B. Fungsi Sampah
Agara sampah dapat berfungsi dengan baik, perlu penanganan yang tepat.
Dalam mengevaluasi penanganan sampah, ada lima hal yang harus diketahui
tentang bagaimana sampah terbentuk (Damanhuri dan Padmi, 2008):
1. Sampah yang berasal dari bahan baku yang tidak mengalami perubahan
komposisi, baik secara kimia maupun biologis. Mekanisme transformasi
yang terjadi hanya bersifat fisik semata seperti pemotongan,
penggergajian, dan sebagainya. Sampah seperti ini sangat cocok untuk
dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku. Sampah kota banyak termasuk
dalam kategori ini. Contoh industri gelas atau keramik yang berbahan
kaca.
2. Sampah yang terbentuk akibat hasil samping proses kimia, fisika, dan
biologis atau karena kesalahan atau ketidakoptimuman proses yang
berlangsung. Sampah yang dihasilkan mempunyai sifat yang berbeda
dengan bahan baku semula. Sampah ini ada yang masih dapat digunakan
sebagai bahan baku bagi industri lain, atau sama sekali tidak dapat
digunakan. Usaha modifikasi proses akan mengurangi terbentuknya
sampah jenis ini. Contoh industri penyamakan kulit.
3. Sampah yang terbentuk akibat penggunaan bahan baku sekunder,
misalnya pelarut dan pelumas. Bahan baku yang sekunder ini tidak
termasuk dalam reaksi pembentukan produk. Sampah sering kali sangat
bermanfaat dari sudut kuantitas dan merupakan sumber utama dari
industrial waste water. Teknik daur ulang ataupun penghematan
penggunaan bahan baku sekunder banyak diterapkan dalam
menanggulanginya. Contoh perusahaan pengolahan air minum dan air
limbah.
4. Sampah yang terbentuk dari hasil samping proses pengolahan limbah.
Pada dasarnya semua limbah tidak dapat mentransfer limbah menjadi
100% non-limbah. Ada produk samping yang ditangani lebih lanjut, baik
berupa partikel, gas, dan abu (dari incenerator), lumpur (dari unit
pengolah limbah cair) maupun lindi dari hasil lahan urug.
5. Sampah yang berasal dari bahan samping pemasaran produk industri,
misalnya kertas, kertas karton, kayu, fume, logam, drum, tabung kosong,
dan sebagainya. Smpah jenis ini dapat dimanfaatkan kembali sesuai
fungsinya semula, atau diolah terlebih dahulu agar menjadi produk baru.
C. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani
sampah sejak ditimbulkan hingga pembuangan akhir. Secara garis besar
kegiatan di dalam pengelolaan sampah mulai dari penimbulan, pewadahan,
pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan akhir (Kartikawan, 2007).
Pengelolaan sampah yang dilakukan berwawasan lingkungan untuk
mencegah dampak yang ditimbulkan. Sampah yang tdiak ditangani dengan
baik dan benar, serta tidak dimanfaatkan akan merusak lingkungan dan
menimbulkan masalah bagi kehidupan manusia. Masalah tersebut meliputi
segi kesehatan, estetika, pencemaran air, udara, dan tanah. Oleh karena
permasalahan semakin komplek terutama di perkotaan, maka pada
prinsipnya pengelolaan harus terfokus pada empat program yang bertujuan:
1. Mengurangi jumlah sampah
2. Meningkatkan penggunaan kembali sampah dan daur ulang yang
berwawasan lingkungan.
3. Mempromosikan TPA dan tempat pengolahan yang berwawasan
lingkungan dan kelestariannya.
4. Memperluas jangkauan pelayanan sampah.
1. Penimbulan
Timbulan sampah di kota besar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain: besarnya jumlah penduduk, keragaman aktivitas masyarakat, serta
musim (cuaca) dan sosial budaya masyarakat. Jika di suatu negara
pertambahan penduduknya meningkat, maka jumlah timbulan sampahnya
juga semakin banyak. Faktor musim sangat mempengaruhi berat sampah,
karena hujan dan kemarau menyebabkan komposisi sampah beribah.
Demikian juga sosial budaya serta ragam aktivitas manusia, juga
mempengaruhi timbulan sampah. Maka sebaiknya perhitungan atau
evaluasi timbulan sampah dihitung beberapa kali dalam satu tahun.
Diperkirakan hanya 60% sampah di kota-kota besar di Indonesia
yang dapat terangkut ke TPA, yang operasi utamanya adalah pengurugan
(land filling) (Damanhuri, 2008). Masalah smapah di perkotaan antara lain
karena keterbatasan alat, lahan, dan sumber daya manusia sehingga
sampah menumpuk dan menimbulkan pencemaran lingkungan.
Timbulan sampah dinyatakan dengan satuan volume atau berat.
Sedangkan untuk tingkat ketelitian, dalam perhitungan adalah pada satuan
berat, karena sering kali volume tidak menggambarkan banyaknya
sampah yang sebenarnya.
a. Satuan berat: kilogram per orang per hari (kg/o/h) atau kilogram per
meter-persegi bangunan per hari (kg/m2/h) atau kilogram per tempat
tidur per hari (kg/bed/h), dan sebagainya.
b. Satuan volume: liter per orang per hari (l/o/h), liter per meter-persegi
bangunan per hari (l/m2/h), liter per tempat tidur per hari (l/bed/h),
dan sebagainya.
2. Pewadahan
Pewadahan atau tempat adalah kegiatan menempatkan sampah pada
lokasi tertentu, bersifat sementara, dari sumbernya baik komunal maupun
individual.
a. Pola individual
Merupakan aktivitas penanganan penampungan sampah sementara
dalam suatu wadah khusus untuk dari sampah individu (SNI-3242-
2008). Pada pola ini dilakukan pengumpulan sampah dari rumah ke
rumah dengan alat angkut yang pendek. Wadah atau tempat sampah
untuk yang individual ditempatkan di luar atau depan rumah
penduduk.
b. Pola komunal
Merupakan aktivitas penanganan penampungan sampah sementara
dalam suatu wadah bersama, baik dari berbagai sumber maupun
sumber umum (SNI-3242-2008). Pada pola ini, sampah dikumpulkan
dari beberapa rumah, bahkan RT, pada satu titik pengumpulan, yang
dilakukan langsung oleh penghasil sampah untuk kemudian diangkut
ke TPA.
3. Pengumpulan
Pengumpulan sampah bertujuan untuk mengumpulkan sampah pada suatu
tempat sehingga memudahkan sampah untuk diolah langsung atau
diangkut dengan baik ke TPA. Pengumpulan adalah kegiatan
mengumpulkan sampah dari sumbernya menuju lokasi tempat
pembuangan sementara (TPS), umumnya dilakukan dengan menggunakan
gerobak dorong (wadah) dari rumah-rumah ke TPS. Menurut Suryati
(2008), agar sampah dapat terkumpul dengan baik perlu dilakukan
beberapa cara, yaitu:
a. Pengumpulan dengan menggunakan bak, kotak, tong tempat sampah
untuk skala kecil tumah tangga, atau pun skala besar di tepi jalan.
b. Pengumpulan dengan menggunakan saluran peluncur (chute) yang
kemudian ditampung di terminal atau tempat pembuangan.
c. Pengumpulan dengan menggunakan mesin mekanis dilengkapi dengan
penampungan sampah.
d. Pengumpulan sampah dengan menggunakan sistem udara dengan
menggunakan alat yang dapat menyerap sampah dan kemudian
dipasang dalam wadah peralatan tersebut.
e. Pengumpulan dengan menggunakan sistem air, sampah terkumpul
dalam penampungan yang merupakan terminal transportasi sistem air.
4. Pengangkutan
Kegiatan pengangkutan sampah dilakukan setelah sampah erkumpul
dalam satu lokasi kemudian dengan sarana transportasi tertentu diangkut
ke tempat pembuangan akhir (pengolahan). Pada tahapan ini melibatkan
tenaga yang pada waktu tertentu, mengangkut sampah dari tempat
pembuangan sampah sementara ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Sampah yang diangkut telah memenuhi volume tertentu sesuai dengan
alat angkut yang tersedia. Berikut adalah persyaratan sarana pengangkutan
sampah:
a. Harus tertutup selama pengangkutan agar sampah tidak berceceran di
jalan.
b. Tinggi bak maksimum 1,6 meter.
c. Sebaiknya ada alat pengungkit.
d. Tidak bocor agar lindi tidak berceceran selama pengangkutan.
e. Disesuaikan dengan kondisi jalan yang dilalui, kemampuan dana, serta
teknik lahan yang tersedia.
Pada incenerator terdapat dua ruang bakar, terdiri dari primary chamber
dan secondary chamber (Priyambada, 2013).
a. Primary chamber
Berfungsi sebagai tempat pembakaran limbah. Kondisi pembakaran
dirancang dengan jumlah udara untuk reaksi pembakaran kurang dari
semestinya sehingga di samping pembakaran juga terjadi reaksi
pirolisis. Pada reaksi pirolisis materi organik terdegradasi menjadi
karbon monoksida dan metana. Termperatur dalam primary chamber
diatur pada rentang 600-800oC dan untuk mencapai temperatur
tersebut pemanasan dalam primary chamber dibantu oleh energi dari
burner dan energi pembakaran yang timbul dari limbah itu sendiri.
Udara (oksigen) untuk pembakaran disuplay oleh blower dalam
jumlah yang terkontrol. Padatan sisa pembakaran di primary
chamber dapat berupa padatan tidak terbakar (logam, kaca) dan abu
(mineral) atau karbon berupa arang. Namun, arang dapat
diminimalkan dengan pemberian suplai oksigen secara kontinu
selama pembakaran berlangsung. Sedangkan padatan tidak terbakar
dapat diminimalkan dengan melakukan pensortiran limbah terlebih
dahulu.
b. Secondary chamber
Gas hasil pembakaran dan pirolisis perlu dibakar lebih lanjut agar
tidak mencemarilingkungan. Pembakaran gas-gas tersebut dapat
berlangsung dengan baik jika terjadi pencampuran yang tepat antara
oksigen (udara) dan gas hasil pirolisis, serta ditunjang oleh waktu
tinggal (retention time) yang cukup. Udara untuk pembakaran di
secondary chamber disuplai oleh blower dalam jumlah yang
terkontrol. Selanjutnya gas pirolisis yang tercampur dengan udara
dibakar secara sempurna oleh burner di dalam secondary chamber
dalam temperatur tinggi, yaitu sekitar 800-1000oC sehingga gas-gas
pirolisis (metana, etana, dan hidrokarbon lainnya) terurai menjadi
gas CO2 dan H2O.
b. Reuse
Reuse (menggunakan ulang) adalah kegiatan pemakaian kembali,
atau menggunakan barang-barang kembali tanpa mengalami proses
pengolahan atau tanpa transformasi baru, misalnya botol minuman
kembali menjadi botol minuman. Itu artinya mengurangi jumlah
sampah yang digunakan untuk lingkungan. Sampah dapat dikurangi
dengan mendorong penggunaan kembali barang melalui proses
seminimal mungkin. pemakaian kembali sisa produksi atau
konsumsi untuk menjadi bahan dasar dari proses lainnya, khususnya
pada kemasan anti-pecah dan dapat digunakan kembali.
Tindakan yang dapat dilakukan, berkaitan dengan reuse
adalah:
1) Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)
2) Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.
Mengintensifkan pemakaian kembali sampah penting dalam
mengurangi volume sampah untuk mencapai pengolahan sampah
yang berkelanjutan.
c. Recycle
Recycle atau mendaur ulang merupakan salah satu kegiatan
pengolahan sampah anorganik, yang dimulai dari kegiatan
pemilahan, pemrosesan, pembuatan produk bekas pakai, serta
pendistribusian. Material yang dapat didaur ulang antara lain gelas
air mineral, botol bekas kecap, saos, krim, kertas, koran, kemasan
bekas deterjen, sampo, air mineral, dan lain-lain. Proses daur ulang
tersebut akan menghasilkan barang dengan:
1) Bentuk dan fungsi tetap, contoh daur ulang kertas kemasan.
2) Bentuk berubah, tetapi fungsinya tetap. Contoh botol kemasan
air mineral yang diubah menjadi bunga plastik.
3) Bentuk dan fungsi berubah, contoh plastik menjadi sedotan,
bekas sedotan menjadi hiasan, dan masih banyak lagi kerajinan
tangan.
a. Kompos
Kompos adalah pupuk hasil fermentasi dari sampah/ bahan
organik yang berubah bentuk, berwarna kethitam-hitaman dan tidak
berbau. Pengomposan merupakan penguraian bahan organik dalam
suhu yang tinggi sehingga mikroorganisme dapat aktif menguraikan
bahan organik sehingga dapat dihasilkan bahan yang dapat digunakan
tanah tanpa merugikan lingkungan (Santoso, 2009). Kompos dapat
memperbaiki kondisi tanah dan dibutuhkan oleh tanaman. Hal ini
berarti kompos memiliki nilai kompetitif dan ekonomis yang berarti
kompos dapat dijual. Usaha pengomposan tanah memiliki beberapa
manfaat yang dapat ditinjau baik dari segi teknologi, lingkungan,
kesehatan, dan ekonomi.
Dari sisi lingkungan, pengomposan dapat mengurangi
volume sampah di lingkungan karena sebagian besar sampah tersebut
adalah sampah organik. Dari sisi ekonomi pengomposan sampah
organik berarti barang yang semula tidak memiliki nilai ekonomis
ternyata dapat diubah menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai
ekonomi. Pengurangan tumpukan sampah akan menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat.
Teknik pembuatan kompos sangat beragam, mulai dari proses
yang mudah dengan menggunakan peralatan yang sederhana hingga
proses yang canggih dengan peralatan modern. Pengomposan yang
sederhana, bersifat anaerob, berbahan baku dari semua bahan organik
yang ada di alam, seperti daun-daunan, limbah pertanian, sampah
organik dari rumah tangga, serta kotoran hewan, dan lainnya. Wadah
kompo dapat berupa gentong tanah liat, keranjang/plastik, serta liang
tanah (Iqmal, 2008). Pengomposan ini dilakukan dalam skala kecil
atau skala rumah tangga. Pembuatan kompos secara sederhana bisa
dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1) Sampah dan daun dipotong kecil (2-4 cm).
2) Semua bahan dicampur secara merata kemudian dimasukkan
dalam gentong.
3) Tambahkan EM-4 ditambah air 1 gayung dan gula putih ( 4
sendok makan) yang telah dicampur dan didiamkan selama 1 hari,
dimasukkan ke dalam gentong hingga semua bahan tercelup air.
4) Setiap 2-3 hari dalam satu minggu diaduk/dibalik dan ditutup
kembali, jika terlalu basah dapat ditambahkan sekam atau serbuk
gergajian kayu.
5) Setelah 6-8 minggu kompos akan terbentuk.
Untuk memastikan proses pengomposan berjalan, letakkan tangan
dengan jarak 2 cm dari kompos, bila terasa hangat dapat dipastikan
pengomposan berhasil dengan baik.
Ciri kompos yang baik adalah warna cokelat kehitaman,
butiran halus seragam ukurannya, bersifat remah dan kering (tidak
lembek), gembur, berbau daun yang lapuk. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan pupuk organik di antaranya yaitu:
b. Gas Bio
Saat ini di Indonesia sering mengalami krisis energi, salah
satunya berupa bahan bakar minyak sehingga harga bahan bakar
minyak meningkat. Kelangkaan energi terjadi karena semakin
meningkatnya kebutuhan, tetapi bahan baku pembuatannya terbatas.
Kini saatnya diupayakan pengembangan kreativitas untuk pengganti
sumber energi alternatif dari kotoran ternak. Gas bio merupakan gas
yang dihasilkan dari bahan organik, seperti kototran hewan, kotoran
manusia, atau sampah organik lain melalui fermentasi di dalam
biodigester. Komponen biogas terdiri atas 50-70% metan, 30-40%
karbondioksida, dan sebagian kecil gas lainnya seperti nitrogen,
hidrogen, dan oksigen (Schluter et al., 2008).
Gas bio merupakan campuran gas yang dihasilkan oleh
peruraian senyawa organik dalam biomassa oleh bakteri alami
metanogenik dalam kondisi anaerob. Campuran gas tersebut antara
lain gas metana, karbondioksida, dan lainnya (N2, O2, H2S) dengan
perbandingan masing-masing 60%, 38%, 2%, sehingga dapat
dibakar seperti layaknya gas elpiji. Gas bio dapat digunakan sebagai
pembangkit energi listrik sehingga dapat dijadikan sumber energi
alternatif yang ramah lingkungan.
Prosedur pembuatan gas bio dimulai dari proses persiapan
bahan-bahan yang diperlukan, minimal ada 3 buah cincin gorong-
gorong, septic tank untuk tangki digester, dan sebuah drum oli yang
sebesar 200 liter untuk gas metan, pipa logam berdiameter 2 cm
ujung pipa untuk pengeluaran gas dan gas bio, pipa karet paralon
diameter 2 cm untuk penyalur gas dari tangki pencerna ke kompor
untuk memasak, serta kotoran ternak, sampah tanaman (daun dan
jerami) sebagai bahan baku.
Lokasi unit gas bio sekurang-kurangnya 10 m dari rumah,
terpisah dari sumber air dan dapur. Selanjutnya bahan-bahan kotoran
ternak dan sampah daun (2 liter) dicampur rata, ditambahkan air
dengan komposisi (1:1) aduk sampai terbentuk adonan seperti pasta.
Setelah tercampur, tuangkan campuran tersebut pada wadah tertentu
seperti ember, jerigen, serta botol disimpan pada tempat terbuka.
Usahakan wadah pembentukan gas ini tetap hangat, kocok
tiap dua (2) hari sekali selama dua (2) bulan untuk wilayah
berkelembban rendah. Pembentukan gas dari campuran bahan
organik, diperlukan 4-8 minggu, separuhnya terbentuk 2-4 minggu
pertama dan separuh berkiutnya minggu ke-4-8 dan akan berhenti
sama sekali pada minggu ke-9. Kosongkan unit biogas, demikian
seterusnya mengulangi pengisian yang semula. Tahapan proses
pembentukan biogas sebagai berikut:
1) Hidrolisis; terjadi penguraian bahan mudah larut dan bahan
kompleks menjadi sederhana.
2) Pengasaman; bahan yang terbentuk pada tahap I akan menjadi
bahan makanan bagi bakteri metanogenik.
3) Metanogenik; pembentukan gas metan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produksi gas bio adalah
sebagai berikut (Sakinah et al., 2012):
1) C/N rasio 25-30
Apabila C/N terlalu tinggi, nitrogen akan dikonsumsi dengan
cepat oleh bakteri metanogenik untuk pertumbuhannya dan hanya
sedikit yang bereaksi dengan karbon, akibatnya gas yang
dihasilkan rendah. Sebaliknya, jika C/N terlalu rendah nitrogen
dakan dibebaskan dan berakumulasi membentuk ammonia (NH3)
sehingga pH>8,5.
2) Derajat keasaman (pH)
Faktor pH dalam tahap dekomposisi bahan organik anaerobik
sangat penting karena pada rentang pH yang tidak sesuai, mikroba
tidak dapat tumbuh dengan maksimum. pH yang optimum bagi
kehidupan mikroorganisme adalah 6,8-7,8 (Khaerunnisa, 2013).
Keseluruhan pH terjadi antara 6-8. Pengaruh pH dapat dilakukan
dengan mengendalikan jumlah pencampuran agar keseimbangan
reaksi antara tahap asidogenik dan metagonik terjaga dengan baik.
3) Suhu
Proses anaerob dapat terjadi pada kondisi mesofilik 20-45oC
umumnya 35 oC, dan kondisi termofilik yaitu 50-65 oC. Suhu yang
optimal dari anaerob tergantung pada komposisi nutrien di dalam
digester, tetapi kebanyakan proses anaerob seharusnya dipelihara
secara konstan dalam memelihara tingkat produksi gas (Widodo
et al., 2005).
4) Kandungan total padatan
Kandungan total padatan mempengaruhi komposisi bio gas,
bergantung pada jenis bahan isian yang dipakai, hasilnya dominan
gas metan (CH4) 55-75% gas bio berwarna biru, tidak berbau, da
mudah terbakar. Limbah peternakan dan pertanian cukup
potensial sebagai substrat gas bio.
5) Reaktor gas bio
Perencanaan tabung reaktor untuk gas bio ditentukan oleh faktor
kuantitas kotoran, lokasi reaktor, dan konstruksi serta skalanya
(individu, kelompok, dan industri).
Ketika sampah tanaman maupun kototran ternak disimpan bercampur
air di dalam kontainer atau tangki digester, akan mengalami
pembusukan. Oleh suatu proses yang disebut pencernaan anaerob
merupakan campuran gas yang sebagian mengandung gas metana
(CH4) dan karbon dioksida (CO2), dan sebagian kecil gas nitrogen dan
hidrogen. Energi yang terkandung dalam gas bio bergantung pada
konsentrasi metana, semakin tinggi kandungan metana maka semakin
besar pula kandungan energi pada biogas (Rismawaty et al., 2013).
Potensi produksi dari berbagai kotoran per kg adalah sebagai berikut:
1) Sapi/kerbau : 0,023-0,040 m3
2) Babi : 0,040-0,059 m3
3) Unggas : 0,065-0,116 m3
4) Manusia : 0,020-0,028 m3
SOAL PENGAYAAN/TUGAS
1. Uraikan jenis sampah berdasarkan sumbernya!
2. Uraikan kegiatan pengelolaan sampah secara terinci!
3. Uraikan hal apa sajakah yang dapat dilakukan untuk mengurangi biaya
pengangkutan dan pengolahan sampah di TPA!