Anda di halaman 1dari 15

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

Kanker penis merupakan suatu pertumbuhan sel yang sangat ganas pada jaringan dan
atau wilayah diluar daripada penis. Kanker penis merupakan suatu penyakit yang jarang
yang mana pada umumnya merupakan kanker yang tumbuh agresif serta memiliki
kecenderungan untuk menyebar. Keganasan ini hampir tidak pernah ditemukan pada orang
yang melakukan sirkumsisi. Insiden tertinggi pada fimosis termasuk mereka yang disunat
secara tidak sempurna sehingga terjadi fimosis. Pada orang yang tidak disunat tetapi dengan
kebersihan preputium dan glans penis yang baik, insiden karsinoma rendah.1

ANATOMI DAN FISIOLOGI PENIS


Penis terdiri atas 3 buah corpora berbentuk silindris yaitu 2 buah corpus kavernosa yang
saling berpasangan dan sebuah korpus spongiosum yang berada disebelah ventralnya.
Korpus kavernosa dibungkus oleh jaringan fibrotik tunika albuginea sehingga merupakan
satu kesatuan sedangkan disebelah proximal terpisah menjadi dua sebagai krura penis.
Setiap krura penis dibungkus oleh otot ischio-kavernosus yang kemudian menempel pada
rami osis ischii.
Korpus spongisum membungkus uretra mulai dari diafragma urogenitalis dan disebelah
proximal dilapisi otot bulbo-kavernosus. Korpus spongiosum ini berakhir pada sebelah distal
sebagai glans penis. Ketiga corpora itu dibungkus oleh fascia Buck dan lebih sperfisial lagi
oleh fascia Colles atau fascia Dartos yang merupakan kelanjutan dari fascia Scarpa.
Didalam setiap korpus yang terbungkus oleh tunika albuginea terdapat jaringan erektil
yaitu berupa jaringan kaversus(berongga) seperti spon. Jaringan ini terdiri atas sinusoid atau
ringga lacuna yang dilapisi endothelium dan oto polos kavernosus. Rongga lacuna ini dapat
menampung darah yang cukup banyak sehingga menyebabkan ketegangan batang penis.
Fungsi fisiologis penis ialah sebagai saluran keluar bagi kemih maupun sperma melalui
proses senggama. Disamping itu, berbicara mengenai fungsi penis tidak bias terlepas
daripada fungsi organ reproduksi pria yang lain diantaranya testis, scrotum dan saluran-
saluiran lain. Fungsi primer dari system reproduksi laki-laki adalah menghasilkan
spermatozoa matang dan menempatkan sperma dalam saluran reproduksi perempuan
melalui senggama. Testis mempunyai fungsi eksokrin dalam spermatogenesis dan fungsi
endokrin untuk mensekresikan hormone-hormon seks yang mengendalikan perkembangan
dan fungsi seksual. Semua fungsi dari system reproduksi laki-laki diatur melalui inetraksi
hormonal yang kompleks.2,3

PREVALENSI DAN ETIOLOGI


Tumor ganas yang terdapat pada penis terdiri atas: (1) Karsinoma sel basal, (2)
Melanoma, (3) tumor mesenkim, dan yang paling banyak dijumpai adalah (4) Karsinoma
skuamosa. Karsinoma skuamosa ini berasal dari kulit prepusium, glans atau shaft(batang)
penis.
Karsinoma penis paling banyak terjadi pada laki-laki dari usia 60 hingga 80 tahun, namun
juga dapat terjadi pada laki-laki usia 40 hingga 60 tahun. Insidens berhubungan dengan
standar kebersihan, perbedaan kebudayaan serta agama yang diyakini. Karsinoma penis
lebih sering terjadi pada laki-laki yang tidak disirkumsisi daripada laki-laki yang
disirkumsisi.
Dari berbagai penelitian diketemukan adanya hubungan antara kejadian karsinoma penis
dengan hygiene penis yang kurang bersih. Hal ini diduga karena iritasi smegma
mengakibatkan inflamasi kronis sehingga merangsang timbulnya keganasan penis.
Sirkumsisi yang dilakukan pada masa anak atau bayi akan memperkecil kejadian
karsinoma penis dikemudian hari. Kejadian karsinoma ini meningkat pada pria atau suku
bangsa yang tidak menjalani sirkumsisi antara lain India, Cina dan Afrika.1

PATOFISIOLOGI
Karsinoma penis stadium awal berupa bentukan tumor papiler, lesi eksofilik, lesi datar
atau lesi ulcerative. Karsinoma papiler tumbuh kearah luar, berbentuk papiliformis atau
kembang kol pada stadium dini sulit dibedakan dari kondiloma akuminata, pada stadium
lanjut timbul nekrose dan bau busuk. Karsinoma yang infiltrative tumbuh cepat, mudah
membentuk tukak dan menginfiltasi kedalam, permukaan kotor dan berbau busuk. Tumor
kemudian membesar dan merusak jaringan sekitarnya kemudian mengadakan invasi
limfogen ke kelenjar limfe inguinal dan selanjutnya menyebar ke kelenjar limfe didaerah
pelvis hingga subklavia. Fasia buck berfungsi sebagai barrier (penghambat) dalam
penyebaran sel-sel kanker sehingga jika fasia ini telah terinfiltrasi oleh tumor, sel-sel kanker
menjadi lebih mudah mengadakan invasi hematogen.1,2
STADIUM
1. Stadium pertumbuhan karsinoma penis menurut Jackson
Stage I : Tumor terbatas pada glans penis atau prepusium
Stage II : Tumor sudah mengenai batang penis
Stage III : Tumor terbatas pada batang penis tetapi sudah didapatkan metastasis pada
kelenjar limfe inguinal yang masih dapat dioperasi
Stage IV : Metastasis jauh atau tumor meluas ke jaringan sekitar

2. Penentuan stadium berdasarkan TNM 2009


T Tumor primer
TX Tidak terdapat tumor primer
T0 Belum terdapat bukti klinis tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Ta cerukosa karsinoma non invasive, belum terdapat destruksi
T1 tumor mengivasi jaringan konektif
T1a Tumor menginvasi jaringan konektif tanpa invasi limpovaskular dan belum
berdifferensiasi buruk.
T1b Tumor meniginvasi jaringan konektif dengan disertai invasi limpovaskular
dengan differensiasi buruk.
T2 * Tumor menginvasi korpus spongiosum
T3 Tumor menignvasi uretra
T4 Tumor menginvasi jaringan sekitarnya

N Penyebaran Limfonodus regional


NX Penyebaran limfonodus regipnal belum ditemukan
N0 Penyebaran limfonodus regional belum terbukti secara klinis
N1 Penyebaran limfonodus regional teraba unilateral
N2 Penyebaran limfonodus regional teraba bilateral
N3 terdapat limfadenopati regional atau unilateral

M Metastasis jauh
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 terdapat metastasis jauh

Staging berdasarkan TNM


Stage 0 : Tis or Ta, N0, M0
Stage I : T1a, N0, M0:
Stage II : T1b, N0, M0
T2, N0, M0
T3, N0, M0
Stage IIIa : T1 to T3, N1, M0
Stage IIIb : T1 to T3, N2, M0
Stage IV : T4, any N, M0
Any T, N3, M0
Any T, any N, M1.4

MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS


Lesi primer berupa tumor yang kotor, berbau dan sering mengalami infeksi, ulserasi serta
perdarahan. Dalam hal ini pasien biasanya dating terlambat karena malu, takut dan merasa
berdosa karena menderita penyakit seperti itu. Kadang-kadang didapatkan pembesaran
kelenjar limfe inguinal yang nyeri karena infeksi atau pembesaran kelenjar limfe subklavia.
Diagnosis ditegakkan melalui :
1. Ananmesis
Keluhan utama yang paling banyak dikeluhkan pasien adalah lesi pada penis. Lesi
tersebut sebagai sebuah area dengan indurasi atau kemerahan, ulserasi atau nodul kecil.
Gejala lain yang dikeluhkan pasien adalah nyeri, adanya discharge dan perdarahan.
2. Pemeriksaan Fisik
Lesi terdapat pada penis. Lesi primer harus diperiksa ukuran, lokasi dan kemungkinan
terkenanya corpora. Lakukan pula palpasi pada daerah inguinal secara hati-hati karena pada
lebih dari 50% pasien terdapat pembesaran kelenjar getah bening inguinal. Pembesaran ini
mungkin hanya sekunder karena terjadinya inflamasi pada penis atau bisa pula berasal dari
metastase.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil laboratorium biasanya normal. Anemia dan leukositosis mungkin terjadi pada
pasien yang telah lama ataupun pada pasien-pasien dengan sekunder infeksi.
4. Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan patologi dari biopsy pada lesi primer. Biopsy diperlukan untuk menentukan
perluasan tumor sehingga dapat direncanakan pengobatan.3

DIAGNOSA BANDING
1. Ulkus mole
2. Kondiloma akuminata.2

PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan karsinoma penis dibagi menjadi 2 tahap:
1. Menghilangkan lesi primer
Tujuan: Menghilangkan lesi primer secara paripurna, mencegah kekambuhandan jika
mungkin mempertahankan penis agar pasien dapat miksi dengan berdiri atau dapat
melakukan senggama.
Tindakan yang dapat dilakukan:
a. Sirkumsisi.
Untuk tumor-tumor yang masih terbatas pada prepusium penis
b. Penektomi parsial
adalah mengangkat tumor beserta jaringan sehat sepanjang ± 2 cm dari batas
proksimal tumor. Ditujukan untuk tumor-tumor yang terbatas pada glans penis atau
terletak pada batang penis sebelah distalcm dari batas proksimal tumor.
c. Penektomi total dan uretrostomi perineal.
Ditujukan untuk tumor-tumor yang terletak disebelah proksimal batangh penis atau
jika pada tindakan penektomi parsial ternyata sisa peni tidak cukup untuk dipakai
miksi dengan berdiri dan melakukan penetrasi kedalam vagina.
Setelah itu dibuatkan uretrostomi perineal atau perinostomi sehingga pasien miksi
dengan duduk.
d. Terapi laser dengan nd:YAG.
Dilakukan beberapa klinik melakukan eksisi tumor dengan bantuan sinar laser
e. Terapi tropikal dengan kemoterapi.
Memakai krim 5 fluorourasil 5% ditujukan untuk tumor-tumor karsinoma in situ
atau eritroplasia queyart
f. Radiasi.
Meskipun hasil tidak memuaskan , dapat dicoba dengan radiasi ekterna
2. Terapi kelenjar limfe regional (inguinal)
Jika terdapat pembesaran kelenjar inguinal maka beberapa ahli menganjurkan
pemberian antibiotika terlebih dahulu ( setelah operasi pada lesi primer) selama 4-6
minggu.
Jika dalam wakti itu pembesaran inguinal menghilang, sementara tidak diperlukan
diseksi kelenjar inguinal tetapi masih diperlukan observasi lagi akan kemmungkinan
munculnya pembesaran kelenjar akibat metastasis dikemudian hari.
Jika pembesaran masih menetap, dilakukan diseksi kelenjar limfe inguinal bilateral.
Pada keadaan kelenjar limfe yang sangat besar yang mengakibatkan inoperable dapat
dicoba pemberian sitostatika atau radiasi paliatif dengan harapan ukurannya mengecil
(down staging).2

PROGNOSIS
Prognosis pada penderita stadium I dan II masih cukup baik yaitu harapan hidup 5 tahun
mencapai 65-90%, tetapi bila diikiuti dengan metastasis ke kelenjar limfe, menurun sampai
30-50%. Bila sudah ada metastasis jauh maka harapan hidup 5 tahun adalah nihil.1

PENCEGAHAN
Tindakan sirkumsisi dapat menurunkan resiko terkena kanker penis. Pria yang tidak
disirkumsisi pada usia muda pentimng untuk selalu membersihkan kulit bagian dalam
(preputium) sebagai bagian dari hyegine pribadi. Keberihan diri yang baik dan perilaku
sexual yang aman misalnya pantangan berhubungan sexual, membatasi jumlah pasangan dan
menggunakan kondom untuk mencegah penyakit menular seksual hingga dapat menurunkan
resiko berkembangnya kanker penis.3
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AW
Umur : 47 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Pekanbaru
Pekerjaan : Petani
Agama : islam
Tanggal MRS : 30 Januari 2017
Tanggal Pemeriksaan : 31 Januari 2017

B. ANAMNESA
a. Keluhan Utama : Nyeri pada kemaluan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Arifin Achmad mengeluh nyeri pada kemaluan kurang
lebih 1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk hilang timbul sepanjang
hari tanpa sebab, dan bertambah sakit pada saat kemaluannya ereksi namun pelan-pelan
hilang.
Awalnya pasien mengeluh gatal-gatal pada kemaluannya kurang lebih 8 bulan
yang lalu. Kemaluan membengkak dan timbul luka, pada luka keluar nanah dan berbau.
Sebelumnya pasien pernah membersihkan kemaluan nya dengan air yang tergenang di
tempurung kelapa sewaktu pasien bertani. Selama benjolan itu muncul pasien sering
mengalami demam yang hilang timbul. Selama ini pasien hanya berobat dengan
menggunakan obat kampong. Buang air kecil tidak ada keluhan, tidak nyeri, hambatan(-),
warna kuning jernih, frekuensi berkemih malam hari <3x, pancaran kuat, rasatidak puas
(-)
Lebih kurang 2 minggu yang lalu, pasien pergi ke RSUD Puri Hasada dan di
diagnose dengan ca penis, lalu pasien dirujuk ke RSUD Arifin Achmad.
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit raja singa(-), sfilis(-), jantung(-), asma(-), sakit kuning(-), kencing
manis(-), benjolan pada kemaluan sebelumnya (-).

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.

e. Riwayat Sosioekonomi
Pasien bekerja sebagai petani. Pasien merokok 1-3 bungkus per hari. Pasien mengaku
tidak pernah berganti-ganti pasangan dalam berhubungan kelamin.. Pasien sudah disunat.

f. Riwayat Pengobatan:
Pasien sebelumnya pernah pergi ke RSUD Puri Hasada dan di diagnosa dengan ca penis,
lalu pasien dirujuk ke RSUD Arifin Achmad.

C. PEMERIKSAAN FISIK
I. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran/GCS : Composmentis / E4V5M6
Tekanan Darah : 120/80 mmhg
Nadi : 110 x/menit, irama teratur, kuat angkat
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37,0 ºC

II. Pemeriksaan Fisik Umum


a. Kepala
- Kepala : Normocephali,
- Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil +/+
- Hidung : Deformitas (-), rhinorrhea (-)
- Telinga : Otorrhea -/-
b. Leher : Pembesaran KGB (-)
c. Thorax
- Inspeksi : Terlihat bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada kanan
dan kiri simetris, retraksi dinding dada (-), iktus kordis tidak
tampak
- Palpasi : Pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris, iktus kordis
teraba pada ICS V midclavicula sinistra
- Perkusi : Sonor di lapangan paru
- Auskultasi : Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
d. Abdomen
- Inspeksi :
- Auskultasi : Bising usus (+) normal, borborygmus (-), metalic sound (-)
- Palpasi :Supel, nyeri tekan (-), defans muskuler (-), hepar/lien tidak teraba.
- Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen.

e. Genitalia eksterna
 Inspeksi : tampak adanya kelainan berupa pembesaran penis berwarna
kemerahan, ulkus (+).

f. Anal-perianal
 Inspeksi : fistula (-), hemmoroid (-), tanda-tanda abses (-), pembesaran
KGB(+).
g. Extremitas
- Akral hangat (+) , edema (-) pada kedua telapak tangan dan kaki

STATUS LOKALIS
Inspeksi : Tampak ulkus berukuran 3x2 cm dengan batas tidak jelas, warna kemerahan,
dasar pus, berbau busuk. Tidak tampak smegma pada prefusium, penis sudah di
sunat.
Palpasi : Teraba massa pada corpus penis dengan konsistensi padat kenyal, berupa ulkus,
terfiksir, nyeri tekan corpus penis (+), smegma pada prefusium berwarrna
putih(+). Pembesaran KGB inguinal bilateral(+) teraba kenyal, KGB kiri lebih
besar daripada KGB kanan, nyeri tekan KGB(-).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin (26 Januari 2017)
WBC : 22.88 (103/ul)
HGB : 14.3 g/dl
HCT : 41.7 %
PLT : 368000
MCV : 82.7 fl
MCH : 28.4 pg
MCHC : 34.3 g/dl

RESUME
Laki – laki umur 47 tahun datang dengan keluhan nyeri pada kemaluan kurang
lebih 4 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk hilang timbul sepanjang
hari tanpa sebab, dan bertambah sakit pada saat kemaluannya ereksi namun pelan-pelan
hilang.
Awalnya pasien mengeluh gatal-gatal pada kemaluannya kurang lebih 8 bulan
yang lalu. Kemaluan membengkak dan timbul luka, pada luka keluar nanah dan berbau.
Sebelumnya pasien pernah membersihkan kemaluan nya dengan air yang tergenang di
tempurung kelapa sewaktu pasien bertani. Selama benjolan itu muncul pasien sering
mengalami demam yang hilang timbul. Selama ini pasien hanya berobat dengan
menggunakan obat kampong. Buang air kecil tidak ada keluhan, tidak nyeri, hambatan(-),
warna kuning jernih, frekuensi berkemih malam hari <3x, pancaran kuat, rasatidak puas
(-)
Lebih kurang 2 minggu yang lalu, pasien pergi ke RSUD Puri Hasada dan di
diagnose dengan ca penis, lalu pasien dirujuk ke RSUD Arifin Achmad.
Keadaan umum :Baik, Kesadaran/GCS :Composmentis / E4V5M6, Tekanan darah
120/80 mmhg, Nadi: 110 x/menit, irama teratur, kuat angkat, Respirasi: 20 x/menit,
Suhu: 37,0 ºC. Pada Genitalia eksterna Inspeksi : tampak adanya kelainan berupa
pembesaran penis berwarna kemerahan, ulkus (+). Pada Anal-perianal pembesaran
KGB(+).
Status lokalis Inspeksi: Tampak ulkus berukuran 3x2 cm dengan batas tidak jelas, warna
kemerahan, dasar pus, berbau busuk. Tidak tampak smegma pada prefusium, penis sudah
di sunat. Palapasi : Teraba massa pada corpus penis dengan konsistensi padat kenyal,
berupa ulkus, terfiksir, nyeri tekan corpus penis (+), smegma pada prefusium berwarrna
putih(+). Pembesaran KGB inguinal bilateral(+) teraba kenyal, KGB kiri lebih besar
daripada KGB kanan, nyeri tekan KGB(-).
D. DIAGNOSIS KERJA
Tumor penis suspect Ca Penis

E. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
- Sifilis yang sudah mengalami ulkus.

F. USULAN PEMERIKSAAN
- Urinalisa
- Darah rutin
- Biopsi
G. RENCANA TERAPI
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxon 1 gr/24 jam
Inj. Ketorolac 3% 1 ampul tiap 8 jam
Pro Penektomi partial

H. PROGNOSIS
Dubia ad malam.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tranggono U, Umbas R. karakteristik dan terapi penderita keganasan penis. Indonesia


journal of cancer. 2008; 2: 45-50
2. Sugandi S. Referral Pattern of Urological malignancy in Indonesia. British Journal of
Urology. 1989 ;63 (1):1-3
3. Pahwa M, Girotra M, Rautella A, Abrahim R. Penile Cancer in india : A
Clinicoepidemiological Study. Gulf Journal of Oncology. 2012;12:7-10
4. Purnomo Basuki. Dasar- dasar Urologi edisi ketiga. Jakarta. 2011. Sagung seto
5. Pow‐Sang MR, Ferreira U, Pow‐Sang JM,Nardi AC, Destefano V. Epidemiology and
natural history of penile cancer. Urology.2010; 76(2 Suppl):S2‐6.
6. Campbell ES. Campbell’s urology. Philladelphia: Elsevier; 2002.
1. Presti JC. Genital Tumors. Dalam: Tanagho EA, McAninch JW, editors. Smith’s General
Urology. Edisi ke‐17. United States America: The McGraw Hill Companies; 2008. hlm.383‐6.
2. Graffland NM, Verhoeven RHA, Coeberg JW, Horenblas S. Incidence trends and survival of
penile squamous cell carcinoma in the Netherlands. Int J Cancer. 2010;128(2):426‐32.
3. Sugandi S. Referral Pattern of Urological Malignancy in Indonesia. Br J Urol. 1989;63(1):1‐3.
4. Tranggono U, Umbas R. Karakteristik dan Terapi Penderita Keganasan Penis di RS Cipto
Mangunkusumo dan RS Kanker Dharmais. Indo J Cancer. 2008; 2:45‐50.
5. Larke NL, Thomas SL, dos Santos Silva I,Weiss HA. Male circumcision and penile
cancer: a systematic review and meta‐analysis. Cancer Causes Control. 2011;22(8):1097‐110
6. Thuret R, Sun M, Budaus L, Abdollah F,Liberman D, Shariat SF, et al. Apopulation‐based
analysis of the effect ofmarital status on overall and cancer‐specific mortality in patients with
squamous cell carcinoma of the penis.Cancer Causes Control. 2013; 24(1):71‐9.
7. Backes DM, Kurman RJ, Pimenta JM, Smith JS. Systematic review of human papillomavirus
prevalence in invasive penile cancer. Cancer Causes Control. 2009; 20(4):449‐57.
8. Gianluca F, Alejandro MS, Alba DL, Assunta S, Massimo F, Antonio M, et al.Penile cancer
metastasizing to the breast:a case report. J Med Case Rep. 2016;10:53‐6.
9. Suarsana IWG, Sastrodihardjo B, dan Gde Oka A. Validitas diagnostik fine needle aspiration
biopsikelenjar getah bening inguinal ang teraba pada karsinoma penis di RSUP Sanglah,
Denpasar. Indonesian Journal of Cancer. 2009; 3(4):127‐32.
10. Zhang K, Da J, Yao H, Zheng D, Cai Z, JiangY, et al. Metastatic Tumors of the Penis : A
Report of 8 Cases and Review of the Literature. Medicine. 2015; 94(1):e132
11. Iqbal Singh and A. Khaitan. Current trends in the management of carcinoma penis‐a
review. International Urology and Nephrology. 2003; 35(2):215‐25.
12. Borchers H, Jakse G. Lymphadenectomy for penile cancer. Diagnostic and
prognostic significance as well as therapeutic benefit. Urologe. 2005;44(6):657‐61.
13. Lont AP, Horenblas S, Tanis PJ, Gallee MP, van Tinteren H, Nieweg OE. Management
of clinically node negative penile carcinoma: improved survival after the introduction of dynamic
sentinel node biopsy. J Urol. 2003; 170:783–6
14. Graafland NM, Leijte JAP, Valdes Olmos RA, Van Boven HH, Nieweg OE,Horenblas
S. Repeat dynamic sentinel node biopsy in locally recurrent penile carcinoma. BJU Int. 2010;
105:1121–4.
15. 21. H. Van Poppel, N. A. Watkin, S. Osanto, LMoonen, A. Horwich, V. Kataja. Penile cancer:
ESMO Clinical Practice Guidelines for diagnosis, treatment and follow‐up.Ann Oncol. 2013;
24(6): 115‐124.
16. Hakenberg OW, Comperat EM, Minhas S,Necchi A, Protzel C, Watkin N. EAUGuidelines in
Penile Cancer: 2014 Update.Eur Urol. 2015;67(1):142‐5
17. Leijte JA, Kirrander P, Antonini N, Windahl T, Horenblas S. Recurrence patterns of
squamous cell carcinoma of the penis: recommendations for follow‐up based on
a two‐centre analysis of 700 patients. Eur Urol. 2008; 54(1):161‐8

Anda mungkin juga menyukai