Anda di halaman 1dari 22

REFRESHING

OSTEOARTHRITIS

Disusun oleh:

Durrah Zati Yumna (2015730031)

KEPANITRAAN KLINIK STASE INTERNA

RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


JAKARTA

2020
2
OSTEOARTRITIS

Definisi

(Gambar 1. Kiri : Gambar Sendi Lutut Normal. Kanan :gambar sendi lutut yang
mengalam osteoarthritis). (Sumber : HI – LAB 2008)

Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif yang berhubungan dengan kerusakan


kartilago sendi.Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena osteoarthritis.

kerusakan utama pada osteoartritis adalah kerusakan pada rawan sendi yang dapat diikuti
dengan penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan peradangan
ringan pada sinovium, sehingga sendi yang bersangkutan membentuk efusi.1

Klasifikasi

Osteoartritis diklasifikasikan menjadi 2, yaitu osteoartritis primer dan juga osteoartritis


sekunder. Osteoartritis primer disebut idiopatik, disebabkan oleh karena faktor genetik, yaitu
adanya ketidaknormalan pada kolagen sehingga mudah rusak, sedangkan osteoartritis sekunder
adalah osteoartritis yang didasari dengan adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik,
pertumbuhan, mikro dan makro trauma dan imobilitas yang terlalu lama serta faktor risiko
lainnya, seperti obesitas dan sebagainya.1

3
Pada osteoartritis primer / generalisata yang pada umumnya bersifat familial, dapat pula
menyerang sendi-sendi tangan, terutama sendi interfalang distal (DIP) dan interfalang proksimal
(PIP).2

Klasifikasi OA berdasarkan Etiologi

SEKUNDER

Metabolik Kelainan Anatomi/ Traum Inflamasi


Struktur Sendi a
Artritis kristal Slipped femoral Trauma sendi Semua
epiphysis mayor artropati
(Gout, Epiphyseal inflamasi
Fraktur pada
calcium dysplasias Artritis
sendi atau
pyrophosphate Penyakit septik
osteonekrosis
dihydrate Blount’s
arthropaty/ Bedah tulang
Penyakit Legg-
pseudogout) Perthe (contoh:
Akromegali Dislokasi koksa menisektomi)
kongenital Jejas kronik
Okronosis Panjang tungkai
(artropati
tidak sama
okupasional/te
(alkaptonuria) Deformitas
rkait
valgus/varus
Hemokromatosi pekerjaan),
Sindroma
s beban
hipermobiliti
mekanik
Penyakit Wilson
kronik
(obesitas)

4
Tabel.1 klasifikasi OA)

Sumber lain mengatakan, klasifikasi OA dapat diklasifikasikan menurut lokasi sendi yang
terkenanya, yaitu3:

(Tabel.1 klasifikasi OA berdasarkan sendi yang terkena)

Epidemiologi

Distribusi osteoarthritis cukup luas di esluruh dunia dan mengenai populasi yang cukup
banyak. Di inggris dan Wales, sekitar 1,3 sampai 1,75 juta orang mengalami osteoarthritis.
Osteoarthritis menyebabkan disabilitas nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler.4

5
Prevalensi osteoartritis di Eropa dan Amerika lebih besar dari pada prevalensi di negara
lainnya. The National Arthritis Data Workgroup (NADW) memperkirakan penderita osteoartritis
di Amerika pada tahun 1005 sebanyak 17 juta yang terjadi pada usia 18 tahun keatas5.

Di Indonesia, osteoartritis merupakan penyakit reumatik yang paling banyak ditemui


dibandingkan kasus penyakit reumatik lainnya. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia
(WHO), penduduk yang mengalami gangguan osteoartritis di Indonesia tercatat 8,1% dari total
penduduk1.

Osteoarthritis merupakan penyakit degenerative dan progresif yang mengenai dua per
tiga orang yang berumur lebih dari 65 tahun, dengan prevalensi 60,5% pada pria dan 70,5% pada
wanita6.

Seiring bertambahnya jumlah kelahiran yang mencapai usia per-tengahan dan obesitas
serta peningkatannya dalam populasi masyarakat osteoarthritis akan berdampak lebih buruk di
kemudian hari. Karena sifatnya yang kronik progresif, osteoarthritis berdampak sosio ekonomik
yang besar di Negara maju dan di Negara berkembang7.

Faktor Risiko

Faktor risiko Osteoartritis antara lain umur, obesitas, trauma, genetik, hormon, jenis
kelamin, penyakit otot, lingkungan1.

Usia

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor usia adalah yang terbesar.
Prevalensi, dan beratnya osteoartritis semakin meningkat dengan adanya pertambahan usia. Hal
ini disebabkan, karena adanya hubungan antara usia dengan penurunan kekuatan kolagen dan
proteoglikan pada kartilago sendi. Rata – rata jenis kelamin laki – laki mendapat osteoartritis
sendi lutut pada umur 59 tahun dengan puncaknya pada usia 55 - 64 tahun, sedangkan
perempuan 65,3 tahun dengan puncaknya pada usia 65 – 74 tahun. 1

Sumber lain menyebutkan, bahwa di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5%


pada usia 61 tahun. Untuk osteoartritis lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria
dan 11,7% pada wanita6.

6
Jenis kelamin

Pada lansia yang berumur lebih dari 55 tahun, prevalensi terkenanya osteoartritis pada
wanita lebih besar berisiko dari pria. Usia kurang dari 45 tahun osteoartritis lebih sering terjadi
pada pria dari wanita1.

Hasil penelitian Kellgren dan Lawrence menyebutkan bahwa prevalensi terjadinya OA


lutut adalah 19,8% pada laki-laki dan 40,7% pada perempuan, jelas dari hasil penelitian tersebut
perempuan lebih banyak menderita penyakit OA (Osteoatritis) ini.7.

Suku bangsa (Ras)

Osteoartritis primer dapat menyerang semua ras meskipun terdapat perbedaan prevalensi
pola terkenanya sendi pada osteoartritis. Orang kulit putih cenderung lebih sering terkena
Osteoartritis dibandingkan dengan orang kulit hitam. Hal ini, mungkin berkaitan dengan
perbedaan cara hidup maupun perbedaan frekuensi pada kelainan kongenital dan pertumbuhan1.

Genetik

Faktor herediter atau genetik juga berperan pada timbulnya osteoartritis. Adanya mutasi
dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti
kolagen, proteoglikan berperan penting dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis1.

Obesitas dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan mekanik pada sendi
sebagai penahan beban tubuh yang ada, dan lebih sering menyebabkan osteoartritis lutut.
Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung
beban, tetapi juga dengan osteoartritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain yaitu (metabolik)
yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut antara lain penyakit jantung koroner, diabetes
melitus dan hipertensi.1

7
Pada hal ini, perempuan lebih berisiko dikarenakan, secara statistik perempuan memiliki
body mass index (BMI) diatas rata-rata dimana kategori BMI pada perempuan Asia menurut
jurnal American Clinical Nutrition adalah antara 14 sampai dengan 16,9kg/m1 dan mempunyai
nilai lebih kecil jika dibandingkan dengan perempuan Amerika dan tingkat obesitas pada wanita
di Amerika adalah empat persen dan pada lakilaki hanya dua persen. Pada perempuan
menopause, akan terjadi penumpukan lemak terutama pada sendi bagian bawah dan
menyebabkan peningkatan beban pada sendi8.

Oleh karena itu, untuk memantau status berat badan orang dewasa digunakan indeks
massa tubuh (IMT). Indeks massa tubuh merupakan parameter yang paling banyak digunakan
dalam menentukan kriteria proporsi tubuh. Dengan indeks massa tubuh diketahui apakah berat
badan seseorang dinyatakan kurus, normal dan gemuk. Kelebihan berat badan dianggap sebagai
salah satu faktor yang meningkatkan intensitas nyeri yang dirasakan pasien OA9.

Cedera sendi (trauma)

Cedera sendi, terutama pada sendi – sendi penompang berat tubuh seperti sendi pada lutut
berkaitan dengan risiko osteoartritis yang lebih tinggi. Trauma lutut yang akut termasuk robekan
terhadap ligamentum krusiatum dan meniskus merupakan faktor yang dapat menimbulkan
osteoartritis lutut3.

Pekerjaan

Penelitian menyebutkan bahwa, pekerja yang banyak membebani sendi lutut akan
mempunyai risiko terserang osteoartritis lebih besar dibanding yang tidak banyak membebani
lutut4.

Olah Raga Dengan kualitas yang Berat

Osteoartritis juga behubungan dengan berbagai olah raga yang membebani lutut dan atau
panggul, seperti lari maraton, sepak bola dan sebagainya3.

Patogenesis

8
Pada osteoartritis terdapat proses degenerasi, reparasi dan inflamasi yang terjadi dalam
jaringan ikat, lapisan rawan, sinovium dan tulang subkondral. Pada saat penyakit yang sedang
aktif, salah satu proses dapat dominan atau beberapa proses terjadi bersama dalam tingkat
intensitas yang berbeda. Osteoartritis lutut berhubungan dengan berbagai defisit patofisiologi
seperti instabilitas sendi lutut, menurunnya lingkup gerak sendi (LGS) lutut, nyeri lutut sangat
kuat berhubungan dengan penurunan kekuatan otot quadriceps yang merupakan stabilisator
utama sendi lutut dan sekaligus berfungsi untuk melindungi struktur sendi lutut1.

Pada penderita usia lanjut kekuatan quadriceps bisa menurun 1/3 nya dibandingkan
dengan kekuatan quadriceps pada kelompok usia yang sama yang tidak menderita osteoartritis
lutut. Penurunan kekuatan terutama disebabkan oleh atrofi otot tipe II B yang bertanggungjawab
untuk menghasilkan tenaga secara cepat.
Perubahan – perubahan yang terjadi pada osteoartritis adalah sebagai berikut1:

Degradasi rawan

Perubahan yang mencolok pada osteoartritis biasanya dijumpai di daerah tulang rawan
sendi yang mendapatkan beban. Pada stadium awal, tulang rawan lebih tebal daripada normal,
tetapi seiring dengan perkembangan osteoartritis permukaan sendi menipis, tulang rawan
melunak, integritas permukaan terputus dan terbentuk celah vertikal (fibrilasi). Dapat terbentuk
ulkus kartilago dalam yang meluas ke tulang. Dapat timbul daerah perbaikan fibrokartilaginosa,
tetapi mutu jaringan perbaikan lebih rendah daripada kartilago hialin asli, dalam kemampuannya
menahan stres mekanik.Semua kartilago secara metabolis aktif, dan kondrosit melakukan
replikasi, membentuk kelompok (klon).

Namun, kemudian kartilago menjadi hiposeluler. Proses degradasi yang timbul sebagai
akibat dari ketidakseimbangan antara regenerasi (reparasi) dengan degenerasi rawan sendi
melalui beberapa tahap yaitu fibrilasi, pelunakan, perpecahan dan pengelupasan lapisan rawan
sendi. Proses ini dapat berlangsung cepat atau lambat. Yang cepat dalam waktu 10 – 15 tahun,
sedang yang lambat 10 – 30 tahun.Akhirnya permukaan sendi menjadi botak tanpa lapisan rawan
sendi1.

Osteofit

9
Bersama timbulnya dengan degenerasi rawan, timbul reparasi.Reparasi berupa
pembentukan osteofit di tulang subkondral1.

Sklerosis subkondral

Pada tulang subkondral terjadi reparasi berupa sklerosis (pemadatan/ penguatan tulang
tepat di bawah lapisan rawan yang mulai rusak) 1.

Sinovitis

Sinovitis adalah inflamasi atau peradangan dari sinovium, dan terjadi akibat proses
sekunder degenerasi dan fragmentasi. Matriks rawan sendi yang putus terdiri dari, kondrosit
yang menyimpan proteoglycan yang bersifat immunogenik dan dapat mengaktivasi leukosit.
Sinovitis dapat meningkatkan cairan sendi. Cairan lutut yang mengandung bermacam-macam
enzim akan tertekan ke dalam celah-celah rawan. Ini mempercepat proses pengerusakan rawan.

Pada tahap lanjut terjadi tekanan tinggi dari cairan sendi terhadap permukaan sendi yang
botak. Cairan ini akan didesak ke dalam celah-celah tulang subkondral dan akan menimbulkan
kantong yang disebut kista subkondral. Osteoarthritis sendiri tidak dapat disembuhkan.Namun,
penanganan yang tepat penting untuk membantu mengatasi rasa nyeri, memperbaiki kemampuan
bergerak dan beraktivitas, serta menghambat perkembangan osteoarthritis1.

Manifestasi klinis

Pada umumnya pasien osteoarthritis mengatakan bahwa keluhan-keluhannya sudah


berlangsung lama tetapi berkembang secara perlahan-lahan1:

Nyeri sendi

Keluhan ini mrupakan keluha utama yang membawa pasien adatang ke dokter (meskipun
sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.Nyeri pada osteoarthritis juga dapat berupa
penjalaran misalnya pada osteoarthritis servical dan lumbal. Osteoarthritis lumbal yang
menimbulkan stenosis spinal mungkin menimbulkan keluhan nyeri di betis yang biasa disebut
claudicatio intermitten

10
Hambatan gerak sendi

Gangguan ini biasanya makin tambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan makin beratnya
penyakit sampai sendi hanya bias digoyangkan dan menjadi kontraktur ambatan gerak dapat
konsentris (seluruh arah gerak) maupun eksentris (salah satu arah gerak saja)

Kaku

Pada beberapa pasien, kaku sendi dapat timbul setelah imobilisasi (seperti duduk lama atau
bahkan setelah bangun tidur).

Krepitasi

Rasa gemeretak (kadang terdengar) pada sendi yang sakit.Dengan bertambah beratnya penyakit,
krepitasi dapat terdengar sampai jarak tertentu. Gejala ini muncul karena gesekan kedua
permkaan tulang endi pada saat sendi digerakkan atau secara pasif dimanipulasi

Pembengkakan sendi

Pembengkakan sendi dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya tak banyak (< 100 cc).
Sebab lain karna adanya osteofit yang dapat mengubah permukaan sendi

Tanda peradangan

Tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang meata dan
warna kemerahan) mungkin dijumpai pada osteoarthritis karena adanya sinovitis.

Biasanya tanda tersbut tidak menonjol dan timbul belakangan, sering kali dijumpai di lutut,
pergelangan kaki dan sendi-sendi kecil tangan dan kaki

Deformitas sendi yang permanen

Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, gaya berdiri dan perubahan pada
tulang dan perubahan permukaan sendi

11
Perubahan gaya berjalan

Keadaan ini hamper selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan.
Terutama dijumpai pada osteoarthritis lutut sendi paha dan osteoarthritis tulang belakang dengan
stenosis spinal serta sendi lain.1

Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan radiologis posisi AP dan lateral terlihat gambaran berupa :

Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung
beban)

 Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral


 Kista tulang
 Osteofit pada tepi sendi
 Perubahan struktur anatomi sendi.1

Diagnosis

Diagnosis osteoarthritis didasarkan pada gambaran klinis dan radiologis. Gambaran klinis
berupa nyeri sendi, hambatan gerak sendi, kaku, krepitasi, pembengkakan sendi, tanda
peradangan, deformitas sendi yang permanen, perubahan gaya berjalan. Gambaran radiologis
berupa penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang
menanggung beban), peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral, kista tulang, osteofit
pada tepi sendi, perubahan struktur anatomi sendi.1

Seperti pada penyakit reumatik umumnya diagnosis tak dapat didasarkan hanya pada satu
jenis pemeriksaan saja. Biasanya kita lakukan pemeriksaan reumatologi ringkas berdasarkan
prinsip pemeriksaan GALS (Gait, arms, legs, spine). Penegakan diagnosis OA berdasarkan gejala
klinis. Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus yang dapat menentukan diagnosis OA.
Pemeriksaan penunjang saat ini terutama dilakukan untuk meonitoring penyakit dan untuk

12
menyingkirkan kemungkinan arthritis karena sebab lainnya. Pemeriksaan radiologi dapat
menentukan adanya OA, namun tidak berhubungan langsung dengan gejala klinis yang muncul 6.

Gejala OA umumnya dimulai saat usia dewasa, dengan tampilan klinis kaku sendi di pagi
hari atau kaku sendi setelah istirahat. Sendi dapat mengalmi pembanekakan tulang, dan krepitus
saat digerakkan, dapat disertai keterbatasan gerak sendi. Peradangan umumnya tidak ditemukan
atau sangat ringan. Banyak sendi yang dapat terkena OA, terutama sendi lutut, jari-jari kaki, jari-
jari tangan, tulang punggung dan panggul10.

Pada seseorang yang dicurigai OA, direkomendasikan melakukan pemeriksaan berikut ini:

 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisik
 Pendekatan untuk menyingkirkan diagnosis penyakit lain.
 Pemeriksaan penunjang

Anamnesis

 Nyeri dirasakan berangsur-angsur (onset gradual)


 Tidak disertai adanya inflamasi (kaku sendi dirasakan < 30 menit, bila disertai inflamasi,
umumnya dengan perabaan hangat, bengkak yang minimal, dan tidak disertai kemerahan
pada kulit)
 Tidak disertai gejala sistemik
 Nyeri sendi saat beraktivitas
 Sendi yang sering terkena:
 Sendi tangan: carpo-metacarpal (CMC I), Proksimal interfalang (PIP) dan distal interfalang
(DIP), dan Sendi kaki: Metatarsofalang (MTP) pertama.

13
 Sendi lain: lutut, V. servikal, lumbal, dan hip.

Faktor risiko penyakit :

 Bertambahnya usia
 Riwayat keluarga dengan OA generalisata
 Aktivitas fisik yang berat
 Obesitas
 Trauma sebelumnya atau adanya deformitas pada sendi yang bersangkutan.

Pemeriksaan fisik

 Tentukan BMI
 Perhatikan gaya berjalan/pincang
 Adakah kelemahan/atrofi otot
 Tanda-tanda inflamasi/efusi sendi?
 Lingkup gerak sendi (ROM)
 Nyeri saat pergerakan atau nyeri di akhir gerakan.
 Krepitus
 Deformitas/bentuk sendi berubah
 Gangguan fungsi/keterbatasan gerak sendi
 Nyeri tekan pada sendi dan periartikular
 Penonjolan tulang (Nodul Bouchard’s dan Heberden’s)
 Pembengkakan jaringan lunak
 Instabilitas sendi

Pendekatan untuk menyingkirkan diagnosis lain


 Adanya infeksi
 Adanya fraktur
 Kemungkinan keganasan

Kemungkian Artritis Reumatoid Diagnosis banding yang menyerupai

14
 Penyakit OA
 Inflammatory arthropaties
 Artritis Kristal (gout atau pseudogout)
 Bursitis (a.r. trochanteric, Pes anserine)
 Sindroma nyeri pada soft tissue
 Nyeri penjalaran dari organ lain (referred pain)
 Penyakit lain dengan manifestasi artropati (penyakit neurologi, metabolik dll.)

Pemeriksaan Penunjang

 Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk mendiagnosis OA. Pemeriksaan darah membantu
menyingkirkan diagnosis lain dan monitor terapi.
 Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk klasifikasi diagnosis atau untuk merujuk ke
ortopaedi.
 Perhatian khusus terhadap gejala klinis dan faktor yang mempengaruhi pilihan terapi/
penatalaksanaan OA.
 Singkirkan diagnosis banding.
 Pada kasus dengan diagnosis yang meragukan, sebaiknya dikonsulkan pada ahli
reumatologi untuk menyingkirkan diagnosis lain yang menyerupai OA. Umumnya
dilakukan artrosentesis diagnosis.
 Tentukan derajat nyeri dan fungsi sendi
 Perhatikan dampak penyakit pada status social seseorang
 Perhatikan tujuan terapi yang ingin dicapai, harapan pasien, mana yang lebih disukai
pasien, bagaimana respon pengobatannya.
 Faktor psikologis yang mempengaruhi.

15
Untuk kepentingan penyeragaman diagnosis maka seyogyanya dipergunakan acuan berupa
klasifikasi diagnosis berdasarkan kriteria ACR berikut ini10.

Klasifikasi diagnosis Osteoartritis berdasarkan kriteria American College of


Rheumatology (ACR)ifikasi diagnosis OA lutut ICD-10 kode: M17

Berdasarkan kriteria klinis:

- Nyeri sendi lutut

Dan paling sedikit 3 dari 6 kriteria di bawah ini:

1. krepitus saat gerakan aktif


2. kaku sendi < 30 menit
3. umur > 50 tahun
4. pembesaran tulang sendi lutut
5. nyeri tekan tepi tulang
6. tidak teraba hangat pada sinovium sendi lutut.

Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%.

Berdasarkan kriteria klinis dan radiologis:

1. Nyeri sendi lutut


2. dan
3. adanya psteofit

dan

1. paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:


2. kaku sendi <30 menit
3. umur > 50 tahun
4. krepitus pada gerakan sendi aktif
5. Sensitivitas 91% dan spesifisitas 86%.
6. Berdasarkan kriteria klinis dan laboratoris:

16
7. Nyeri sendi lutut

dan

paling sedikit 5 dari 9 kriteria berikut ini:

1. Usia >50 tahun


2. kaku sendi <30 menit
3. Krepitus pada gerakan aktif
4. Nyeri tekan tepi tulang
5. Pembesaran tulang
6. Tidak teraba hangat pada sinovium sendi terkena
7. LED<40 mm/jam 8. RF <1:40
8. Analisis cairan sinovium sesuai OA

Sensitivitas 91% dan spesifisitas 75%.

Penatalaksanaan

Tujuan dari penatalaksanaan pasien yang mengalami osteoartritis adalah untuk edukasi
pasien, pengendalian rasa sakit, memperbaiki fungsi sendi yang terserang dan menghambat
penyakit supaya tidak menjadi lebih parah. Penatalaksanaan osteoartritis terdiri dari terapi non
obat (edukasi, penurunan berat badan, terapi fisik dan terapi kerja), terapi obat, terapi lokal dan
tindakan bedah.1

Terapi Non Farmakologis

17
Edukasi

Agar pasien mengetahui seluk beluk penyakitnya, bagaimana menjaga agar penyakitnya
tidak bertambah parah serta persendiannya tetap dapat digunakan

Terapi fisik dan rehabilitasi

Terapi melatih pasien agar persendiannya tetap dapat digunakan sehingga pasien dapat
mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Terapi ini terdiri dari pendinginan, pemanasan dan
latihan penggunaan alat bantu. Dalam terapi fisik dan rehabilitasi dianjurkan latihan yang
bersifat penguatan otot, memperluas lingkup gerak sendi dan latihan aerobik. Latihan tidak
hanya dilakukan pada pasien yang tidak menjalani tindakan bedah, tetapi juga dilakukan pada
pasien yang sudah menjalani tindakan bedah, sehingga pasien dapat segera mandiri setelah
pembedahan dan mengurangi komplikasi akibat pembedahan

Penurunan berat badan

Untuk mengurangi beban pada sendi yang terserang osteoarthritis karena berat badan
berlebih merupakan factor yang memperberat osteoarthritis.1

Terapi Farmakologis

Analgesic oral non opiat

Parasetamol merupakan analgesik pertama yang diberikan pada penderita osteoartritis


dengan dosis 1 gram 4 kali sehari, karena cenderung aman dan dapat ditoleransi dengan baik,
terutama pada pasien usia tua.

Analgesik topical

Krim pengurang rasa sakit diaplikasikan pada kulit di atas sendi dapat mengurangi nyeri
ringan pada arthritis.Contohnya termasuk capsaicin, salycin, metil salisilat, dan mentol.

Saat ini juga ada sebuah lotion anti-inflamasi, diclofenac,  dan diclofenac tempel, yang
digunakan untuk menghilangkan rasa sakit pada osteoarthritis.

OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid)

18
OAINS bekerja dengan cara menghambat jalur siklooksigenase (COX) pada kaskade
inflamasi. Terdapat dua macam enzim COX, yaitu COX-1 (bersifat fisiologik, terdapat pada
lambung, ginjal dan trombosit) dan COX-1 (berperan pada proses inflamasi). OAINS tradisional
bekerja dengan cara menghambat COX-1 dan COX-1, sehingga dapat mengakibatkan
perdarahan lambung, gangguan fungsi ginjal, retensi cairan dan hiperkalemia. OAINS yang
bersifat inhibitor COX-1 selektif akan memberikan efek gastrointestinal yang lebih kecil
dibandingkan penggunaan OAINS yang tradisional.

Chondroprotective Agent

Merupakan obat-obatan yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan (repair) tulang
rawan sendi pada pasien osteoartitis.Sebagian pneliti menggolongkan obat-obatan tersebut dalam
Slow Acting Anto Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau Disease Modifying Anti Osteoarthritis
Drugs (DMAODs). Yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah :

Tetrasiklin dan derivatnya

Mempunyai kemampuan menghambat enzim MMP. Contohnya adalah doxycycline. Obat


ini baru dicoba pada hewan

Asam hialuronat

Asam hialuronat disebut juga sebagai viscosupplement karena salah satu manfaatnya
adalah memperbaiki viskositas cairan sinovial.Pemberian dilakukan dengan intraartikuler.asam
hialuronat memegang peranan penting dalam pembentukan matriks tulang rawan melalui
agregasi dengan proteoglikan. Pada binatang percobaan, asam hialuronat dapat mengurangi
inflamasi pada sinovium, menghambat angiogenesis dan kemotaksis sel-sel inflamasi

Kondroitin sulfat

Terdapat pada matriks ekstraseluler sekelilin sel. Salah satu jaringan yang mengandung
kondroitin sulfat adalah tulang rawan sendi dan zat ini merupakan bagian dari
proteoglikan.Tulang rawan sendi terdiri dari 1% sel dan 98% matriks ekstraseluler yang terdiri
dari kolagen dan proteoglikan.Kondroitin sulfat bekerja pada pasien osteoartritis dengan

19
mekanisme anti inflamasi, efek metabolik terhadap sintesis hialuronat dan proteoglikan, anti
degradatif melalui hambatan proteolitik dan menghambat efek oksigen reaktif.

Glikosaminoglikan

Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzimyang berperan dalam proses


degradasi tulang rawan seperti hialuronidase, protease, elastase, dan cathepsin B1 in vitro dan
juga merangsang sintesis proteoglikan dan asam hialuronat pada kultur jaringan sendi.

Vitamin-C

Vitamin C diteliti mampu menghambat aktivitas lisozim sehingga bermanfaat untuk


terapi OA.

Superoxide dismutase

Superoxida dismutase mempunyai kemampuan menghilangkan superoxidase dan


hydroxil radicals. Radikal superoxide tersebut, secara in vitro, mampu merusak asam hialuronat,
kolagen dan proteoglikan sedang hydrogen peroxyde dapat merusak kondrosit secara langsung.

Steroid intra-artikuler

Kejadian inflamasi kadang dijumpai pada pasien osteoarthritis, oleh karena itu
kortikosteroid intra-artikuler telah dipakai dan mampu mengurangi rasa sakit walaupun dalam
waktu singkat.Penelitian selanjutnya tidak menunjukkan keuntungan yang nyata pada pasien
osteoarthritis, sehingga pemakaiannya masih kontroversial. 1

Terapi Bedah

Bagi penderita dengan osteoartritis yang sudah parah, maka operasi merupakan tindakan
yang efektif. Operasi yang dapat dilakukan antara lain:

 Artroplasti: operasi menggantikan sendi yang rusak dengan sendi baru yang terbuat dari
bahan metal.

20
 Arthroscopic debridement dan joint lavage:menggunakan alat kecil yang dimasukan ke
dalam rongga sendi untuk membersihkan tulang rawan yang rusak
 Osteotomi: operasi yang dilakukan terhadap salah satu bagian tulang sehingga posisi dan
letaknya menjadi lebih baik dan mengurangi rasa nyeri pasien.

Walaupun tindakan operatif dapat menghilangkan nyeri pada sendi osteoartritis, tetapi
kadang-kadang fungsi sendi tersebut tidak dapat diperbaiki secara adekuat, sehingga terapi fisik
pre dan pasca operatif harus dipersiapkan dengan baik. 1

Daftar Pustaka

1. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2014. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid VI. Jakarta: FKUI
2. Setiyohadi Bambang. 2003. Osteoartritis Selayang Pandang. Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi. Jakarta.

21
3. Sumber : Sellam J dkk. Osteoarthritis : pathogenesis, clinical aspects and diagnosis. In EULAR
Compendium in Rheumatic disease, 2009: 444-63
4. Wahyuningsih Nur Aini. 2009. Hubungan Obesitas Dengan Osteoartritis Lutut Pada
Lansia Di Kelurahan Puncangsawit Kecamatan Jebres Surakarta (Skripsi). Surakarta:
FKUSM.
5. Murphy L., Helmick C.G., 2015. The Impact of Osteoarthritis in the United States: A
Population-Health Perspective. American Journal of Nursing. Vol. 112: 3.
6. Setiati S., Alwi I., Sudoyo A.W., Simadibrata M., Setiyohadi B., Syam A.F. (2014). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III (6th ed). Jakarta Pusat: InternaPublishing, pp:3197-
3208.
7. Sumual AS. Pengaruh Berat Badan Terhadap Gaya Gesek Dan Timbulnya Osteoarthritis
Pada Orang Di Atas 45 Tahun Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Skripsi.Manado: Bagian Fisika Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado;
2015.
8. Arissa MI. Pola Distribusi Kasus Osteoartritis Di RSU Dokter Soedarso Pontianak
Periode 1 Januari 2008 – 31 Desember 2009.Pontianak: Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura Pontianak; 2015.
9. Thumboo, J., Chew, L.H., dan Lewin-Koh, S.C., 2002. Socioeconomic and psychosocial
factors influence pain or physical function in Asian patients with knee or hip
osteoarthritis. The National Arthritis Foundation and Nanyang Polytechnic, Singapore.
Didapat dari : http://ard.bmj.com/content/61/11 /1017.full.
10. Diagnosis dan Penatalaksanaan Osteoartritis. PAPDI 2014.

22

Anda mungkin juga menyukai