Anda di halaman 1dari 3

Analisis rhodamin B pada cabe giling basah yang dijual di pasar kota Yogyakarta

Bahaya yang di timbulkan


Penggunan Rhodamin B pada bumbu cabe giling di jual dipasaran saat ini marak terdengar.
Berdasarkan penelitian di pasar DKI Jakarta terdapat 60% pedagang cabe merah tidak
mengetahui tentang bahaya zat warna sintetis terhadap kesehatan.
Rhodamin B menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Penyebab
lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang
radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur Rhodamin kita
ketahui mengandung klorin (senyawa halogen) yang mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas
yang tinggi. Oleh karena itu, senyawa radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh
dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh sehingga pada akhirnya akan memicu
kanker pada manusia.
Solusi
Cara penanggulangan untuk kasus ini yaitu masyarakat harus lebih jeli dalam memilih cabai
merah giling yang baik yakni berwarna oranye merah dan beraroma menyengat. Dan BBPOM
Daerah Istimewa Yogyakarta lebih meningkatkan pengawasan bahan pangan yang beredar di
masyarakat dengan cara melakukan pengetesan di pasar-pasar bahan makanan terhadap
kandungan Rhodamin B serta memberikan penyuluhan berkala terhadap pedagang mengenai
pengetahuan tentang bahan makanan tambahan sintetik.
Selain itu dapat melakukan penelitian untuk mengetahui adanya kandungan Rhodamin B pada
cabe giling basah yang dijual di Pasar Kota Yogyakarta. Analisis dilakukan menggunakan
Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Prosedur Penelitian dilakukan dengan menimbang 20 gram sampel dan rendam pada 50 ml
ammonia 2% dalam alkohol 70% dan dibiarkan selama 3 jam. Kemudian tuang cairan kedalam
cawan dan diuapkan diatas waterbath. Residu yang dihasilkan dilarutkan dalam 30 ml air yang
mengandung asam asetat. Masukkan benang wool ke dalam 30 ml larutan sampel yang sudah
diasamkan setelah itu didihkan sehingga pewarna akan mewarnai benang wool. Cuci benang
wool dengan air lalu masukkan ke dalam ammonia 10% dan didihkan. Warna akan masuk ke
dalam larutan basa dan larutan diuapkan diatas penangas air 25oC sampai kering. Residu
dilarutkan dalam sedikit methanol dan dilakukan KLT.
Penotolan sampel dilakukan dengan cara memberi tanda pada kertas whatmann 1,5 cm dari tepi
bawah tanpa digaris. Kemudian pada bagian atas digaris dengan jarak 10 cm dari garis mula.
Pada garis mula ditotolkan sampel yang sudah diekstraksi dan dilarutkan dalam methanol dengan
bantuan pipa kapiler. Diameter noda tidak boleh lebih dari 0,5 cm. Kemudian dengan jarak 1 cm
ditotolkan pula sampel yang lain dan selanjutnya ditotolkan larutan standar Rhodamin B. Setelah
noda pada garis mula mengering, lapisan kaca kemudian dimasukkan ke dalam bejana
Kromatografi yang sudah berisi eluen dan dibiarkan migrasi sampai garis akhir. Kemudian plat
dikeluarkan dan dibiarkan kering. Spot dilihat dengan mengukur jarak migrasi sampel (Rf).
Kemudian dilihat dibawah sinar lampu UV, bila sampel mengandung Rhodamin B maka spot
akan berpendar pink

2. Gambaran zat warna rhodamin B pada kosmetik pemerah bibir yang beredar di pasar
Beringharjo Yogyakarta
Bahaya yang di timbulkan
Saat ini penggunaan lipstick sudah meluas di semua lapisan masyarakat. Pada dasarnya kosmetik
merupakan produk yang berisiko rendah karena hanya digunakan di lapisan kulit luar. Namun
apabila kosmetik ditambah dengan bahan-bahan yang berbahaya atau dilarang maka kosmetik
dapat membahayakan kesehatan manusia. Dalam kosmetik sebagian besarnya menggunakan
pewarna. Adapun pewarna yang dilarang misalnya pada zat warna rhodamin B. Zat warna
Rhodamin B adalah zat warna sintetis yang pada umumnya digunakan sebagai zat warna kertas,
tekstil, atau tinta. Zat warna tersebut dapat mengakibatkan iritasi pada saluran pernapasan dan
merupakan zat karsikogenik. Rhodamin B dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
kerusakan hati.
Cara penanggulangan untuk kasus ini yaitu perlu dilakukan sosialisasi terus menerus dan
pengawasan secara ketat terhadap penggunaan bahan kimia yang dilarang penggunaannya dalam
kosmetika oleh instansi terkait. Serta mengidentifikasi kandungan rhodamin B pada kosmetik
bibir
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi zat warna Rhodamine B yaitu Thin Layer
Chromatography methode atau Kromatografi Lapis Tipis.
Prosedur nya Ekstraksi sampel menggunakan n-hexan dan pelarut campur (N.N
dimetilformamida : asam ortofosfat 95:5) dan disaring. Identifikasi secara kromatografi lapis
tipis dengan menggunakan eluen : etil asetat: methanol: amonia 9%(5:1:1). Dengan deteksi sinar
UV 254 nm dan 366 nm akan terlihat warna bercak merah muda. Bercak tersebut selanjutnya
akan dibandingkan dengan baku pembanding Rhodamin B.

3. Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B Pada Saus Tomat Bakso Tusuk Di Sekolah Dasar
Kota Manado
Bahaya yang ditimbulkan
Pada tahun 2006, BPOM melakukan pemeriksaan di beberapa daerah di Indonesia yaitu Bandar
Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, dan Mataram,
menunjukkan juga bahwa masih banyak makanan jajanan yang mengandung zat berbahaya.
Beberapa jenis bahan makanan yang diuji Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan (BPOM)
mengandung bahan berbahaya. Zat pewarna sintetis yang paling sering ditambahkan ialah
rhodamin b. Zat pewarna rhodamin b sangat berbahaya bagi kesehatan. Penggunaan rhodamin b
pada makanan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun
kanker.
Cara penanggulangan Anak sekolah sebaiknya harus tahu memilih jajanan yang tidak
mengandung rhodamin b, dan para pedagang juga sebaiknya selalu menjual makanan jajanan
yang baik untuk dikonsumsi. Dan disarankan untuk dijadikan penelitian lanjutan.
Adapun penelitian identifikasi rhodamin B pada sambal bakso tusuk dapat mnggunakan metode
yang sering digunakan untuk mengidentifikasi zat ialah metode kromatografi kertas dan
kromatografi lapis tipis.

Anda mungkin juga menyukai