Anda di halaman 1dari 8

TUTORIAL KLINIK SESI II

1. Apa definisi dari Syok Anafilaktik?


Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi sistemik yang parah, berpotensi fatal yang
terjadi secara tiba-tiba setelah kontak dengan zat penyebab alergi. Anafilaksis adalah
reaksi alergi serius yang cepat terjadi dan dapat menyebabkan kematian (Hugh A.
Samson,dkk,2005)

Syok anafilaktik adalah syok yang terjadi secara akut yang disebabkan oleh reasi
alergi. (Prof.Dr. H. Tabrani Rab, Agenda Gawat Darurat (Critical Care), Hal.1033 ).

Syok anafilaksis adalah suatu keadaan yang dipicu oleh respon hipersensivitas
generalisata yang diperantai oleh IgE menyebabkan vasodilatasi sistemik dan
peningkatan permeabilitas vascular.(Robbins & Cotrain (Dasar Patologi Penyakit Edisi 7,
hal 144).

Syok anafilaktik adalah suatu risiko pemberian obat, maupun melalui suntikan atau
cara lain. ( Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid I, Hal. 622).

2. Apa saja tanda dan gejala dari Syok Anafilaktik?


Gejala awal syok anafilaktik biasanya terlihat seperti gejala alergi. Gejala ini berupa
ruam pada kulit dan pilek. Namun setelah 30 menit berlalu, sejumlah gejala serius mulai
terlihat.
Gejala syok anafilaktik lainnya yang patut diperhatikan adalah:
a) Badan tiba-tiba terasa hangat.
b) Pembengkakan bibir dan lidah.
c) Bengkak di tenggorokan atau kesulitan menelan.
d) Sensasi kesemutan pada kulit kepala, mulut, tangan, dan kaki.
e) Mual, muntah, dan diare.
f) Sakit perut.
g) Tampak bingung dan gelisah.
h) Terasa melayang, ingin pingsan, sampai kehilangan kesadaran
i) Sesak atau mengi.
j) Berdebar-debar, denyut nadi lemah, keringat dingin, dan pucat.
Gejala dan tanda anafilaksis berdasarkan organ sasaran:
a) Umum : Lesu, lemah, rasa tak enak yang sukar dilukiskan
Prodormal : rasa tak enak di dada, dan perut, rasa gatal di hidung dan Palatum.
b) Pernafasan
1) Hidung : hidung gatal, bersin, dan tersumbat
2) Laring : rasa tercekik, suara serak, sesak napas, stridor, edema.
3) Lidah : edema
4) Bronkus : batuk, sesak, mengi, spasme.
c) Kardiovaskuler : pingsan, sinkop, palpitasi, takikardia, hipotensi sampai syok,
aritmia. Kelainan EKG : gelombang T datar, terbalik, atau tanda-tanda infark miokard
d) Gastrointestinal : disfagia, mual, muntah, kolik,diare yang kadang-kadang disertai
darah, peristaltik usus meninggi.
e) Kulit  :  urtika, angiodema di bibir, muka, atau ekstermitas.
f) Mata :  gatal, lakrimasi
g) Susunan saraf  pusat :   gelisah, kejang

Sedangkan menurut A Cheng (2011) dalam Emergency treatment of anaphylaxis


in infants and children, untuk tanda dan gejala dari syok anafilaktik adalah sebagai
berikut :
a) Umum / CNS : Kerewelan, lekas marah, kantuk, lesu, tingkat berkurang kesadaran,
mengantuk
b) Kulit : Urtikaria, pruritus, angioedema, memerah
c) Jalan napas atas : Edema stridor, suara serak, orofaringeal atau laring, edema uvular,
bibir / lidah bengkak, bersin, rinore, obstruksi jalan napas atas
d) Jalan napas bawah : Batuk, dispnea, bronkospasme, takipnea, pernapasan
e) Kardiovaskular: Takikardia, hipotensi, pusing, sinkop, aritmia, diaforesis, pucat,
sianosis, henti jantung
f) Gastrointestinal : Mual, muntah, diare, sakit perut

3. Komplikasi yang mungkin bisa terjadi dari syok anafilaktik?


Menurut Gotter, A. Healthline (2018). Anaphylactic Shock: Symptoms, Causes, and
Treatment.
Syok anafilaktik dapat mengakibatkan komplikasi berupa gagal ginjal, aritmia,
serangan jantung, kerusakan otak, dan syok kardiogenik. Untuk itu, segera minta
pertolongan dari dokter agar syok anafilaktik bisa segera tertangani.

Sedangkan menurut, Stephen FK, 2011, Anaphylaxis, Medscape.


Reaksi anafilaksis dapat dilihat dalam bentuk urtikaria, angiodema, obstruksi
respirasi sampai dengan kolaps pembuluh darah. Di samping itu terdapat pula bentuk
lainnya seperti rasa takut, kelemahan, keringat dingin, bersin, rinorhea, asma, rasa
tercekik, disfagia, mual dan muntah, nyeri abdomen, inkontinensia, sampai dengan
kehilangan kesadaran. Walaupun demikian, sebab kematian utama dari anafilaksis adalah
syok dan obstruksi saluran pernafasan. Obstruksi saluran pernafasan dapat berupa edema
laring, bronkospasme dan edema bronkus.
Gejala prodromal pada umumnya adalah lesu, lemah, rasa tidak enak yang sukar
dilukiskan, rasa tidak enak di dada dan perut, rasa gatal di hidung dan palatum. Gejala ini
merupakan permulaan dari gejala lainnya.
Gejala kardiovaskular ditandai dengan takikardi, palpitasi, hipotensi sampai syok,
pucat, dingin, aritmia, hingga sinkop. Pada EKG dapat dijumpai beberapa kelainan
seperti geombang T datar, terbalik atau tanda-tanda infark miokard.
Gejala gastrointestinal berupa disfagia, mual-muntah, rasa kram diperut, diare
yang kadang-kadang disertai darah, dan peningkatan peristaltic usus.
Gejala pada kulit berupa gatal-gatal, urtikaria, angioedema pada bibir, muka atau
ekstrimitas. Penderita juga biasanya mengeluh adanya rasa gatal dan lakrimasi pada mata.
Sedangkan gejala pada sistem saraf pusat dapat berupa gelisah dan kejang
4. Kenapa ureum dan kreatinin pasien meningkat?

Menurut Loho, I., Rambert, G., & Wowor, M. (2016). Gambaran Kadar Ureum pada
Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium 5 Non Dialisis. Jurnal e-Biomedik (eBm), 4(2).
Kadar ureum tinggi bisa menandakan bahwa ginjal Anda tidak berfungsi dengan
baik. Idealnya, ginjal berfungsi menyaring dan membuang ureum dari darah melalui
urine. Jika menumpuk di darah, ureum dapat menimbulkan beragam keluhan dan
gangguan kesehatan. Ureum bersifat racun dan perlu segera dikeluarkan dari tubuh
melalui ginjal. Kondisi ketika kadar ureum dalam darah terlalu tinggi (> 50 mg/dl)
disebut uremia. Hal ini dapat menyebabkan cepat lelah, pusing, mual, muntah, dan kram
kaki.

Kreatinin adalah molekul limbah kimia hasil metabolisme otot serta konsumsi
daging yang terbentuk dari kreatin, molekul penting untuk produksi energi otot. Zat yang
mengalir melalui pembuluh darah ini disaring oleh ginjal untuk kemudian dibuang
bersama urine. Kreatinin menjadi indikator baik tidaknya fungsi ginjal, karena organ
inilah yang menjaga agar kreatinin tetap berada pada kadar normal. Peningkatan kadar
kreatinin adalah salah satu penanda terganggunya fungsi ginjal atau terjadinya penyakit
ginjal. Mayo Clinic (2017). Tests & Procedures. Creatinine test.

Sedangkan Whelan, C. & Stephens, C. Healthline (2017). 8 Home Remedies to


Naturally Lower Your Creatinine Levels.

Ureum adalah tes yang mengukur zat sisa dari metabolisme protein yang
seharusnya dibuang oleh ginjal. Kreatinin merupakan zat sisa hasil pemecahan otot yang
akan dibuang melalui ginjal. Peningkatan kadar ureum dan kreatinin menandakan adanya
gangguan pada ginjal. Dilihat dari hasil lab yang Anda lakukan, nilai ureum Anda masih
normal dan kreatinin yang sedikit meningkat. Penyebab dari kreatinin yang meningkat
bisa karena hipertensi, diabetes, infeksi ginjal, dehidrasi, dll. Yang bisa Anda lakukan
agar kreatinin tidak bertambah meningkat adalah dengan cara jangan melakukan olahraga
yang berat yang meningkatkan pembentukan otot, kurangi asupan protein, perbanyak
minum air dan serat.

Karena bisa dikarenakan faktor makanan dan kadar yang dinilai dalam darah
untuk menilai fungsi dari ginjal, dimana jika kadarnya meningkat dapat menandakan
fungsi ginjal yang menurun ataupun mengalami kegagalan terutama jika kadarnya
meningkat sangat tinggi

5. Mengapa pada klien di kasus dapat mengalami mual dan diare?


Anafilaksis dikelompkkan dalam Hipersensitivitas Tipe 1 (immediate type
reaction) oleh Coombs dan Gell (1963), timbul segera setelah tubuh terpajan dengan
alergen. Anafilaksis diperantarai melalui interaksi antara antigen dengan IgE pada sel
mast, yang menyebabkan terjadinya pelepasan mediator inflamasi. Pada pasien dengan
Hipersensitivitas Tipe 2, banyak reaksi alergi yang terjadi seperti reaksi pada
gastrointestinalnya (A Cheng, 2011).

6. Bagaimana penanganan untuk mengatasi Syok Anafilaktik?


Tindakan pertama yang paling penting dilakukan menghadapi pasien dengan syok
anafilaktik adalah mengidentifikasi dan menghentikan kontak dengan alergen yang
diduga menyebabkan reaksi anafilaksis. Segera baringkan penderita pada alas yang keras.
Kaki diangkat lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam
usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.
Selanjutnya dilakukan penilaian airway, breathing dan circulation dari tahapan
resusitasi jantung paru untuk memberikan kebutuhan bantuan hidup dasar. Airway,
penilaian jalan napas. Jalan napas harus dijaga teap bebas agar tidak ada sumbatan sama
sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak
jatuh ke belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan triple airway maneuver
yaitu ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan buka mulut. Penderita dengan
sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi
endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi. Breating support, segera memberikan bantuan
napas buatan bila tidak ada tanda-tanda bernapas spontan, baik memalui mulut ke mulut
atau mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai oedem laring, dapat
mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial. Penderita yang
mengalami sumbatan jalan napas total atau parsial. Penderita yang mengalami sumbatan
jalan napas parsial, selain ditolong dengan obatobatan, juga harus diberikan bantuan
napas dan oksigen 5-10 liter/menit. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada
arteri besar (a. karotis atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar.
Sedangkan untuk obat pilihan pertama dalam mengobati syok anafilaktik adalah
adrenalin yang diberikan melalui IM. Obat ini berpengaruh untuk meningkatkan tekanan
darah, menyempitkan pembuluh darah, melebarkan bronkus dan meningkatkan aktivitas
otot jantung. Adrenalin bekerja pda reseptor adrenergic di seluruh tubuh sehingga
mempunyai kemampuan memperbaiki kontraktilitas otot jantung, tonus pembuluh darah
perifer dan otot polos bronkus. Adrenalin selalu akan dapat menimbulkan vasokonstriksi
pembuluh darah arteri dan memicu denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan
tekanan darah naik seketika dan berakhir dalam waktu pendek (Jessenggar & Sidemen,
2016).
Sedangkan menurut A Cheng (2011) dalam Emergency treatment of anaphylaxis
in infants and children, untuk penatalaksanaan pada semua pasien dengan tanda dan
gejala anafilaksis harus menerima pemberian IM epinefrin secara cepat. Administrasi IM
epinefrin tidak boleh ditunda ketika mencoba untuk membangun akses intravena (IV).
Pasien dengan dugaan anafilaksis harus menerima oksigen tambahan dan pemantauan
kardiorespirasi penuh. Mereka yang memiliki gejala pernapasan harus dititrasi
pengiriman oksigennya untuk mengoptimalkan saturasi oksigen. Karena peningkatan
permeabilitas vaskular yang terkait dengan anafilaksis, hingga 35% volume darah yang
bersirkulasi dapat hilang dalam 10 menit pertama (1). Dengan demikian, dua jalur IV bor
besar harus dimasukkan pada semua pasien yang mengalami anafilaksis. Jarum
intraoseus harus ditempatkan jika akses IV tidak dapat dicapai, dan pasien mengalami
perfusi yang buruk dan hipotensi

7. Apakah untuk penatalaksanaan pada pasien anak-anak yang mengalami syok anafilaktik
diberikan penanganan yang berbeda?
Manajemen awal pasien anak dengan dugaan anafilaksis harus mencakup
penilaian jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi yang cepat dan menyeluruh, dengan
pemberian epinefrin IM segera dan bersamaan. Pada pasien dengan tanda-tanda obstruksi
jalan napas bagian atas (stridor, lidah bengkak atau edema uvular) atau gangguan
pernapasan berat, persiapan awal untuk manajemen jalan napas definitif sangat penting.
Karena intubasi mungkin menantang dengan jalan nafas yang bengkak dan tersumbat,
dukungan tambahan dari terapi pernapasan, anestesi, atau spesialis telinga, hidung dan
tenggorokan harus diminta jika tersedia. Pasien dengan keterlibatan kardiovaskular
(takikardia, isi ulang kapiler) harus menerima resusitasi cairan agresif dengan 20 mL / kg
bolus saline normal. Ini harus diulang seperti yang diperlukan untuk menjaga stabilitas
kardiovaskular. Idealnya, pasien harus ditempatkan terlentang atau dalam posisi
Trendelenburg, yang mengoptimalkan aliran balik vena ke jantung dan mencegah
pengumpulan darah pada ekstremitas bawah. Penilaian ulang terus-menerus dari tanda-
tanda vital dan kondisi pasien selama manajemen akan membantu untuk menentukan
kebutuhan lebih lanjut untuk intubasi, lebih banyak cairan atau, mungkin, inisiasi
dukungan inotropic. Sedangkan untuk anak-anak yang mengalami bronkospasme dan
mengi, atau yang memiliki riwayat asma dapat mengambil manfaat dari salbutamol
inhalasi sebagai bagian dari perawatan anafilaksis mereka (A Cheng, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Hugh A. Samson,dkk. 2005. Second symposium on the definition and management of


anaphylaxis: Summary report- Second National Institute of Allergy and Infectious,
Disease/Food Allergy and Anaphylaxis Network Symposium. American Academy of
Allergy, Ashma and Immunology
A, Chaeng. 2011. Emergency treatment of anaphylaxis in infants and children. Canadian
Paediatric Society, Acute Care Committee
Jessenggar & Sidemen. 2016. Penatalaksanaan Syok Anafilaktik. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
http://diandayen-beanurse.blogspot.com/2014/03/asuhan-keperawatan-gawat-
darurat-syok.html
Loho, I., Rambert, G., & Wowor, M. (2016). Gambaran Kadar Ureum pada Pasien Penyakit
Ginjal Kronik Stadium 5 Non Dialisis. Jurnal e-Biomedik (eBm), 4(2).
Whelan, C. & Stephens, C. Healthline (2017). 8 Home Remedies to Naturally Lower Your
Creatinine Levels

Anda mungkin juga menyukai