Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

METODE FARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL DAN


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGAARUHI
EKSPERIMENTAL

DISUSUN OLEH :

ANA SRI RAHAYU G 701 15 144

WULAN PRATIWI G 701 15 164

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
izinnyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini . Penulisan makalah ini
merupakan tugas kelompok yang diberikan dalam mata pelajaran metodologi
farmakologi. Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terimah
kasih kepada Dosen yang telah memberikan kami kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini. Kami berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat
memberi sedikit ilmu dan pengetahuan kepada pembaca. kami mohon maaf
apabila dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk dapat
menyempurnakan makalah ini. Terimah Kasih.

Palu, 21 Juni 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................................................................................


Daftar Isi ..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
I.1 Latar Belakang ...............................................................................
I.2 Rumusan Masalah ...........................................................................
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................
II.1 Pengertian Penelitian Eksperimen.................................................
II.2 Jenis Metode Eksperimen..............................................................
II.3 Karakteristik Penelitian Eskperimen.......................................
II.4 Model Eksperimen Farmakologi.............................................
II.5 Langkah-Langkah Penelitian Eksperimen...............................
II.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eksperimen....................
II.7 Bentuk Desain Penelitian Eksperimen.....................................
II.8 Evaluasi Penelitian Eksperimen..............................................
BAB III PENUTUP ...........................................................................................
III.1 Kesimpulan ..................................................................................
III.2 Saran ............................................................................................
Daftar Pustaka ......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Farmakologi berasal dari kata Pharmacon (Yunani), phamarca yang


mempunyai arti : obat. Jadi Farmakologi ialah ilmu tentang obat. Cabang
Farmakologi yaitu : Farmakokinetika (Pharmacokinetics) ialah cabang
farmakologi yang meneliti pengaruh sel hidup terhadap obat-obat,
Farmakodinamika (Pharmacodinamics) ialah cabang ilmu yang mempelajari
efek biokimiawi dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya, Farmakognosi
(Pharmacognosy) ialah cabang farmakologi yang mempelajari sifat-sifat
tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber bahan obat,
Farmakoterapi (Pharmacotherapy) ialah cabang farmakologi yang
berhubungan dengan penggunaan obat dalam pencegahan dan pengobatan
penyakit, Farmakologi klinik ialah cabang farmakologi yang mempelajari
efek obat pada manusia, Toksikologi  ialah ilmu yang mempelajari
keracunan zat kimia, termasuk obat, zat yang digunakan dalam rumah
tangga, industri maupun lingkungan hidup dan Farmakologi Eksperimental
ialah cabang farmakologi yang mempelajari pengaruh obat pada manusia,
obat dicobakan dulu pada hewan dan dipelajari efeknya.

Salah satu penelitian yang sering dilakukan oleh seorang peneliti di


bidang pendidikan adalah penelitian eksperimen. Dalam penelitian
eksperimen, variabel -variabel yang ada termasuk variabel  bebas atau
independent variabel  dan variabel  terikat (dependent variabel).

Penelitian eksperimen merupakan satu-satunya metode penelitian


yang dapat menguji secara benar hipotesis menyangkut hubungan kausal
(sebab akibat). Peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel,
mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengobservasi
efek/pengaruhnya terhadap satu atau lebih variabel terikat.
Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada-
tidaknya hubungan sebab akibat serta beberapa besar hubungan tersebut
dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa
kelompok ekperimental dan menyediakan control untuk pertandingan.

I.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penelitian eksperimen?


2. Apa saja jenis metode eksperimen ?
3. Bagaimana karakteristik penelitian eksperimen?
4. Apa saja model eksperimen farmakologi ?
5. Bagaimana langkah langkah penelitian eksperimen ?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi eksperimen ?
7. Bagaimana bentuk desain penelitian eksperimen ?
8. Bagaimana cara mengevaluasi penelitian eksperimen ?
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Penelitian Eksperimen

Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab


pertanyaan “jika kita melakukan  sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara
ketat maka apakah yang akan terjadi?”. Untuk mengetahui apakah ada
perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang di control secara ketat maka
kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut dan hal inilah
yang dilakukan pada penelitian eksperimen.  Sehingga penelitian
eksperimen dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan
untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan (Sugiono : 2010).
Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang di dalamnya
ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari
hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat kaitanya
dalam menguji suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh, hubungan,
maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok yang dikenakan perlakuan
(Solso & MacLin : 2002)

II.2 Jenis Metode Eksperimen

Menurut (Zulnaidi, 2007 : 17), dalam penggunaan metode eksperimen


dapat dibedakan menjadi dua jenis bila ditinjau dari segi tujuannya, yaitu:

1. Eksperimen eksploratif
Eksperimen ini bermaksud untuk mempertajam masalah dan perumusan
hipotesa tentang hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih.
Untuk itu eksperimen eksploratif biasanya mempergunakan binatang atau
benda percobaan. Penggunaan manusia percobaan dalam eksperimen ini
sangat terbatas karena mengandung resiko yang cukup besar.
2. Eksperimen pengembangan
Eksperimen ini dilakukan untuk menguji/ mengetes atau membuktikan
hipotesa dalam rangka menyusun generalisasi yang berlaku umum.

Lebih lanjut lagi Zulnaidi (2007: 17-18) menjelaskan bahwa bila


didasarkan cara pelaksanaannya metode eksperimen dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis, yakni:
1. Eksperimen murni
Di dalam eksperimen ini perlakuannya sengaja dibuat akan dikenakan
pada objek penelitian dengan kata lain kondisi objek penelitian sengaja
dirubah dengan memberikan perlakuan tertentu dan mengontrol variabel
lain secara cermat selama jangka waktu tertentu.
2. Eksperimen berpura-pura
Di dalam eksperimen ini kondisi objek penelitian sulit untuk dirubah
dalam bentuk memberikan perlakukan tertentu. Oleh karena itu, di dalam
kondisi yang sudah berlangsung itu diusahakan memisah-misahkan
variabel yang ada, sehingga seolah-olah terdapat perlakuan dan variabel
kontrol serta variabel-variabel lain seperti terdapat di dalam eksperimen
yang sebenarnya. Dengan demikian eksperimen bukanlah percobaan
yang sesungguhnya, melainkan yang bersifat pura-pura (quaisy).

II.3 karakteristik penelitian Eskperimen


Menurut (Danim, 2002) beberapa karakteristik penelitian eksperimen,
yaitu :
1. Variabel-veniabel penelitian dan kondisi eksperimen diatur secara
tertib ketat (rigorous management), baik dengan menetapkan kontrol,
memanipulasi langsung, maupun random (acak).
2. Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk
dibandingkan dengan kelompok eksperimen.
3. Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk
memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis
penelitian, meminimalkan variansi variabel pengganggu yang
mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan
penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi
kekeliruan, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya
pemilihan dan penentuan subjek, serta penempatan subjek dalarn
kelompok-kelompok dilakukan secara acak.
4. Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan
penelitian eksperimen, untuk mengetahui apakah manipulasi
eksperimen yang dilakukan pada saat studi ini memang benar-benar
menimbulkan perbedaan.
5. Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana
kerepresentatifan penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan
menggeneralisasikan pada kondisi yang sama.
6. Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel
perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan
bervariasi.

II.4 Model Eksperimen Farmakologi

Peneliti harus memahami baik-baik jenis metode in vitro, in vivo, in


silico dan in situ, sehingga memberi wawasan untuk validitas sebuah
kesimpulan.

1. IN VITRO
In vitro (dalam kaca) mengacu prosedur perlakuan yang diberikan
dalam lingkungan terkendali di luar organisme hidup. Banyak Studi
eksperimen biologi seluler melakukan treatmen di luar organisme atau
sel.
Teknik in vitro mudah dilakukan. Kadang-kadang peneliti memiliki
keterbatasan dalam mengakses organisme hidup dan pendekatan vitro
menjadi solusi dalam hal ini.
Salah satu kelemahan in vitro adalah kegagalan meniru kondisi
selular secara tepat terutama mikroba. Penelitian in vitro dapat
menghasilkan kesimpulan yang tidak sesuai dengan keadaan organisme
hidup.
Stefan Tunev mengatakan bahwa pertanyaan rumit tentang ekspresi
protein spirochetes tidak sepenuhnya menyerupai Borrelia dalam host
yaitu kegunaan lisat protein bakteri terbatas ketika menganalisis sumber
antigen.
Sampai beberapa tahun terakhir upaya untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi mikroorganisme dalam tubuh manusia telah bergantung
hampir secara eksklusif menggunakan penelitian in vitro.
Akibatnya banyak pemahaman patogen pada penyakit sering mewakili
bakteri minoritas dalam tubuh manusia. Spesies-spesies mikrobiota
manusia luput diketahui melalui teknik in vitro.

2. IN VIVO
In vivo (dalam hidup) mengacu pada eksperimen menggunakan
keseluruhan organisme hidup. In vivo berusaha menghindari penggunaan
organisme secara parsial atau organisme mati.
Penelitian pada hewan dan uji klinis adalah salah satu penerapan in
vivo. Pendekatan ini biasanya dilakukan untuk menguji hasil temuan in
vitro karena lebih cocok untuk mengamati efek keseluruhan pada subjek
hidup.
In vivo menawarkan wawasan konklusi tentang sifat obat dan
penyakit. Tapi pendekatan ini tak luput dari sesat kesimpulan. Misalnya
terapi hanya menawarkan manfaat jangka pendek dan bahaya dalam
jangka panajang.

3. IN SILICO
In silico adalahpenggunan ekspresi yang berarti dilakukan pada
komputer atu melalui simulasi. Ungkapan in silico pertama kali pada
tahun 1989 di Los Alamos, New Mexico.
In silico merupakan pendekatan relatif baru dalam penelitian, tapi
mulai digunakan secara luas dalam studi untuk memprediksi bagaimana
obat berinteraksi dalam tubuh dan patogen.

4. IN SITU
Metode Uji Ins Situ adalah metode tes yang dilakukan pada organ
target tertentu yang masih dalam sistem organisme hidup. Perbedaan
dengan uji in vivo adalah karena tes dalam organ target in situ
dibudidayakan tidak dipengaruhi oleh organ-organ lainnya sehingga
profil dari obat yang diamati hanya didasarkan pada sebuah proses yang
terjadi pada organ-organ ini tanpa dipengaruhi oleh proses-proses yang
terjadi di organ lainnya. Sementara berbeda dalam uji in vitro untuk
menguji organ di situ masih menyatu dengan sistem organisme hidup,
masih mendapat pasokan darah dan suplai oksigen.

II.5 Langkah-langkah Penelitian Eksperimen

Menurut Sukardi, (2003) pada umumnya, penelitian eksperirnental


dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut :

1. Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan


yang hendak dipecahkan.
2. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
3. Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan,
memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan
merumuskan definisi operasional dan definisi istilah.
4. Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan :
a. Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi
memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen.
b. Menentukan cara mengontrol.
c. Memilih rancangan penelitian yang tepat.
d. Menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta
memilih sejumlah subjek penelitian.
e. Membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok
eksperimen.
f. Membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi
pendahuluan agar diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan
untuk mengambil data yang diperlukan.
g. Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data. dan menentukan
hipotesis.
5. Melaksanakan eksperimen.
6. Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen.
7. Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan variabel
yang telah ditentukan.
8. Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik
statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya.
9. Menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan
pembuatan laporan.

II.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi eksperimen

1. Kualitas genetik : Galur, system dan kualitas peternakan


2. Status Biologi : usia, bobot dan sex
3. Status kesehatan : Kualitas peternak, jaminan kesehatan, pemeliharaan
kesehatan/pencegahan penyakit
4. Status nutrisi: kualitas peternak, komposisi makanan yang tetap, kualitas
minuman
5. Tata pemeliharaan : 1. Kandang : Ukuran, pjumlah/kandang, tempat
tidur. 2 ruang pemelharaan : suhu, ventilasi, humiditas, kebisingan,
adanya hewan lain, jumlah /ukuran ruang.
6. Transportasi : Tujuan, cara, lama , kondisi, dan supali makanan
7. Kepedulian terhadap hewan ujian: kualitas karakter hewan dijaga ,
kualitas ehnisi
8. Tehnik eksperimental: Kualitas ehnisi, standarisais tekhnik, lama
penanganan, jenis perlakuan(puasa), restriksi box.
II.8 Bentuk desain penelitian eksperimen

Menurut (Prof. Dr. Sugiyono, 2010), beliau membagi desain


penelitian ekperimen kedalam 4 bentuk yakni pre-experimental design, true
experimental design, quasy experimental design dan Factorial Design.

1. Pre-experimental design
Desain ini dikatakan sebagai pre-experimental design karena belum
merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel
luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen.
Rancangan ini berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap
pertanyaan yang ada dalam penelitian. Bentuk Pre- Experimental Designs
ini ada beberapa macam antara lain :
a. One – Shoot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan)
Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi
treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya
(treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah
sebagai variabel dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan
dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur hasilnya.
b. One – Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-Postes)
Kalau pada desain “a” tidak ada pretest, maka pada desain ini
terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
c. Intact-Group Comparison
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk
penelitian, tetapi dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk
eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok
kontrol (yang tidak diberi perlakuan).

2. True Experimental Design


Dikatakan true experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-
betul) karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel
luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian
validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat
menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel
yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol
diambil secara random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah
adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara random. Desain
true experimental terbagi atas :
a. Posstest-Only Control Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih
secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan
kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut
kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan
disebut kelompok kontrol.
b. Pretest-Posttest Control Group Design.
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara
acak/random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan
awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
c. The Solomon Four-Group Design.
Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih
secara random. Dua kelompok diberi pratest dan dua kelompok
tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan satu dari kelompok
nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat
kelompok ini diberi posttest.

3. Quasi Experimental Design


Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true
experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-
experimental design. Quasi Experimental Design digunakan karena pada
kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk
penelitian.
Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya, sering
tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk
eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja
baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam
menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan
desain Quasi Experimental. Desain eksperimen model ini diantarnya
sebagai berikut:

b. Time Series Design


Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak
dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok
diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk mengetahui
kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi
perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya
berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak
menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok
dapay diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan.
Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja,
sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.
c. Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design,
hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik
kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan,
kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui
random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan
perlakuan, dan terakhir diberikan postes.
d. Conterbalanced Design
Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya
dalam urutan perlakuan yang berbeda-beda, dan dilakukan secara
random.

4. Factorial Design
Desain Faktorial selalu melibatkan dua atau lebih variabel bebas
(sekurang-kurangnya satu yang dimanipulasi). Desain faktorial secara
mendasar menghasilkan ketelitian desain true-eksperimental dan
membolehkan penyelidikan terhadap dua atau lebih variabel, secara
individual dan dalam interaksi satu sama lain. Tujuan dari desain ini
adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel eksperimental dapat
digeneralisasikan lewat semua level dari suatu variabel kontrol atau
apakah efek suatu variabel eksperimen tersebut khusus untuk level
khusus dari variabel kontrol, selain itu juga dapat digunakan untuk
menunjukkan hubungan yang tidak dapat dilakukan oleh desain
eksperimental variabel tunggal.

II.7 Evaluasi Penelitian Eksperimen

Menurut (Wiersma, 2012: 93-95) mengemukakan sejumlah kriteria


untuk suatu desain penelitian eksperimen yang baik, yaitu:
1. Kontrol eksperimen yang memadai
2. Kekurangan artifisialitas
3. Dasar untuk perbandingan
4. Informasi yang memadai dari data
5. Data yang tidak terkontaminasi
6. Tidak mencampurkan variabel yang relevan
7. Keterwakilan
8. Kecermatan.
Menurut (Faisal, 1982) beberapa kriteria  untuk mengevaluasi
penelitian eksperimen, percobaan yang baik memiliki beberapa kriteria
yaitu:
1. Percobaan memiliki intervensi yang kuat
2. Kelompok perlakuan sedikit jumlahnya
3. Peserta akan mendapatkan dari intervensi
4. Peneliti mengambil jumlah peserta per kelompok dengan cara sistematis
5. Peneliti menggunakan langkah-langkah dan pengamatan yang valid,
dapat diandalkan, dan sensitif.
6. Peneliti mengontrol faktor-faktor luar yang mungkin mempengaruhi
hasilnya.
7. Peneliti membahas ancaman terhadap validitas internal dan eksternal.
8. Hasil pengukuran valid dan reliabel.
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang obat. Cabang


Farmakologi yaitu : Farmakokinetika, farmakodinamika, farmakognosi,
farmakoterapi, farmakologi klinik, toksikologi dan farmakologi
eksperimental ialah. Penelitian eksperimen merupakan satu-satunya metode
penelitian yang dapat menguji secara benar hipotesis menyangkut hubungan
kausal (sebab akibat). Peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel,
mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengobservasi
efek/pengaruhnya terhadap satu atau lebih variabel terikat. Metode
farmakologi eksperimental terbagi atas metode in vitro, in vivo, in silico dan
in situ.

III.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Danim, S. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Faisal, S. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan.Surabaya: Usaha Nasional

Solso, R. L MacLin, M. K, O. H. (2005). Cognitive Psychologi. New York.


Pearson

Sugiyono, Dr. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit
Alfabeta

Sukardi, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai