Anda di halaman 1dari 19

Laporan Kasus

TUMOR PENIS

Disusun Oleh :
RIA ARI SANTI
NIM. 1708436527

Pembimbing:
Dr. dr. Afdal, Sp.U (K)

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Rumah Sakit Umum Arifin Achmad Pekanbaru
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul “Tumor penis suspect malignancy”. Penulis

menyusun laporan kasus ini sebagai sarana untuk memahami bagaimana permasalahan yang

berkaitan dengan tumor penis suspect malignancy agar dapat melakukan penanganan yang tepat

pada kasus ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr.dr. Afdal, Sp.U (K)

selaku pembimbing di KSM Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Riau serta pihak yang

telah membantu penulis dalam mengumpulkan bahan sumber tulisan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, dan masih banyak

kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan penulis dari dokter pembimbing serta rekan-rekan dokter muda demi kesempurnaan

laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini membawa manfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, Januari 2020

Penulis
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

Kanker penis merupakan suatu pertumbuhan sel yang sangat ganas pada jaringan dan
atau wilayah diluar daripada penis. Kanker penis merupakan suatu penyakit yang jarang
yang mana pada umumnya merupakan kanker yang tumbuh agresif serta memiliki
kecenderungan untuk menyebar. Keganasan ini hampir tidak pernah ditemukan pada orang
yang melakukan sirkumsisi. Insiden tertinggi pada fimosis termasuk mereka yang disunat
secara tidak sempurna sehingga terjadi fimosis. Pada orang yang tidak disunat tetapi dengan
kebersihan preputium dan glans penis yang baik, insiden karsinoma rendah.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI PENIS


Penis terdiri atas 3 buah corpora berbentuk silindris yaitu 2 buah corpus kavernosa yang
saling berpasangan dan sebuah korpus spongiosum yang berada disebelah ventralnya.
Korpus kavernosa dibungkus oleh jaringan fibrotik tunika albuginea sehingga merupakan
satu kesatuan sedangkan disebelah proximal terpisah menjadi dua sebagai krura penis.
Setiap krura penis dibungkus oleh otot ischio-kavernosus yang kemudian menempel pada
rami osis ischii.1,2
Korpus spongisum membungkus uretra mulai dari diafragma urogenitalis dan disebelah
proximal dilapisi otot bulbo-kavernosus. Korpus spongiosum ini berakhir pada sebelah distal
sebagai glans penis. Ketiga corpora itu dibungkus oleh fascia Buck dan lebih sperfisial lagi
oleh fascia Colles atau fascia Dartos yang merupakan kelanjutan dari fascia Scarpa.3,4
Didalam setiap korpus yang terbungkus oleh tunika albuginea terdapat jaringan erektil
yaitu berupa jaringan kaversus(berongga) seperti spon. Jaringan ini terdiri atas sinusoid atau
ringga lacuna yang dilapisi endothelium dan oto polos kavernosus. Rongga lacuna ini dapat
menampung darah yang cukup banyak sehingga menyebabkan ketegangan batang penis.3,4
Fungsi fisiologis penis ialah sebagai saluran keluar bagi kemih maupun sperma melalui
proses senggama. Disamping itu, berbicara mengenai fungsi penis tidak bias terlepas
daripada fungsi organ reproduksi pria yang lain diantaranya testis, scrotum dan saluran-
saluiran lain. Fungsi primer dari system reproduksi laki-laki adalah menghasilkan
spermatozoa matang dan menempatkan sperma dalam saluran reproduksi perempuan
melalui senggama. Testis mempunyai fungsi eksokrin dalam spermatogenesis dan fungsi
endokrin untuk mensekresikan hormone-hormon seks yang mengendalikan perkembangan
dan fungsi seksual. Semua fungsi dari system reproduksi laki-laki diatur melalui inetraksi
hormonal yang kompleks.2,3
PREVALENSI DAN ETIOLOGI
Tumor ganas yang terdapat pada penis terdiri atas: (1) Karsinoma sel basal, (2)
Melanoma, (3) tumor mesenkim, dan yang paling banyak dijumpai adalah (4) Karsinoma
skuamosa. Karsinoma skuamosa ini berasal dari kulit prepusium, glans atau shaft(batang)
penis.5.6
Karsinoma penis paling banyak terjadi pada laki-laki dari usia 60 hingga 80 tahun, namun
juga dapat terjadi pada laki-laki usia 40 hingga 60 tahun. Insidens berhubungan dengan
standar kebersihan, perbedaan kebudayaan serta agama yang diyakini. Karsinoma penis
lebih sering terjadi pada laki-laki yang tidak disirkumsisi daripada laki-laki yang
disirkumsisi. 5.6
Dari berbagai penelitian diketemukan adanya hubungan antara kejadian karsinoma penis
dengan hygiene penis yang kurang bersih. Hal ini diduga karena iritasi smegma
mengakibatkan inflamasi kronis sehingga merangsang timbulnya keganasan penis.
Sirkumsisi yang dilakukan pada masa anak atau bayi akan memperkecil kejadian
karsinoma penis dikemudian hari. Kejadian karsinoma ini meningkat pada pria atau suku
bangsa yang tidak menjalani sirkumsisi antara lain India, Cina dan Afrika.1

PATOFISIOLOGI
Karsinoma penis stadium awal berupa bentukan tumor papiler, lesi eksofilik, lesi datar
atau lesi ulcerative. Karsinoma papiler tumbuh kearah luar, berbentuk papiliformis atau
kembang kol pada stadium dini sulit dibedakan dari kondiloma akuminata, pada stadium
lanjut timbul nekrose dan bau busuk. Karsinoma yang infiltrative tumbuh cepat, mudah
membentuk tukak dan menginfiltasi kedalam, permukaan kotor dan berbau busuk. Tumor
kemudian membesar dan merusak jaringan sekitarnya kemudian mengadakan invasi
limfogen ke kelenjar limfe inguinal dan selanjutnya menyebar ke kelenjar limfe didaerah
pelvis hingga subklavia. Fasia buck berfungsi sebagai barrier (penghambat) dalam
penyebaran sel-sel kanker sehingga jika fasia ini telah terinfiltrasi oleh tumor, sel-sel kanker
menjadi lebih mudah mengadakan invasi hematogen.7
1. Stadium pertumbuhan karsinoma penis menurut Jackson
Stage I : Tumor terbatas pada glans penis atau prepusium
Stage II : Tumor sudah mengenai batang penis
Stage III : Tumor terbatas pada batang penis tetapi sudah didapatkan metastasis pada
kelenjar limfe inguinal yang masih dapat dioperasi
Stage IV : Metastasis jauh atau tumor meluas ke jaringan sekitar

2. Penentuan stadium berdasarkan TNM 2009


T Tumor primer
TX Tidak terdapat tumor primer
T0 Belum terdapat bukti klinis tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Ta cerukosa karsinoma non invasive, belum terdapat destruksi
T1 tumor mengivasi jaringan konektif
T1a Tumor menginvasi jaringan konektif tanpa invasi limpovaskular dan belum
berdifferensiasi buruk.
T1b Tumor meniginvasi jaringan konektif dengan disertai invasi limpovaskular
dengan differensiasi buruk.
T2 * Tumor menginvasi korpus spongiosum
T3 Tumor menignvasi uretra
T4 Tumor menginvasi jaringan sekitarnya

N Penyebaran Limfonodus regional


NX Penyebaran limfonodus regipnal belum ditemukan
N0 Penyebaran limfonodus regional belum terbukti secara klinis
N1 Penyebaran limfonodus regional teraba unilateral
N2 Penyebaran limfonodus regional teraba bilateral
N3 terdapat limfadenopati regional atau unilateral

M Metastasis jauh
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 terdapat metastasis jauh

Staging berdasarkan TNM


Stage 0 : Tis or Ta, N0, M0
Stage I : T1a, N0, M0:
Stage II : T1b, N0, M0
T2, N0, M0
T3, N0, M0
Stage IIIa : T1 to T3, N1, M0
Stage IIIb : T1 to T3, N2, M0
Stage IV : T4, any N, M0
Any T, N3, M0
Any T, any N, M1.4

MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS


Lesi primer berupa tumor yang kotor, berbau dan sering mengalami infeksi, ulserasi serta
perdarahan. Dalam hal ini pasien biasanya dating terlambat karena malu, takut dan merasa
berdosa karena menderita penyakit seperti itu. Kadang-kadang didapatkan pembesaran
kelenjar limfe inguinal yang nyeri karena infeksi atau pembesaran kelenjar limfe subklavia.
Diagnosis ditegakkan melalui :
1. Ananmesis
Keluhan utama yang paling banyak dikeluhkan pasien adalah lesi pada penis. Lesi
tersebut sebagai sebuah area dengan indurasi atau kemerahan, ulserasi atau nodul kecil.
Gejala lain yang dikeluhkan pasien adalah nyeri, adanya discharge dan perdarahan.
2. Pemeriksaan Fisik
Lesi terdapat pada penis. Lesi primer harus diperiksa ukuran, lokasi dan kemungkinan
terkenanya corpora. Lakukan pula palpasi pada daerah inguinal secara hati-hati karena pada
lebih dari 50% pasien terdapat pembesaran kelenjar getah bening inguinal. Pembesaran ini
mungkin hanya sekunder karena terjadinya inflamasi pada penis atau bisa pula berasal dari
metastase.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil laboratorium biasanya normal. Anemia dan leukositosis mungkin terjadi pada
pasien yang telah lama ataupun pada pasien-pasien dengan sekunder infeksi.
4. Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan patologi dari biopsy pada lesi primer. Biopsy diperlukan untuk menentukan
perluasan tumor sehingga dapat direncanakan pengobatan.3

DIAGNOSA BANDING
1. Ulkus mole
2. Kondiloma akuminata.2

PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan karsinoma penis dibagi menjadi 2 tahap:
1. Menghilangkan lesi primer
Tujuan: Menghilangkan lesi primer secara paripurna, mencegah kekambuhandan jika
mungkin mempertahankan penis agar pasien dapat miksi dengan berdiri atau dapat
melakukan senggama.
Tindakan yang dapat dilakukan:
a. Sirkumsisi.
Untuk tumor-tumor yang masih terbatas pada prepusium penis
b. Penektomi parsial
adalah mengangkat tumor beserta jaringan sehat sepanjang ± 2 cm dari batas
proksimal tumor. Ditujukan untuk tumor-tumor yang terbatas pada glans penis atau
terletak pada batang penis sebelah distalcm dari batas proksimal tumor.
c. Penektomi total dan uretrostomi perineal.
Ditujukan untuk tumor-tumor yang terletak disebelah proksimal batangh penis atau
jika pada tindakan penektomi parsial ternyata sisa peni tidak cukup untuk dipakai
miksi dengan berdiri dan melakukan penetrasi kedalam vagina.
Setelah itu dibuatkan uretrostomi perineal atau perinostomi sehingga pasien miksi
dengan duduk.
d. Terapi laser dengan nd:YAG.
Dilakukan beberapa klinik melakukan eksisi tumor dengan bantuan sinar laser
e. Terapi tropikal dengan kemoterapi.
Memakai krim 5 fluorourasil 5% ditujukan untuk tumor-tumor karsinoma in situ
atau eritroplasia queyart
f. Radiasi.
Meskipun hasil tidak memuaskan , dapat dicoba dengan radiasi ekterna
2. Terapi kelenjar limfe regional (inguinal)
Jika terdapat pembesaran kelenjar inguinal maka beberapa ahli menganjurkan
pemberian antibiotika terlebih dahulu ( setelah operasi pada lesi primer) selama 4-6
minggu.
Jika dalam wakti itu pembesaran inguinal menghilang, sementara tidak diperlukan
diseksi kelenjar inguinal tetapi masih diperlukan observasi lagi akan kemmungkinan
munculnya pembesaran kelenjar akibat metastasis dikemudian hari.
Jika pembesaran masih menetap, dilakukan diseksi kelenjar limfe inguinal bilateral.
Pada keadaan kelenjar limfe yang sangat besar yang mengakibatkan inoperable dapat
dicoba pemberian sitostatika atau radiasi paliatif dengan harapan ukurannya mengecil
(down staging).2

PROGNOSIS
Prognosis pada penderita stadium I dan II masih cukup baik yaitu harapan hidup 5 tahun
mencapai 65-90%, tetapi bila diikiuti dengan metastasis ke kelenjar limfe, menurun sampai
30-50%. Bila sudah ada metastasis jauh maka harapan hidup 5 tahun adalah nihil.1

PENCEGAHAN
Tindakan sirkumsisi dapat menurunkan resiko terkena kanker penis. Pria yang tidak
disirkumsisi pada usia muda penting untuk selalu membersihkan kulit bagian dalam
(preputium) sebagai bagian dari hyegine pribadi. Keberihan diri yang baik dan perilaku
sexual yang aman misalnya pantangan berhubungan sexual, membatasi jumlah pasangan dan
menggunakan kondom untuk mencegah penyakit menular seksual hingga dapat menurunkan
resiko berkembangnya kanker penis.3
BAB III
ILUSTRASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. DM
Umur : 66 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Dumai
Pekerjaan : Petani
Agama : islam
Tanggal MRS : 24 februari 2020

B. ANAMNESA
a. Keluhan Utama : Nyeri pada kemaluan yang memberat sejak 1 bulan SMRS

b. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke RSUD AA dengan keluhan nyeri pada
kemaluan yang memberat sejak 1 bulan SMRS. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk,
hilang timbul sepanjang hari , tidak sakit pada saat BAK.

Awalnya pasien mengeluh muncul benjolan kemerahan pada kepala kemaluannya, mula
mula Benjolan kecil sebesar biji kedelai, semakin lama semakin membesar dan benjolan
terasa nyeri dan panas seperti ditusuk-tusuk hilang timbul sepanjang hari, kemerahan dan
berisi air.
Benjolan berupa gelembung yang kemudian pecah mengeluarkan lendir berwarna putih
bercampur darah, saat benjolan itu pecah juga tercium aroma tidak sedap, tidak gatal.
Selama benjolan itu muncul pasien sering mengalami demam yang hilang timbul.
Selain itu juga pasien mengeluh muncul benjolan pada sekitar kepala penis yang semakin
lama juga semakin membesar.
Keluhan buang air kecil terasa nyeri (-), hambatan saat buang air kecil tidak dirasakan,
warna kencing kuning jernih, frekuensi kencing malam hari <3x, pancaran kuat, rasa tidak
puas disangkal.

c. Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat penyakit jantung, asma, kuning, kencing manis, benjolan pada kemaluan
sebelumnya disangkal.
Riwayat berhubungan seks bebas disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.
e. Riwayat Sosioekonomi
Pasien bekerja sebagai petani
Pasien merokok 2-3 bungkus per hari sejak usia muda lebih dari 30 th pasien berhenti
sejak 6 bulan yang lalu.

Pasien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak.

Pasien mengaku tidak pernah berganti-ganti pasangan dalam berhubungan kelamin.

Pasien mengaku jarang membersihkan area kelamin.

Pasien sudah disunat menggunakan bambu runcing ke dukun.

f. Riwayat Pengobatan:
Pasien rujukan dari rumah sakit dumai , sudah mendapat obat penghilang rasa nyeri dan
dokter mengatakan tumor kemudian pasien dirujuk k RSUDAA.

C. PEMERIKSAAN FISIK
I. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran/GCS : Composmentis / E4V5M6
Tekanan Darah : 127/70 mmHg
Nadi : 83 x/menit, irama teratur, kuat angkat
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,2 ºC

II. Pemeriksaan Fisik Umum


a. Kepala
- Kepala : Normocephali,
- Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil +/+
- Hidung : Deformitas (-), rhinorrhea (-)
- Telinga : Otorrhea -/-
b. Leher : Pembesaran KGB (-)
c. Thorax
- Inspeksi : Terlihat bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada kanan
dan kiri simetris, retraksi dinding dada (-), iktus kordis tidak
tampak
- Palpasi : Pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris, iktus kordis
teraba pada ICS V midclavicula sinistra
- Perkusi : Sonor di lapangan paru
- Auskultasi : Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
d. Abdomen
- Inspeksi :
- Auskultasi : Bising usus (+) normal, borborygmus (-), metalic sound (-)
- Palpasi :Supel, nyeri tekan (-), defans muskuler (-), hepar/lien tidak teraba.
- Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen.

e. Genitalia eksterna
• Inspeksi:
- tampak ulkus diglans penis ?
- dengan batas jelas atau tidak ? , warna kemerahan, ?dasar kotor terdapat pus,? berbau
busuk,? tepi menebal dan tidak terdapat perdarahan. ?
• Palpasi:
- Pada ulkus di glans penis dengan ukuran ?, terdapat nyeri tekan? dan tidak mudah
berdarah.?
- Teraba massa pada corpus penis ? konsistensi padat,? Terfiksir?batas tegas, ? terdapat
nyeri tekan. ?
Skrotum
• Inspeksi: inflamasi (-)?
• Palpasi: testis (+/+), kenyal, nyeri tekan (-)?
Rectal Taucher
• Inspeksi : Inflamasi (-)?
• Palpasi : Tonus sfingter ani baik, refleks bulbokavernosus (+), mukosa rektum
licin, tidak teraba nodul. ?
Prostat : Sulkus interlobaris (+), konsistensi kenyal, simetris, pool atas terjangkau, nyeri (-),
nodul keras (-)?
Handscoen : feses (-), darah (+), lendir (-)?

Inguinal
• Inspeksi:
- tampak ulkus di inguinal kanan berwarna kemerahan dengan batas jelas, dasar kotor
terdapat pus, berbau busuk, tepi menebal, dan terdapat / tdk perdarahan. ?
- Terdapat benjolan pada inguinal kiri? dengan batas jelas,? sewarna dengan kulit,? tepi
tidak menebal dan tidak terdapat perdarahan ?
• Palpasi :
- Pada ulkus di inguinal kanan dengan ukuran cm x cm,? terdapat nyeri tekan ? mudah
berdarah?
- Pada inguinal kiri teraba massa berukuran ? dengan konsistensi padat, ?terfiksir, batas
tegas dan terdapat nyeri tekan.?
f. Anal-perianal
 Inspeksi : fistula (-), hemmoroid (-), tanda-tanda abses (-), pembesaran
KGB(+).
g. Extremitas
- Akral hangat (+) , edema (-) pada kedua telapak tangan dan kaki

STATUS LOKALIS (tidak dapat dilakukan dikarenakan pasien post operasi )


Inspeksi :

Pemeriksaan Dextra Sinistra


Inspeksi Tanda inflamasi (-) (-)
Skar (-) (-)

Ballotement (-) (-)

Nyeri tekan (-) (-)

Nyeri ketok (CVA) (-) (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin
•HB : 12.4 g/dl
•Leukosit : 28.420/uL
•Hematokrit : 37,4 %
•Trombosit : 306.000/uL
•Eritrosit : 4.14/uL
Kimia darah
•Ureum : 30.0 mg/dL
•Creatinin : 0,91 mg/dL
•Asam urat : 7.3 g/dl
•ALT : 21 U/L

•Elektrolit
•Na+ : 145 mmol/L
•K+ : 5.4 mmol/L
•Chlorida : 108 mmol/L
Imunologi
•HBsAg kualitatif : non reaktif
HIV kualitatif
•SD bioline HIV ½ : non reaktif
•Fokus : no reaktif
•Vikia : no reaktif
•KHB diagnostik : no reaktif Diagnostar DS : no reaktif

RESUME
Pasien datang ke RSUD AA dengan keluhan nyeri pada kemaluan yang memberat sejak 1 bulan
SMRS. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul sepanjang hari , tidak sakit pada
saat BAK.
Awalnya pasien mengeluh muncul benjolan kemerahan pada kepala kemaluannya, mula mula
Benjolan kecil sebesar biji kedelai, semakin lama semakin membesar dan benjolan terasa nyeri
dan panas seperti ditusuk-tusuk hilang timbul sepanjang hari, kemerahan dan berisi air.
Benjolan berupa gelembung yang kemudian pecah mengeluarkan lendir berwarna putih
bercampur darah, saat benjolan itu pecah juga tercium aroma tidak sedap, tidak gatal. Selama
benjolan itu muncul pasien sering mengalami demam yang hilang timbul.

Selain itu juga pasien mengeluh muncul benjolan pada sekitar kepala penis yang semakin lama
juga semakin membesar.

Keluhan buang air kecil terasa nyeri (-), hambatan saat buang air kecil tidak dirasakan, warna
kencing kuning jernih, frekuensi kencing malam hari <3x, pancaran kuat, rasa tidak puas
disangkal.

D. DIAGNOSIS KERJA
Tumor penis suspec malignansi

E. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Ulkus mole

F. USULAN PEMERIKSAAN
- Darah rutin
- Kimia darah
- Biopsi
- Kultur pus
G. RENCANA TERAPI
Levofloxacin 2x500 mg
Asam mefenamat tab 2x500 mg

H. PROGNOSIS
Dubia ad malam.
BAB IV
PEMBAHASAN
Bersdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang Pasien didiagnosis
dengan tumor penis suspect malignancy. Awalnya pasien mengeluh muncul benjolan kemerahan
pada kepala kemaluannya, mula mula Benjolan kecil sebesar biji kedelai, semakin lama semakin
membesar dan benjolan terasa nyeri dan panas seperti ditusuk-tusuk hilang timbul sepanjang
hari, kemerahan dan berisi air. Benjolan berupa gelembung yang kemudian pecah mengeluarkan
lendir berwarna putih bercampur darah, saat benjolan itu pecah juga tercium aroma tidak sedap,
tidak gatal. Selama benjolan itu muncul pasien sering mengalami demam yang hilang timbul.
Selain itu juga pasien mengeluh muncul benjolan pada sekitar kepala penis yang semakin lama
juga semakin membesar. Keluhan buang air kecil terasa nyeri (-), hambatan saat buang air kecil
tidak dirasakan, warna kencing kuning jernih, frekuensi kencing malam hari <3x, pancaran kuat,
rasa tidak puas disangkal.

Pada hasil pemeriksaan status lokalis tidak dapat dilakukan karena pasien post operasi.

Pada hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan peningkatan kadar leukosit yaitu
28.420/uL /uL. Pada hasil pemeriksaan kimia darah, elektrolit dan pembekuan darah masih
dalam batas normal. Pada pasien ini dilakukan tindakan biopsi untuk menegakkan keganasan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tranggono U, Umbas R. karakteristik dan terapi penderita keganasan penis. Indonesia


journal of cancer. 2008; 2: 45-50
2. Sugandi S. Referral Pattern of Urological malignancy in Indonesia. British Journal of
Urology. 1989 ;63 (1):1-3
3. Pahwa M, Girotra M, Rautella A, Abrahim R. Penile Cancer in india : A
Clinicoepidemiological Study. Gulf Journal of Oncology. 2012;12:7-10
4. Purnomo Basuki. Dasar- dasar Urologi edisi ketiga. Jakarta. 2011. Sagung seto
5. Pow‐Sang MR, Ferreira U, Pow‐Sang JM,Nardi AC, Destefano V. Epidemiology and
natural history of penile cancer. Urology.2010; 76(2 Suppl):S2‐6.
6. Campbell ES. Campbell’s urology. Philladelphia: Elsevier; 2002.

7. Presti JC. Genital Tumors. Dalam: Tanagho EA, McAninch JW, editors. Smith’s General
Urology. Edisi ke‐17. United States America: The McGraw Hill Companies; 2008. hlm.383‐6.

Anda mungkin juga menyukai