Naskah Publikasi
DISUSUN OLEH :
TUNIK
20151050029
E-mail : t_tunik@yahoo.com
Abstrak
Perubahan fisiologis dan psikologik secara statistik merupakan gejala yang sering dialami
penderita PPOK yang dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Breathing relaxation dengan teknik ballon
blowing merupakan salah satu bentuk latihan pernapasan yang dapat memperbaiki fungsi paru dan
kecemasan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh breathing relaxation dengan
teknik balloon blowing terhadap saturasi oksigen dan perubahan fisiologis kecemasan pasien PPOK yang
diukur dari tekanan darah, frekwensi nadi dan respirasi rate. Desain penelitian ini adalah quasy
experiment dengan pre post design. Sampel dalam penelitian ini adalah 36 responden pasien PPOK yang
dirawat di ruang Flamboyan RSUD dr.Soedomo Trenggalek yang diambil dengan pendekatan consecutive
sampling. Sample terdiri dari 1 kelompok intervensi. Data diambil dengan pre dan post intervensi pada
hari ketiga dan ketujuh. Hasil data diukur dengan mengguakan uji Repeated ANOVA. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terjadi perubahan secara signifikan terhadap saturasi oksigen, tekanan darah,
frekwensi nadi dan respirasi rate sebelum dan sesudah diberikan intervensi selama 3 hari dan 7 hari.
Hasil analisis statistik menunjukkan p value < 0,05 pada variabel saturasi oksigen, frekwensi nadi dan
respirasi rate pada hari ketiga, dan p value < 0,05 pada semua variabel yang diukur pada hari ketujuh.
Breathing relaxation dengan menggunakan teknik balloon blowing dapat meningkatkan saturasi oksigen dan
menurunkan perubahan fisiologis kecemasan pasien PPOK yang dilihat dari perubahan tekanan darah,
frekwensi nadi dan frekwensi nafas.
Abstract
Physiology and psychology are problems which statistically experienced by the patients of COPD and decrease
their quality of life. Breathing Relaxation with Balloon-Blowing Technique is one the best breathing exercises to regain
the function of lungs and the patients’ anxiety. The objective of this thesis was to measure the effectiveness of breathing
relaxation with balloon-blowing technique towards oxygen saturation and physiology changes anxiety of COPD patients
by measuring blood pressure, pulse frequency, and respiration rate. The research design used in this thesis was quasi-
experiemental with pre post design. The sample of the thesis was thirty-six (36) respondents of COPD patients of
Flamboyan room in dr. Soedomo hospital. The sampling technique used in this research was consecutive-sampling
technique. It was consisted of a group of intervention. Pre-test and post-test were used to collect the data of the research on
the third and seventh day. The result were tested using Repeated ANOVA test. The research showed that there was a
significant result to oxygen saturation, blood pressure, pulse frequency, and respiration rate before and after doing
intervention on the third and seventh day. The result of statistical analysis showed the p value was smaller than 0.05 at
the oxygen saturation, pulse and respiration rate on the third day, and p value which was smaller than 0.05 at all
variables (oxygen saturation and anxiety) on the seventh day. Breathing relaxation with balloon-blowing technique can
increase the oxygen saturation and decrease the physiology changes anxiety of COPD patients based on the significant
result of blood pressure, pulse frequency, and respiration rate.
(PPOK) merupakan penyakit yang dicirikan resiko yang sidnifikan terhadap munculnya
oleh keterbatasan aliran udara yang tidak dapat penyakit paru kronis22.
dikaitkan dengan respon inflamasi paru yang menyebabkan penurunan suplay oksigen yang
abnormal terhadap partikel atau gas berbahaya ditunjukkan oleh penurunan saturasi oksigen
yang menyebabkan penyempitan jalan napas, (SpO2) pada pasien PPOK12. Saturasi oksigen
hipersekresi mukus, dan perubahan pada pasien PPOK bisa mengalami penurunan
sistem pembuluh darah paru4,15. Pasien PPOK hingga 85 % yang menyebahkan pasien
akan mengalami gangguan fungsi paru secara mengalami hipoksemia, sianosis, penurunan
perubahan struktural paru yang berakibat pada Pasien PPOK, secara klinis akan
kelemahan tubuh, penurunan daya tahan mengalami depresi dan setidaknya dua kali
tubuh, ketidakseimbangan dalam tubuh, napas lebih mungkin untuk mengalami kecemasan
yang pendek dan hipoksemia. Pasien juga yang berkepanjangan. Kecemasan pada pasien
seperti depresi dan kecemasan yang berakibat resiko peningkatan eksaserbasi, status
pada penurunan kualitas hidup pasien5,22. kesehatan yang lebih buruk yang berhubungan
PPOK adalah perokok tembakau, dan faktor keadaan pasien yang menyebabkan pasien
lain sebagai pendukungnya. Faktor lain seperti harus mendapatkan perawatan di rumah sakit7.
genetik, perkembangan paru, dan faktor Gejala lain yang sering dialami oleh pasien
stimulus lingkungan9. Faktor resiko lain PPOK selain kecemasan dan depresi adalah
penyebab terjadinya PPOK adalah terpajan emosional yang tidak stabil, koping strategi
polutan, bahan kimia, kayu, pupuk dari hewan yang rendah, perasaan tidak berdaya, perasaan
peliharaan, hasil panen, batu bara, pembakaran, tidak memiliki kekuatan, perasaan kehilangan
kompor listrik. Sebuah bukti menunjukkan kebebasan, terjadinya isolasi sosial dan
gangguan dalam menjalain hubungan dengan breathing relaxation atau deep breathing2, 23. Breathing
orang lain23. Prevalensi terjadinya kecemasan relaxation selain dapat memperbaiki fungsi paru
pada pasien PPOK adalah 10-50%, sedangakan juga dapat dijadikan sebagai terapi psikologycal
prevalensi terjadinya depresi pasien PPOK untuk menurunkan depresi dan kecemasan7.
mortalitas pada tahun 2020 penyakit yang menggunakan balon (balloon blowing). Teknik
terkait dengan tembakau termasuk PPOK akan relaksasi dengan meniup balon dapat
menjadi masalah kesehatan terbesar dan membantu otot intercosta mengelevasikan otot
menyebabkan 8,4 juta kematian setiap tahun. diafragma dan costa. Hal ini memungkinkan
Indonesia menduduki peringkat ke-5 sebagai untuk menyerap oksigen, mengubah bahan
penyebab kesakitan terbanyak dari 10 yang masih ada dalam paru dan mengeluarkan
penyebab kesakitan. Studi pendahuluan yang karbondioksida dalam paru. meniup balon
dilakukan di rumah sakit umum daerah sangat efektif untuk membantu ekpansi paru
bahwa ruang Flamboyan (ruang penyakit paru) mengeluarkan karbondioksida yang terjebak
rata-rata setiap tahun merawat 120-160 pasien dalam paru pada pasien PPOK. Banyak
PPOK. Hasil interview terhadap 2 pasien penelitian tentang efek balloon blowing terhadap
diperoleh informasi bahwa pasien merupakan perokok, dihasilkan bahwa dengan meniup
perokok aktif, pasien mengalami sesak napas balon secara rutin dapat memperbaiki fungsi
seperti tercekik dan batuk berdahak. Gejala paru dengan meningkatkan arus puncak
penyakitnya tidak sembuh, dan merasa cemas Berdasarkan uraian diatas perlu
Saturasi oksigen pasien PPOK dapat pengaruh breathing relaxation dengan teknik
ditingkatkan dengan terapi nonfarmakologis balloon blowing terhadap saturasi oksigen dan
di RSUD dr. Soedomo Trenggalek. fingertip untuk mengukur saturasi oksigen dan
Penelitian ini merupakan quasi- darah dan jam tangan untuk mengukur
eksperimen dengan menggunakan pre post tes frekwensi nadi dan frekwensi nafas (variabel
desain20. Populasi dalam penelitian ini adalah kecemasan). Data diambil sebelum dilakukan
pasien PPOK yang dirawat di ruang intervensi dan sesudah intervensi pada hari
Flamboyan RSUD dr.Soedomo Trenggalek ketiga dan hari ketujuh. Data yang telah
yang diambil dengan metode consecutive sampling. dikumpulkan dilakukan uji normalitas data
relaxation dengan meniup balon 2 kali sehari adalah data berdistribusi normal untuk semua
pada pagi dan sore hari, setiap sesi latihan variabel. Selanjutnya data di olah dengan
200
HASIL PENELITIAN 150
Spo2
100
a. Gambaran perubahan nilai variabel TD
50 Nadi
saturasi oksigen dan perubahan
0 RR
fisiologis variabel kecemasan (tekanan Pre Post Post
hari 3 hari 7
darah, frekwensi nadi dan frekwensi
b. Gambaran nilai rata-rata variabel sebelum dilakukan intervensi adalah 90,8 dan
(tekanan darah, frekwensi nadi, dan untuk nilai rata-rata tekanan darahnsebelum
frekwensi nafas responden) sebelum dilakukan intervensi adalah 134,0 dan setelah
dan sesudah diberikan intervensi hari dilakuakn intervensi menjadi 124,3. Nilai rata-
adalah 21,5.
c. Analisis bivariat pengaruh intervensi balloon blowing terhadap saturasi oksigen dan
perubahan fisiologis kecemasan (tekanan darah, frekwensi nadi dan frekwensi nafas)
Dibawah ini merupakan hasil analisis pengaruh breathing relaxation dengan teknik balloon
blowing terhadap saturasi oksigen dan kecemasan dengan menggunakan uji statistik Repeated-
measured ANOVA
Tabel 4.4 Pengaruh intervensi terhadap variabel saturasi oksigen, dan variabel perubahan fisiologis
kecemasan (tekanan darah, frekwensi nadi dan frekwensi nafas), setelah diberikan
intervensi breathing relaxation dengan teknik balloon blowing selama 3 hari dan 7 hari pada
pasien PPOK di RSUD dr. Soedomo Trenggalek
Waktu
SPO2 90,8 ± 3,6 0,000 93,2 ± 2,8 0,000 95,5 ±1,4 0,000
Nadi 91,3 ± 12,3 0,002 84,6 ± 7,7 0,000 81,1 ± 5,6 0,048
hasil bahwa hampir seluruh dari uji Repeated terdapat satu hasil yang tidak signifikan (p >
ANOVA, nilai signifikasi yang diperoleh adalah 0,05) yaitu pengukuran tekanan darah setelah
< 0,05 (p < 0,05), dengan hasil tersebut intervensi hari ketiga, tetapi hasil menunjukkan
perbedaan nilai pengukuran terhadap variabel hari dengan nilai signifikasi lebih dari 0,05.
saturasi oksigen dan variabel perubahan Hasil ini menunjukkan adanya pengaruh
fisiologis kecemasan (tekanan darah, frekwensi intervensi terhadap variabel saturasi oksigen
nadi dan frekwensi nafas) pasien sebelum dan dan variabel perubahan fisiologis kecemasan
sesudah diberikan intervensi berupa breathing yang dilihat dari tekanan darah, frekwensi nadi
Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil Proses ini memungkinkan paru mengabsorbsi
bahwa hampir seluruh dari uji Repeated oksigen dan mengeluarkan karbondioksida
ANOVA, nilai signifikasi yang diperoleh adalah lebih banyak dari paru. Balloon blowing
< 0,05 (p value <0,05), dengan hasil tersebut merupakan latihan yang memberikan
didapatkan kesimpulan bahwa terdapat kemampuan yang efektif bagi paru untuk
perbedaan nilai pengukuran terhadap saturasi melakukan pengambilan dan pengeluaran udara
oksigen, tekanan darah, frekwensi nadi dan paru, bukan berpengaruh terhadap ukuran
respirasi rate pasien sebelum dan sesudah alveoli paru. Selama latihan alveoli akan
dengan teknik ballon blowing pada pasien PPOK dalam paru selama ekhalasi dan memasukkan
di RSUD dr. Soedomo Trenggalek. Dari hasil oksigen dalam darah selama inhalasi.
pengukuran tersebut terdapat satu hasil yang Penelitian tentang pengaruh balloon
tidak signifikan (p>0,05) yaitu pengukuran blowing exercise terhadap fungsi paru perokok
tekanan darah setelah intervensi hari ketiga, dewasa banyak dilakukan oleh peneliti
tetapi hasil menunjukkan signifikan setelah sebelumya. Tujuan dari penelitian yang
intervensi diberikan selama 7 hari dengan nilai dilakukan adalah untuk mengetahui kapasitas
Breathing relaxation, breathing exercise, indeep dengan meniup balon. Subjek penelitian terdiri
breathing, pursed lips breathing merupakan latihan dari kelompok kontrol dan intervensi, dimana
pernapasan yang banyak diteliti dan dilakukan kelompok intervensi melakukan latihan
untuk memperbaiki fungsi dari paru9. Metode pernapasan meniup balon 3 x seminggu selama
bermacam-macam, salah satunya adalah fungsi paru pre dan post intervensi. Hasil
Latihan sederhana dengan meniup balon ini statistik dengan paired t test, dan hasilnya
balon mengaktifkan otot pada intercosta dan perubahan fungsi paru yang dilihat dari nilai
VC, FEC, PEF. Dengan Balloon blowing dapat dengan FBT dan BBT dapat meningkatkan
meningkatkan otot ekspirasi selama dilakukan kemampuan pernapasan pasien lansia dengan
karbondioksida yang terjebak pada paru seperti Penelitian tentang pengaruh balloon
yang terjadi pada pasien PPOK, terutama yang therapy terhadap status pernapasan pasien yang
Penelitian serupa juga dilakukan oleh bawah juga dilakukan oleh penelti lain.
peneliti lain yang melakukan penelitian tentang Merupakan penelitian pre eksperimental pre
pengaruh latihan pernapasan dalam dan balloon post desain. Subjek penelitian adalah pasien
blowing terhadap fungsi paru pasien PPOK yang mengalmai gangguan saluran pernapasan
diberikan adalah feedback breathing training (FBT) dilakukan selama 14 hari, setiap hari pasien
dan Balloon blowing training (BBT)13 atau dengan harus melakukan intervensi meniup balon
feedback breathing exercise (FBE) dan Balloon sebanyak 8-10 kali sampai balon berdiameter 7
blowing exercise (BBE)11. Penelitian dilakukan inci. Variabel yang diukur adalah skala sesak
terhadap 2 kelompok tersebut selama 6 napas, frekwensi pernapasan dan fungsi paru.
seminggu sampai 4 minggu, kemudian 2 setelah yang signifikan terhadap respirasi rate (p <
itu pasien tidak melakukan intervensi. 0,001), skala sesak napas (p <0 ,01) dan
Pengukuran hasil dilakukan secara time series kapasitas paru (p < 0,05) setelah diberikan
pada minggu pertama atau sebelum intervensi, intervensi balloon therapy 18.
kedua, keempat dan keenam. Hasil diuji Breathing relaxation ataupun latihan
menunjukkan terjadi peningkatan secara paru pada pasien PPOK, juga dapat
signifikan terhadap PVC, FEC, PEF dan VC memberikan manfaat secara psikologis pada
setelah 4 minggu intervensi dan menurun pada pasien yaitu dapat menurunkan kecemasan dan
2 minggu pada minggu ke 6. Kesimpulan depresi pasien PPOK. Depresi dan kecemasan
penulis, bahwa program latihan pernapasan merupakan hal umum yang terjadi pada pasien
PPOK yang dihubungkan dengan angka sesak napas, kecemasan, depresi dan kualitas
kesakitan dan kematian pasien. Kecemasan dan hidup pasien. Intervensi yang dilakukan adalah
depresi dapat menjadi faktor predisposisi dengan controled breathing program yang terdiri
readmission pasien mengalami hospitalisasi dan dari relaxation exercise, pursed lips breathing, active
psikologis dan fisiologis pada pasien. respon pernapasan dan meningkatkan tidal volume
fisiologis yangmnyertai kecemasan antara lain dan pada akhirnya fungsi pernapasan. Pursed
frekwensi pernapasan, mulut kering, prolapnya jalan napas. Pursed lip breathing dapat
ketegangan otot dan diare. Respon ini terjadi mengurangi frekwensi pernapasan, sesak napas,
karena perangsangan sistem sarap otonom dan dan PaCo2 dan memperbaiki tidal volume dan
terjadinya vasokontriksi arteriol. Sistem respon saturasi oksigen selama istirahat. Tanda yang
ini terjadi dengan dimulai dari munculnya bisa di observasi adalah dengan melihat
stress, cemas mengaktifkan sistem saraf pusat - peningkatan tidal volume dan penurunan
adrenal aksis dan saraf simpatis yang direspon meningkatkan elastisistas tekanan diafragma
dengan peningkatan tekanan darah, dan costa, dimana setelah relakasasi otot
peningkatan denyut jantung, dan respirasi rate ekspirasi siap untuk melakukan inspirasi
pasien PPOK yang mengalami eksaserbasi dan pernapasan pasien, maka diharapkan
post eksaserbasi dilakukan oleh seorang kecemasan dan depresi pasien dapat teratasi.
peneliti, tujuan dari penelitiannya adalah untuk Kesimpulan dari penelitian ini adalah latihan
depresi pasien yang mengalami eksaserbasi dan kecemasan dan depresi pasien PPOK
menjalani perawatan di rumah sakit. Variabel eksaserbasi yang menjalani hospitalisasi yang
yang di ukur pada penelitian ini adalah derajat ditunjukkan dengan hasil penelitian bahwa
kecemasan dan depresi pasien yang diukur 159 mmHg) sampai dengan hipertensi berat
dengan HADS (hospital anciety and depression scale) (sistole 160-179 mmHg). Frekwensi nadi
mengalami perbaikan sebelum dan sesudah pasien PPOK (60-100 x/menit) dan frekwensi
diberikan intervensi kontrol pernapasan nafas adalah 16-25 x/menit, buku pedoman ini
dengan nilai mean 10,56 ± 0,45621. menyebutkan bahwa pasien PPOK dengan RR
pengaruh terhadap saturasi oksigen dan oksigen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kecemasan pasien PPOK secara klinis jika nilai maksimal tekanan darah sistole responden
dilihat dari signifikasi nilai klinis pasien PPOK. mencapai 190 (hipertensi berat), frekwensi nadi
PDPI (2011), menyebutkan Saturasi oksigen 125 x/menit (takikardi), dan frekwensi nafas 29
pasien PPOK adalah 90-100 % dan harus x/menit. Setelah intervensi hari ketujuh terjadi
mendapatkan terapi oksigen ketika saturasi penurunan nilai tekanan darah, frekwensi nadi,
oksigen turun dari 90 %. Hasil penelitian dan frekwensi nafas turun ke rentang normal
menunjukkan bahwa nilai minimal saturasi pasien PPOK, dimana tekanan darah berada
oksigen responden sebelum diberikan pada rentang hipertensi ringan (140 mmHg),
intervensi adalah 81%. Setelah diberikan frekwensi nadi dalam rentang normal (96
intervensi selama 3 hari nilai minimal saturasi x/menit) dan frekwensi nafas dalam batas
oksigen responden adalah 85% dan setelah normal (24 x/menit). Hasil ini menunjukkan
diberikan intervensi selama 7 hari meningkat bahwa intervensi ini bermakna secara klinis
menjadi 93 %. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diberikan intervensi selama satu minggu
intervensi ini dapat memperbaiki saturasi yang ditunjukkan oleh perubahan positif dalam
oksigen jika dilihat dari nilai klinis pasien. variabel kecemasan pasien.
Nilai klinis variabel kecemasan yang diukur Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari nilai tekanan darah, frekwensi nadi dan semakin lama intervensi dilakukan maka
frekwensi nafas pasien PPOK juga terdapat perubahan yang terjadi semakin besar. Hal ini
perubahan. PDPI (2011), menyebutkan bahwa dapat dilihat dari hasil perubahan tekanan
pasien PPOK akan memiliki tekanan darah darah, frekwensi nadi dan respirasi rate pasien
dalam kategori hipertensi ringan (sistole 140- setelah hari ketujuh. Perubahan ini
mengindikasikan bahwa kecemasan pasien oleh peneliti. Data yang dikumpulkan berupa
dapat terkontrol dengan adanya intervensi data tentang support social family, COPD self
breathing relaxation ini. efficacy dan self care behavior. Hasil studi ini adalah
terhadap intervensi ini adalah Katherin dukungan sosial keluarga dan ketersediaan
Kolcaba, dalam teorinya tentang konsep perawatan diri pasien dalam menjalani
terdapat 4 kontek kenyamanan yang harus dukungan keluarga dan kunjungan keluarga
kenyamanan secara fisik, kenyamanan Pengaruh yang lebih luas lagi adalah terjadi
kenyamanan sosial1. Tindakan keperawatan dicintai, terjadi komunikasi yang baik, terjadi
relaksasi pernapasan pada pasien dapat peningkatan perbaikan pasien sehingga dapat
meningkatkan kenyamanan pada pasien secara menurunkan lama rawat pasien di rumah sakit.
fisik dan psikospiritul, karena dengan Hal ini sesuai dengan teori Kolcaba bahwa
intervensi ini akan menyebakan perubahan kenyamanan itu salah satu komponennya
penurunan sesak pasien dan juga berkurangnya 1. Saturasi oksigen dan perubahan fisiologis
Teori keperawatan Kolcaba terhadap darah, frekwensi nadi, dan frekwensi nafas
pasien PPOk juga digunakan oleh peneliti pasien PPOK sebelum dilakukan
COPD yang menjalani rawat inap di rumah terjadi penurunan saturasi oksigen,
nadi, dan frekwensi nafas darah, frekwensi nadi, dan frekwensi nafas
2. Saturasi oksigen dan perubahan fisiologis pasien PPOK di ruang flamboyan RSUD
kecemasan yang diukur dari frekwensi dr. Soedomo Trenggalek, Jawa timur.
3. Saturasi oksigen dan perubahan fisiologis 3. Boyle, K. (2010). The Value Of Blowing
Up A Balloon. N Am Jsports Phys Ther
kecemasan yang diukur dari tekanan 2010 Sep ; 5 (30 : 179-18
darah, frekwensi nadi, dan frekwensi nafas 4. Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan
medikal-bedah Brunner & suddarth. Alih
pasien PPOK setelah diberikan intervensi bahasa. Jakarta : EGC
11. Hyun-Ju Jun et al. (2016). Effects of 19. Somantri, Irman. (2008). Keperawatan
breathing exercises on lung capacity and medikan bedah : asuhan Keperawatan Pada
muscle activities of elderly smokers. J. Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Phys. Ther. Sci. 28: 1681–1685, 2016 Jakarta : Salemba Medika
12. Jeremy et al. (2008). At a Glance Sistem 20. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Respirasi. Surabaya : Erlangga Kuantitatif, Kualitatif dan RnD. Bandung :
Alfabeta
13. Ju Jun, H. et al. (2015). Comparison Of
The Impact Or Breathing Strengthening 21. Valenza, M C., et al. (2014). Effectiveness
Exercise And Balloon Blowing Training of Controlled Breathing Techniques on
On The Pulmonary Function Of Elderly Anxiety and Depression in Hospitalized
Smoker. Journal international academy of Patients With COPD : A Randomized
physical therapy research. 6 (2) 878-883 Clinical Trial. Respir Care 2014;59(2):209 –
215. © 2014 Daedalus Enterprises. DOI:
14. Kim, Jin S. (2012). Effects Of Balloon- 10.4187/respcare.02565
Blowing Exercise On Lung Function Of
Young Adult Smokers. J. Phys. Ther. Sci. 22. Vestbo, J. et al. (2013). Global strategi For
24: 531-534 The Diagnosis, Management, and
Prevention of Chronic Obstructive
15. Mc Neilly, M. (2012). Open Visitation Pulmonary Disease. Am J Respir Crit Care
Effects On The Critically Ill Individual. Med vol 187, Iss. 4, pp 347-365, feb 15,
Nursing thesis and capstone project paper. Hunt 2013
school of Nursing.
23. Volvato, et al. (2015). Relaxation
16. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia techniques for people with Chronic
(PDPI, (2011). Penyakit Paru Obstruktif Obstructive Pulmonary Disease : A
Kronik (PPOK) 1 Diagnosis & systematic Review and Meta Analysis.
Penatalaksanaan Artikel ID 628365, 22 pages 7 (11) :
e49070