SURVEY VEKTOR
A. Pendahuluan
Vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan,
dan atau menjadi sumber penular penyakit terhadap manusaia, antara lain
nyamuk, kecoa, dan lalat. Sedangkan binatang pembawa penyakit adalah
binatang selain arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau
menjadi sumber penular penyakit seperti tikus, kucing, dan anjing. Penyakit
tular vektor merupakan penyakit yang menular melalui hewan perantara
(vektor). Penyakit tular vektor meliputi malaria, arbovirosis seperti dengue,
chikungunya, Japanese B. Ensefalitis (radang otak), filariasis limfatik (kaki
gajah), pes (sampah), dan demam semak (scrub typhus). Penyakit tersebut
hingga kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dengan
angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi dan berpotensi menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB).
Secara umum peran arthropoda terhadap kesehatan manusia adalah
sebagai berikut:
1. Menularkan atau memindahkan penyakit disebut vektor.
2. Menyebabkan penyakit (paasit atau agent)
3. Mengandung dan menghasilkan zat racun (toksin)
4. Menimbulkan dan menyebabkan gangguan (nuisance)
5. Menimbulkan rasa takur atau ngeri (entomofobia)
Bahan dan peralatan yang digunakan pada kegiatan pengamatan dibagi dalam
tiga kelompok, yaitu:
1. Peralatan optik
Peralatan optik digunakan untuk melakukan survei entomologi, khusus
untuk pemeriksaan spesimen nyamuk atau serangga lain, baik pada
stadium dewasa mupun pradewasa untuk keperluan identifikasi.
Beberapa peralatan optik yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
a. Kaca pembesar/lup/magnifier
Merupakan alat optik yang paling sederhana, lensanya tunggal atau
sampai 3 lensa. Digunakan untuk pencirian vektor dan binatang
pembawa penyakit, dengan pembesaran 5x, 10x, 15x, atau 20x.
b. Mikroskop stereo
Terdiri dari 1 lensa, yang kompleks terdiri dari beberapa lensa disebut
stereo mikroskop atau mikroskop binokuler. Digunakan untuk
pencirian vektor dan binatang pembawa penyakit.
c. Mikroskop compound
Merupakan alat optik yang paling kompleks, terdiri atas beberapa
susunan lensa. Digunakan untuk pencirin vektor dan binatang
pembawa penyakit, memeriksa hasil pembedahan nyamuk, dan lain-
lain.
ABJ=
∑ rumah atau bangunan yang negatif jentik x 100 %
∑ seluruh rumah yang diperiksa
c. Indeks habitat
Indeks habitat adalah persentase habitat perkembangbiakan yang
positif larva, dihitung dengan cara jumlah habitat yang positif larva
dibagi dengan jumlah seluruh habitat yang diamati dikalikan dengan
100%.
Indeks Habitat =
∑ habitat positif larva x 100 %
∑ S eluruh habitat yang diamati
MBR=
∑ Nyamuk ( spesies tertentu ) yang tertangkap x 100 %
∑ Penangkapan x waktu penangkapan( jam)
MHD=
∑ Nyamuk ( spesies tertentu ) yang tertangkap x 100 %
∑ Penangkap x lama penangkapan ( jam ) x waktu penangkapan(menit)
Perhitungan hasil survei jentik (nyamuk pradewasa) meliputi:
a. House Index (HI)
House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh
rumah yang diperiksa.
HI =
∑ rumah positif jentik x 100 %
∑ rumah yang diperiksa
CI =
∑ kontainer positif jentik x 100 %
∑ kontainer yang diperiksa
BI=
∑ kontainer positifjentik
x 100 %
100 rumah yang diperiksa
Ovitrap Index=
∑ padel positif telur x 100 %
∑ padel yang diperiksa
2. Kecoa
Indeks populasi kecoa adalah angka rata-rata populasi kecoa, yang
dihitung berdasarkan jumlah kecoa tertangkap per perangkap per malam
menggunakan perangkap lem (sticky trap). Nilai baku mutunya adalah
<2.
3. Lalat
Indeks populasi lalat adalah angka rata-rata populasi lalat pada
suatu lokasi yang diukur dengan menggunakan flygrill. Dihitung dengan
cara melakukan pengamatan selama 30 detik dan pengulangan sebanyak
10 kali pada setiap titik pengamatan. Dari 10 kali pengamatan diambil 5
nilai tertinggi, lalu kelima nilai tersebut dirata-ratakan. Pengukuran
indeks populasi lalat dapat menggunakan lebih dari satu flygrill. Nilai
baku mutunya adalah <2.
Metode pengukuran kepadatan lalat yang populer dan sederhana
adalah dengan menggunakan alat flygrill. Cara kerjanya sebagai berikut:
a. Letakkan flygrill secara datar pada tempat dan jarak yang telah
ditentukan.
b. Biarkan beberapa saat (untuk penyesuaian bagi lalat).
c. Letakkan juga hygrometer berdekatan dengan flygrill.
d. Hitung jumlah lalat yang hinggap pada flygrill selam 30 detik,
sebanyak 10 kali pengukuran, kemudian dihitung jumlah lalat
dengan menggunakan counter.
e. Setelah 30 detik pertama, catat hasil dan jumlah lalat yang berhasil
dihitung pada kertas blanko yang telah disediakan. Lakukan hal
tersebut sebanyak 10 kali perhitungan (10 kali pengukuran) untuk 1
orang pengukur.
f. Ambil sebanyak 5 hasil perhitungan kepadatan lalat yang tertinggi,
kemudian dirata-ratakan.
g. Hasil rata-rata adalah angka kepadatan lalat dengan satuan ekor per
block grill.
h. Untuk kelengkapan informasi, perlu juga diadakan pengukurn suhu,
kelembaban, dan keadaan cuaca secara umum.
Standar Penilaian:
0-2 ekor : rendah (tidak jadi masalah)
3-5 ekor : sedang (perlu dilakukan pengamanan)
6-20 ekor :cukup (lakukan penanganan pada tempat
berkembang-biaknya, jika perlu lakukan
pengendalian)
≥20 ekor : sangat (lakukan pengendalian)
4. Tikus
Success trap adalah persentase tikus yang tertangkap oleh perangkap,
dihitung dengan cara jumlah tikus yang didapat dibagi dengan jumlah
perangkap dikalikan 100%. Keberhasilan penangkapan tikus dilihat dari
hasil success trap yang dilakukan di dalam dan di luar rumah yang
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
a. Success trap di dalam rumah
Successtrap=
∑ Tikus tertangkap dalam rumah x 100 %
∑ Perangkap
Successtrap=
∑ Tikus tertangkap di luar rumah x 100 %
∑ Perangkap
Hasil success trap di suatu wilayah dikatakan memiliki kepadatan tinggi apabila:
a. Success trap di habitat rumah ≥7%
b. Success trap di habitat luar rumah ≥2%
Indeks pinjal khusus adalah jumlah pinjal Xenopsylla cheopis dibagi dengan
jumlah tikus yang tertangkap dan diperiksa. Adapun indeks pinjal umum
adalah jumlah pinjal umum (semua pinjal) dibagi dengan jumlah tikus yang
tertangkap dan diperiksa.
a. Indeks pinjal khusus
Kearifan lokal adalah teknologi lokal dalam pengendalian vektor yang telah
dibuktikan secara ilmiah memenuhi persyaratan keamanan dan efektivitas:
HI =
∑ rumah positif jentik x 100 %
∑ rumah yang diperiksa
CI =
∑ kontainer positif jentik x 100 %
∑ kontainer yang diperiksa
BI=
∑ kontainer positifjentik
x 100 %
100 rumah yang diperiksa
ABJ=
∑ rumah bebas jentik x 100 %
∑ rumah yang diperiksa
b. Survei telur
Survei telur menggunakan ovitrap yaitu berupa potongan bambu
atau kontainer lain yang mudah didapat setempat dan diberi air dan
diberi lubang ± 1 cm dari tepi atas untuk menggantungkan ovitrap pada
paku dan untuk mencegah air agar tidak meluap serta diberi padel yang
berupa potongan atau kain yang berwarna gelap untuk tempat
meletakkan telur bagi nyamuk.
Jumlah pemasangan ovitrap pada setiap rumah adalah 2 buah, 1
buah dipasang di dalam rumah, dan 1 buah dipasang di luar rumah.
Jumlah ovitrap yang dipasang minimal 160 rumah di 80 rumah.
Pengamatan ada atau tidaknya telur dilakukan seminggu sekali dengan
cara pemeriksaan adanya larva pada ovitrap. Pada waktu pemeriksaan
padel, air di dalam ovitrap dibuang dan diganti air baru, jika tidak maka
larna yang ada akan menetas menjadi nyamuk. Ovitrap index dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Ovitrap Index =
∑ padel positif telur x 100 %
∑ padel yang diperiksa
4. Survei Tikus
a. Penangkapan tikus
Ada berbagai cara untuk menangkap tikus, baik secara jebakan
hidup maupun mati, menembak, menjaring, memegang dengan tangan
dan menggunakan hewan piaraan (kucing). Kegiatan menangkap atau
mengendalikan sering mengalami kendala karena tikus merupakan
binatang yang mempunyai mobilitas dan daya jelajah yang relatif luas.
Untuk keperluan penelitian di bidang biologi, ekologi, dan
pemantauan penyakit bersumber tikus, binatang tersebut sebaiknya
ditangkap dengan menggunakan perangkap. Bermacam-macam
perangkap tikus telah tersedia, antara lain:
1) Live trap (perangkap hidup, tikus yang tertangkap dalam keadaan
hidup).
2) Break-back trap atau snap trap (perangkap mati, tikus yang
tertangkap akan cepat mati).
3) Sticky-board trap(perangkap berperekat, tikus yang tertangkap
berada dalam keadaan melekat pada dasar).
4) Gin trap (perangkap yang berupa jerat).
5) Pit fall trap (perangkap yang berupa lubang jebakan). Pit fall trap
merupakan bentuk awal perangkap yang biasa digunakan dalam
studi populasi tikus.
Di antara berbagai bentuk dasar perangkap tersebut, live trap
yang paling sering digunakan untuk keperluan penelitian di bidang
kesehatan. Penangkapan dilakukan dengan memasang perangkap pada
sore hari mulai pukul 15.00-16.00. Kemudian perangkap diambil esok
di dalam rumah, diperlukan minimal dua perangkap. Untuk
penangkapan di luar rumah, tiap area luasnya 10 cm 3 cukup dipasang 2
perangkap dengan mulut perangkap saling bertolak belakang atau satu
perangkap dengan kedua sisi terbuka sebagai mulut perangkap. Namun,
penangkapan tikus di luar rumah seperti kebun, sawah atau ladang
dapat digunakan linier trap barrier system (multi-trap).
Peletakan perangkap yang tepat juga penting untuk memperoleh
hasil maksimal. Pada dasarnya perangkap diletakkan di tempat yang
diperkirakan sering dikunjungi tikus, misalnya dengan melihat bekas
telapak kaki, kotoran, rambut yang rontok. Di lingkungan permukiman,
perangkap dapat diletakkan di gudang, dapur, atap rumah, dan
sebagainya. Untuk lebih memikat masuknya tikus ke dalam perangkap,
biasanya dipasang umpan seperti kelapa bakar, ikan asin, dan mentega
kacang. Jika umpan diperkirakan tidak menarik lagi, jenis umpan perlu
diganti. Dalam upaya penangkapan, rupanya perlu diingat bahwa tikus
dan mencit tergolong hewan yang berperilaku cerdik sehingga
perangkap dibiarkan di tempat minimal 2-3 hari, tetapi setiap hari
perangkap harus diperiksa. Seandainya yang tertangkap binatang lain
seperti cecurut, garangan, tupai, dan lain-lain, perangkap harus segera
dicuci bersih dan disikat. Kadangkala binatang nontarget tersebut juga
diperlukan, sebab ada kemungkinan binatang ini juga berperan sebagai
inang ektoparasit tertentu.
Selanjutnya perangkap yang telah berisi tikus diberi label yang
mencantumkan tanggal, bulan, tahun, tempat (atap, dapur, kebun, jenis
pohon, dan sebagainya) serta kode lokasi daerah penangkapan. Setiap
perangkat kemudian dimasukkan ke dalam sebuah kantong kain yang
cukup kuat, agar ektoparasit yang lepas dari tubuh tidak banyak yang
hilang (tetap berada di dalam kantong). Kantong kemudian dibawa ke
laboratorium untuk diproses tikusnya.
Kegiatan penangkapan tikus dalam suatu penelitian biasanya
dilakukan selama lima hari berturut-turut. Jumlah perangkap yang
digunakan minimal 100-200 buah untuk setiap habitat tikus.
c. Interpretasi hasil
Tentukan persen pendekatan yang dihasilkan dalam
penangkapan. Sebagai contoh, jika 20 perangkap dipasang dan
seluruhnya memperlihatkan jejak tikus pada kertas, tetapi hanya
diperoleh lebih dari 10 tangkapan maka mengindikasikan bahwa umpan
dan perangkap yang dipasang telah sesuai. Namun, jika tidak ditemukan
jejak pada kertas yang dipasang maka mengindikasikan bahwa daerah
tersebut tidak dilewati oleh tikus. Jika terdapat jejak, tetapi perangkap
kosong mungkin disebabkan oleh kesalahan mekanis dari umpan atau
ketidaksesuaian umpan. Pada jumlah tangkapan sama dengan jumlah
jejak yang dibuat diperkirakan ukuran populasi berdasarkan tangkapan
akan kurang dari nilai sebenarnya. Teknik ini berguna dalam menilai
kesahihan perkiraan populasi yang dibuat berdasarkan jerat. Cara ini
memiliki nilai yang optimal hanya dalam situasi kering atau keadaan
dalam ruangan, karena hujan dan angin cenderung mengaburkan
pencatatan jejak pada kertas yang diasapi. Jika perangkap berada di luar
ruangan selama musim hujan, maka pelindung kertas perlu dipasang
agar kertas tidak basah.
2) Pengawetan kulit
Yaitu awetan yang berupa kulit tikus. Cara pembuatan awetan
kulit diawali dengan badan tikus diletakkan di baki/meja dengan sisi
ventral menghadap ke atas, kulit di bagian perut diiris membujur
sepanjang 3-4 cm. Kemudian kulit dibuka dengan hati-hati sehingga
daging perut bagian dalam terlihat. Kulit yang menempel pada bagian
perut ditekan sedemikian rupa ke arah kiri atau kanan bergantian
sehingga daging paha kaki belakang dapat diangkat keluar. Kaki
belakang kiri dan kanan dikeluarkan bergantian dan tulang sebatas lutut
dipotong dengan gunting. Daging yang melekat pada potongan kaki
dibersihkan. Selanjutnya kulit dilepaskan dengan hati-hati ke arah ekor.
Untuk mengurangi licinnya kulit bagian dalam, digunakan serbuk
gergaji.
Ekor dicabut keluar secara hati-hati. Setelah ekor keluar
pelepasan kulit dilanjutkan ke arah kepala. Setelah sampai pada bagian
kaki depan, tulang kaki depan dipotong hingga ke pangkal pergelangan
kaki depan. Kemudian dilanjutkan pelepasan kulit ke arah kepala
dengan hati-hati, pada saat sampai di telinga, pangkal telinga kanan dan
kiri dipotong dengan pisau yang tajam (skapel) demikian pula pada
bagian mata. Selanjutnya kulit ditarik ke depan secara perlahan-lahan
sampai ujung hidung, pelepasan kepala dilakukan dengan
menggunakan skapel atau gunting kecil. Kulit dibersihkan dari semua
daging yang menempel, kemudian kulit bagian dalam dilumuri serbuk
boraks untuk pengawetan.
Mempersiapkan kapas yang sesuai dengan ukuran badan tikus,
yaitu lembaran kapas yang diperikrakan sesuai dengan ukuran tikus
dipotong digulung sehingga membentuk padat lonjong sesuai dengan
besar badan tikus.
Mempersiapkan kawat kecil dengan ukuran panjang ekor tikus,
tetapi panjang kawat sebaiknya 3-4 cm lebih panjang dari ekor tikus.
Kawat dilapisi seluruhnya dengan kapas dengan cara dipilin sedikit
demi sedikit, dibentuk sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ukuran
dan volume ekor. Kawat dimasukkan ke dalam ekor sehingga ekor
menjadi padat. Kapas yang dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan
kepala dan badan tersebut, dimasukkan secara hati-hati ke dalam kulit
tikus lewat mulut dengan menggunakan pinset. Usahakan badan terisi
penuh dengan kapas. Mulut dijahit dari sebelah dalam dengan
menghubungkan ketiga potongan bibir dengan benang dan diikat.
Tulang kaki depan dan kaki belakang dibalut/ diisi kapas dan
dikembalikan seperti semula. Setelah badan tikus terbentuk, bagian
perut yang diiris dijahit kembali secara zigzag. Tikus yang sudah berisi
kapas diletakkan pada papan triplek dengan sisi ventral menghadap ke
bawah dan kedua pasang kaki diatur sedemikian rupa sehingga kaki
depan lurus ke depan dan kaki belakang lurus ke belakang sejajar
dengan badan. Ujung-ujung kaki dipaku sedangkan ujung ekor dijepit
dengan dua paku di kanan kirinya. Spesimen dikeringkan. Awetan
tikus diletakkan di papan dengan posisi lurus. Kepala yang masih
menyatu dengan badan tikus dipotong dengan menggunakan gunting
dan direbus. Setelah dagingnya lunak dibersihkan dan disimpan di
dalam tabung plastik setelah diberi label berisi nomor, lokasi, tanggal,
dan nama kolektor. Tengkorak tikus yang diberi label “awetan tikus”
telah terbentuk sempurna, sebelum disimpan di dalam kantong plastik
diberi label yang lengkap.