Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DISRITMIA DI RUANG IGD


RSUP DR KARIADI SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat Pendidikan Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Husada Semarang

Rafika Harianti

(12.08.036)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA HUSADA
SEMARANG
2013
Lembar Pengesahan

Laporan pendahuluan dengan judul “Asuhan keperawatan pada klien dengan disritmia” telah
disetujui dan disahkan pembimbing pada :

Hari :…………………………………
Tanggal : …………………………………

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas dalam stase keperawatan gawat darurat pendidikan
profesi ners STIKES Widya Husda Semarang.

Semarang,…………………..

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

…………………….. …………………………

Koordinator stase KGD

………………………….
KONSEP DASAR
A. Pengertian

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges,
1999).

Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan


elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas
pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan
konduksi (Hanafi, 1996).

B. Etiologi

Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :


 Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis
karena infeksi)
 Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
 Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia
lainnya.
 Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
 Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung.
 Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
 Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis).
 Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
 Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.
 Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung).
C. Manifestasi Klinis

 Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi;
bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan
pupil.
 Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah
 Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik
pulmonal; hemoptisis.
 demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
D. Patofisiologi
Disritmia diakibatkan oleh berbagai faktor, di antaranya yaitu infark miokard. Infark
miokard menyebabkan kurang efektifnya otot jantung untuk memompakan darahnya,
kemudian mengakibatkan penurunan cardiak output.Penurunan cardiak output ini
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan yang
ditandai dengan kulit dingin, pucat, cianosis, nadi dan respiratori rate (RR)menjadi
meningkat. Selain itu, penurunan perfusi jaringan juga

mengakibatkan penurunan kontruksi jantung. Penurunan kontruksi jantung menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah juga akan menurun, kemudian menyebabkan penurunan teka
nan darah, akhirnya akan menyebabkan kerusakan otot

jantungdan mengakibatkan gangguan transmisi impuls dan akan mengakibatkandisritmia.
E. pathway
F. pemeriksaan diagnostic dan hasilnya

EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan


konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek
ketidak-seimbangan elektrolit dan obat jantung.

Monitor halter  : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk


menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala
khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek
obat antidisritmia.

Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung


sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.

Skan pencitraan miokardia : Dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan miokard


yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau
mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.

Tes stres latihan  : Dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang


menyebabkan disritmia.

Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan


magnesium dapat menyebabkan disritmia.

Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat


jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis,
guinidin.

Pemeriksaan tyroid : Peningkatan atau penurunan kadar tyroid serum dapat


menyebabkan meningkatkan disritmia.

Laju sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut


contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.

GDA/nadi oksimatri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi


disritmia.

                   
                    

G. Penatalaksaan
1. Terapi Medis 

Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :

 Anti artimia kelas I : sodium channel blocker. 

Kelas I A :

-          Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan


untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.

-          Procainamide untuk ventrikel ekstra sistole atrial fibrilasi dan


aritmia yang menyertai anestesi.

-          Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang.

Kelas I B

-          Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel


takikardia.

-          Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT.

Kelas I C

-          Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi.

 Anti aritmia kelas 2 (beta adrenergik blokade).

-          Atenolol, metoprolol, propanolol : indikasi aritmia jantung, angina pektoris


dan hipertensi.

 Anti aritmia kelas 3 (prolong repolarisation) 

-          Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang.

 Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) 

-          Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia.

2.      Terapi mekanis

Kardioversi : Mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia


yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
Defibrilasi : Kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat.

Defibrilator kardioverter implantable : suatu alat untuk mendeteksi dan


mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien
yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.

Terapi pacemaker : Alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik


berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

KONSEP PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian primer
1. Airway
 Apakah ada peningkatan sekret ?
 Adakah suara nafas : krekels ?
2. Breathing
 Adakah distress pernafasan ?
 Adakah hipoksemia berat ?
 Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
 Apakah ada bunyi whezing ?
3. Circulation
 Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
 Apakah ada takikardi ?
 Apakah ada takipnoe ?
 Apakah haluaran urin menurun ?
 Apakah terjadi penurunan TD ?
 Bagaimana kapilery refill ?
 Apakah ada sianosis ?
B. Pengkajian skunder

1. Riwayat penyakit
 Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
 Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung,
hipertensi
 Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan
untuk terjadinya intoksikasi
 Kondisi psikososial
2. Pengkajian fisik
a. Aktivitas : kelelahan umum
b. Sirkulasi: perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit
warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran
urin menruun bila curah jantung menurun berat.
c. Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
d. Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit
e. Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
f. Nyeri/ketidaknyamanan: nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak
dengan obat antiangina, gelisah
g. Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi)
mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
h. Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

C. Diagnosa

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penurunan curah jantung berhubungan dengan aritmia jantung
HASIL YANG DIHARAPKAN
Anak akan mempertahankan curah jantung efektif ditandai oleh waktu pengisian kapiler
3 sampai 5 detik, mukosa membran berwarna merah jambu, peningkatan tingkat energi,
dan peningkatan makan anak.

INTERVENSI
1. monitor status kardiovaskuler anak dengan menggunakan monitor jantung.
2. Kaji dan catat denyut apikal anak, denyut perifer, tekanan darah, waktu pengisian kapiler,
asupan dan haluaran cairan, dan karakteristik kulit (seperti kulit bergaris-garis, warna
kulit, edema, temperatur, dan diaphoresis).
3. Berikan pengobatan kardiovaskuler, sesuai petunjuk.
4. Bantu anak menyimpan energi melalui pengelompokan asuhan keperawatan.

RASIONAL
1. Indikasi monitoring jantung dan pencatatan berbagai penyimpangan haert rate dan irama
jantung normal anak.
2. Pengkajian memberikan data dari adanya perobahan pengukuran dasar, kemungkinan
berindikasi aritmia.
3. Pengobatan kardiovaskuler dapat diberikan guna membantu memutuskan gangguan
elektrik yang berhubungan dengan aritmia.
4. clustering care memungkinkan periode istirahat menjadi lama.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko injury berhubungan dengan dosisi pengobatan atau respon fisiologik pengobatan.

HASIL YANG DIHARAPKAN


Anak akantidak mengalami injury akibat dosis pengobatan atau respon fisiologik
pengobatan.

INTERVENSI
1. Setelah pemberian pengobatan, monitor heart rate anak dan irama jantung dengan
menggunakan monitor jantung.
2. Monitor kadar kalium dan kalsium. Perhatikan tanda-tanda klinis ketidak seimbangan
kalium dan kalsium.
3. Lakukan cek ganda agar semua dosis pengobatan menjadi akurat sebelum diberikan obat;
yakinkan bahwa pasien menerima sejumlah yang ditentukan.

RASIONAL
1. Pengobatan anti aritmia dapat menimbulkan aritmia, dimana dapat dideteksi melalui alat
monitoring jantung.
2. Efektifitas pengobatan aritmia bergantung pada penyesuaian yang pantas dari elektrolit
intraselular. Ketidakseimbangan kalium dapat menyebabkan artimia; ketidak
seimbangan  kalsium dapat menyebabkan  henti jantung.
3. Memberikan terlalu banyak obat atau terlalu sedikit dapat menyebabkan aritimia.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan intravena dan menggunakan elektroda
jantung.
 
HASIL YANG DIHARAPKAN
Anak akan tidfak ada tanda-tanda infeksi ditandai oleh tidak adanya erythema,
tenderness, bengkak pada tempat tusukan i.V. atau lokasi elektroda; temperatur tubuh
97,6˚ sampai 99˚ F [36,4˚ sampai 37,2˚ C]); dan tanda-tanda vital sesuai dengan usia.
 
INTERVENSI
1. Cek lokasi i.V. setiap jam kemungkinan adanya tanda-tanda erythema atau infiltrasi dan
kemungkinan jarum suntikan salah letak.
2. Ganti  jarum i.V. setiap 24 sampai 72 jam, dengan tepat.
3. Cek lokasi elektroda setiap penggantianadanya tanda-tanda ruam atau erythema.
 
RASIONAL
1. Kaji lokasi I.V. setiap jam guna membantu mendeteksi kulit yang terbakar akibat
infiltrasi kimiawi atau terhentinya pengobatan antiaritimia yasng disebabkan kesalahan
letak dari jarun I.V.—keduanya merupakan sumber infeksi.
2. Mengganti tabung secara teratur membantu mencegah pertumbuhan bakteri; dilokasi I.V.
yang sulit  mengalirkan cairan dapat diganti sesegera mungkin.
3. Pemberian geli elektroda at menyebabkan iritasi kulit, yang memungkinkan terjadinya
infeksi. Mengangkat  pad elektroda dapat menyebabkan kerusakan kulit, dapat
mengakibatkan kemungkinan infiltrasi bakteri pada lokasi tersebut. Menggunakan jarum
elektroda juga akan memungkinkan ifiltrasi bakteri kelokasi tersebut.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pengurangan  aktifitas yang bervariasi berhubungan dengan pembatasan aktifitas akibat
pemasangan monitor  jantung.
 
HASIL YANG DIHARAPKAN
Anak akan berpartisipasi dalam aktifitas kehidupan anak walaupun terpasang monitor
jantung.
 
INTERVENSI
1. Konsulkan pada tenaga khusus untuk kehidupan anak (perapi bermain) tentang aktifitas
bermain  yang tepat dan stimulasi anak.
2. Dorong anak berinteraksi dengan anak lainya dalam unit itu, tentukan  pada anak yang
lain yang bebas dari infeksi pernafasan.
3. berikan boneka, permainan, dan buku-buku yang tepat sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.

RASIONAL
1. Pekerja khusus untuk kehidupan anak dapat merencanakan aktifitas yang tepat
berdasarkan tingkat perekembangan anak dan pembatasan fisik.
2. Dengan kontak dengan teman sebaya akan membantu pencegah perasaan terisolasi dan
medorong anak berpartisipasi dalam aktiftas.
3. Aktifitas ini membantu mengalihkan perhatian anak dari kondisi dan membantu
mengurangi kebosanan. Mereka juga diberikan stimulasi untuk membantu tumbuh-
kembang anak.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan penyakit anak, tinggal rawat di rumah
sakit, dan perawatan di rumah.
 
HASIL YANG DIHARAPKAN
Orang tua akan mengekspresikan pemahamannya terhadap penyakit abank, alasan
hospitalisasi, dan petunjuk perawatan di rumah dan mendemonstrasikan prosedur
perawatan di rumah.
 
INTERVENSI
1. Ajarkan orang tua berikut ini :
 Penyebab aritimia pada anak
 Tanda-tanda dan gejala-gejala gagal jantung, termasuk takipnea, takikardia,
berkeringat, kelelahan, kesulitan makan, edema perifer, peningkatan berat bedan
secara cepat, dispnea, dan sianosis.
 Tindakan yang berhubungan dengan dosis obat dan pengobatan serta
kemungkinan reaksi dari pengobatan antiaritimia.
2. Jelaskan maksud dan penggunaan monitor jantung pada orang tua dan anak (jika usianya
sesuai). Jika anak dipasangi monitoring di rumah, jelaskan bagaimana bila sistem bekerja,
bagaimana mengatur alarm, dan jenis masalah yang dapat dicegah saat menggunakan alat
monitoring di rumah. Jika masalah terjadi, sampaikan pada orang tua untuk menghubungi
rumah sakit atau dokter.
3. Yakinkan orang tua guna mengikuti kelas cardiopulmonary resucitation (CPR) sebelum
anak dipulangkan dari rumah sakit.

RASIONAL
1. Pemahaman tentang sifat dan  seriusnya kondisi anak membantu orang tua  menuruti
pengobatan dan memonitor perkembangan anak.
 Pemahaman akan penyebab anak sakit membantu orang tua memiliki perasaan
guna mengontrol situasi dengan baik.
 Pengenalan tanda-tanda dan gejala-gejala gagal jantung akan mendorong orang
tua segera mencari pertolongan medik jik diperlukan, membantu menceghindari
komplikasi yang serius.
 Mengetahui cara bekerjanya obat, dosisi yang tepat, dan pengobatan antiaritmia
membantu orang tua mengikuti pengobatan anak; mengenal reaksi lanjut akan
segera mencari perhatian medik jika diperlukan.
2. Penjelasan ini membantu mengurangi ketakutan orang tua dan mencegah pada hal-hal
yang tidak perlu  dalam pengoperasian alat monitor,  beri kesempatan orang tua
memberikan perhatian pada berbagai hal sehubungan dengan perawatan anak.
3. Orang tua memerlukan guna mengetahui kapan dan bagaimana memulai CPR guna
mendukung sirkulasi anak dan pernafasannnya yang bahkan bila terjadi henti jantung
berhubungan dengan aritmia.
DAFTAR CEK PENDOKUMENTASIAN
Selama  tinggal rawat di rumah sakit, catatan :
Keadaan anak dan pengkajian yang dilakukan selama masuk rumah sakit.
Perubahan keadaan anak
Berhubungan dengan hasil laboratorium dan diaghnostik test
Asupan dan haluaran cairan
Asupan nutrisi
Status pertumbuhan dan perkembangan
Respon anak terhadap pengobatan
Reaksi anak dan orang tua terhadap  sakit dan tinggal rawat di rumah sakit.
Pedoman pengajaran pasien dan keluarganya
Pedoman rencana tindak lanjut.
Daftar pustaka

Carpenito, L. Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan


dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI ; 2001

Hudak, C.M, Gallo B.M. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC.1997

Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Alih bahasa
Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC ; 1994.

Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1996

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

Anda mungkin juga menyukai