Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH

Dosen Pengampu: Farida SE., M.Si

Kelompok 1:

1. Muhammad ‘Aza M (17.0102.0069)


2. Falak Algani (17.0102.0066)
3. Anas Setyawan (17.0102.0094)
4. Riddo Firidian (17.0102.0084)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN


BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2019
SISTEM KEUANGAN SYARIAH
A. Konsep Memelihara Harta Kekayaan
1. ANJURAN BEKERJA ATAU BERNIAGA

Islam menganjurkan manusia untuk bekerja dan menghindari meminta-


minta untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu juga agar dapat
menuniakan zakat,infak, dan pergi haji.

“apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi


dan carilah karunia Allah swt dan ingatlah Allah swt banyak-banyak supaya kamu
beruntung.” (QS 62: 10)

1. KONSEP KEPEMILIKAN
Harta yang baik harus memenuhi dua kriteria, yaitu diperoleh dengan cara
yang sah dan benar( legal dan fair), serta digunakan untuk hal-hal yang baik di
jalan Allah SWT. Allah SWT adalah pemilik mutlak segala sesuatu yang ada
didunia ini (QS 57:2), sedangkan manusia (khalifah) Allah dimuka bumi ini
dan diberi kekuasaan unutk mengelolanya.
Jadi menuruut islam, kepemillikan harta kekayaan pada manusia terbatas pada
bagaimana ia memanfaatkannya pada saat masih hidup dan bukan
kepemilikan secara mutlak.
2. PEROLEHAN HARTA
Memeperoleh harta termasuk aktivitas ekonomi yang termasuk pada ibadah
muamalah ( mengatur hubungan manusia dengan manusia). Kaidah fikih dari
muamalah adalah semua halal dan boleh dilakukan kecuali yang diharamkan
dan dilarang dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
“ Yang halal ialah apa yang dihalalkan Allah dalam kitabNya, dan yang haram
ialah apa yang diharamkan Allah dalam kitabNya; sedang apa yang didiamkan
oleh Nya berarti dimaafkan (diperkenankan) untukmu. “ (HR. At-Tarmidzi &
Ibnu Majah)
3. PENGGUNAAN dan PENDISTRIBUSIAN HARTA
Dalam penggunaan harta manusia tidak boleh mengabaikan kebutuhannya
didunia namun juga haris memerhatikan hartanya untuk mencari pahala
akhirat.
Ketentuan syariah berkaitan dengan penggunaan harta, antara lain:
 Tidak boros dan tidak kikir
“ Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, tapi jangan berlebihan.
Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. “ (QS
7:31)
 Memberi infak dan shadaqah
Membelanjakan harta dengan tujuan untuk memperoleh rida Allah
dengan berbuat kebajikan. Misalnya ,untuk mendirikan tempat
peribadatan, rumah yatim piatu, menolong kaum kerabat, memberi
pinjaman tanpa imbalan, dll.
“ Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah semua
amalnya, kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah (infak dan shadaqah),
ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan. “ (HR
Muslim)
 Membayar zakat sesuai ketentuan
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan
menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah Maha
Mendengar lagi Mengetahui.” (QS 9:103)
Setiap manusia yang memiliki harta yang melampaui ukuran tertentu
diwajibkan mengeluarkan sebagian hartanya (zakat) untukorang yang
tidak mampu sehingga tercipta keadilan sosial dan juga rasa kasih
sayang dan rasa tolong menolong sesama umat manusia.
 Memberi pinjaman tanpa bunga ( qardhul hasan )
Memeberikan pinjaman kepada sesama umat muslim dengan tidak
menambah jumlah yang harus dikembalikan (riba). Bentuk pinjaman
tersebut bertujuan agar tidak memberatkan yang meminjam dan dapat
digunakan untuk hal-hal yang produktif dan halal.
 Meningkatkan kesulitan orang yang berutang
“ Dan jika (orang yang berutang) dalam kesulitan, maka berilah
tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu
menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS
2:280)
B. Akad/Kontrak/Transaksi
Akad dalam bahasa Arab ‘al-‘aqad, jamaknya al-‘uqud, berarti ikatan
atau mengikat (al-rabth). Menurut terminologi hukum Islam, akad adalah
pertalian antara penyerahan (ijab) dan penerimaan (qabul) yang dibenarkan
oleh syariah, yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya. Menurut
Abdul Razak Al-Sanhuri dalam Nadhariyatul akad adalah kesepakatan antara
dua belah pihak yang menimbulkan hukum atau konsekuensihak dan
kewajiban, yang mengikat pihak-pihak langsung atau tidak langsung yang ikut
serta dalam kesepakatan tersebut.
Akad yang sudah terjadi tidak boleh diingkari “ wahai orang-orang beriman
penuhilah janji (akad)-mu...” (QS 5:1)
1. JENIS AKAD
1) Akad Tabbaru’ (Gratuitous Contract) adalh perjanjian yang merupakan
transaksi yang tidak ditujukan untuk memperoleh laba (transaksi nirlaba).
Tujuan dari transaksi ini adalah tolong menolong dalam rangka berbuat
kebaikan (tabarru’ berasal dari kata birr dalam bahasa Arab, yang artinya
kebaikan).
Ada tiga bentuk akad tabarru’, sebagai berikut :
 Meminjamkan Uang
Meminjamkan uang termasuk akad tabarru’ karena tidak boleh
melebihkan pembayaran atas pinjaman yang kita berikan, karena
setiap kelebihan tanpa ‘iwad adalah riba.
Berikut ini adalah 3 jenis pinjaman:
a. Qardh, merupakan pinjaman yang diberikan tanpa syarat
apapun, selain mengembalikan dalam jangka waktu tertentu
b. Rahn, merupakan pinjaman yang mensyaratkan suatu jaminan
dalam bentuk atau jumlah tertentu.
c. Hiwalah adalah bentuk pinjaman dengan cara mengambil alih
piutang dari pihak lain.
 Meminjamkan Jasa
Meminjamkan jasa keterampilan atau keahlian termasuk akad tabarru’.
Ada tiga pinjaman sebagai berikut :
a. Wakalah : memberikan pinjaman berupa kemampuan kita saat
ini untuk melakukan sesuatu atas nama orang lain
b. Wadiah :bentuk turunan akad wakalah dimana pada akad ini
telah dirinci tentang jenis pemeliharaan dan penitipan.
c. Kafalah :juga merupakan bentuk turunan akad wakalah,dimana
pada akad ini terjadi atas wakalah bersyarat.
 Memberikan sesuatu
Dalam akad ini, pelaku memberikan sesuatu kepada orang lain
Ada 3 bentuk akad :
a. Waqaf, merupakan pemberian dan penggunaan pemberian
yang dilakukan tersebut untuk kepentingan umum dan agama,
serta pemberian itu tidak dapat dipindahtangankan.
b. Hibah/shadaqah ,merupakan pemberian sesuatu secara sukarela
kepada orang lain.
2) Akad Tijarah (Compensational Contract) merupakan akad yang ditujukan
untuk memperoleh keuntungan. Akad ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu sebagai
berikut:
 Natural Uncertainty Contract
Merupakan kontrak yang diturunkan dari teori pencampuran, dimana
pihak yang bertransaksi saling mencampurkan aset yang mereka
memiliki menjadi satu, kemudian menanggung resiko bersama untuk
mendapatkan keuntungan.
 Natural Certainty Contract: merupakan kontrak yang diturunkan dari
teori pertukaran, dimana kedua belah pihaknya saling mempertukarkan
aset yang dimilikinya, sehingga objek pertukarannya pun harus
ditetapkan diawal akad dengan pasti tentang jumlah (quantity), mutu
(quality), harga (price), dan waktu penyerahan (time delivery).
2. Rukun dan Syarat Akad
 Pelaku yaitu para pihak yang melakukan akad(penjual dan
pembeli,penyewa dan yang menyewakan,karyawan dan
majikan,shahibul maal dan mudharib,mitra dengan mitra dalam
musyarakah dan lain sebagainya).Pihak yang melakukan akad harus
merdeka,mukalaf dan orang yang sehat akalnya.
 Objek akad merupakan sebuah objek konsekuensiyang harus ada
dengan dilakukanya suatu transaksi tertentu.Objek jual beli adalah
barang dagangan,objek mudharabah dan musyarakah adalah modal
kerja,objek sewa menyewa adalah manfaat atas barang yang
disewakan.
 Ijab qabul merupakan kesepakatan dari para pelaku dan menunjukan
mereka saling rida.

C. TRANSAKSI YANG DILARANG


Setiap transaksi bisnis harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara
kedua belah pihak dan tidak bathil yaitu tidak ada pihak yang medzalimi ata
didzalimi.”hai orang-orang yang beriman janganlah kamju saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil,kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka diantara kamu.Dan janganlah membunuh dirimu sungguh
Allah maha sayang kepadamu.”(QS:4:29).
Hal yang termasuk transaksi yang dilarang
1. Semua aktivitas bisnis terkait barang dan jasa yang diharamkan Allah SWT.
Aktivitas investasi dan perdagangan atau semua transaksi yang melibatkan
barang dan jasa yang diharamkan Allah SWT seperti babi,khamar,minuman
keras,narkoba dan sebagainya.”Sesungguhnya Allah dan RasulNYA telah
mengharamkan memperdagangkan khamar/minuman keras,babi dan
patung.”(HR.Bukhari Muslim.)
2. Riba
Menurut Imam Sarakhzi riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam
transaksi bisnis tanpa adanya padanan yang dibenarkan syariah atas
penambahan tersebut.”wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu
memakan riba dengan berlipat ganda bertakwalah kepada Allah agar kamu
beruntung.”QS 3:130.Jenis-jenis riba:
a. Riba Nasi’ah
Riba Nasi’ah adalah riba yang muncul karena utang piutang dapat
terjadidalam setiap jenis transaksi kredit atau utang piutang dimana
satu pihak harus membayar lebih besar dari pokok pinjamanya.
b. Riba Fadhl
Riba Fadhl adalah riba yang muncul karena transaksi pertukaran atau
barter.apabila ada kelebihan atau penambahan pada salahsatu dari
barang ribawi/barang sejenis yang dipertukarkan baik pertukaran yang
dilakukan dari tangan ketangan maupun kredit.
Pengaruh riba pada kehidupan manusia:
 Riba transaksi yang tidak adil yang mengakibatkan peminjam jatuh miskin
karena dieksploitasi.
 Riba akan menghalangi orang untuk melakukan usaha karena pemilik
dapat menambah hartanya dengan transaksi riba baik secara tunai maupun
berjangka.
 Riba akan menyebabkap terputusnya hubungan baik antar masyarakat
dalam bidang pinjam meminjam.
 Pada umumnya orang yang memberikan pinjaman ialah orang kaya dan
sebaliknya.Riba memberikan jalan supaya orangkaya menerima tambahan
harta dari si peminjam atau orang kurang mampu.
Riba menimbulkan bencana besar bagi umat manusia karena riba
menjadikan manusia sengsara baik secara individu,negara dan bangsa.Semua
itu hanya menguntungkan kepentingan segelintir orang dari kalangan lintah
darat,riba merusak moral dan jiwa manusia.Riba mengganggu perputaran
ekonomi secara adil yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi.
Perbedaan Riba dan Jual Beli
N Jual Beli Riba
O
1 Dihalalkan Allah SWT Diharamkan Allah SWT
2 Harus ada pertukaran barang dan Tidak ada pertukatan barang dan
manfaat yang diberikan sehingga keuntungan/manfaat hanya diperoleh
ada keuntungan/manfaat yang oeleh penjual.
diperoleh pembeli atau penjual
3 Karena ada yang ditukarkan harus Tidak ada beban yang ditanggung oleh si
ada beban yang ditanggung oleh si penjual
penjual
4 Memiliki resikountung rugi Tidak memiliki resiko sehingga tidak
sehingga diperlukan kerja atau diperlukan kerja/usaha,kesungguha dan
usaha,kesungguhan dan keahlian. keahlian.

3. PENIPUAN
Penipuan terjadi apabila satu pihak mengetahui informasi yang
diketahui pihak lain dan dapat terjadi dalam empat hal, yakni dalam kualitas,
kuantitas, harga, dan waktu penyerahan.
4. PERJUDIAN
Transaksi perjudian adalah transaksi yang melibatkan dua pihak atau lebih,
dimana mereka menyerahkan uang atau harta kekayaan lainnya, kemudian
mengadakan permainan tertentu, baik dengan kartu, adu ketangkasan atau
media lainnya. Pihak yang menang berhak atas hadiah yang dananya di
kumpulkan dari kontribusi para pesertanya. Sebaliknya, bila dalam undian itu
kalah, maka uangnya itu harus direlakan untk di ambil oleh yang menang.
5. TRANSAKSI YANG MENGANDUNG KETIDAKPASTIAN/GHARAR
Gharar tejadi ketika terdapat incomeplate income information, hingga
ada ketidakpastian anatara dua belah pihak yang bertransaksi. Kidak jelasan
ini dapat menimbulkan pertikaian antara pihak dan ada pihak yang dirugikan.
Ketidakjelasan dapat terjadi dalam 5 hal, yakni dalam kuantitas, kualitas,
harga, waktu penyerahan dan akad. Hal ini terjadi bila ada dua akad yang
dapat memenuhi ketiga faktor yaitu objek akad sama, pelaku sama, jangka
waktu sama. Contohnya transaksi leaseand purchase (sewa-beli), mengandung
gharar, karena ada ketidak jelasan akad mana yang berlaku;akad beli atau
akad sewa.(karim,2003)
6. PENIMBUNAN BARANG/IHTIKAR
Penimbunan adalah membeli sesuatu yang di butuhkan masyarakat,
kemudiaan menyimpannya, hingga barang tersebut berkurang dipasaran
hingga mengakibatkan peningkatan harga.
Contohnya di awal tahun 2008, saat terjadi peningkatan harga kedelai yang
luar biasa, ada pengusaha yang menimbun kedelai dalam jumlah yang sangat
besar di surabaya.  Kenaikan harga kedelai menghambat proses produksi
barang berbahan baku kedelai seperti tahu dan tempe, hingga mengakibatkan
banyak produsen tempedan tahu tidak dapat bereproduksi, dan akhirnya
menderita kerugiaan.
7. MONOPOLI
Alasan monopoli sama dengan larangan menimbun barang (ihtikar), walaupun
seorang monopolis tidak selalu melakukan penimbunan barang. Monopoli,
biasanya dilakukan dengan membuat entry barrier, untuk menghambat
produsen atau penjualmasuk kepasar agar ia menjadi pemain tunggal di pasar
dan dapat menghasilkan keuntungan yng tinggi. Ketentuan syariah hanya
membolehkan intervensi harga pada kondisi mendesak dengan pengawasan
yang ketat.
Rekayasa Permintaan (Bai’an Najsy)
An-Najsy termasuk dalam kategori penipuan (tadlis), karena
merekayasa permintaan, dimana satu pihak berpura-pura mengajukan
penawaran dengan harga yang lebih tinggi, agar calon pembeli tertarik dan
membeli barang tersebut dengan harga yang lebih tinggi.
8. SUAP
Suap dilarang karena suap dapat merusak sistem yang ada didalam
masyarakat, hingga menimbulkan ketidak adilan sosial dan persamaan
perlakuan. Pihak yang membayar suap pasti akan diuntungkan daripada yang
tidak membayar.
9. PENJUAL BERSYARAT/TA’ALLUQ
Ta’alluq terjadi apabila ada dua akad yang saling dikaitkan dimana
berlakunya akad pertama tergantung pada akad kedua, hingga dapat
mengakibatkan tidak terpenuhinya rukun (sesuatu yang harus ada dalam akad.
Misalkan A bersedia menjual barang X ke B asalkan B kembali menjual
tersebut kepada A, atau A bersedia menerima pesanan B asalkan C dapat
memenuhi pesanan A.
10. PEMBELIAN KEMBALI OLEH PENJUAL DARI PIHAK PEMBELI
(BAI’AL INAH)
Misalnya, Amenjual secara kredit kepada B kemudiaan A membeli
kembali barang yang sama dari B secara tunai. Dari contoh ini, kita lihat ada
dua pihak yang seolah-olah melakukan jual beli. Namun tujuannya bukan
untuk mendapatkan barang melainkan A mengharapkan untuk mendapatkan
uang tunai sedangkan B mengharapkan kelebihan pembayaran
11. JUAL BELI DENGAN CARA TALAQQI AL-RUKBAN
Jual beli dengan cara mencegat atau menjumpai pihak penghasil atau
pembawa barang perniagaan dan membelinya, dimana piha penjual tidak
mengetahui harga pasar atas barang dagangan yang dibawanya sementara
pihak pembeli mengharapkan keuntungan yang berlipat dengan
memanfaatkan ketidaktahuan mereka.
D. PRINSIP SISTEM KEUANGAN SYARIAH
Praktik sistem keuangan syariah telah dilakukan sejak zaman kejayaan
islam. Namun seiring melemahnya sistem khalifa. Pada akhir abad ke-19, dinasti
onttoman memperkenalkan sistem perbankan barat pada dunia islam.
Perkembangan selanjutnya pada akhir 1970-an mulailah berdiri bank yang
mengadopsi sistem syariah kemudian berkembang pesat dan saat ini banyak
negara telah melakukan kegiatan perdagangan dan bisnis.
Filosofi sistem keuangan “bebas bunga” (larangan riba) tidak hanya
melihat interaksi antara faktor produksi dan prilaku ekonomi seperti yang dikenal
pada sistem keuangan konvensional, melainkan juga harus menyeimbankan
berbagai unsur etika, moral, sosial dan dimensi keagamaan untuk meningkatkan
pemerataan dan keadilan menuju masyarakat yang sejahtera secara menyeluruh.
Melalui sistem kerjasama bagi hasil maka akan ada pembagian resiko.Resiko
yang timbul dalam aktivitas keuangan tidak hanya di tanggung penerima modal
atau pengusaha saja, namun juga resiko diterima oleh pemberi modal.
Berikut ini adalah sistem keuangan islam sebagaimana diatur melalui Al-Qur’an dan
As-sunah.
 Pelarangan Riba. Riba merupakan pelanggaran atas sistem keadilan sosial,
persamaan dan hak atas barang. Oleh karena sistem riba hanya
menguntungkan para pemberi pinjaman/pemilik harta, sedangkan pengusaha
tidak di perlakukan sama. Padahal untung itu baru diketahui setelah
berlakunya waktu bukan hasil penetapan dimuka.
 Pembagian Resiko. Hal ini merupakan konsekuensilogis dari pelarangan riba
yang menetapkan hasil pemberi modal dimuka. Sedangkan melalui pembagian
resiko maka pembagian hasil akan dilakukan dibelakang yang besarannya
tergantung dari hasil yang diperoleh. Hal ini juga membuat kedua belha pihak
saling membantu untuk bersama-sama memperoleh laba, selain lebih
mencerminkan keadilan.
 Tidak Menganggap Uang sebagai Modal Potensial. Dalam fungsinya sebagai
komoditas, uang dipandang dalam kehidupan yang sama dengan barang yang
dijadikan engan barang yang dijadikan sebagai objek transaksi untuk
mendapatkan keuntungan (laba). Sedang dalam fungsinya sebagai modal
nyata (capital), uang dapat menghasilkan sesuatu (bersifat produktif) baik
menghasilkan barang maupun jasa. Oleh sebab itu, sistem keuangan islam
memandang uang boleh dianggap sebagai modal kalau digunakan bersama
dengan sumber daya yang lain untuk memperoleh laba.
 Larangan Melakukan Kegiatan Spekulatif. Hal ini sama dengan pelanggaran
untuk transaksi yang memiliki tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi, judi
dan transaksi yang memiliki resiko yang sangat besar.
 Kesucian Kontrak. Oleh karena itu islm menilai perjanjian sebagai suatu yang
tinggi nilainya sehingga seluruh kewajiban dan pengungkapan yang terkait
dengan kontrak harus dilakukan. Hal ini akan mengurangi resiko atas
informasi yang asimetri dan timbulnya moralhazard.
 Aktifitas Usaha Harus Sesuai Syariah. Seluruh kegiatan usaha tersebut
haruslah merupakan kegiatan yang diperbolehkan menurut syariah.

Jadi, prinsip keuangan syariah mengacuh pada prinsip rela sama rela (antaraddim 
minkum) tidak ada pihak disalimi dan mensalimi (la tazhlimuna wa la
tuzhlamun), hasil biaya muncul bersama biaya, dan untung muncul bersama
resiko.

E. INSTRUMEN KEUANGAN SYARIAH


Instrumen keuangan syariahdapat di kelompokan sebagai berikut:
1. Akad investasi yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk uncertainty
contract. Kelompok akad ini adalah sebagai berikut.
 Mudharabah, yaitu kerjasama antara dua belah pihak atau lebih,dimana
pemilik modal (shahibul maal) memercayakan sejumlah modal kepada
pengelola (mudhari) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi
hasil atas keuntunga yang diperoleh menurut kesepakatan dimuka,
sedangakan apabila terjadi kerugian hanya ditanggung pemilik dana
sepnjng tidak ada unsur kesenjangan atau kelalaian oleh mudharib.
 Musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi antara pihak modal (mitra
musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara
bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan
kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai
dengan kontribusi modal.
 Sukuk (obligasi syariah), merupakan surat utang yang sesuai dengan
prinsip syariah.
a) Saham syariah produknya harus sesuai syariah. Syarat lainnya
Perusahaan tersebut memiliki piutang dagang yang relatif
dibandingkan total asetnya (dow jones islamic: kurang dari
45%).
b) Perusahaan tersebut memiliki utang yang kecil di bandingkan
nilai kapitalisasi pasar (Dow jones Islamic: kurang dari 33%).
c) Persahaan memiliki pendapatan bunga kecil(Dow Jones
Islamic: kurang dari 5%).
2. Akad jual-beli/sewa-menyewa yang merupakan jenis akad tijarah dengan
bentuk certainty contract.kelompok akad ini sbb.
 Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan
biaya perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati antara pihak
penjual dan pembeli.
 Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang telah
diperjualbelikan belum ada. Barang diserahkan secarah tangguh,
sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai.
 Istishna memiliki sistem yang irip dengan salam, namun dalam
istishna’ pembayaran dapat dilakkan di muka,cicilan dalam beberapa
kali (termin) atau ditangguhkan selama jangkawaktu tertentu.
 Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan
penyewah untuk mendapatkan manfaat atas sewa yang disewakan.
 Akad lainnya meliputi
Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.
Transaksi mata uang asing (valuta asing), dapat dilakukan baik dengan
sesama mata uang yang sejenis maupun yang tidak sejenis.
Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang atau
barang kepada pihak yang menerim titipan dengan cacatan kapanpun
titipan diambil pihak pemerima titipan wajib menyerahkan kembali
uang/barang titipan tersebut. Wadiah terbagi dua:
Wadiah amanah dimana uang/barang yang dititipkan hanya
boleh disimpan dan tidak boleh didayahgunakan.
Wadiah yadhamanah dimana uang/barang yang dititpkan boleh
didayahguanakan dan hasil pendayahgunaan tidak tidak
terdapat kewajiban untuk dibagi hasilkan kepada pemberi
titipan.
Qardhul Hasan adalah pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya
imbalan, waktu pengembalian pinjaman ditetapkan bersama antara
pemberi dan penerima pinjaman. Biaya administarasi, dalam jumlah
yang terbatas di perkenankan untuk dibebankan kepada peminjam.
Al-Wakalah adalah jasa pemberian kuasa dari satu pihak kepihak lain.
Untuk jasanya itu yang dititpkan dapat memperoleh fee sebagai
imbalan.
Kafalah adalah perjanjian pemberian jaminan atau penanggungan atas
pembayaran utang satu pihak pada pihak lain.
Hiwalah adalah pengalian utang atau piutang dari pihak pertama (al-
muhil) keada pihak lain (al-muhal ’alaih) atas dasar saling
mempercayai.
Rahn merupakan sebuah perjanjian pinjaman dengan jaminan aset.
Berupa penahanan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya.

KESIMPULAN
Pada akhir 1970-an mulailah berdiri bank yang mengadopsi sistem syariah kemudian
berkembang pesat dan saat ini banyak negara telah melakukan kegiatan perdagangan
dan bisnis. sistem keuangan “bebas bunga” (larangan riba) tidak hanya melihat
interaksi antara faktor produksi dan prilaku ekonomi seperti yang dikenal pada sistem
keuangan konvensional, melainkan juga harus menyeimbankan berbagai unsur etika,
moral, sosial dan dimensi keagamaan untuk meningkatkan pemerataan dan keadilan
menuju masyarakat yang sejahtera secara menyeluruh. Melalui sistem kerjasama bagi
hasil maka akan ada pembagian resiko. Resiko yang timbul dalam aktivitas keuangan
tidak hanya di tanggung penerima modal atau pengusaha saja, namun juga resiko
diterima oleh pemberi modal.
Jadi, prinsip keuangan syariah mengacuh pada prinsip rela sama rela (antaraddim 
minkum) tidak ada pihak disalimi dan mensalimi (la tazhlimuna wa la tuzhlamun),
hasil biaya muncul bersama biaya, dan untung muncul bersama resiko.
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati S. 2014. Akuntansi Syariah di Indonesia.Yogyakarta. Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai