Anda di halaman 1dari 13

NAMA : KHUSNUL HAYATI OSNAWANTO

NIM : 1810247038
DISCLOSURE AND TRANPARENCY, INTERNAL CONTROL
Prinsip transparansi mengharuskan informasi tersedia dan dapat langsung diakses
oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Prinsip pengungkapan
dan transparansi menyatakan bahwa perusahaan harus mengungkapkan semua informasi
material mengenai perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Beberapa informasi
material tersebut antara lain kondisi keuangan, struktur kepemilikan, transaksi pihak
berelasi, dan tata kelola perusahaan. Laporan keuangan perusahaan harus di audit oleh
auditor eksternal yang independen dan kompeten, serta media komunikasi harus
memberikan akses informasi yang relevan yang sama, tepat waktu, dan efisien dari sisi
biaya untuk semua pemangku kepentingan.
Aturan pengungkapan yang transparan akan mengurangi ketidakseimbangan
informasi sehingga kemungkinan terjadinya tindakan yang dapat merugikan perusahaan
dapat diperkecil. Adanya praktik pengungkapan yang baik disuatu pasar modal dapat
meningkatkan minat investor untuk berinvestasi dan juga melindungi investor. Informasi
yang disampaikan perusahaan kepada investor perlu disediakan secara reguler, dapat
diandalkan, dan dapat dibandingkan dengan cukup rinci agar investor dapat menilai
akuntabilitas manajemen, dan mengambil keputusan
Terdapat dua jenis pengungkapan, yaitu pengungkapan wajib dan pengungkapan
sukarela. Regulator mrnrtapkan pengungkapan wajib apa saja yang harus dilakukan
perusahaan. Peraturan Bapepam- LK mengharuskan perusahaan publik untuk
menyampaikan laporan keuangan tengah tahunan dan tahunan (X.K.2), serta
menyampaikan laporan tahunan (X.K.6). Bursa efek indonesia juga mengatur kewajiban
perusahaan tercatat untuk menyampaikan laporan keuangan interim (Peraturan No I-E).
Perusahaan secara sukarela juga dapat melakukan pengungkapan sukarela, melebihi
pengungkapan wajib yang diharuskan regulator. Yang perlu diungkapkan adalah yang
material yaitu informasi yang jika tidak diungkapkan atau disajikan secara tidak wajar
akan mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomis oleh pengguna informasi.
A. Kebijakan Pengungkapan
Menurut OECD (2004) pengungkapan harus termasuk, namun tidak terbatas
pada, informasi material terkait :
1. Kinerja keuangan dan operasi perusahaan
2. Tujuan perusahaan
3. Kepemilikan dan hak suara utama
4. Kebijakan remunerasi untuk anggota dewan komisaris dan direksi dan informasi
mengenai anggota dewan termasuk kualifikasinya, proses seleksi, jabatan direktur
dan komisaris perusahaan yang lain dan apakah mereka independen
5. Transaksi pihak berelasi
6. Faktor- faktor resiko yang diketahui
7. Isu terkait karyawan dan pemangku kepentingan lain
8. Struktur dan kebijakan tata kelola, terutama kode atau kebijakan tata kelola yang ada
dan proses implementasinya.
Berdasarkan undang-undang UUPT No.40 tahun 2007 dan UU pasar modal,
perusahaan terdaftar harus membuat dan menyerahkan laporan keuangan yang disusun
berdasarkan standar akuntansi keuangan. Laporan keuangan tersebut terdiri dari laporan
posisi keuangan (neraca), Laporan laba rugi komperhensif, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Didalam laporan keuangan juga
terdapat pengungkapan mengenai struktur kepemilikan perusahaan laporan keuangan
auditan dapat diperoleh dari perusahaan dan diwebsite bursa efek indonesia.
Penerapan standar pelaporan yang berkualitas dapat secara signifikan
meningkatkan kemampuan investor untuk melakukan pengawasan atas perusahaan
dengan membverikan pelaporan yang semakin meningkatkan keandalannya dan daya
bandingnya dan juga memberikan informasi yang lebih baik mengenai kinerja
perusahaan. Prinsip pengungkapan dan transparansi mendukung adanya pengembangan
standar internasional yang berkualitas tinggi yang dapat berperan dalam transparansi dan
daya banding alporan keuangan antar perusahaan dan juga antar negara. Standar tersebut
harus dikembangkan dengan melibatkan sektor privat dan pihak lain yang
berkepentingan seperti asosiasi profesi dan ahli yang independen. Standar domestik yang
berkualitas tinggi dapat dicapai dengan membuat standar domestik tersebut konsisten
dengan standar akuntansi internasional tersebut.
Indonesia telah melakukan konvergensi terhadap IFRS, yang resmi dicanangkan
pada tahun 2008, dengan target pencapaian tahun 2012. Saat ini mayoritas PSAK sudah
merupakan hasil konvergensi dengan IFRS, walaupun semuanya belum IFRS versi
terakhir.
Peraturan Bapepam-LK No X.K.6 mengenai kewajiban penyampaian laporan
tahunan mengharuskan perusahaan terdaftar untuk menyampaikan laporan tahunan
kepada OJK paling lama 4 bulan setelah tahun buku berakhir. Laporan tahunan wajib
dimuat dalam website emiten atau perusahaan publik bersamaan dengan disampaikan
laporan tahunan tersebut kepada OJK. Laporan wajib memuat : a) ikhtisar data laporan
keuangan penting, b) laporan dewan komisaris, c) laporan direksi, d) profil perusahaan,
e) analisis dan pembahasan manajemen, f) tata kelola perusahaan, g) tanggung jawab
sosial perusahaan, h) laporan keuangan tahunan yang telah diaudit, dan i) surat
pernyataan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi atas kebenaran isi laporan
tahunan. Didalam aturan tersebut juga diatur kewajiban pengungkapan mengenai sistem
manajemen resiko dan pengendalian internal dan juga mengungkapkan kepatuhannya
terhadap pedoman GCG yang dikerluarkan KNKG. Didalam laporan tersebut juga
diharuskan dilakukan pengungkapan mengenai anggota dewan, diantaranya terkait
kualifikasi, kehadiran dalam rapat, independensi, remunerasi. Hal lain juga wajib
diungkapkan adalah kepemilikan, termasuk informasi mengenai pemegang saham utama
dan pengendali, baik langsung maupun tidak langsung, sampai kepada pemilik individu,
yang disajikan dalam bentuk skema atau diagram. Aturan terkait kepemilikan ultimat
tersebut baru diatur dalam peraturan X.K.6 yang direvisi pada tahun 2012. Transaksi
pihak berelasi juga harus diungkapkan. Hal ini juga di atur dalam PSAK no. 7
pengungkapan pihak berelasi, yang juga mengatur mengenai kewajiban untuk
mengungkapkan remunerasi dewan. Kewajiban mengungkapkan remunerasi dewan
tersebut juga diatur dalam peraturan X.K.6. peraturan Bapepam-LK (X.K.1) juga
mengharuskan perusahaan untuk mengungkapkan kepada publik informasi yang secara
material dapat mempengaruhi harga saham dalam waktu 2 hari.
B. Prinsip Comply or Explain terhadap CG code
Idealnya, perusahaan publik harus mengungkapkan dalam laporan tahunan
pernyataan mengenai bagaimana perusahaan menerapkan CG code sehingga
memungkinkan pemegang saham untuk mengevaluasi bagaimana prinsip-prinsip tersebut
telah diterapkan, pernyataan apakah perusahaan publik telah mematuhi atau tidak
mematuhi semua prinsip dalam CG code tersebut selama satu periode tahun buku.
Perusahaan harus mengungkapkan alasan mengapa perusahaan tidak mematuhi CG code
tersebut. Salah satu negara yang sudah mewajibkan hal tersebut adalah inggris. Di
Indonesia sampai saat ini belum ada kewajiban melaksanakan prinsip “comply or
explain” tersebut, namun OJK merencanakan untuk menerapkan ketentuan tersebut.
C. Saluran Komunikasi
Saluran yang digunakan perusahaan untuk mendiseminasi informasi harus
memberikan akses yang adil, tepat waktu, dan efisien bagi pengguna informasi. Salurtan
untuk komunikasi dapat bernilai sama pentingnya dengan isi informasi itu sendiri.
Internet dan teknologi informasi lain dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
desimenasi informasi karena informasi diinternet dapat diakses dengan mudah dan tepat
waktu kepada siapapun yang mempunyai akses ke internet. Peraturan Bapepam-LK
X.K.6 mengharuskan perusahaan publik untuk menyediakan soft copy laporan keuangan
mereka di website perusahaan. Pengumuman yang disampaikan perusahaan ke bursa
efek indonesia akan ditampilkan dalam website, termasuk laporan keuangan dan laporan
tahunan perusahaan publik.
D. Pengungkapan dan Transparansi oleh Pihak Perantara (intermediaries)
Kerangka tata kelola perusahaan harus dilengkapi dengan pendekatan efektif
yang menyediakan dan mendorong analisis, broker, agen pemeringkat, dan pihak lain
untuk melakukan analisis atau memberikan nasihat yang relevan untuk investor, yang
bebas dari konflik kepentingan yang dapat mempengaruhi integritas analisi atau nasihat
pihak- pihak tersebut.
Selain diperlukan auditor ekternal yang kompeten dan independen, dan juga
untuk memfasilitasi diseminasi informasi yang tepat waktu, diperlukan langkah-langkah
untuk memastikan integritas dari profesi dan aktivitas pihak-pihak yang melakukan
analisis dan memberikan saran ke pasar. Pihak-pihak perantara tersebut memerankan
peranan penting dalam mendorong dewan untuk mengikuti praktik tata kelola perusahaan
yang baik.
Masalah akan timbul jika pihak-pihak perantara tersebut memiliki konflik
kepentingan yang dapat mempengaruhi kepentingan mereka.konflik tersebut dapat
terjadi jika pihak yang memberikan masukan ke perusahaan juga ingin memberikan jasa
lain ke perusahaan, atau jika mereka memiliki kepentingan material diperusahaan atau di
perusahaaan pesaing.
Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah keharusan pengungkapan
penuh atas konflik kepentingan dan bagaimana entitas perantara mengelola konflik
tersebut. Salah satu aspek pengungkapan yang penting adalah bagaimana entitas
merancang insentif untuk karyawannya untuk mengeliminasi potensi konflik
kepentingan, sehingga investor dapat menilai rasio yang ada dan kemungkina bias yang
timbul.
Perusahaan harus melaporkan praktek tata kelola perusahaannya, bahkan di
sejumlah negara pengungkapan tersebut telah diwajibkan sebagai bagian dari pelaporan
berkala. Di beberapa negara, perusahaan diwajibkan untuk mengimplementasikan
praktek tata kelola perusahaan, atau memerlukan pengesahan oleh otoritas pasar modal
terhadap kewajiban pelaporan dengan dasar kriteria “memenuhi atau perlu
penjelasan”.  Informasi yang harus diungkapkan oleh Perseroan meliputi pengungkapan
yang tidak terbatas pada visi, misi, sasaran usaha , strategi, kondisi keuangan, susunan
dan kompensasi Direksi dan Dewan Komisaris, Pemegang Saham mayoritas,
kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan Dewan Komisaris beserta keluarganya
dalam Perseroan dan Perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan
dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhan dalam
penerapannya, dan kejadian-kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi
Perseroan secara proporsional.
Prinsip OECD kelima (V), terdapat enam sub-bagian dari pembahasan mengenai
pengungkapan dan transparansi ini. Berikut adalah uraian dan penjelasannya.
1. Pengungkapan harus mencakup informasi material tentang: 1) Keuangan dan hasil
operasi perusahaan; 2) Tujuan perusahaan; 3) Kepemilikan saham mayoritas dan hak
suara; 4) Kebijakan remunerasi untuk dewan komisaris dan direksi, dan informasi
tentang anggota dewan, termasuk kualifikasi mereka, proses seleksi, perangkapan
jabatan dan independensinya; 5) Transaksi dengan pihak terkait (afiliasi); 6) Faktor-
faktor risiko yang akan diperkirakan; 7) Hal-hal penting berkiatan dengan karyawan
dan pemangku kepentingan  (stakeholder) lainnya; dan 8) Struktur dan kebijakan
tata kelola khususnya bekaitan dengan isi dari pedoman atau kebijakan tata kelola
perusahaan dan  penerapannya.
2. Informasi harus disajikan dan diungkapkan sesuai dengan standar kualitas akuntansi
yang berkualitas tinggi dan pengungkapan keuangan dan non-keuangan.
3. Audit tahunan harus dilakukan oleh auditor independen, kompeten dan berkualitas
dalam rangka memberikan jaminan eksternal dan obyektif kepada pengurus dan
pemegang saham bahwa laporan keuangan cukup mewakili posisi keuangan dan
kinerja perusahaan dalam semua hal yang material.
4. Auditor eksternal harus bertanggung jawab kepada pemegang saham dan
berkewajiban kepada perusahaan untuk melakukan kerja profesional dalam
melakukan audit.
5. Media penyebaran informasi harus memberikan akses informasi yang relevan bagi
pengguna secara sama (equal), tepat waktu, dan biaya yang efisien.
6. Kerangka tata kelola perusahaan harus mengarah dan mendorong terciptanya
ketentuan mengenai analisa atau saran dari analis, pedagang perantara efek,
pemeringkat dan pihak lainnya yang relevan dengan keputusan investor, tidak
mengandung benturan kepentingan yang material yang mungkin mempengaruhi
integritas analisa atau saran yang diberikan.
Untuk meningkatkan implementasi tata kelola yang baik di Emiten dan
Perusahaan Publik, pendekatan “comply or explain” dapat digunakan. Pelaksanaan
Pedoman Umum Good Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia
baik perusahaan terbuka (Emiten/Perusahaan Publik) maupun perusahaan tertutup pada
dasarnya bersifat comply and explain. Di mana perusahaan diharapkan menerapkan
seluruh aspek Pedoman Good Corporate Governance ini. Apabila belum seluruh aspek
pedoman ini dilaksanakan maka perusahaan harus mengungkapkan aspek yang belum
dilaksanakan tersebut beserta alasannya dalam laporan tahunan. Namun demikian
mengingat Pedoman ini hanya merupakan acuan sedangkan pelaksanaannya diatur lebih
lanjut oleh otoritas masing-masing industri maka penerapan ini bersifat voluntary dan
tidak terdapat sanksi hukum apabila perusahaan tidak menerapkan pedoman ini.
Penerapan pendekatan ini akan meningkatkan fleksibilitas implementasi ketentuan
dibandingkan bila ketentuan tersebut diwajibkan melalui peraturan.
Pengungkapan melalui media penyebaran informasi merupakan hal penting dalam
informasi itu sendiri. Internet dan teknologi informasi lainnya juga memberi peluang
untuk penyebaran informasi yang lebih baik tentang tata kelola perusahaan. Dengan
mempertimbangkan pengungkapan secara berkelanjutan atau pengungkapan kini, praktek
yang baik adalah melakukan pengungkapan yang “segera” atas kejadian yang material.
Kerangka corporate governance  harus memastikan bahwa keterbukaan informasi
perusahaan secara akurat dan tepat waktu harus dilakukan. Keterbukaan tersebut harus
mencakup, tetapi tidak terbatas pada informasi yang material mengenai kinerja keuangan
perusahaan, transaksi benturan kepentingan, pengelolaan risiko, struktur pengelolaan dan
kebijakan perusahaan, khususnya tentang prinsip corporate governance. Semua
informasi yang disajikan harus disiapkan dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
yang berkualitas tinggi. Laporan keuangan harus diaudit oleh auditor yang independen,
kompeten dan memiliki kualifikasi yang tinggi. Dalam pelaksanaan tugasnya akuntan
publik harus beranggungjawab kepada pemegang saham. Kerangka corporate
governance juga harus memiliki mekanisme yang mendorong penggunaan
analis, brokers, dan pemerintah yang tidak memiliki benturan kepentingan dengan
perusahaan. Hal tersebut untuk memastikan terjaganya integritas profesi-profesi tersebut.

E. Peran Pengendalian Internal dan Manajemen Risisko dalam Mengurangi Konflik


Keagenan dan Penegakan GCG
Sistem tata kelola perusahaan yang efektif memungkinkan perusahaan mencapai
tingkat kepatuhan dan kinerja yang sesuai ekspektasi pemegang saham dan pemangku
kepentingan. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian internal yang efektif dan
manajemen resiko dalam proses bisnis normal dan juga proses tata kelola perusahaan,
dan kedua hal tersebut membentuk kerangka akuntabilitas dan pelaporan reguler ke
pemegang saham (HK CPA,2005)
Pengendalian internal sangat penting untuk memastikan keberhasilan operasi
perusahaan dan berjalannya operasi sehari-hari perusahaan, serta membantu perusahaan
mencapai tujuan usahanya. Cakupan pengendalian intern sangat luas, yaitu termasuk
semua pengendalian yang terkait proses strategis, tata kelola, dan manajemen, yang
mencakup semua aktivitas dan operasi perusahaan. Tidak hanya terbatas pada aspek
keuangan dan pelaporan semata. Cakupannya juga bukan hanya semata aspek kepatuhan,
tetapi juga aspek kinerja perusahaan.
Pengendalian internal (COSO, 2013) adalah proses, yang dipengaruhi oleh
dewan, manajemen, dan personel lain diperusahaan, yang dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai terkait pencapain tujuan berikut :
1. Efektivitas dan efisiensi operasi
2. Keandalan pelaporan keuangan
3. Kepatuhan terhadap hukum dan regulasi yang berlaku
Kerangaka pengendalian internal COSO (2013) menyebutkan tiga kategori tujuan
yang terkait dengan aspek pengendalian internal yang berbeda-beda, yaitu tujuan operasi,
tujuan pelaporan, dan tujuan kepatuhan.
Pengendalian Internal terdiri dari 5 komponene yang terintegrasi yaitu (COSO,
2013):
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan Pengendalian adalah kumpulan standar, proses dan struktur yang
memberikan dasar untuk menjalankan pengendalian internal dalam perusahaan.
Direksi dan Dewa Komisaris adalah pihak yang bertanggung jawab untuk
memberikan contoh (sering disebut istilah tone at the spot) pentingnya pengendalian
internal bagi seluruh karyawan di perusahaan. Lingkungan pengendalian terdiri atas
nilai integritas dan etika organisasi, parameter yang memungkinkan Dewan
Komisaris untuk menjalankan fungsi pengawasannya, dan mempertahankan orang –
orang yang kompeten, serta ukuran, insentif dan imbalan kenerja yang sesuai untuk
mendorong akuntabilitas atas kinerja.
2. Penilaian Risisko
Penilaian resiko adalah proses dinamis dan interatif untuk mengidentifikasi dan
menilai risiko dari pencapaian tujuan perusahaan. Penilaian risiko merupakan dasar
untuk menentukan bagaimana mengelola risiko. Sebelum melakukan penilaian risiko,
perusahaan perlu menetapkan tujuan perusahaan, yang kemudian dikaitkan dengan
berbagai tingkat yang ada di perusahaan terkait dengan operasi, pelapor dan
kepatuhan. Manajemen menetapkan tujuan tersebut dengan cukup jelas yang
memungkinkan mereka unutk mengidentifikasi dan menganalisis risiko dari tujuan
tersebut. Penilaian risiko juga mengharuskan manajemen untuk mengidentifikasi dan
menganalisis risiko dari tujuan tersebut. Penilaian risiko juga mengharuskan
manajemen mempertimbangkan pengaruh dari kemungkinan perusahaan yang etrjadi
dalam lingkungan ekternal dan perubahan dalam model bisnis perusahaan yang dapat
menyebabkan pengendalian internal menjadi tidak efektif.

3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian dalam tindakan yang dilakukan berdasarkan kebijakan dan
prosedur untuk memastikan arahan manajemen untuk memitigasi risiko untuk
mencapai tujuan telah dijalankan. Aktivitas tersebut dilakukan di tiap tingkat dalam
perusahaan, dalam setiap proses bisnis. Beberapa aktivitas tersebut antara lain
otoritas dan persetujuan, varifikasi, rekosiliasi, dan penitian kinerja bisnis. Dalam
aktivitas pengendalian diperlukan adanya pemisahaan tugas, yang apabila tidak
dimungkinkan maka perlu diganti dengan aktivitas pengendalian yang lain.
4. Komunikasi
Informasi sangat penting bagi perusahaan untuk menjalankan pengendalian internal.
Manajemen mendapatkan atau menghasilkan dan menggunakan informasi yang
relevan dari berbagai sumber (internal & ekternal) untuk mendukung berfungsinya
komponen pengendalian internal. Komunikasi adalah proses berkelanjutan dan
interatif untuk menyediakan, membagi, dan mendapatkan informasi yang diperlukan.
Komunikasi internal adalah cara mendiseminasikan informasi di dalam perusahaan.
Komunikassi ekternal memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan informasi
yang relevan dari luar dan memberikan informasi yang dperlukan pihal ekternal
5. Aktivitas Monitoring
Monitoring adalah evaluasi untuk menilai apakah tiap elemen dari pengendalian
internal sudah ditetapkan berfungsi sebagaimana seharusnya. Evaluasi terus menerus
diterapkan dalam proses bisnis yang berbagai tingkat di perushaan akan memberikan
informasi yang tepat waktu. Evaluasi terpisah yang dilakukan secara periodik dapat
dilakukan secara periodic dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Temuan dari monitoring
akan dievaluasi terhadap kriteria yang ditetapkan regulator, badan yang menetapkan
standar yang diakui, atau Direksi dan Dewan Komisaris. Setiap defisiensi
dikomuniskasikan ke Direksi dan dewan Komisaris.
F. Peran Akuntansi Profesional
Berikut adalah beberapa peran akuntansi professional terkait prinsip pengungkapan dan
transparansi :
1. Akuntan manajemen mempunyai peranan dalam menyiapkan laporan keuangan
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku, serta memastikan perusahaan
menyampaikan informasi yang transparan, akurat, dan tepat waktu ke pemegang
saham dan pemangku kepentingan.
2. Akuntan manajemen membantu Direksi dan satuan tugas terkait dalam merancang
dan mengimplementasikan system informasi dan system pengendalian internal yang
mendorong keterbukaan terhadap pemegang saham. Akuntan public pada saat
melakukan audit juga melakukan pengujian atas pengendalian internal dan
memberikan rekomendasi perbaikan yang diperlukan.
3. Auditor internal secara berkala melakukan pengujian atas pengendalian internal serta
melaporkan hasilnya kepada Direksi dan Dewan Komisaris (juga Komite Audit).
Auditor internal membantu Direksi dalam memperkuat dan meningkatkan
pengendalian internal. Auditor internal memberikan saran/masukan unutk
memeperbaiki proses mengidentifikasikan risiko dan manajemen risiko.
4. Akuntan professional sebagai anggota Komite Audit, membantu Dewan Komisaris
dalam melakukan fungsi pengawasan atas system pelaporan keuanang, system
penegndalian internal dan manjamen risiko perusahaan serta ketaatan terhadap
aturan yang berlaku, termasuk aturan terkait pengungkapan dan tranparansi.

G. Pelaksanaan Prinsip Pengungkapan dan Transparansi di Indonesia menurut Hasil


Penilaian Bank Dunia dan IICD-ASEAN CG Scorecard
Hasil Penilaian oleh Bank Dunia
Pada saat world Bank (2010) melakukan studi belum ada aturan mengenai kewajiban
pengungkapan pemegang saham ultimat, sehingga salah astu kelemahan yang disebutkan
oleh Bank Dunia adalah belum adanya kewajiban tersebut. Namun pada tahun 2012,
Bapepam-LK telah merevisi peraturan X.K.6 yang mewajibkan perusahaan untuk
mengungkapkan mengenai pemegang saham ultimat tersebut.
Hasil studi World Bank (2010) memberikan beberapa rekomendasi terkait pengungkapan
dan transparansi, yaitu:
1. Regulasi yang lebih baik terkait pengungkapan kepemilikan dan pengungkapan non
keuangan lainnya.
2. Mengharuskan perusahaan untuk mengungkapkan ketaatan terhadap kode GCG
3. Meningkatkan kapabilitas Bapepam-LK untuk mengawasi pengungkapan
perusahaan.
Pengungkapan aspek non keuangan perlu diatur secara lebih efektif dan dipatuhi oleh
perusahaan public. Pengungkapan tersebut antara lain mencakup remunasi anggota
dewan (termasuk remunasi tiap  individu anggota dewan, kebijakan remunerasi, dan
kaitannya dengan kinerja jangka panjang perusahaan serta kebijakan manajemen risiko
dan konfilk kepentingan).
Hasil Penelitian oleh IICD – ASEAN CG Scorecard
Rata – rata skor untuk kategori ini relative yang paling tinggi dibandingkan skor di
kategori lain karena beberapa praktik pengungkapan telah diwajibkan oleh Bapepam-LK
atau BEI. Rata- rata skor ini adalah 53,7 pada tahun 2012 dan 63,5 pada tahun 2013,
dengan skor maksimum 85,0 dan skor minimum 19,5 untuk tahun 2012 dan 90,0 dan
33,3 untuk tahun 2013. Beberapa pengungkapan yang diwajibkan antara lain, indicator
kinerja keuangan, transaksi pihak berelasi (nama pihak-pihak berelasi, sifat, dan nilai
transaksi pihak berelasi). laporan keuanagn interim, dan laporan keuangan auditan.
Laporan keuangan auditan harus dipublikasi dalam waktu 90 hari sejak tanggal tutup
buku serta harus ada pernyataan Direksi yang menyatakan kewajaran laporan keuangan.
Berikut adalah beberapa area yang masih perlu ditingkatkan dalam katagori ini :
1. Perusahaan public hanya mengungkapkan kepemilikan langsung oleh pemegang
saham besar, anggoya direksi dan komisaris. Perusahaan public belum melakukan
pengungkapan kepemilikan tidak langsung dari pihak – pihak tersebut.
2. Perusahaan public jarang yang melakuakn pengungkapan di laporan tahunan terkait
dengan ketaantan terhadap kode GCG, karena belum ada aturan yang mewajibkan.
3. Perusahaan pubik melakuakn pengungkapan profil anggota Direksi dan Komisaris,
tetapi kebanyakan tidak mengungkapkan jabatan yang dipegang anggota dewan di
peusahaan terdaftar lainnya.
4. Sebagian besar perusahaan public juga tidak mengungkapkan audit fee dan non-
audit fees yang dibayarkan kepada KAP yang mengaudit perusahaan mereka.
H. Menggunakan ASEAN CG Scorecard untuk Menilai Praktik Pengungkapan dan
Transparansi
Berikut adalah hal – hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian praktik
pengungkapan dan transparansi di perusahaan terbuka dengan menggunakan ASEAN
CG Scorecard:
1. Struktur kepemilikan yang transparansi mengungkapkan identitas pemegang saham
dengan kepemilikan 5% atau lebih, mengungkapakan kepemilikan saham secara
langsung maupun tidak langsung dari pemegang saham mayoritas/substansi,
mengungkapkan kepemilikan saham langsung dan tidak langsung oleh ditektur dan
komisaris, mengungkapkan perusahaan induk, perusahaan anak, perusahaan asosiasi,
ventura bersama, entitas bertujuan khusus.
2. Kualitas laporan tahunan yaitu terkait pengungkapan risiko utama, tujuan peruahaan,
indicator kinerja kuangan dan non keuangan, kebijakan dividen, kebijakan whistle-
blowing, informasi mengenai direktur dan komisaris (biografi, pelatihan yang
diikuti, jumlah rapat, jumlah kehadiran dalam rapat remunarasi), pernyatan
mengenai kepatuhan terhadap CG Code (Comply or Explain)
3. Pengungkapan transaksi pihak berelasi kebijakan review dan persetujuan terhadap
transaksi pihak berelasi, informasi pihak berelasi, sifat serta jumlah transaksi.
4. Pengungkapan transaksi perdagangan orang dalam oleh pihak dalm perusahaan.
5. Pengungkapan audit fee dan non audit fee serta apakah besaran non-audit fee lebih
besar daripada audit fee (jika ya nilainya nol)
6. Penggunaan saluran komunikasi pelaporan interim website, analysts briefing, press
conferences.
7. Informasi yang terdapat dalam website apakah mencakup informasi yang lengkap
dan terkini. Informasi tersebut adalah laporan tahunan dan laporan keuangan,
anggaran dasar, panggilan RUPS, operasi bisnis perusahaan, struktur pemegang
saham, struktur grup bisnis perusahaan, maeri yang disampaikan ke analis dan
media.
8. Penerbitan laporan keuangan dan laporan tahuanan secara tepat waktu serta
pernyataan kewajaran laporan keuangan tahuanan oleh Direksi.
9. Pengungkapan nomor kontak unit/pihak yang bertanggung jawab atas hubungan
investor
Dalam ASEAN CG Scorecard juga diberikan penilaian tambahan (bonus) dan
pengurangan (penalti) untuk beberapa hal, yaitu :
1. Bonus jika perusahaan mengumumkan laporan keuangan dalam waktu kurang dari
60 hari dan jika perusahaan pengungkapkan rincian remunerasi Presiden Direktur.
2. Penalti jika perusahaan menerima opini audit selain opini wajar tanpa pengecualian,
serta jika perusahaan merevisi laporan keuangan selain karena alasan perubahan
kebijakan akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai