Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

Z DENGAN
DIAGNOSA MEDIS BRONKOPNEUMONIA DI
RUANG FLAMBOYAN DI RSUD DORIS
dr. SYLVANUS PALANGKA RAYA

DI SUSUN OLEH :

VERONIKA
2017.C.09A.0912

YAYASAN EKAHARAP PALANGKARAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Veronika
NIM : 2017.C09a.0912
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada An.Z
Dengan Diagnosa Medis Bronkopneumonia Di Ruang
Flamboyan RSUD dr. Sylvanus Palangka Raya.
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan III Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.
Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :
Pembimbing Akademik

Nia Pristina, S.Kep., Ners

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada An. Z Dengan Diagnosa Medis
Bronkopneumonia Di Ruang Flamboyan RUSD dr Doris Sylvanus Palangka
Raya. dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya, Saya berharap
laporan pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai penyakit Bronkopneumonia.

Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini


terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempur oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-katayang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan.

Palangka Raya, 29 Juni 2020

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 2
BAB II KONSEP PENYAKIT
2.1 Konsep Penyakit 3
2.1.1 Definisi 3
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Bronkopneumonia 3
2.1.3 Etiologi 6
2.1.4 Klasifikasi 7
2.1.5 Patofisiologi 7
2.1.6 Tanda Dan Gejala 10
2.1.7 Komplikasi 10
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik 10
2.1.9 Penatalaksanaan 10
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 11
2.2.1 Pengkajian 11
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 12
2.2.3 Intervensi 13
2.2.4 Implementasi Keperawatan 15
2.2.5 Evaluasi Keperawatan 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bronkopneumonia merupakan radang yang menyerang paru-paru
dimana daerah konsolidasi atau area putih pada paru-paru terdapat cairan
atau seluler yang tersebar luas disekitar bronkus dan bukan bercorak
lobaris (Wijaya & Putri, 2013). Bronkopneumonia dapat dijumpai pada
bayi dan anak dibawah usia 6 tahun. Istilah untuk Bronkopneumonia
digunakan dalam menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronki dan meluas ke parenkim paru (Smeltzer & Bare, 2013).
Menurut penelitian Johnson et al., 2008, di Nigeria dari 419 anak,
234 (72,4%) mengalami Bronkopneumonia. Menurut WHO (World
Health Organization), kasus pneumonia merupakan penyebab kematian
terbesar pada anak-anak di seluruh dunia. Pneumonia membunuh 920.136
anak-anak di bawah usia 5 tahun pada tahun 2015, menyumbang 16% dari
semua kematian anak balita (WHO, 2015). Angka prevalensi Pneumonia
di Indonesia, pada balita adalah 18,5 per mil. Insidens tertinggi pneumonia
balita terdapat pada kelompok umur 12-23 bulan (21,7‰) (Depkes RI,
2013). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2013, cakupan penemuan
kasus pneumonia pada balita tahun 2013 sebesar 22,5 masih diatas tahun
2012 namun masih dibawah angka tahun 2010 sebesar 74,46%.
2

Tingginya kasus anak yang mengalami Bronkopneumonia, menunjukkan


pentingnya pemberian intervensi yang tepat untuk menangani
permasalahan yang ditimbulkan oleh Bronkopneumonia. Adapun rencana
keperawatan yang peneliti lakukan untuk menangani masalah gangguan
pertukaran gas pada anak yaitu meliputi pengkajian yang berfokus pada
pemeriksaan fisik untuk melihat tanda- tanda gangguan pertukaran gas
yang berupa sianosis, gelisah, pernapasan cuping hidung dan pola napas
abnormal (PPNI, 2017), kemudian intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan yaitu monitor tanda-tanda vital, memberikan posisi, monitor
respirasi dan O2. Monitor pola napas, mencatat pergerakan dada,
kolaborasi pemberian oksigen bila perlu dan auskultasi suara napas
tambahan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah pada Bronlopneumonia
yakni sebagai berikut Bagaimana asuhan keperawatan pada An. Z dengan
diagnosa medis Bronlopneumonia di Ruang Flamboyan di RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan dan penulisan asuhan keperawatan ini adalah
agar penulis mampu mengambarkan asuhan keperawatan secara kompherensif
yang meliputi bio, psiko, sosial, dan spiritual pada An. Z dengan
Bronlopneumonia dengan menggunakan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada An. Z dengan masalah Bronlopneumonia
2) Menegakan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada An. Z
dengan masalah Bronlopneumonia
3) Membuat intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul
pada An. Z dengan masalah Bronlopneumonia
2

4) Membuat Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang


dibuat pada An. Z dengan masalah Bronlopneumonia
5) Membuat evaluasi asuhan keperawatan pada An. Z dengan masalah
Bronlopneumonia
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Teoritis
Menambah pengentahuan dan keterampilan bagi mahasiswa dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Kurang Gizi.
1.4.2 Praktis
1. Ilmu Pengetahuan
Mengembangkan ilmu pengetahuan terbaru khususnya dalam bidang
keperawatan serta dapat diaplikasikan dalam asuhan keperawatan.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang
memiliki pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan
di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2013).
Bronkopneumonia berasal dari kata bronchus dan pneumonia
berarti cabang tenggorokan yang merupakan lanjutan dari tracea dan
pneumonia berarti peradangan pada jaringan paru-paru dan juga cabang
tenggorokan (broncus) (Mansjoer,2011).
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing
(Ngastiyah,2005).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli,
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan
pertukaran gas setempat (Zul, 2012).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia
yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih
area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area
berbercak (Smeltzer, 2001).
Dari beberapa reverensi di atas dapat disimpulkan bronkopneumonia
adalah suatu peradangan yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan
benda asing yang mengenai jaringan paru-paru juga pada cabang
tenggorokan yang biasa menyerang pada bayi dan anak-anak.
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Gastroenteritis
5

Organ pernapasan berguna bagi transportasi gas-gas dimana organ-


organ persarafan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara
mengalir yaitu rongga hidung, pharink, larink, trachea, dan bagian paru-
paru yang berfungsi melakukan pertukaran gas-gas antara udara dan darah
(Ngastiyah,2013).
Satu bagian saluran udara yang terletak di kepala yaitu :
1) Saluran pernapasan bagian atas, terdiri dari :
(1) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang dari sinus
udara paranalis yang masuk ke dalam rongga-rongga hidung
dan juga lubang-lubang naso lakrimal yang menyalurkan air
mata ke dalam bagian bawah rongga nasalis ke dalam
hidung.
(2) Parink (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar
tenggorokan sampai persambungannya dengan esophagus
pada ketinggian tulang rawan maka letaknya dibelakang
hidung (nasofarink), dibelakang mulut (oro larink), dan
dibelakang farink (farink laryngeal).

2) Saluran pernapasan bagian bawah terdiri dari :


(1) Larink (tenggorokan) terletak di depan bagian terendah
pharink yang memisahkan dari kolumna veterbra, berjalan
6

dari farink- farink sampai ketinggian vertebra servikalis dan


masuk ke dalam trachea di bawahnya.
(2) Trachea (batang tenggorokan) yang kurang lebih 9 cm
panjangnya trachea berjalan dari larynx sampai kira-kira
ketinggian vertebra torakalis ke lima dan di tempat ini
bercabang menjadi dua bronchus (bronchi).
(3) Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada
ketinggian kira-kira vertebralis torakalis ke lima,
mempunyai struktur serupa dengan trachea yang di lapisi
oleh jenis sel yang sama. Cabang utama bronchus kanan dan
kiri tidak simetris. Bronchus kanan lebih pendek, lebih
besar dan merupakan lanjutan trachea dengan sudut lebih
lancip. Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinis
yang penting. Tabung endotrachea terletak sedemikian rupa
sehingga terbentuk saluran udara paten yang mudah masuk
ke dalam cabang bronchus kanan. Kalau udara setelah jalan,
maka tidak dapat masuk dalam paru-paru kiri sehingga
paru-paru akan kolaps (atelektasis).
(4) Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang
terletak dalam rongga torak atau dada. Kedua paru-paru
saling terpisah oleh mediasinum central yang mengandung
jantung pembuluh- pembuluh darah besar. Setiap paru-paru
mempunyai apeks dan basis. Alteria pulmonalis dan arteri
bronchialis, bronkus, syaraf dan pembuluh limfe masuk
pada setiap paru-paru kiri dan dibagi tiga lopus oleh visula
interloris. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus
superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari
belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri
mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus
superior, dan 5 buah segmen pada lobus inferior.
7

3) Kecepatan Tubuh Akan Oksigen


Orang tergantung pada oksigen untuk hidupnya, kalau tidak
mendapatkannya selama lebih dari empat menit akan
mengakibatkan kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki
dan biasanya pasien meninggal. Keadaan genting timbul bila
seorang anak menudungi kepala dan mukanya dengan kantong
plastik dan menjadi lemas. Tetapi bila penyediaan oksigen hanya
berkurang, maka pasien menjadi kacau pikiran akan menderita
anoxia serebralis.
Hal ini terjadi pada orang yang bekerja dalam ruangan sempit
tertutup seperti dalam ruang kapal, di dalam tank, dan ruang ketel
uap. Oksigen yang ada, mereka habiskan dan kalau mereka tidak
diberi oksigen untuk pernapasan atau tidak dipindahkan ke udara
yang normal, maka mereka akan meninggal karena anoxemia atau
disingkat anoxia. Istilah lainnya adalah hypoxemia atau hipoksia.
(C. Pearce, 2013)

2.1.3 Etiologi
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan
karena adanya penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh
terhadap virulensi organisme patogen. Orang yg normal dan sehat
mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yg
terdiri atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yg
menggerakkan kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi humoral
setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus, 
jamur, protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra
M. Nettiria, 2014 : 682) antara lain:
1. Virus : Legionella pneumoniae
2. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
8

3. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.


4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-
paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

2.1.4 Klasifikasi
Berikut merupakan klasifikasi bronkopneumonia :
1. Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit
pernafasan umum & dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia.
Pneumonia Streptococal ialah suatu  organisme penyebab umum. Tipe
pneumonia ini umumnya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan
orang lanjut usia.
2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia
nosokomial. Organisme seperti ini ialah suatu  aeruginisa pseudomonas.
Klibseilla / aureus stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital
acquired pneumonia.
3. Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi
infeksi. Saat Ini ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme,
bukan cuma menurut lokasi anatominya.
4. Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan
organisme perusak.( Reeves, 2012).

2.1.5 Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah
mikroorganisme (jamur, bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab
lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, & sejenisnya). Serta
aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya
mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini
9

dapat masuk ke saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi


imunologis dari tubuh.
Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi
peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala
demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret.
Semakin lama secret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus
menjadi semakin sempit & pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya
terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret dapat sampai ke alveolus paru
& mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga
menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat
membuat flora normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul
masalah GI tract.
10
11
12

2.1.6 Tanda Dan Gejala


Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian atas
selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan
kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispenia
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar
hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan
pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi
produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi
dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas
daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada
auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang. (Ngastiyah,
2012).
2.1.6.1 Pnemonia bakteri
Gejala :
(1) Anoreksi
(2) Rinitis ringan
(3) Gelisah
Berlanjut sampai :
(1) Nafas cepat dan dangkal
(2) Demam
(3) Malaise  (tidak nyaman)
(4) Ekspirasi berbunyi
(5) Leukositosis
(6) Foto thorak pneumonia lebar
(7) Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
(8) Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan

2.1.6.2 Pnemonia Virus


Gejala awal  :
(1) Rhinitis
(2) Batuk
Berkembang sampai :
(1) Ronkhi basah
13

(2) Emfisema obstruktif


(3) Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat dan lesu

2.1.6.3 Pneumonia mikroplasma


Gejala :
(1) Anoreksia
(2) Menggigil
(3) Sakit kepala
(4) Demam
Berkembang sampai :
(1) Rhinitis alergi
(2) Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
(3) Area konsolidasi pada penatalaksanaan pemeriksa thorak

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura
yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.(WhaleyWong, 2014)

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik


Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:
2.1.8.1 Pemeriksaan Laboratorium
(1) Pemeriksaan darah
(2) Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis ( meningkatnya
jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2013: 684).
(3) Pemeriksaan sputum
(4) Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk
pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk mendeteksi
agen infeksius (Barbara C, Long, 2010 : 435).
14

(5) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa
(Sandra M, Nettina, 2013 : 684).
(6) Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
(7) Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba (Sandra M, Nettina 2013 : 684).
2.1.8.2 Pemeriksaan Radiologi
(1) Rontgenogram thoraks
(2) Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada infeksi
stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long, 2011 : 435).
(3) Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh
benda padat (Sandra M, Nettina, 2014).
2.1.9 Penatalaksanaan
(1) Oksigen 1-2 liter per menit.
(2) Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
(3) Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk transport muskusilier.
(4) Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Arief Mansjoer, 2012).

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan penentuan
masalah.Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi, dan pemeriksaan
fisik. Kaji data menurut Cyndi Smith Greenberg,2011 adalah :
2.2.1.1 Identitas klien.
2.2.1.2 Riwayat keperawatan.
a. Awal kejadian: Awalnya mengeluh sesak nafas
b. Keluhan utama : mengeluh sesak nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa
keluar.
1. Riwayat kesehatan masa lalu.
2. Riwayat penyakit keluarga.
3. Diagnosis Medis dan Terapi : Bronkopneumonia dan terapi Oksigen 1-2 liter
per menit.
2.2.1.3 Pemerikasaan fisik.
15

(1) Pernafasan
Gejala :
Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan
berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/
kuning) dan banyak sekali Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan pada
polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok sigaret),
debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk gergaji)
Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus -menerus.
Tanda :
Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan otot
bantu pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klatikula,
melebarkan hidung).
Dada :
Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk barel),
gerakan difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
(2) Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan ekstremitas bawah.
Tanda :
Peningkatan tekanan darah Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat,
disritmia, distensi vena leher (penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan
dengan penyakit jantung. Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan
peningkatan diameter AP dada). Warna kulit / membrane mukosa : normal atau abu-
abu/ sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.
(3) Makanan / cairan
Gejala :
Mual / muntah.Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema).
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda :
a) Turgor kulit buruk.
b) Berkeringat.
c) Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.
16

(4)Aktifitas / istirahat
Gejala :
a) Keletihan, keletihan, malaise.
b) Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- hari
c) karena sulit bernafas.
d) Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam
e) posisi duduk tinggi.
f) Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat.
Tanda :
a) Keletihan.
b) Gelisah/ insomnia.
c) Kelemahan umum / kehilangan masa otot.

(5) Integritas ego


Gejala :
a) Peningkatan faktor resiko.
Tanda :
a) Perubahan pola hidup.
b) Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

(6) Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan melakukan aktifitas sehari-
hari.
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
(7) Keamanan
Gejala :
Riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / factor lingkungan.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler
alveolus.
17
18

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi keperawatan
Tidak efektifnya jalan nafas Setelah dilakukan tindakan keperawan selama 1. Auskultasi bunyi nafas tambahan
berhubungan dengan 1 x 7 jam pola nafas efektif. Dengan Kriteria ( misalnya mengik dan ronchi)
peradangan, penumpukan hasil : 2. Observasi vital sign tiap 2-4 jam
secret. 1.Mempertahankan kerbersihan jalan nafas 3. Menganjurkan pasien posisi semi
2. Sesak dan Batuk berkurang
fowler
3. Sekret dapat dikeluarkan
4. Anjurkan pasien meminum air hangat
5. Kolaborasi pemberian mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator, analgesik
Gangguan pola Tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
berhubungan dengan 1 x 7 jam, diharapkan pola tidur pasien dapat 2. Ciptakan lingkungan yang nyaman
peningkatan produksi terpenuhi Dengan Kriteria hasil : 3. Diskusikan dengan pasien dan keluarga
sputum 1. Pasien dapat tidur dengan nyenyak tentang teknik tidur pasien
2. Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 4. Beritahu orang tua pasien agar selalu
jam menemani anaknya waktu tidur
3. Sesak dan batuk berkurang 5. Kolaborasi pemberian obat tidur jika perlu
19
20

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
yang dimana rencana keperawatan dilaksanakan yaitu untuk melaksanakan
intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
keperawatan pasien. Agar implementasi perencanaan ini dapat tepat waktu
dan efektif terhadap biaya, pertama harus mengidentidikasi prioritas
keperawatan klien kemudian bila perawatan telah dilaksanakan perawat
mencatat dan memantau respon klien terhadap setiap intervensi dan
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Hasil yang diharapkan Mencapai masa penyembuhan tepat waktu,
tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
1. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
2. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
3. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan
mampu tidur/istirahat dengan tepat.
4. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan
kekuatan.
5. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
DAFTAR PUSTAKA

Riyadi sujono&Sukarmin,2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:


CV Sagung Seto
Smeltzer & Suzanne C, 2013. Rencana Asuhan Keperawatan tentang
Bronkopneumonia. Jakarta: EGC.
Sandra M. Nettiria, 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Smeltzer, Suzanne. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1.
Jakarta: EGC
Wijaya & Putri, 2013. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan
Sistem Pernapasan(bronkopneumonia). Jakarta: TIM

Anda mungkin juga menyukai