Anda di halaman 1dari 40

Laporan Jaga

Fraktur zigomaticmaxillaris
bilaterall
SKDI : 2
ICD X : SO2.4 dan S02.6

Ria Ari Santi


Anamnesis
Identitas
Nama pasien : Tn.IL
Umur : 18 tahun
Tanggal MRS : 14 Juni 2020
No. RM : 01-04-25-06

Keluhan utama
 Nyeri pada wajah setelah tertimpa buah durian sejak 1 hari
SMRS
Primary Survey
Airway and Cervical Control
• Objective : pasien dapat menjawab
pertanyaan dengan baik, tidak ada suara nafas
tambahan (gurgling, snoring, stridor), menilai
kecurigaan trauma servikal.
• Assessment : airway clear + suspek trauma
maxillaris.
• Action : pemberian oksigen nasal kanul
3L/menit dan pemasangan neck collar.
Breathing
• Objective : tidak ada jejas pada dada,
distensi vena jugular (-), deviasi trakea (-),
pergerakan dinding dada simetris , suara
napas (+/+), RR 24x/menit.
• Assesment : ventilasi dan pengembangan
paru baik
• Action : Lanjutkan pemberian Oksigen
Circulation
 Objective : Nadi 96 x/menit, TD 110/70 mmHg,
CRT < 2 detik, akral hangat
 Assessment : Sirkulasi baik, syok (-)
 Action : pasang IV line RL 15-20 tpm
maintenance
Disability
 Objective : GCS 15 (E4 M5 V6)
Pupil isokor diameter 2mm/2mm
Refleks cahaya langsung dan tidak langsung
(+/-)
Kelemahan otot motorik (-)

 Assessment : hasil pemeriksaan mini neurologis


mata kiri visus menurun
Exposure :
•Objective : Suhu aksila 36,5 ̊C
•Assesment : exposure baik
•Action : selimuti pasien
Secondary Survey
Mekanisme Trauma
• 1 hari SMRS pasien tertimpa durian dari atas pohon
dengan ketinggian ± 20 meter. Pasien langsung
terjatuh dalam posisi telungkup dengan wajah
membentur ke tanah .
• Setelah kejadian pasien mengeluhkan nyeri pada
wajah, pusing dan ada keluar cairan kemerahan dari
lubang hidung sebanyak ± 1/5 gelas aqua kecil.
pasien langsung merasakan pandangan kabur pada
mata kiri dan mata baru terbuka setelah 3 hari
kejadian. Muntah (-), Keluar cairan kemerahan dari
telinga (-), Sesak (-), Gangguan menutup mulut (+).
Pasien masih dalam keadaan sadar.
AMPLE
Alergi : alergi obat (-)
Medication :Pasien tidak sedang
mengkonsumsi obat-obatan ataupun alkohol.
Past illness : tidak memiliki riwayat penyakit
lain
Last meal : 6 jam sebelum terjatuh
Event : Terdapat luka di dagu dan bibir.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma sebelumnya (-),

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang
berhubungan dengan keluhan sekarang.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
GCS : 15 (E4 V5 M6)

Tanda-tanda vital
Nadi : 80 kali/menit
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,5˚C
Pernafasan : 24 x/menit
Kepala & Leher : status lokalis
Toraks : DBN
Abdomen : DBN
Ekstremitas : DBN
KGB : DBN
Status lokalis
Kepala dan Leher

•Inspeksi
 Wajah asimetris
 Hematome periorbita (-)
 Edema periorbita dekstra (+)
 Luka : vulnus ekskoriasi di supraorbital ( ukuran : diameter ±
7cm, tepi luka : rata , dasar luka : bersih).
 Perdarahan aktif dari hidung, telinga dan mulut (-)
 Depresi malar imminens : sulit dinilai
 Palpasi
Diskontuinitas tulang : mandibula dan maxilla
TMJ : berkurang ( tidak dapat membuka mulut)
Nyeri tekan (+) : mandibula, maxilla zigomatic
Fungsi motorik : dalam batas normal
Fungsi mata :
edem periorbita (+)
perdarahan subkonjungtiva (+/-)
refleks pupil (+/-)
visus : 1/6 sinistra
dystopia (+)
diplopia (-)
gerakan bola mata : DBN
 Intra oral
vulnus pada bibir (+) diameter ± 1 cm, tepi luka
rata, dasar luka bersih.
avulsi gigi (+)
fraktur dentoalveolar (+)
step off deformity (+)
floating maxilla : tidak dapat dinilai
maloklusi (+)
haematome sublingual : tidak dapat dinilai
vulnus lidah : tidak dapat dinilai
haematom/fraktum pada palatum : tidak dapat
dinilai
Diagnosis Kerja
• Trauma maksilofacialis ec susp fraktur
maxilla dan fraktur zigomatic bilateral
Pemeriksaan Penunjang
• Darah rutin
• CT-Scan 3D
• Head CT-scan
Darah Rutin (07-07-2017)
Hemoglobin: 14,4 g/dL
Hematokrit : 38,4 %
Leukosit : 10,950/uL
Trombosit : 287.000/uL
CT-Scan 3D
Terdapat
gambaran fraktur
pada os maxilla
dan os zigomatic
CT-Scan Kepala
Diagnosis Akhir
• Fraktur tertutup os zigomatic maxillaris
bilateral
Penatalaksanaan
• Non Farmakologi:
IVFD RL 8 jam/menit
Immobilisasi dan istirahatkan daerah fraktur

• Farmakologi:
 Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 amp IV
 Injeksi Ketolorac 3 x 1 amp IV
 Pemberian ATS.
 Konsul spesialis bedah plastik.
Fraktur Maksilofasial

 Hilangnya kontinuitas pada tulang-tulang


pembentuk wajah akibat langsung dari trauma.
 Tulang-tulang maksilofasial merupakan tulang-
tulang pembentuk tengkorak bagian depan, terdiri
dari tulang-tulang pipih dan menonjol seperti
tulang nasal, zigoma, maksila dan mandibula
sehingga lebih rentan terkena trauma dan terjadi
fraktur.
Klasifikasi Fraktur Maksilofasial
1. Fraktur Maksila
2. Fraktur Nasal
3. Fraktur Zigoma
4. Fraktur NOE (Naso-orbital-etmoid)
5. Fraktur Mandibula
6. Fraktur Orbita
1. Fraktur Maksila
 Fraktur maksila adalah fraktur pada kompleks rahang atas
dan merupakan salah satu cedera wajah paling berat

 Klasifikasi fraktur maksila :


Fraktur maksila Le Fort I
Fraktur maksila Le Fort II
Fraktur maksila Le Fort III
 Fraktur maksila Le Fort I
adalah fraktur transversal yang melalui lantai rongga sinus
maksila diatas gigi, sehingga memisahkan prosesus alveolaris,
palatum dan prosesus pterigoid dari struktur tengkorak wajah
diatasnya.
Fraktur maksila Le Fort II
 Patahan fraktur berbentuk piramida garis fraktur berjalan
diagonal dari lempeng pterigoid melewati maksila menuju tepi
inferior orbita dan ke atas melewati sisi medial orbita hingga
mencapai hidung, sehingga memisahkan alveolus maksila,
dinding medial orbita dan hidung sebagai bagian tersendiri.
 Fraktur maksila Le Fort III
Fraktur yang melewati sutura zigomatikofrontalis, berlanjut
kedasar orbita hingga sutura nasofrontalis. pada tipe ini tulang-
tulang wajah terpisah dari kranium.
GEJALA KLINIS

• Nyeri
• Bengkak terutama pada jaringan periorbita
• Hematom periorbita
• Maloklusi
• Laserasi intraoral
• Nyeri ketika mengunyah
• Krepitasi
• Deformitas
• Floating maxilla*
• Epistaksis
• Rinore
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN

 Diagnosis klinis fraktur maksila :


Floating maxilla
CT- scan 3D (gold standard)
Foto polos waters, caldwel, submentovertek dan
lateral

 Penatalaksanaan fraktur maksila :


Suspensi zygomatico circumferential wiring
Suspensi fronto circumferential wiring
Interoseus wiring
 FRAKTUR zigomatic
• Fraktur zigomatic adalah salah satu akibat adanya
midface trauma yang menyebabkan diskontunuitas
dar tulang yang lengkap atau tidak lengkap. Akibat
gaya kontak yg umumnya disesbabkan oleh
kecelakaan lalu lintas.
• Diagnosis:
nyeri,edem
periorbital,ekimosis,parasthesia/anasthesia diatas
pipi,hidung lateral,bibir atas,dan gigi anterior maxila,
trismus, epistaksis,diplopia
 FRAKTUR zigomatic
Follow up
 TGL 20/06/2020  TGL 21/06/2010

 S: mata kanan bengkak, nyeri pada mata  S:mata kanan ben,gkak nyeri pada mata
kiri dan nyeri pada pipi kanan, pandangan kiri, nyeri pada mata kanan, pandangan
kabur pada mata kiri belum berkurang kabur pada mata kiri belum berkurang
 O : kesadaran CM  O : kesadaran CM
 GCS : 15  GCS : 15
 TD: 110/70 mmhg  TD: 120/70 mmhg
 Hr : 96 dpm  Hr : 92 dpm
 RR : 20x menit  RR : 20x menit
 T: 36,7 C  T: 36,7 C
 A: fraktur zigomatic bilaterar  A: fraktur zigomatic bilaterar
 P: inj ketorolac 3x1  P: inj ketorolac 3x1
 Ceftriaxone 2x1
 Ceftriaxone 2x1
 TGL 22/06/2010

 S: nyeri pada mata kiri dan nyeri pada


pipi kanan, pandangan kabyr pada
mata kiri belum berkurang
 O : kesadaran CM
 GCS : 15
 TD: 120/80 mmhg
 Hr : 90 dpm
 RR : 24x menit
 T: 36,7 C
 A: fraktur zigomatic bilaterar
 P: inj ketorolac 3x1
 Ceftriaxone 2x1
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai