Pada Tahun 2025 Menghasilkan Ners Yang Unggul Dalam Menerapkan Ilmu Dan
Teknologi Keperawatan Lanjut Usia
C. Patofisiologi
Kelebihan pertumbuhan GH terjadi setelah masa pertumbuhan lewat atau
lempeng epifisis menutup. Hal ini akan menimbulkan penebalan tulang terutama
akral terutama diikuti pertumbuhan jaringan lunak disekitarnya yang disebut
akromegali. Penebalan tulang terutama pada wajah dan anggota gerak.Akibat
penonjolan tulang rahang dan pipi, bentuk wajah menjadi kasar secara perlahan,
tangan dan kaki membesar dan jari tangan dan kaki menebal.Pembesarannya ini
biasanya disebabkan karena pertumbuhan dan penebalan tulang dan peningkatan
pertumbuhan jaringan lunak. Sering terjadi gangguan saraf perifer akibat penekanan
saraf oleh jaringan yang menebal. Dan karena hormon pertumbuhan mempengaruhi
metabolisme beberapa zat penting tubuh, penderita sering mengalami problem
metabolisme termasuk diabetes mellitus.
Selain itu perubahan bentuk raut wajah dapat membantu diagnosis pada
inspeksi.Raut wajah makin kasar, sinus paranalisis dan sinus frontalis membesar.
Bagian frontal menonjol, tonjolan supraorbital menjadi semakin nyata dan terjadi
deformitas mandibula disertai timbulnya prognatisme (rahang yang menjorok
kedepan) dan gigi geligi tidak dapat menggigit. Pembesaran mandiblua menyebabkan
gigi-gigi renggang.Lidah juga membesar sehingga penderita sulit berbicara.Suara
menjadi lebih dalam akibat penebalan pita suara.
Deformitas tulang belakang pertumbuhan tulang yang berlebihan, mengakibatkan
timbulnya nyeri di punggung radiografi dan perubahan fisiologik lengkung tulang
belakang.Pemeriksaan radiografik tengkorak pasien akromegali menunjukkan
perubahan khas disertai pembesaran sinus paranalis, penebalan kalvirum, deformitas
mandibula (yang menyerupai boomerang) dan yang paling penting ialah penebalan
dan destruksi sela tursika yang menimbulkan adanya dugaan tumor hipofisis.
Bila akromegali berkaitan dengan tumor hipofisis, maka pasien mungkin
mengalami nyeri kepala bitemporal dan gangguan penglihatan disertai hemianopsia
bitemporal akibat penyebaran supraseral tumor tersebut dan penekanan kiasma
optikum. Pasien dengan akromegali memiliki kadar basal GH dan juga IGF-1 yang
tinggi dan juga dapat diuji dengan pemberian glukosa oral. Pada subjek yang normal,
induksi hiperglikemia dengan glukosa akan menekan kadar GH. Sebaliknya, pada
pasien akromegali gigantisme kadar GH gagal ditekan. CT-scan dan MRI pada sela
tursika memperlihatkan mikroadenoma hipofisis serta makroadenoma yang meluas
keluar sel mencakup juga sisterna diatas sela dan daerah sekitar sela atau sinus
sphenoid
D. Manifestasi Klinis
1. Pelepasan hormon pertumbuhan yang berlebihan mulai terjadi usia 30-50 tahun.
Karena itu tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang.
2. Gambaran tulang wajah menjadi kasar, tangan dan kakinya membesar, sehingga
biasanya selama bertahun-tahun tidak disadari oleh penderitanya.
3. Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya kulit.
Hal itu disebabkan karena adanya kelenjar sebasea dan kelenjar keringat didalam
kulit membesar yang dapat menyebabkan keringat berlebihan dan bau badan yang
menyengat.
4. Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang
menonjol (prognatisme).
5. Tulang rawan pada pita suara menebal sehingga suara menjadi dalam dan serak.
6. Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut.
7. Ditemukan nyeri sendi.
8. Gangguan dan kelemahan tungkai dan lengannya karena jaringan yang membesar
dapat menekan persyarafan.
9. Gangguan penglihatan karena adanya saraf yang membawa sinyal dari mata ke otak
tertekan sehingga penglihatan terganggu terutama pada lapang pandang sebelah luar.
10. Tumor hipofise dapat menyebabkan sakit kepala hebat.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. Kadarh Growth Hormon (GH) berlebihan mencapai 400 mg/dl
3. Tes toleransi glukosa: hipoglikemia
4. Kadar somatomatin mengikat (2,0621 u//ml), 031-1,4 u/ml
5. CT-Scan
6. MRI
F. Komplikasi
Akromegali yang tidak ditangani dapat menimbulkan komplikasi, seperti:
1. Sindrom lorong kapal (carpal tunnel syndrome).
2. Sleep apnea, yang dapat menutup saluran pernapasan.
3. Osteoarthritis atau radang sendi.
4. Keguguran pada wanita hamil.
5. Hipertensi.
6. Diabetes.
7. Penyakit jantung, terutama kardiomiopati.
8. Penyakit tiroid.
9. Hipopituitarisme.
10. Pertumbuhan polip di usus besar.
11. Pertumbuhan tumor jinak di rahim.
12. Penekanan pada saraf tulang belakang.
13. Kebutaan
G. Manajemen Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien (nama, alamat, pekerjaan, pendidikan, umur dan tanggal MRS)
b. Riwayat penyakit
1) Keluhan utama
2) Riwayat penyakit keluarga
3) Riwayat penyakit sekarang
4) Riwayat hubungan sosial
c. Pemeriksaan fisik
1) TTV
2) Pemeriksaan fisik B1-B6
Pada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6B (Breathing, Blood, Brain,
Bladder, Bower dan Bone) untuk menguji apakah ditemukan
ketidaksimetrisan rongga dada, apakah pasien pusing, pemeriksaan pada
lingkar kepala, hidung dan mandibularis. Pemeriksaan pada gigi, ibu jari serta
jari-jari pada tangan dan kaki.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko defisit nutrisi d.d makan habis setengah porsi, perasaan cepat kenyang,
nafsu makan menurun (D. 0032)
b. Keletihan b.d hipermetabolik d.d peningkatan kebutuhan energi, tampak lesu,
mengeluh lelah, merasa kurang tenaga (D. 0057)
c. Gangguan citra tubuh b.d Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk tubuh
karena penyakit d.d mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh,
perubahan brntuk tubuh (D. 0083)
d. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya d.d tampak
gelisah, sulit tidur (D. 0080)
3. Intervensi Keperawatan
a. Risiko defisit nutrisi d.d peningkatan kebutuhan metabolisme (D. 0032)
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam defisit nutrisi
tidak terjadi
Kriteria hasil (L. 03030):
1) Makan habis 1 porsi
2) Perasaan cepat kenyang menurun
3) Nafsu makan membaik
Intervensi dan Rasional:
1) Pantau intake nutrisi (I. 013123)
R/: Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
2) Pantau pantau intake cairan (I. 03121)
R/: Mengawasi masuknya cairan ke tubuh klien
3) Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu
makan (I. 03125)
R/: Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah
distensi gaster.
4) Berikan edukasi diet (I. 12369)
R/: Membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
5) Ukur tanda- tanda vital (I. 02060)
R/: Memantau keadaan umum klien setiap 6 jam.
c. Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk tubuh karena penyakit d.d
mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh, perubahan bentuk
tubuh (D. 0083)
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam citra tubuh
meningkat
Kriteria Hasil (L. 09067):
1) Verbalisasi kecacatan bagian tubuh menurun
2) Verbalisasi perasaan negative tentang perubahan tubuh menurun
3) Hubungan sosial membaik
Intervensi dan Rasional:
d. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya d.d tampak
gelisah, sulit tidur (D. 0080)
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam ansietas
menurun
Kriteria Hasil (L. 09093):
1) Gelisah menurun
2) Pola tidur membaik (6-8 jam)
3) Kekhawatiran akibat kondisi yang dihadapi menurun
Keletihan
DAFTAR PUSTAKA