Nyamuk tertarik pada benda dan pakaian berwarna gelap, manusia serta
hewan. Hal ini disebabkan oleh rangsangan bau zat-zat yang dikeluarkan
hewan terutama CO2 dan beberapa asam amino. Berbeda dengan nyamuk
Anophele, nyamuk genus Culex mempunyai kebiasaan menghisap pada
malam hari saja. Jarak terbang nyamuk Culex ini sangat pendek hanya
beberapa puluh meter saja.
Waktu keaktifan mencari darah dari masing-masing nyamuk berbeda-beda,
Culex adalah salah satu nyamuk yang aktif menggiggit atau mengisap darah
pada malam hari.
Perkembangbiakan nyamuk selalu memerlukan
tiga macam tempat yaitu
Metamorphosis sempurna (holometabola) nyamuk Culex
adalah sebagai berikut:
Telur (culex)
• Seekor nyamuk betina dapat menempatkan 100-400 butir telur pada tempat
peindukan. Sekali bertelur menghasilkan 100 telur dan biasanya dapat bertahan
selama 6 bulan. Telur akan menjadi jentik setelah sekitar 2 hari. Masing-masing
spesies nyamuk memiliki perilaku dan kebiasaan yang berbeda satu sama lain. Di
atas permukaan air, nyamuk Culex sp menempatkan telurnya secara
menggerombol dan berkelompok untuk membentuk rakit. Oleh karena itu
mereka dapat mengapung di atas permukaan air (Borror, 1992).
Larva (culex)
Telur akan mengalami penetasan dalam jangka waktu 2-3 hari sesudah terjadi kontak dengan
air. Salah satu ciri dari larva nyamuk Culex adalah memiliki siphon. Siphon dengan beberapa
kumpulan rambut membentuk sudut dengan permukaan air. Nyamuk Culex mempunyai 4
tingkatan atau instar sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu
• Larva instar I, berukuran paling kecil yaitu 1 – 2 mm atau 1 – 2 hari setelah menetas. Duri-
duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong pernafasan pada siphon belum jelas.
• Larva instar II, berukuran 2,5 – 3,5 mm atau 2 – 3 hari setelah telur menetas. Duri-duri
belum jelas, corong kepala mulai menghitam.
• Larva instar III, berukuran 4 – 5 mm atau 3 – 4 hari setelah telur menetas. Duri-duri dada
mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat kehitaman.
• Larva IV, berukuran paling besar yaitu 5 –6 mm atau 4 – 6 hari setelah telur menetas,
dengan warna kepala (Astuti, 2011).
Pupa (culex)
Stadium paling akhir dari metamorphosis nyamuk yang bertempat di dalam
air adalah pupa. Tubuh pupa berbentuk bengkok dan kepalanya besar.
Sebagian kecil tubuh pupa kotak dengan permukaan air, berbentuk
terompet panjang dan ramping, setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk Culex
(Astuti, 2011). Stadium kepompong terjadi dalam jangka waktu mulai satu
sampai dua hari. Pada saat pupa menjalani fase ini pupa tidak melakukan
aktifitas konsumsi sama sekali dan kemudian akan keluar dari larva dan
menjadi nyamuk yang sudah bisa terbang dan meninggalkan air. Nyamuk
memerlukan waktu 2-5 hari untuk menjalani fase ini sampai menjadi
nyamuk dewasa (Wibowo, 2010).
Nyamuk Dewasa (culex)
• Ciri-ciri nyamuk Culex dewasa adalah berwarna hitam belang-belang
putih, kepala berwarna hitam dengan putih pada ujungnya. Pada bagian
thorak terdapat 2 garis putih berbentuk kurva (Astuti, 2011).
• Nyamuk jantan dan betina akan melakukan perkawinan setelah keluar
dari pupa. Seekor nyamuk betina akan melakukan aktivitas menghisap
darah dalam waktu 24-36 jam setelah dibuahi oleh nyamuk jantan.
Untuk proses pematangan telur sumber protein yang paling penting
adalah darah. Perkembangan nyamuk mulai dari telur sampai dewasa
membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 12 hari (Wibowo, 2010).
1. Tempat berkembang biak, Nyamuk Culex sp suka berkembang biak di
sembarang tempat misalnya di air bersih dan air yang kotor yaitu genangan air,
got terbuka dan empang ikan.
2. Perilaku makan, Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan
terutama pada malam hari. Nyamuk Culex sp suka menggigit binatang
peliharaan, unggas, kambing, kerbau dan sapi.
3. Kesukaan beristirahat, Setelah nyamuk menggigit orang atau hewan nyamuk
tersebut akan beristirahat selama 2 sampai 3 hari. Nyamuk Culex sp suka
beristirahat dalam rumah.
4. Aktifitas menghisap darah, Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan
hewan terutama pada malam hari (nocturnal). Nyamuk Culex sp menggigit
beberapa jam setelah matahari terbenam sampai sebelum matahari terbit. Dan
puncak menggigit nyamuk ini adalah pada pukul 01.00-02.00.
Pada serangga, darah (atau lebih dikenal sebagai
hemolimfe) tidak terlibat dalam peredaran oksigen.
Oksigen pada serangga diedarkan melalui sistem
trakea berupa saluran-saluran yang menyalurkan
udara secara langsung ke jaringan tubuh. Darah
serangga mengangkut zat ke jaringan tubuh dan
menyingkirkan bahan sisa metabolisme.
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga
dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang
ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel
berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak
berpasangan pada setiap segmen tubuh.
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel
menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea
bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat
mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak
berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas.
Sistem Pencernaan Nyamuk Culex
Kimiawi Hayati
• Pengendalian fisik dilakukan dengan cara memakai pakaian yang dapat
melindungi diri dari gigitan nyamuk, memasang jarring penghalang sehingga
nyamuk tidak dapat masuk dan menata rumah beserta lingkungan sekitaar
sehingga tidak dapat dijadikan sebagai tempat berlindung dan berkembangbiak
bagi nyamuk (Jan. A. Rozendaal, 1997:59-99).
• Menurut Upik Kesumawati Hadi dan Ssusi Soviana (2000:100-102), upaya-upaya
pengendalian nyamuk secara fisik adalah sebagai berikut:
1. Modifikasi Lingkungan, Modifikasi lingkungan yaitu mengubah fisik lingkungan
secara permananen yang bertujuan menghilangkan atau mengurangi tempat
perindukan nyamuk. Contoh dari modifikasi lingkungan adalah kegiatan 3M
(menguras, mengubur dan menutup).
2. Modifikasi Perilaku Manusia, Modifikasi perilaku manusia adalah usaha merubah
perilaku sehari-hari sehingga tidak menguntungkan bagi nyamuk, seperti
mengurangi tidur siang pada waktu musim penghujan untuk mengurangi
frekuensi kontak dengan nyamuk.
Pengendalian Hayati
• Pengendalian hayati dilakukan dengan cara menyebarkan
predator dan patogen nyamuk didaerah endemis. Predator
pemakan larva yang dapat digunakan untuk mengendalikan
nyamuk adalah ikan Poecilia reticulate, Gambussia affinis,
ikan mas, ikan lele dan larva nyamuk Toxorrhynchites.
• Pengendalian vector menggunakan pathogen contohnya
adalah pemanfaatan bakteri Bacillus thuringiensis.
1. Insektisida Sintetik, Insektisida sintetik yang digunakan dalam pengendalian
nyamuk adalah parathion, malation dan diklorvos (Frank C. Lu, 1995:329).
2. Insektisida nabati, Insektisida nabati adalah insektisida yang bersal dari
tanaman. Tanaman sumber insektisida yang telah digunakan antara lain bunga
Crhysantemum cinenariafolium, yang mengandung senyawa piretroid. Piretroid
telah digunakan untuk membunuh serangga sejak tahun 1800-an
(Sastrodiharjo, 1979:58-60). Tanaman yang lainnya yang telah digunakan
adalah buah lerak (s. rarak), yang mengandung senyawa saponim. Ekstrak buah
lerak (S rarak) tersebut efektif digunakan sebagai insektisida pada nyamuk
(Nunik Siti Aminah, 2001).
3. Insektisida anorganik, Insektisida anorganik adalah insektisida yang berasal dari
bahan-bahan anorganik. Insektisida anorganik yang telah digunakan adalah
minyak bumi, HCN, kapur belerang (Upik Kesumawati Hadi dan Ssusi Soviana,
2000:105).
Pengendalian genetic dilakukan dengan cara
mensterilkan nyamuk jantan kemudian melepasnya ke
alam. Nyamuk betina hanya kawin sekali, oleh karena
itu nyamuk betina yang kawin dengan nyamuk jantan
steril tidak akan menghasilkan keturunan (Upik
Kusuma Hadi dan Susi Soviana, 2000:115).