Anda di halaman 1dari 22

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGUNGKAPAN DAN TRANSPARANSI

MAKALAH

ANGGORO ENDRO W
1306484034

ARYA WIDHASWARA
1306484091

IRFAN HARRIDHI
1306484583

M RINANDA BAGUS
1306484886

RIDA RISMAN
1306485182

PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
NOVEMBER 2014
Statement of Authorship

“Saya/kami yang bertandatangan di  bawah ini menyatakan bahwa


makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri.
Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa
menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk


makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan
dengan
 jelas bahwa saya/kami menyatakan dengan jelas menggunakannya.

Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat


diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya
plagiarisme.”

Mata Ajaran : Tata Kelola Perusahaan

Judul Makalah/Tugas : Pengungkapan dan


Transparansi
Tanggal : 14 November 2014

Dosen : Viska Anggraita M.S.Ak.

Nama : Anggoro Endro W Nama : M Rinanda Bagus

NPM : 1306484034 NPM :1306484886

Tandatangan : Tandatangan :

Nama : Arya Widhaswara Nama : Rida Risman

NPM : 1306484091 NPM 1306485182

Tandatangan : Tandatangan:

Nama : Irfan Harridhi

NPM : 1306484583

Tandatangan :
DAFTAR ISI

STATEMENT OF AUTHORSHIP....................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan.................................................................................................1
1.3 Sistematika Penulisan Makalah.........................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1 OECD Corporate Governance Principle 5.....................................3
2.2 Peraturan dan Jurnal Terkait Pengungkapan dan Transparansi.........6
2.2.1 Peraturan BAPEPAM-LK........................................................6
2.2.2 Undang-Undang Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007.........10
2.2.3 Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-01/MBU/2011...........12
2 2.4 EBAR edisi 1,November 2005,Transparansi & Akuntabilitas 13
2.3 Perkembangan Pengungkapan dan Transparansi di Indonesia...........26
2.4 Perbandingan Laporan Tahunan PT Telkom dengan Peraturan
BAPEPAM-LK dan Prinsip 5 OECD..............................................28
2.5 Kasus PT Perusahaan Gas Negara (PT PGN)....................................33
2.5.1 Kronologi dan Gambaran Kasus PT PGN................................33
2.5.2 Putusan BAPEPAM-LK Terkait Kasus PT PGN.....................35
2.5.3 Keterkaitan Kasus PT PGN dengan Corporate Governance   37

BAB 3 KESIMPULAN...............................................................................40
3.1 Kesimpulan.........................................................................................40

DAFTAR REFERENSI............................................................................. 41
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Laporan Tahunan PT Telkom dengan Peraturan


Bapepam.......................................................................................28
Tabel 2.2 Perbandingan Laporan Tahunan PT Telkom dengan Prinsip 5
OECD...........................................................................................32
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka perlindungan kepada pemegang saham, baik itu pemegang
saham mayoritas maupun pemegang saham minoritas, perusahaan berkewajiban
untuk melakukn keterbukaan atas infomrasi atau perkembangan yang material
 baik secara periodik maupun secara insindentil. Pasar modal yang aktif di
 beberapa negara menunjukkan bahwa keterbukaan menjadi alat yang efektif
dalam rangka mempengaruhi perilaku perusahaan dan perlindungan investor.
Keyakinan yang kuat di pasar modal dengan sendirinya akan menarik investor
untuk menanamkan modalnya.
Asimetri informasi seolah menjadi akar permasalahan dari buruknya tata
kelola perusahaan di berbagai belahan dunia. Menurut Agency Theory dari Jensen
dan Meckling (1976), asimetri informasi timbul karena adanya hubungan
keagenan antara  principal dan agent.  Hubungan keagenan merupakan hubungan
dimana satu atau lebih individu yang disebut  principal mempekerjakan individu/
organisasi lain yang disebut agent untuk melaksanakan sejumlah jasa tertentu dan
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent  tersebut.
Asimetri informasi timbul sebagai akibat dari tidak seimbangnya informasi yang
diterima antara principal dan agent. 
Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi asimetri informasi dan
agency problem tersebut. Salah satunya adalah melalui pengungkapan (disclosure)
dan transparansi informasi. Dengan adanya pengungkapan dan transparansi
informasi, diharapkan  gap informasi antara  principal dan agent dapat direduksi.
Berbagai standar dan peraturan juga telah dibangun dan dikembangkan guna
memastikan terlaksananya pengungkapan dan transparansi informasi tersebut.

1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memahami prinsip 5 OECD Corporate Governance
2

2. Untuk memahami bagaimana tingkat pengungkapan dan transparans di


Indonesia dan juga peraturan-peraturan serta jurnal yang terkait dengan
 pengungkapan dan transparansi.
3. Untuk memahami perbandingan antara peraturan Bapepam-LK tentang
laporan tahunan dengan prinsip 5 OECD
4. Untuk memahami perbandingan antara laporan tahunan PT Telekomunikasi
Indonesia (2012) dengan peraturan Bapepam-LK tentang laporan tahunan dan
 prinsip 5 OECD.
5. Untuk menganalisis kasus PT Perusahaan Gas Negara dan keterkaitannya
dengan prinsip 5 OECD.

1.3 Sistematika Penulisan Makalah


Dalam penulisan makalah ini, penulis membagi menjadi 3 bab, dengan
tujuan untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari makalah ini.
Penulisan makalah ini terdiri atas rincian sebagai berikut:

 BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan secara umum mengenai latar
 belakang penulisan makalah, tujuan dibuatnya makalah, serta gambaran
singkat isi semua bab melalui sistematika penulisan makalah.

 BAB 2 PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan hal-hal yang terkait dengan latar
 belakang dan tujuan penulisan makalah

 BAB 3 KESIMPULAN

Bab ini adalah bagian akhir dari penulisan makalah. Pada bab ini, penulis
akan memberikan kesimpulan mengenai seluruh isi penulisan makalah.
9

Direksi diungkapkan hubungan antara remunerasi dengan kinerja


 perusahaan. EPP juga harus menjelaskan kebijakan perusahaan dan
 pelaksanaan rapat Dewan Komisrasi/Direksi/Komite Audit dan
frekuensi serta tingkat kehadirannya. EPP juga harus mengungkapkan
independensi Komite Auditnya.
EPP juga harus mencantumkan mengenai unit audit internalnya, sistem
 pengendalian internal dan manajemen resiko, pengungkapan
 penghargaan dan sanksi yang dikenakan kepada Perusahaan/Dewan
Komisaris/Direksi, pengungkapan kode etik dan budaya perusahaan,
dan pengungkapan whistleblowing system.
7) Corporate Social Responsibility 
Bahasan terkait kebijakan, jenis program, dan biaya yang dikeluarkan
antara lain terkait aspek: lingkungan hidup; praktik ketenagakerjaan,
kesehatan, dan keselamatan kerja; pengembangan sosial dan
kemasyarakatan; dan tanggung jawab produk. CSR dapat disampaikan
dalam laporan tahunan atau laporan tersendiri.
8) Laporan Keuangan Audited 
Laporan keuangan tahunan yang dimuat dalam laporan tahunan
disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang telah diaudit
oleh akuntan dan memuat pernyataan pertanggungjawaban atas
laporan keuangan sebagaimana diatur dalam peraturan VIII.G.11
tentang tanggung jawab Direksi atas laporan keuangan atau X.E.1
tentang kewajiban penyampaian laporan berkala oleh perusahaan
efek.
9) Tanda Tangan Dewan Komisaris dan Direksi
Laporan tahunan ditandatangani oleh seluruh anggota Dewan
Komisaris dan Direksi yang sedang menjabat. Hal ini sebagai bukti
 pertanggungjawaban anggota Dewan Komisaris dan Direksi atas
kebenaran isi laporan tahunan.
10) Pemberlakuan Peraturan.
Peraturan ini berlaku untuk penyusunan laporan tahunan untuk tahun
 buku yang berakhir pada atau setelah tanggal 31 Desember 2012.
10

2.2.2 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 Berdasarkan


UU Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007, penerapan unsur transparansi
dalam suatu perseroan dalam untuk mewujudkan prinsip corporate
governance dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:
1) Pendekatan Minimal (Pendekatan Pasif)
Yaitu suatu perusahaan hanya melakukan transparansi sejauh yang
diwajibkan oleh Undang-Undang saja. Seperti mengumumkannya
dalam dalam Berita Negara, Tambahan Berita Negara atau surat
kabar. Contoh pasal yang memuat pendekatan ini, yaitu Pasal 44 ayat
2: “Direksi wajib memberitahukan keputusan sebagaimana dimaksud
 pada ayat 1 (yaitu tentang pengurangan modal) kepada semua
kreditor dengan mengumumkan dalam 1 (satu) atau lebih surat
kabar dalam
 jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
keputusan RUPS.”
2) Pendekatan aktif
Yaitu perusahaan tersebut secara aktif melakukan keterbukaan dengan
menerapkan prinsip manajemen secara terbuka dengan memberikan
secara akurat, tepat waktu dan tepat sasaran terhadap sebanyak
mungkin akses kepada pihak pemegang saham maupun  stakeholders
lainnya.
Pasal yang memuat pendekatan ini, yaitu:
Pasal 50 ayat 2
“Selain daftar pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
Direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar khusus
yang memuat keterangan mengenai saham anggota direksi dan dewan
komisaris beserta keluarganya dalam perseroan dan/atau pada
 perseroan lain serta tanggal saham itu diperoleh.”
Pasal 101 ayat 1
“Anggota direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham
yang dimiliki anggota direksi yang bersangkutan dan/atau
keluarganya dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya
dicatat dalam daftar khusus.”
11

Pasal 116 poin b


“Dewan komisaris wajib melaporkan kepada perseroan mengenai
kepemilikan sahamnya dan/atau keluarganya pada perseroan tersebut
dan perseroan lain.”
Tenggang waktu penyampaian laporan tahunan kepada RUPS adalah
 paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku perseroan berakhir,
sebagaimana di atur dalam Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang
Perseroan Terbatas. Berdasarkan Pasal 66 ayat (2) UU PT, laporan
tahunan harus memuat:
1) Laporan keuangan, paling sedikit memuat neraca akhir tahun buku
yang lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya,
laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus
kas, laporan perubahan ekuisitas dan catatan atas laporan
keuangan tersebut;
Sesuai dengan ketentuan Pasal 68 ayat 1 UUPT, direksi wajib
menyerahkan laporan keuangan Perseroan kepada akuntan publik
untuk diaudit apabila: kegiatan usaha Perseroan adalah
menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat, seperti bank,
asuransi, reksa dana; Perseroan menerbitkan surat pengakuan
utang kepada masyarakat; Perseroan merupakan Perseroan
Terbuka; Perseroan merupakan persero; Perseroan mempunyai
aset dan/atau
 jumlah peredaran usaha dengan jumlah nilai paling sedikit Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah); diwajibkan oleh
 peraturan perundang-undangan.
Apabila kewajiban tersebut tidak dapat dipenuhi, laporan
keuangan tidak akan disahkan oleh RUPS. Laporan atas hasil
audit akuntan
 publik, disampaikan secara tertulis kepada RUPS melalui Direksi.
2) Laporan mengenai kegiatan perseroan;
3) Laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan;
4) Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang
mempengaruhi kegiatan usaha perseroan;
22

dianggap memiliki dan menerapkan governance secara baik? Menapa


masih bisa terjadi penyelewengan pada korporasi tersebut?
Dalam hal ini, beliau menegaskan bahwa perlu dipisahkan antara isu
corporate governance dan pengendalian internal. Isu corporate
 governance lebih menekankan pada hubungan berbagai pihak pada
 pengendalian di tingkatan "stratejik" atau di level korporasi,
sementara isu pengendalian internal lebih menitik beratkan
pada upaya
 pengendalian di tingkat operasional. Namun demikian, walaupun
fungsi keduanya berbeda dalam tingkatan, keduanya mempunyai
hubungan yang erat.
Dalam kaitan ini Root (1998, p. 82) menyatakan bahwa sudah saatnya
konsepsi pengendalian internal disatukan (merge) dengan tujuan dari
corporate governance sehingga pada akhirnya akan menghilangkan
keraguan terhadap fungsi masing-masing dalam kerangka
 pengendalian korporasi. Jika hal ini dilakukan, diharapkan kedua
konsepsi (governance dan pengendalian internal) tersebut dapat
 berjalan beriringan dan memberikan sinergi di dalam pelaksanaan
aktivitas korporasi, baik operasional maupun stratejik, di dalam
mencapai tujuan perusahaan secara lebih efektif.
Untuk itu dari sudut  governance, secara simultan "harapan" ini juga
harus dilakukan pula pada tingkatan board ( supervisory board dewan
 pengawas) agar dapat menghasilkan esensi pengendalian yang efektif,
Dalam kaitan inilah sebenarnya diperlukan adanya komite audit
sebagai elemen penting di dalam suatu kerangka board governance.
Komite audit, seperti halnya berbagai bentuk komite lainnya yang
dikenal dalam  govemance, merupakan "perangkat" kerja board
 governance sebagai organ penting di dalam sebuah korporasi. Dalam
kaitan fungsi komite audit inilah dianggap fungsi  governance dan
 pengendalian internal dapat dilihat hubungannya lebih jelas.
Komite audit yang mempunyai peran vital dalam proses pelaporan
keuangan, akan berhubungan dengan pengendalian keuangan
 perusahaan, termasuk melakukan telaah (review) terhadap keandalan
23

 pengendalian internal yang dimiliki perusahaan serta kepatuhan


terhadap berbagai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Komite audit juga berfungsi untuk melakukan seleksi penunjukkan
kantor akuntan publik dan melakukan evaluasi atas kinerja kantor
akuntan publik yang ada. Cakupan tugas komite audit tercermin
dalam "hubungan" tidak saja dengan internal auditor perusahaan tetapi
juga dengan auditor eksternal dalam upaya menghasilkan laporan
keuangan
 perusahaan yang dapat mencerminkan tingkat  good governance
(Abott, Parker dan Peters, 2004; Raghunan dan dan Rama, 2003; dan
Asbaugh dan Warfield, 2003).
Abott, Parker dan Peters (2004) menyatakan bahwa komite audit
 berperan penting dalam menilai efektifitas kinerja fungsi internal
audit dan eksternal audit. Hal ini konsisten dengan pernyataan
Raghunandan dan Rama (2003) yang menyatakan bahwa komite
audit memainkan
 peran kunci dalam proses pelaporan keuangan dengan "overseeing
and monitoring management" dan juga keterlibatannya dengan
eksternal auditor dalam proses pelaporan keuangan.
5) Kejahatan Akuntansi dan Kesiapan Kita, oleh Darwis Darwis.
Tahukah anda kebangkrutan terbesar yang pernah terjadi yang
diakibatkan tidak adanya transparansi dalam perusahaan?
Inilah yang dialami oleh WorldCom. Raksasa telekomunikasi AS
WorldCom akhirnya secara resmi mengajukan pailit yang sekaligus
mencatat rekor kepailitan terbesar, dengan nilai US$107 miliar atau
sekitar 963 trilyun rupiah. WorldCom akhirnya mengakui pada akhir
Juni 2002 bahwa pihaknya telah merekayasa pembukuan sebesar
US$3,9 miliar untuk membiayai operasi selama lebih dari satu tahun
guna menghindari kerugian. Bernard Ebbers, mantan Pimpinan
Eksekutif (CEO) WorldCom akhirnya dihukum 20 tahun karena
 penipuan akuntansi yang merupakan penipuan dan kebangkrutan
terbesar dalam sejarah kejahatan akuntansi di AS ini.
Sebelumnya, Enron, Global Crossing, Kmart, Williams Co., dan Xerox
 juga berurusan dengan penyelidikan atas penipuan akuntansi dalam
24

laporan keuangan mereka. Sebagai catatan, Enron yang sebelumnya


memiliki kapitalisasi saham hampir USD 80 milliar hancur berkeping-
keping. Pekerjanya kehilangan dana pensiun, para investor kehilangan
uang, dan pasar modal tiba-tiba terkena demam "Enronitis" sebagai
efek turunnya indeks secara tajam akibat kasus tersebut.
Menyusul berbagai skandal akuntansi yang melibatkan nilai yang
sangat besar tersebut, politisi AS dengan serius memastikan peristiwa
serupa tidak terulang lagi. Presiden Bush dalam sebuah kesempatan
mengumumkan sejumlah proposal untuk melakukan "crack down"
atas
 perilaku tidak etis para petinggi perusahaan tersebut. SEC dan Justice
 Department mendapatkan anggaran lebih banyak untuk
melawan fraud keuangan, hukuman dan penalti untuk pelaku pun
diperberat.
Lantas bagaimana dengan Indonesia? Adakah kekhawatiran
masyarakat soal potensi penipuan akuntansi yang dilakukan berbagai
 perusahaan (publik, BUMN, maupun swasta)? Beberapa analisis
dengan gamblang menyebutkan, terjadinya krisis perbankan nasional
tahun 1997 tidak lepas dari ketidakmampuan laporan keuangan yang
mereka berikan untuk menjadi potret utuh (clearly portrays) tentang
resources ekonorni sesungguhnya dari perusahaan-perusahaan
tersebut, sehingga perusahaan yang terlihat sehat-sehat saja dari luar,
ternyata sudah keropos di dalamnya.
Terlepas apakah disengaja atau tidak, kejadian-kejadian tersebut
semestinya memberikan gambaran kepada semua pihak bahwa
skandal akuntansi teramat mahal harganya, di manapun itu terjadi.
 Bentuk bentuk skandal akuntansi
Bentuk-bentuk penipuan akuntansi secara umum dapat dijelaskan
 berdasarkan empat prinsip dasar akuntansi yang lazim digunakan
dalam mencatat transaksi yang terjadi. Ide dasar kecurangan tersebut
adalah pengingkaran terhadap prinsip-prinsip itu sendiri.
Yang pertama adalah prinsip biaya historis (historical cost). Standar
akuntansi yang berlaku memperbolehkan perusahaan untuk mencatat
 biaya dengan menggunakan metode historis. Selain itu pencatatan ini
25

 juga dapat dilakukan berdasarkan metode lain,  fair value misalnya,


sepanjang dalam kriteria yang jelas,
 baku dan konsisten. Masalahnya, para pelaku penipuan akuntansi
seringkali menggunakan celah yang terdapat dalam prinsip ini untuk
melakukan kecurangan, misalnya dalam mencatat barang persediaan.
Contoh nyatanya, Kurzweil Applied Intelligence Inc., AS, 1996,
dengan sengaja tidak melakukan pencatatan atas persediaan mereka
yang bernilai jutaan dollar AS. Perusahaan seolah-seolah
mengirimkan
 barang tersebut ke pelanggannya, padahal inventory tersebut hanya
ditumpuk dari satu gudang ke gudang Lain. Pengingkaran prinsip ini
 juga bisa terjadi saat perusahaan menyusutkan properti, pabrik, dan
 perlengkapan produksi. Sebagai gambaran, dua metode yang
sebenarnya sama-sama diperbolehkan akan tetapi dapat menghasilkan
 jumlah penyusutan yang amat berbeda. Lihatlah saat Du Pont
mengubah metode depresiasi mereka dari akselarasi ke garis
luru  s,
 pendapatan bersih laporan keuangannya untuk tahun itu melonjak
tajam hingga USD 250 juta.
Prinsip yang kedua adalah pengakuan pendapatan. Ada banyak bentuk
kecurangan yang dapat dilakukan saat mengakui pendapatan.
Priceline.com (2000) misalnya, melaporkan pendapatan sebesar USD
152 juta. Tetapi ternyata angka yang dilaporkan oleh perusahaan yang
 bergerak dalam online airline tickets dan kamar hotel ini merupakan
angka " gross booking  ". Setetah dikurangi berbagai setoran kepada
airline, dan hotel, real revenue dari perusahaan tersebut hanya tinggal
sebesar USD 18 juta. Karena investor tidak tahu-menahu mengenai
hal ini, saham Priceline.com terlanjur diperdagangkan dengan nilai
214 kali dari besaran pendapatan yang sesungguhnya.
Prinsip ketiga adalah tentang kesesuaian (matching principles).
Perusahaan boleh saja menggeser periode pendapatan dan pembiayaan
ke periode berikutnya (deferred) atau sebaliknya mengakuinya lebih
awal {accrued), sepanjang metode yang dipakai oleh perusahaan
tersebut sesuai dengan standar. Masalahnya, penggunaan prinsip ini
38

kepada masyarakat tentang peristiwa material yang dapat mempengaruhi

harga efek  selambat-lambatnya pada akhir hari kerj a ke-2

(kedua)
 setelah terjadinya peristiwa tersebut.”
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh Bapepam LK, terbukti
 bahwa Direksi PGN sesungguhnya sudah mengetahui informasi material
tersebut sejak lama yaitu pada tanggal 12 September 2006 untuk
informasi
 penurunan volume gas dan pada tanggal 18 Desember 2006 untuk
informasi penundaan pipanisasi. Namun, Direksi baru mengumumkan
informasi tersebut kepada para stakeholder melalui  press release  pada
tanggal 11 Januari 2007 sehingga melebihi ketentuan sebagaimana
disebutkan dalam Peraturan Bapepam LK dan UU Pasar Modal tersebut.
 b. Pemberian Informasi yang Secara Material Tidak Benar
Pasal 93 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan
bahwa: “Setiap pihak dilarang, dengan cara apapun, membuat
pernyataan atau memberikan keterangan yang secara material
tidak benar    atau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga Efek di
Bursa Efek apabila
 pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan:
1)  Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui
bahwa pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak
benar atau menyesatkan, atau
2)  Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menemukan
kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut.
Direksi PGN terbukti menunda penyampaian informasi terkait koreksi atas
 besaran volume gas yang akan dialirkan melalui pipa kepada para
 pemangku kepentingannya. Keterlambatan ini dipandang sebagai suatu
 pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan pemangku kepentingan
sehingga sangat bertentangan dengan UU Pasar Modal.
c. Praktik Insider Trading
Praktik insider trading   secara tegas dilarang. Hal ini disebutkan dalam UU
 No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 95, 96, 97, 98, 99 dan 104.
Insider trading juga secara jelas bertentangan dengan OECD Principle III
39

Poin B yang menyebutkan “I nsider trading   and abusive self-dealing


 should be prohibited.  ”
Pelanggaran-pelanggaran pada tata kelola perusahaan tersebut
menunjukkan buruknya transparansi dan pengungkapan yang dijalankan PT PGN
 pada tahun 2006-2007. PT PGN selain melanggar peraturan-peraturan yang
terkait dengan transparansi dan pengungkapan seperti peraturan BAPEPAM-LK
dan juga Undang-Undang Pasar Modal, PT PGN juga secara umum melanggar
prinsip 5 OECD tentang transparansi dan pengungkapan
40

BAB 3
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Latar belakang pentingnya transparansi dan pengungkapan pada suatu
 perusahaan adalah didasarkan pada adanya asimetri informasi yang muncul
akibat tidak seimbangnya informasi yang diterima antara  principal dan agent
sehingga dapat menyebabkan efek yang negatif bagi perusahaan. Pengungkapan
dan transparansi informasi pada perusahaan juga diperlukan untuk
mengurangi
 perbedaan yang muncul antara principal dan agent.
Pengungkapan baik yang mandatory  maupun voluntary, merupakan suatu
cara untuk menyediakan informasi dalam laporan perusahaan. Informasi ini tidak
hanya terbatas berupa informasi keuangan saja tetapi juga informasi-informasi
lain yang dapat mempengaruhi kualitas pengambilan keputusan para pemangku
kepentingan perusahaan, misalnya seperti informasi terkait kebijakan
perusahaan.
Sedangkan transparansi merupakan suatu bentuk penyediaan informasi
yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh
 pemangku kepentingan.
Berbagai aturan telah dibuat oleh regulator di Indonesia untuk memperkuat
 peran dan pelaksanaan transparansi dan pengungkapan ini di dalam praktek
bisnis, demi mendorong terciptanya  good corporate governance  yang dapat
mengoptimalkan nilai semua pihak yang terkait.
PT Perusahaan Gas Negara (PT PGN) pada tahun 2006-2007 memiliki
sistem tata kelola perusahaan yang buruk. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
 pelanggaran yang dilakukan oleh PT PGN terkait dengan salah satu prinsip
corporate governance yaitu pengungkapan dan transparansi.
41

DAFTAR REFERENSI

Bapepam LK. 2012. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-
431/BL/2012 Tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau
Perusahaan Publik.
OECD, 2004, OECD Corporate Governance Principles.

https://andamifardela.wordpress.com/2011/04/10/tujuan-pengungkapan-
akuntansi-dalam-pasar-modal/
http://ekonomister.blogspot.com/2010/10/transparansi-dan-pengungkapan.html

Kasus PT Perusahaan Gas Negara (2006)

Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: Kep-431/BL/2012 tentang


Penyampaian Laporan Tahunan
Laporan Tahunan PT. Telekomunikasi Indonesia tahun 2012
Peraturan BUMN tentang Corporate Governance
Undang-Undang Pasar Modal
Undang-Undang Perseroan Terbuka

Anda mungkin juga menyukai