal apabila mereka
memiliki motivasi yang tinggi dan mereka diberi kesempatan untuk
menentukan apa yang mereka inginkan. Pengertian humanisme yang
beragam membuat batasanbatasan aplikasinya dalam dunia pendidikan
mengundang berbagai macam arti pula. Kata humanisme dalam
pendidikan, dalam artikel “what is humanistic education?”,
Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas atau guru dapat
dikatakan bersifat humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai
pendekatanpendekatan ini terangkum dalam psikologi humanisme.
14
Nilai-nilai penting yang ditumbuh kembangkan dalam pendidikan
humanistik sebagai berikut :
1) Kejujuran (tidak menyontek, tidak merusak, dan bisa dipercaya).
2) Menghargai hak orang lain (menerima dan menghormati
perbedaan individu yang ada, mau mendengarkan orang lain,
menolong orang lain, dan bisa berempati terhadap
problem orang lain).
3) Menjaga lingkungan (menghemat penggunaan listrik, gas, kayu,
logam, kertas dan sebagainya. Menjaga barang milik sendiri ataupun
milik orang lain).
4) Perilaku (mau berbagi, menolong orang lain, ramah terhadap
orang lain, dan berlaku pantas didepan publik).
5) Perkembangan pribadi (menjalankan tanggung jawab, menghargai
kesehatan dan kebersihan fisik, mengembangkan bakat yang
dimiliki secara optimal, mengembangkan rasa hormat dan rasa
bangga terhadap diri sendiri, mengontrol perilaku, memiliki sikap
berani, terhormat dan patriotik, serta menghargai keindahan).
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi
positif yang terdapat dalam dominan efektif, misalnya keterampilan
membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain,
bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, kesadaran,
memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan
pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan
kualitas keterampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.
Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para
pendidiknya yang beraliran humanisme juga mencoba untuk
membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk
meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai
15
pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik
humanisme mencoba untuk melihat dalam spektrum yang lebih luas
mengenai perilaku manusia.
Melihat hal-hal yang diusahakan oleh para pendidik humanisme,
tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi
dalam dunia pendidikan. Jadi bias dikatakan bahwa emosi adalah
karakteristik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik
beraliran humanisme. Karena berfikir dan merasakan saling
beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikan
salah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar menggunakan
emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanisme ini
sama seperti yang ingin kita dapatkan dari pendidikan yang
menitik beratkan kognitif.
2.4.2 Tokoh-Tokoh Teori Belajar Humanistik
1. Arthur Combs (1912-1999)
Arthur Combs bersama Donald Syngg menyatakan bahwa belajar
terjadi apabila mempunyai arti bagi individu tersebut. Artinya, bahwa
dalam kegiatan pembelajaran guru tidak boleh memaksakan materi
yang tidak disukai oleh siswa, sehingga siswa belajar sesuai dengan
apa yag diinginkan tanpa adanya paksaan sedikit pun. Sebenarnya hal
tersebut terjadi tidak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang
untuk melakukan sesuatu yag tidak akan memberikan kepuasan bagi
dirinya.
Dengan demikian, pembelajar harus lebih memahami perilaku
pemelajar dengan mencoba memahami dunia persepsi pembelajar
tersebut sehingga apabila ingin merubah keyakinan atau pandangan
yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain.
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan
dengan berasumsi bahwa pemelajar mau belajar apabila materi
16
pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal
arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting
ialah bagaimana membawa diri pemelajar untuk memperoleh arti bagi
pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkan dengan
lingkungannya.
2. Abraham Maslow (1908-1970)
Teori kebutuhan Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam
diri individu selalu terdapat dua hal : suatu usaha yang positif untuk
berkembang; dan kekuatan untuk melawan atau menolak
perkembangan itu. Maslow mengemukakan bahwa individu
berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
hirarkis. Pada diri maisng-masing orang mempunyai berbagai perasaan
takut seperti seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut
untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia
miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki
dorongan untuk lebih maju kearah keutuhan, keunikan diri, kearah
berfungsinya semua kemampuan, kearah kepercayaan diri menghadapi
dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi
tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan
pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan
kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkam rasa
aman dan seterusnya. Hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini
mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru
pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian
dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar
si siswa belum terpenuhi.
Implikasi teori ini terhadap pembelajaran sangat penting, guru
harus memperhatikan teori ini, apabila guru menemukan kesulitan
17
untuk memahami mengapa anakanak tertentu tidak mengerjakan
tugas, mengapa anak tidak dapat tenang dalam kelas atau bahkan
tidak memiliki motivasi dalam belajar. Menurut Maslow guru
tidak dapat menyalahkan kesalahan ini secara langsung pada si
anak, bisa jadi beberapa kebutuhan anak belum terpenuhi secara
baik.
3. Carl Ransom Rogers (1902-1987)
Carl Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada
tanggal 8 Januari 1902 di sebuah keluarga Protestan yang
fundamentalis. Kepindahan dari kota ke daerah pertanian diusianya
yang ke-12, membuat ia senang akan ilmu pertanian. Ia pun belajar
pertanian di Universitas Wisconsin. Setelah lulus pada tahun 1924, ia
masuk ke Union Theology Seminary di Big Apple dan selama masa
studinya ia juga menjadi seorang pastor di sebuah gereja kecil.
Meskipun belajar di seminari, ia malah ikut kuliah di Teacher College
yang bertetangga dengan seminarinya.
Tahun 1927, Rogers bekerja di Institute for Child Guindance dan
mengunakan psikoanalisa Freud dalam terapinya meskipun ia sendiri
tidak menyetujui teori Freud. Pada masa ini, Rogers juga banyak
dipengaruhi oleh Otto Rank dan John Dewey yang memperkenalkan
terapi klinis. Perbedaan teori yang didapatkannya justru membuatnya
menemukang benang merah yang kemudian dipakai untuk
mengembangkan teorinya kelak.
Tahun 1957, Rogers pindah ke Universitas Wisconsin untuk
mengembangkan idenya tentang psikiatri. Setelah mendapat gelar
doktor, Rogers menjadi profesor psikologi di Universitas Universitas
Negeri Ohio. Kepindahan dari lingkungan klinis ke lingkungan
akademik membuat Rogers mengembangkan metode client-centered
psychotherapy. Disini dia lebih senang menggunakan istilah klien
18
terhadap orang yang berkonsultasi dibandingkan memakai istilah
pasien. Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
a. Kognitif (kebermaknaan)
b. experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori
holistik, namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung
didalamnya. Teori humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama
antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person centered), non-
directive, klien (client-centered), teori yang berpusat pada murid
(student-centered), teori yang berpusat pada kelompok (group
centered), danperson to person). Namun istilah person centered yang
sering digunakan untuk teori Rogers.
Asumsi dasar teori Rogers adalah:
a. Kecenderungan formatif
Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari
hal-hal yang lebih kecil.
b. Kecenderungan aktualisasi
Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke
kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual
mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan
masalahnya.
2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik
Di bawah ini akan dijelaskan kelebihan dan kelamahan teori
belajar humanistik, sebagai berikut :
1. Kelebihan teori belajar humanistik
a. Pembelajaran dengan teori ini sangat cocok diterapkan untuk
materimateri pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial.
19
b. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa
senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
c. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak
terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya
sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hakhak
orangorang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau
etika yang berlaku.
2. Kelemahan teori belajar humanistik
Karena dalam teori ini guru ialah sebagai fasilitator maka kurang
cocok menerapkan yang pola pikirnya kurang aktif atau pasif. Karena
bagi siswa yang kurang aktif, dia akan takut atau malu untuk
bertanya pada gurunya sehingga dia akan tertinggal oleh teman-
temannya yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, padahal dalam
teori ini guru akan memberikan respons bila murid yang diajar
juga aktif dalam menanggapi respons yang diberikan oleh guru.
Karena siswa berperan sebagai pelaku utama (student center)
maka keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh
siswa itu sendiri, peran guru dalam proses pembentukan dan
pendewasaan kepribadian siswa menjadi berkurang.
2.4.4 Pembelajaran Humanistik
Humaning Of The Classroom, ini dilatarbelakangi oleh kondisi
sekolah yang otoriter, tidak manusiawi, sehingga menyebabkan
peserta didik putus asa yang akhirnya mengakhiri hidupnya. Kasus
ini banyak terjadi di Amerika Serikat dan Jepang. Humaning Of The
Classroom ini dicetuskan oleh Jhon P. Miller yang terfokus pada
pengembangan model pendidikan afektif. Pendidikan model ini
tertumpu pada tiga hal, yaitu: menyadari diri sebagai suatu proses
pertumbuhan yang sedang dan akan terus berubah, mengenali konsep
20
dan identitas diri, dan menyatupadukan kesadaran hati dan pikiran.
Perubahan yang dilakukan terbatas pada subtansi materi saja, tetapi
yang lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat
manusiawi.
Active Learning dicetuskan oleh Melvin L. Siberman. Asumsi dasar
yang dibangun dari model pembelajaran ini ialah bahwa belajar bukan
merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada
siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan
sekaligus. Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa melakukan
sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasan-
gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang
mereka pelajari. Dalam Active Learning cara belajar dengan
mendengarkan saja akan sedikit ingat, dengan cara mendengarkan,
melihat dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan
cara mendengar, melihat, berdiskusi, dan melakukan akan
memperoleh pengetahuan dan keterampilan, dan cara untuk menguasai
pelajaran yang terbagus ialah dengan membelajarkan.
Quantum Learning merupakan cara pengubahan macammacam
interaksi. Hubungan dan inspirasi yang di dalam dan di sekitar
momen belajar. Dalam prakteknya, Quantum Learning
menggabungkan sugetologi teknik pemercepatan belajar dan
neurolenguistik dengan teori keyakinan dan metode tertentu.
Quantum Learning mengasumsikan bahwa jika siswa mampu
menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu akan mampu
membuat loncatan prestasi yang tidak bisa diduga sebelumnya.
Dengan metode belajar yang tepat siswa bisa meraih prestasi belajar
secara berlipat ganda. Salah satu konsep dasar dari metode ini ialah
belajar itu harus mengasikkan dan berlangsung dalam suasana gembira,
21
sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih besar dan
terekam dengan baik.
The Accelerated Learning, merupakan pembelajaran yang
dipercepat. Konsep dasar dari pembelajaran ini berlangsung sangat
cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Pemilik konsep ini Dave
Meiver menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas
menggunakan pendekatan somantic, auditory, visual dan intellectual
(SAVI). Somantic dimaksudkan sebagai learning by moving and
doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory adalah
learning bay talking and hearing (belajar dengan berbicara dan
mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing
(belajardengan mengamati dan menggambarkan). Intellectual
maksudnya ialah learning by problem solving and reflecting (belajar
dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi). Bobbi De
Porter menganggap accelerated learning dapat memungkinkan siswa
untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya
yang normal dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsurunsur
yang sekilas tampak tidak mempunyai persamaan, misalnya hiburan,
permainan, warna, cara berfikir positif, kebugaran fisik dan
kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk
menghasilkan pengalaman belajar efektif.
2.4.5 Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Proses Pembelajaran
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.
Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator
bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran
mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.
22
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang
memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa
memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif
dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil
belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang
bersifat jelas, jujur dan positif
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk
belajar atas inisiatif sendiri
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri
5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung
resiko dariperilaku yang ditunjukkan
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran
siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk
bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya;
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan
kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi
siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk
diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah
siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
23
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat
oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar
aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa
humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan
siswa dengan mudah dan wajar. Ruang kelas lebih terbuka dan mampu
menyesuaikan pada perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif
adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi tidak
sabar, suka melukai perasaan siswaa dengan komentar yang menyakitkan,
bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.
2.4.6 Implikasi Teori Belajar Humanistik Terhadap Proses Pembelajaran
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan
berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat
dari beberapa (petunjuk):
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan
suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-
tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok
yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa
untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya,
sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar
yang bermakna.
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk
belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk
membantu mencapai tujuan mereka.
24
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang
fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok;
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok
kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-
sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang
sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok;
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator
berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut
berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan
pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain;
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok,
perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga
tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang
boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa;
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang
menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus
mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-
keterbatasannya sendiri.
25
kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak)
dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa
aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu
tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
2.5.1 Konsep Teori Belajar Kognitif
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses
belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang
berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan
menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang
pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi
karena ada variabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang. Teori
belajar kognitiv lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar
itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus
dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan
persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang
bisa diamati.
2.5.2 Tokoh-Tokoh Teori Belajar Kognitif
a. Jean Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebutsebut sebagai
pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang
banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan
kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik,
yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur
seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin
meningkat pula kemampuannya. Piaget tidak melihat perkembangan
kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia
26
menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda
usia akan berbeda pula secara kualitatif. Menurut Piaget, proses belajar
akan terjadi jika mengikuti tahaptahap asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi (penyeimbangan antara asimilasi dan akomodasi). Piaget
membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu:
Tahap sensorimotorik (umur 02 tahun)
Ciri pokok perkembangan berdasarkan tindakan, dan dilakukan
selangkah demi selangkah.
Tahap preoperasional (umur 27/8 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah penggunanaan
symbol atau tanda bahasa, dan mulai berkembangnya konsepkonsep
intuitif.
Tahap operasional konkret (umur 7/811/12 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah sudah mulai
menggunakan aturanaturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya
reversible dan kekekalan.
Tahap operasional formal (umur 11/1218 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah
mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir
“kemungkinan”.
27
Proses adaptasi meepunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan yaitu
akomidasi dan asimilasi. Asimilasi adalah proses perubahan apa yang di
pahami seseuai dengan struktur kognitif (apabila individu menerima infomasi
atau pengalaman baru maka informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga
cocok dengan struktur kognitif yang dipunyai). Akomodasi adalah proses
perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami (apabila struktur kognitif
yang sudah dimiliki harus disesuaikan dengan informasi yang diterima);
Proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahaptahap asimilasi, akomodasi
dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Asimilasi (proses penyatuan informasi baru
ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki individu), Akomodasi (proses
penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru), Ekuilibrasi
(penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi). Seorang anak
sudah mempunyai prinsip pengurangan, ketika mempelajri pembagian maka
terjadi prses intrgtasi antara pengurangan (telah dikuasai)dan pembagian
(info baru) inilah asimilasi. Jika anak diberi soal pembagian, maka situasi
ini disebut akomodasi. Artinya anak sudah dapat mengaplikasikan atau
memakai prinsip pembagian dalam situasi baru. Proses penyesuaian antara ling
luar dan struktur kognitif yang ada dlm dirinya disebut ekuilibrasi;
Proses belajar akan mengikuti tahaptahap perkembangan sesuai dengan umurnya.
Tahap sensorimotor (02 thn), preoperasional (28 thn), operasional konkret(8-
11 thn), operasional formal (1218 thn); dan
Hanya dengan mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman secara optimal
asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
b. Jerome Bruner
Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya
pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dalam teorinya,
“free discovery learning” ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-
28
contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Menurut Bruner perkembangan
kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun materi
pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang
tersebut.
Model pemahaman dari konsep Bruner (dalam Degeng,1989)
menjelaskan bahwa pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan
dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang
berbeda pula. Menurutnya, pembelajaran yang selama ini diberikan di
sekolah banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang
mengembangkan kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat
penting untuk mempelajari bidang sains, sebab setiap disiplin mempunyai
konsepkonsep, prinsip, dan prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang
dapat belajar. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan
hubungan, melalui proses intuitif dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan
(discovery learning).
Beberapa prinsip teori Bruner adalah:
Perkembangan kognitif ditandai dengan adanya kemajuan menanggapi
rangsang;
Peningkatan pengetahuan bergantung pada perkembangan sistem
penyimpanan informasi secara realistis;
Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan
berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain;
Interaksi secara sistematis diperlukan antara pembimbing, guru dan
anak untuk perkembangan kognitifnya;
Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif;
Perkembangan kognitif ditandai denfgan kecakapan untuk
mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih tindakan
yang tepat;
29
Perkembangan kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic,
symbolic. Enaktif yaitu tahap jika seseorang melakukan aktivitas-
aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitaanya (gigitan,
sentuhan, pegangan). Ikonik, yaitu tahap seseorang memahami objek-
objek atau dunianya melalui gambar gambar dan visualisasi verbal
(anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan. Simbolik
yaitu tahap seseorang telah mampu memiliki ideide atau gagasan
abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam berbahasa
dan logika.( anak belajar melalui symbol bahasa, logika, matematika);
Model pemahaman dan penemuan konsep;
Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan
hubungan memlalui proses intuitif untuk akhirnya sampai pada
kesimpulan (discovery learning); dan
Siswa diberi kekebasan untuk belajar sendiri melalui aktivitas
menemukan (discovery).
c. David Ausubel
Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah
bekerja untuk mencari hukum belajar yang bermakna, berikut ini konsep
belajar bermakna David Ausubel. Pengertian belajar bermakna Menurut
Ausubel ada dua jenis belajar :
30
memperhatikan/memberikan tekanan-tekanan pada unsur kebermaknaan
dalam belajar melalui bahasa (meaningful verbal learning).
Kebermaknaan diartikan sebagai kombinasi dari informasi verbal,
konsep, kaidah dan prinsip, bila ditinjau bersama-sama. Oleh karena itu
belajar dengan prestasi hafalan saja tidak dianggap sebagai belajar
bermakna. Maka, menurut Ausubel supaya proses belajar siswa
menghasilkan sesuatu yang bermakna, tidak harus siswa menemukan
sendiri semuanya. Malah, ada bahaya bahwa siswa yang kurang mahir
dalam hal ini akan banyak menebak dan mencoba-coba saja, tanpa
menemukan sesuatu yang sungguh berarti baginya. Seandainya siswa sudah
seorang ahli dalam mengadakan penelitian demi untuk menemukan
kebenaran baru, bahaya itu tidak ada; tetapi jika siswa tersebut belum
ahli, maka bahaya itu ada. Ia juga berpendapat bahwa pemerolehan
informasi merupakan tujuan pembelajaran yang penting dan dalam hal-
hal tertentu dapat mengarahkan guru untuk menyampaikan informasi
kepada siswa. Dalam hal ini guru bertanggung jawab untuk
mengorganisasikan dan mempresentasikan apa yang perlu dipelajari oleh
siswa, sedangkan peran siswa di sini adalah menguasai yang disampaikan
gurunya.
Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang
dikemukakan oleh Ausubel adalah bila informasi yang akan dipelajari peserta
didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik
itu sehingga peserta didik itu mampu mengaitkan informasi barunya
dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Belajar seharusnya merupakan
apa yang disebut asimilasi bermakna, materi yang dipelajari di
asimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai
sebelumnya. Untuk itu diperlukan dua persyaratan :
31
Materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan
harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu
peserta didik.
Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna, faktor motivasional
memegang peranan penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan
mengasimilasikan materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai
keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya. Sehingga hal ini
perlu diatur oleh guru, agar materi tidak dipelajari secara hafalan.
32
memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat
menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan,
membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan
soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa
menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa
bergantung dengan orang lain.
o Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah,Teori
belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah
karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif di dalam
proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat,
memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya,
serta menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar
yang ada lebih mudah dipahami.
b. Kelemahan Teori Belajar Kognitif
Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
Sulit dipraktikkan khususnya di tingkat lanjut.
Beberapa prinsip seperti inteligensi sulit dipahami dan pemahamannya
masih belum tuntas.
2.5.4 Aplikasi dan Implikasi Teori Belajar Humanistik dalam Proses Pembelajaran
Dalam perkembangan setidaknya ada tiga teori belajar yang bertitik
tolak dari teori kognitivisme ini yaitu: Teori perkembangan piaget, teori
kognitif Brunner dan Teori bermakna Ausubel. Ketiga teori ini dijabarkan sebagai
berikut: No 1 Teori Kognitif Piaget Brunner Ausubel Proses belajar terjadi
menurut pola tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umur siswa. Proses
belajar terjadi melalui tahap-tahap:
Asimilasi
Akomodasi
33
Equilibrasi
Proses belajar lebih ditentukan oleh karena cara kita mengatur materi
pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur siswa. Proses belajar terjadi melalui
tahap-tahap:
Enaktif (aktivitas)
Ekonik (visual verbal)
Simbolik
Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus
memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan
benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun
materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke
kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian
perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa. Dari penjelasan
diatas jelas bahwa implikasinya dalam pembelajaran adalah seorang pendidik,
guru ataupun apa namanya mereka harus dapat memahami bagaimana cara belajar
siswa yang baik, sebab mereka para siswa tidak akan dapat memahami bahasa bila
mereka tidak mampu mencerna dari apa yang mereka dengar ataupun mereka
tangkap. Dari ketiga macam teori diatas jelas masing-masing mempunyai
implikasi yang berbeda, namun secara umum teori kognitivisme lebih mengarah
pada bagaimana memahami struktur kognitif siswa, dan ini tidaklah mudah,
Dengan memahami struktur kognitif siswa, maka dengan tepat pelajaran bahasa
disesuaikan sejauh mana kemampuan siswanya. Selain itu, juga model
penyusunan materi pelajaran bahasa arab hendaknya disusun berdasarkan pola
dan logika tertentu agar lebih mudah dipahami. Penyusunan materi pelajaran bahasa
arab di buat bertahap mulai dari yang paling sederhana ke kompleks. Hendaknya
dalam proses pembelajaran sebisa mungkin tidak hanya terfokus pada hafalan, tetapi
34
juga memahami apa yang sedang dipelajari, dengan demikian jauh akan lebih baik
dari sekedar menghafal kosakata.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari isi makalah ini, yaitu :
1) Teori belajar humanistik pada dasarnya memiliki tujuan belajar untuk
memanusiakan manusia. Oleh karena itu, proses belajar dapat dianggap berhasil
apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Artinya, peserta didik mengalami perubahan dan mampu memecahkan
permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2) Tokoh-tokoh dari teori belajar humanistik, yaitu :
Arthur Combs (1912-1999)
Abraham Maslow (1908-1970)
Carl Ransom Rogers (1902-1987)
3) Model pembelajaran humanistik, terbagi menjadi empat, yaitu :
Humaning Of The Classroom
Active Learning
Quantum Learning
The Accelerated Learning
4) Kelebihan teori belajar humanistik yaitu pembelajaran dengan teori ini sangat
cocok diterapkan untuk materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
35
5) Kekurangan belajar humanistik yaitu dalam teori ini guru sebagai fasilitator,
maka kurang cocok menerapkan kepada yang pola pikirnya kurang aktif atau
pasif. Karena bagi siswa yang kurang aktif, dia akan takut atau malu untuk
bertanya pada gurunya sehingga dia akan tertinggal oleh temannya yang aktif.
6) Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar
dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa
dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
7) Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
belajar itu sendiri.
8) Tokoh-tokoh dari teori belajar kognitif, yaitu :
Jean Piaget
Jerome Bruner
David Ausubel
9) Kelebihan teori belajar kognitif yaitu menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
serta membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
10) Kekurangan teori belajar kognitif, yaitu teori tidak menyeluruh untuk semua
tingkat pendidikan, sulit dipraktikkan khususnya di tingkat lanjut, beberapa
prinsip seperti inteligensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
11) Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus
memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar
menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan,
guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna,
memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan
36
siswa.
3.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa yang mengkhususkan diri dalam bidang
pendidikan, berbagai teori belajar patutnya dikaji lebih dalam agar dalam
mencapai impian, dapat diraih kemudahan dan menjadikan profesionalisme
dalam menjalani profesi yang ditekuni nanti, karena teori belajar selalu
berkembang sesuai perkembangan zaman dan seorang guru terus mengikuti
perkembangan teori belajar mengingat besarnya pengaruh yang dibawanya dalam
menetapkan sikap guru dalam setiap proses belajar mengajar.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Panduan Mengajar. [Online] September 23, 2019. [Cited: Maret 29, 2020.]
https://www.panduanmengajar.com/2019/09/perbedaan-teori-belajar-
behavioristik.html.
38