Dosen Pengampu :
Suprio Heryanto, S.KM., M.Kes(Epid)
Disusun oleh :
Nama : Yosita Freda Maharani J410180058
Bagas Hermawan Atmajati J410180060
Karisa Maulana J410180065
Revo Nur Kusuma Ardi J410180066
Syafira Nurul Azizah J410180077
Terra Madhu Verend J410180082
Fauzi Arif Hidayat J410180088
Kelas : 4B
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1200
1000
800
600
400
200
0
2013 2014 2015 2016 2017
Hepatisis A Column1
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana Epidemiologi penyakit menular Hepatitis di Kabupaten
Jember tahun 2013-2018?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui situasi penyakit Hepatitis di Kabupaten Jember.
b. Untuk mengetahui triad epidemiologi penyakit Hepatitis.
c. Untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit Hepatitis.
d. Untuk mengetahui pola penularan/tranmisi penyakit Hepatitis.
e. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan penyakit
Hepatitis.
4. Ruang Lingkup
Lingkup Materi : Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan
nekrosis dari sel-sel hati yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus. Telah ditemukan lima kategori virus
yang menjadi agen penyebab, yaitu virus hepatitis A
(VHA), virus hepatitis B (VHB), virus hepatitis C
(VHC), virus hepatitis D (VHD), dan virus hepatitis
E (VHE). Virusvirus tersebut dapat memberikan
gejala klinik yang serupa. Hepatitis B merupakan
salah satu penyakit hepatitis virus yang paling
dikenal. Virus hepatitis B merupakan agen prototipe
dari famili Hepadnaviridae (Price & Wilson, 2005).
Lingkup Waktu : Tahun 2013 s/d 2018.
Lingkup Tempat : Penyebaran Kasus Hepatitis di Kabupaten Jember,
Jawa Timur, Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Penyakit
Definisi hepatitis secara umum adalah proses inflamasi pada hati. Hepatitis
dapat disebabkan oleh virus hepatitis. Pada saat ini setidaknya sudah dapat
diidentifikasi beberapa jenis virus hepatitis. Sesuai dengan urutan saat
diidentifikasi, virus-virus tersebut diberi sebutan sebagai virus hepatitis A,B,C,D,
dan E. Semua virus hepatitis diidentifikasi berdasarkan pada hasil pemeriksaan
serologi. Pada tahun 1997, ditemukan antigen inti virus yang sebelumnya belum
pernah diidentifikasi pada hepatosit pasien hepatitis kronik B. Antigen tersebut
ternyata hanya dijumpai bila bersama dengan infeksi virus hepatitis B, tetapi
sangat jarang bersama HBcAg. Selanjutnya antigen tersebut disebut antigen delta.
Seperti banyak antigen virus yang lain, antigen delta juga dapat memacu
pembentukkan antibodi anti-Delta. Pada tahun 1986, cloning dan sequencing
VHD berhasil dilakukan. Dapat dibuktikan bahwa antigen delta merupakan
komponen virus yang unik bila dibandingkan dengan virus hepatitis yang lain.
Virus ini bersifat defektif, untuk melakukan replikasi, membentuk virus baru, ia
harus berada bersama dengan HBsAg. Disebut hepatitis delta bila dapat
dibuktikan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh virus hepatitis delta (VHD).3
Infeksi HDV hanya terjadi pada individu dengan resiko infeksi HBV
(koinfeksi atau superinfeksi). Tranmisi virus ini mirip dengan HBV yaitu melalui
darah, permukosal, perkutan parenteral, seksual dan perinatal walaupun jarang.
Pada saat terjadi superinfeksi, titer VHD serum akan mencapai puncak, sekitar 2-5
minggu setelah inokulasi, dan akan menurun setelah 1-2 minggu kemudian.
Hepatitis virus D endemis di Mediterania, Semenanjung Balan dan bagian Eropa
bekas Rusia.(UI, Centers dor disease control and prevention. 6
2. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus Hepatitis B (VHB), suatu anggota famili
Hepadnavirus.
Virus hepatitis B be
r upa partikel dua lap
i s berukuran 42 nm
y ang disebut
"Partikel Dane". La
pisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang membungku partikel inti
(core). Pada inti terdapat DNA VHB Polimerase.
Pada partikel intiterdapat Hepatitis Bcore antigen (HBcAg)
dan Hepatitis B e antigen (HBeAg). Antigen permukaan (HBsAg)terdiri ataslipo p
rotein dan menurut sifat imunologi proteinnya virus Hepatitis B dibagi
menjadi 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw dan ayr. Subtipe ini secara epidemiologis
penting, karena menyebabkan perbedaan geogmfik dan rasial dalam
penyebarannya. Virus hepatitis B mempunyai masa inkubasi 45 - 80 hari, rata-
rata 80 - 90 hari. 7
4. Pemeriksaan penunjang
1. Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan : merupakan
batasan nilai untuk membedakan hepatitis virus dengan nonvirus
2. AST(SGOT atau ALT(SGPT) : awalnya meningkat. Dapat meningkat satu
sampai dua minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun
3. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup
SDM (gangguan enzim hati atau mengakibatkan perdarahan)
4. Leucopenia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
5. Diferensial darah lengkap : lekositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan
sel plasma
6. Alkali fosfatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
7. Fesses : warna tanak liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
8. Albumin serum : menurun
9. Gula darah : hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fusngsi hati)
10. Anti-HAV IGM : Positif pada tipe A
11. HBSAG : dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). catatan : merupakan
diagnostic sebelum terjadi gejala kinik
12. Massa protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati)
13. Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100mm (bila diatas 200mg/mm, prognosis
buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
14. Tes eksresi BSP : kadar darah meningkat
15. Biaosi hati : menentukan diagnosis dan luasnya nekrosis
16. Scan hati : membantu dalam perkiraan beratnya ketrusakan parenkim
17. Urinalisa : peninggian kadar bilirubin;protein/hematuria dapat terjadi
5. Cara Pengobatan
a) Pengobatan Hepatitis A
Hepatitis A memang sering kali tidak berbahaya, tetapi lamanya
prosespenyembuhan dapat membuat kerugian baik dari segi ekonomi dan
sosial.Penyakit ini juga tidak memiliki pengobatan secara spesifik yang dapat
mengurangi lamanya penyakit, sehingga dalam penatalaksanaan Hepatitis A,
tindakan pencegahan adalah yang hal yang paling utamaPengobatan hepatitis A
hanya bertujuan untuk meredakan gejala yang dirasakan. Obat antivirus tidak
dibutuhkan karena virus hepatitis A akan dibasmi oleh sistem kekebalan tubuh
penderita sendiri.
1. Beristirahat total.
2. Sering minum air putih untuk menjaga kecukupan cairan tubuh.
3. Tetap makan walaupun nafsu makan menurun.
4. Makan dengan porsi sedikit dan menghindari makanan berlemak, untuk
mencegah mual dan muntah.
5. Menghindari minuman beralkohol.
6. Menggunakan pakaian longgar untuk mengurangi rasa gatal.
7. Untuk meredakan gejala, dokter dapat memberikan obat pereda nyeri dan
obat penurun panas. Gejala mual dan muntah juga bisa diredakan dengan
minum obat mual metoclopromide.
b) Pengobatan Hepatitis B
Metode pengobatan untuk hepatitis B ditentukan berdasarkan jenis infeksi yang
diderita oleh pasien, apakah hepatitis B akut atau hepatitis B kronis.
1. Entecavir
2. Tenofovir
3. Lamivudine
4. Adefovir
5. Telbivudine
1. Analisis Situasi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, lebih dari dua
miliar penduduk dunia terinfeksi hepatitis B (HBV) dengan angka kematian
250.000 orang per tahun dan lebih dari 350 juta memiliki infeksi hati kronis
(jangka panjang). Hepatitis B endemik di China dan bagian lain di Asia.
Kebanyakan orang di wilayah tersebut menjadi terinfeksi VHB selama masa
kanak-kanak. Di wilayah ini, 8% sampai 10% dari populasi dewasa terinfeksi
kronis. Kanker hati disebabkan oleh HBV adalah antara tiga penyebab pertama
kematian dari kanker pada pria, dan penyebab utama kanker pada wanita.
Indonesia adalah negara dengan prevalensi hepatitis B dengan tingkat
endemisitas tinggi yaitu lebih dari 8 persen yang sebanyak 1,5 juta orang
Indonesia berpotensi mengidap kanker hati, hal ini berarti bahwa Indonesia
termasuk daerah endemis penyakit hepatitis B dan termasuk negara yang
dihimbau oleh WHO untuk melaksanakan upaya pencegahan (imunisasi).
Hepatitis A merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati di
dunia. Hepatitis A terjadi secara sporadis di seluruh dunia, dengan
kecenderungan pengulangan siklus epidemi. Berdasarkan data yang diperoleh
kasus KLB hepatitis A di indonesia tahun 2013 ada 495 kasus dan menurun di
tahun 2014 yaitu 460 kasus, kemudian muncul di tahun 2018 dengan total
kasus 564 kasus.
Di Provinsi Jawa Timur, penyakit Hepatitis A sering menyebabkan
KLB. Pada tahun 2013 terjadi KLB Hepatitis A di 6 kabupaten yang meliputi
Jombang, Lamongan, Pacitan, Sidoarjo, Ponorogo, dan Pasuruan dengan total
462 kasus. Pada Tahun 2014 terjadi di tiga kabupaten yang meliputi Sidoarjo,
Kediri dan Surabaya dengan jumlah total 59 kasus. Pada tahun 2015 KLB
Hepatitis A terjadi di 3 kabupaten yang meliputi Probolinggo, Lamongan dan
Jember dengan total 78 kasus. Pada tahun 2015 ditemukan 33 kasus hepatitis B
dan meningkat tajam menjadi 432 kasus (122 laki-laki dan 310 perempuan)
pada tahun 2016. 432 kasus hepatitis B ini ditemukan di 6 kabupaten/kota,
terbanyak di kota malang (181 kasus), sampang 2 kasus, nganjuk 6 kasus da 1
kasus di jombang. Unutuk tahun 2017 telah terjadi peningkatan kasus hampir 3
kali lipat dari tahun sebelumnya yaitu telah dilaporkan sebanyak 1.287 kasus
penyakit hepatitis B, dengan rincian 1.035 perempuan dan 247 laki-laki. Di
Kabupaten Jember kasus Hepatitis tahun 2018 ada total 218 kasus dan
Kecamatan yang memiliki jumlah kasus terbanyak yaitu kecamatan
Jombangsari dengan 79 kasus, sedangkan kecamatan yang terendah dengan
jumlah kasus Hepatitis ada di Kecamatan Baliung, Banjarsengon, Wuluhan,
Sumberjambe, Jnggrawah, Sembrono dan Andongsari dengan masing-masing
kecamatan ada 1 kasus positif Hepatitis.
2. Triad Epidemiologi
1. Agent
Hepatitis A adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A
(HAV) virus genom RNA beruntai tunggal dan linear dengan ukuran 7.8
kb. Virus hepatitis A merupakan anggota famili pikornaviradae berukuran
27-32 nm dengan bentuk partikel yang membulat. HAV mempunyai
simetri kubik, tidak memiliki selubung, serta tahan terhadap panas dan
kondisi asam. HAV mula-mula diidentifikasi dari tinja dan sediaan hati.
Penambahan antiserum hepatitis A spesifik dari penderita yang hampir
sembuh (konvalesen) pada tinja penderita diawasl masa inkubasi
penyakitnya, sebelum timbul ikterus, memungkinkan pemekatan dan
terlihatnya partikel virus melalui pembentukan agregat antigenantibodi.
Asai serologic yang lebih peka, seperti asai mikrotiter imunoradiometri
fase padat dan pelekatan imun, telah memungkinkan deteksi HAV di
dalam tinja, homogenate hati, dan empedu, serta pengukuran antibodi
spesifik (IgG untuk kasus infeksi lalu dan IgM untuk kasus infeksi akut) di
dalam serum (Abbot, Laboratorium Diagnostic,1981; Krugman S, 1979).
Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus.
Virus hepatitis B atau partikel Dane merupakan partikel bulat berukuran
42nm dengan selubung fosfolipid (HbsAg). Virus Hepatitis B terdiri atas 3
jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan HBeAg. Berdasarkan sifat
imunologik protein pada HBsAg, virus dibagi atas 4 subtipe yaitu adw,
adr, ayw, dan ayr yang menyebabkan perbedaan geografi dalam
penyebarannya.Subtype adw terjadi di Eropah, Amerika dan Australia.
Subtype ayw terjadi di Afrika Utara dan Selatan. Subtype adw dan adr
terjadi di Malaysia, Thailand, Indonesia. Sedangkan subtype adr terjadi di
Jepang dan China.
2. Host
HVA menyerang manusia, baik dewasa maupun anak-anak. Siapapun
yang belum pernah terinfeksi atau divaksinasi dapat terkena hepatitis A. Di
daerah di mana virus tersebar luas, sebagian besar yang terinfeksi HAV
adalah anak usia dini. Faktor risiko lain untuk virus hepatitis A antara lain
obat-obatan suntik, tinggal serumah dengan orang yang terinfeksi, atau
mitra seksual dari seseorang dengan infeksi HAV akut.
Semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi timbul serta perjalanan penyakit hepatitis B. Faktor
penjamu meliputi:
- Umur
Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering
pada bayi dan anak (25 -45,9 %) resiko untuk menjadi kronis,
menurun dengan bertambahnya umur dimana pada anak bayi 90 %
akan menjadi kronis, pada anak usia sekolah 23 -46 % dan pada
orang dewasa 3-10% (Markum, 1997). Hal ini berkaitan dengan
terbentuk antibodi dalam jumlah cukup untuk menjamin terhindar
dari hepatitis kronis.
- Jenis Kelamin
Berdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis B
Dibanding pria.
- Mekanisme Pertahanan Tubuh
Bayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering
terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang sering terinfeksi
hepatitis B, terutama pada bayi yang belum mendapat imunisasi
hepatitis B. Hal ini karena sistem imun belum berkembang
sempurna.
- Kebiasaan Hidup
Sebagian besar penularan pada masa remaja disebabkan karena
aktivitas seksual dan gaya hidup seperti homoseksual, pecandu
obat narkotika suntikan, pemakaian tatto, pemakaian akupuntur.
- Pekerjaan
Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah
dokter, dokter bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar
operasi, petugas laboratorium dimana mereka dalam pekerjaan
sehari-hari kontak dengan penderita dan material manusia (darah,
tinja, air kemih).
3. Environment
Orang yang tinggal di daerah dengan sanitasi yang buruk memiliki
risiko yang lebih tinggi. Sistem sanitasi yang buruk menyebabkan
penularan penyakit lebih mudah, dan karena itu lebih banyak kasus yang
muncul. Data yang terdapat pada Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
menyebutkan bahwa presentase rumah tangga yang memiliki sumber air
minum terlindung sebesar 81.48 %. Provinsi dengan presentase terbesar
dengan rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung adalah
DKI dengan presentase 98.94%. Sedangkan provinsi dengan presentase
terkecil rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung adalah
Bengkulu, 45.93%. Sementara provinsi Sumatera Selatan memiliki
presentase rumah tangga dengan sumber air minum terlindung sebesar
62.99%.
Orang yang tinggal di daerah padat penduduk memiliki risiko lebih
tinggi untuk terpapar HAV. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2007 tercatat sebesar 225.642.124 dengan
tingkat kepadatan penduduk 118 per km2. Tingkat kepadatan paling tinggi
masih didominasi oleh provinsi-provinsi di pulau Jawa. Provinsi yang
memiliki kepadatan tertinggi adalah DKI Jakarta, yaitu sebesar 13.651
jiwa per km2. Kepadatan penduduk terendah di provinsi Papua, yaitu
hanya 6 jiwa per km2. Selain sanitasi yang tidak baik dan kepadatan
penduduk, penyakit ini juga erat terkait dengan kebersihan pribadi
(personal hygiene) yang buruk. Umumnya masyarakat yang tinggal di
daerah padat penduduk sebagai tujuan dari urbanisasi akan membentuk
perkampungan kumuh (slum area) dikarenakan keadaan ekonomi yang
belum memadai. Hal ini tentu akan memberikan dampak prilaku negatif
terhadap kebersihan pribadi masyarakat tersebut, yang akan cenderung
tidak terlalu memperhatikan status kesehatan.
Merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang
mempengaruhi perkembangan hepatitis B. Yang termasuk faktor
lingkungan adalah:
1. Lingkungan dengan sanitasi yang jelek.
2. Daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi.
3. Daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata.
4. Daerah unit laboratorium.
5. aerah unit Bank Darah.
6. Daerah tempat pembersihan.
7. Daerah dialisa dan transplantasi.
8. Daerah unit perawatan penyakit dalam.
3. Riwayat Alamiah Penyakit
1. Masa Inkubasi dan Masa Klinis
Masa inkubasi virus hepatitis A adalah 15-49 hari, dengan rata-rata 28-
30 hari. Pada tahap inkubasi ini, gejala infeksi hepatitis A belum terlihat.
Hepatitis A mempunyai gejala klinis dengan spektrum bervariasi mulai
dari ringan sampai sembuh dalam waktu 1-2 minggu sampai dengan gejala
berat penyakit muncul dan berlangsung hingga beberapa bulan, umumnya
2-6 bulan. Perjalanan penyakit dapat terus berlanjut dan kambuh kembali,
biasanya berlangsung dalam kurun waktu lebih dari 1 tahun. Gejala
hepatitis A adalah demam, malaise, kehilangan nafsu makan, sakit kepala,
nyeri otot, lelah dan lemah, diare, mual, ketidaknyamanan perut, urin gelap
dan sakit kuning (menguningnya kulit dan putih mata).
Tidak semua orang yang terinfeksi akan memunculkan semua gejala.
Orang dewasa menunjukkan tanda dan gejala penyakit yang lebih parah
daripada anak-anak. Tingkat keparahan penyakit dan mortalitas lebih
tinggi pada kelompok usia yang lebih tua. Pada orang dewasa, jumlah
kasus ikterus yang terjadi sebesar 70%. Kulit, mata dan selaput lendir
menguning, menyebabkan urin gelap dan tinga berwarna terang tanah liat.
Pada anak-anak hanya 30% yang benar-benar menunjukkan gejala. Anak
dibawah 6 tahun yang terinfeksi biasanya gejala tidak terlihat, dan hanya
10% yang memperlihatkan gejala jaudince. Secara keseluruhan, gejala
berlangsung kurang drai 2 bulan, meskipun terkadang ada yang bertahan
sampai 6 bulan, dan ikterus hingga 8 bulan. Kebanyakan orang sembuh
dalam beberapa minggu atau bulan tanpa komplikasi. Gejala hepatitis
dapat sangat mirip antara semua bentuk manusia hepatitis. Oleh karena itu
tes darah diperlukan untuk menentukan virus hepatitis spesifik seseorang.
2. Masa Laten dan Masa Infeksi
Pada masa laten, virus ditemukan pada tinja orang yang terinfeksi,
mencapai puncak 1-2 minggu sebelum timbulnya gejala dan berkurang
cepat setelah gejala disfungsi hati muncul bersamaan dengan timbulnya
sirkulasi antibodi HAV di dalam darah. Pada tahap infeksi, infektivitas
maksimum terjadi pada hari-hari terakhir dari separuh masa inkubasi dan
terus berlanjut beberapa hari hingga muncul gejala ikterus.
Sebuah hepatitis akut Sebuah kasus dapat berkembang menjadi
hepatitis fulminan A. Ini adalah suatu komplikasi yang jarang namun
parah Hepatitis A, di mana racun dari virus hepatitis membunuh jumlah
tinggi abnormal sel-sel hati (sekitar ¾ dari jumlah sel hati), dan hati mulai
mati. Lima puluh persen pasien dengan kondisi ini memerlukan
transplantasi hati langsung untuk menghindari kematian. Hepatitis
fulminan A juga bisa menyebabkan komplikasi lebih lanjut, termasuk
disfungsi otot dan kegagalan organ multiple.
Masa inkubasi virus Hepatitis B adalah 90 hari rata-rata, tetapi dapat
bervariasi dari sekitar 30 sampai 180 hari. HBV dapat dideteksi 30 sampai
60 hari setelah infeksi dan menetap selama periode variabel luas waktu.
Respon sel tubuh manusia pada infeksi virus dapat menyebabkan keadaan
berikut:
1. Tidak terjadi proses peradangan dan sel hati masih berfungsi
normal, tetapi produksi virus berlangsung terus yang disebut
dengan infeksi persisten (pasien tetap sehat dengan titer HbsAg
yang tinggi).
2. Terjadi proses peradangan sel hati dan sintesis virus ditekan, yang
disebut dengan hepatitis akut.
3. Terjadi proses peradangan yang berlebihan, dan keadaan ini akan
menyebabkan kerusakan sel hati, yang disebut dengan hepatitis
fulminan. Bentuk ini sekitar 1 % dengan gambaran sakit berat dan
sebagian besar mempunyai prognosa buruk dalam 7-10 hari, lima
puluh persen akan berakhir dengan kematian. Adakalanya
penderita belum menunjukkan gejala ikterus yang berat, tetapi
pemeriksaan SGOT memberikan hasil yang tinggi pada
pemeriksaan fisik hati menjadi lebih kecil, kesadaran cepat
menurun hingga koma, mual dan muntah yang hebat disertai
gelisah, dapat terjadi gagal ginjal akut dengan anuria dan uremia.
4. Terjadinya proses yang tidak sempurna, yaitu proses peradangan
dan sintesis virus berjalan terus, yang disebut sebagai hepatitis
kronis. Kira-kira 5-10% penderita hepatitis B akut akan mengalami
Hepatitis B kronik. Hepatitis ini terjadi jika setelah 6 bulan tidak
menunjukkan perbaikan yang mantap.
4. Pola Penularan/Transmisi
Penyebaran virus hepatitis A terjadi melalui jalur fecal-oral, di mana virus
masuk ke mulut melalui benda, makanan, atau minuman yang sudah
terkontaminasi tinja penderita hepatitis A. Berikut ini adalah beberapa cara
penularan virus hepatitis A:
1. Dari orang ke orang
- Seseorang yang menderita hepatitis A tidak mencuci tangannya
dengan bersih setelah menggunakan toilet, lalu menyentuh benda
atau makanan.
- Melakukan kontak dekat dengan penderita hepatitis A, misalnya
merawat pasien hepatitis A, membersihkan benda-benda milik
pasien, atau berhubungan seksual secara oral dan anal dengan
penderita hepatitis A.
2. Dari makanan dan minuman
Seseorang bisa tertular hepatitis A ketika mengonsumsi makanan dan
air yang terkontaminasi virus tersebut. Ini termasuk makanan beku,
makanan yang belum sepenuhnya matang, es balok, dan kerang yang
tercemar virus hepatitis A.
Berisiko tinggi terjangkit hepatitis A apabila:
1. Tinggal bersama dengan penderita hepatitis A.
2. Tinggal di daerah dengan sanitasi buruk dan air tercemar.
3. Bekerja atau tinggal di lingkungan yang padat penduduk dengan
sanitasi yang buruk serta kekurangan air bersih.
4. Tidak mendapatkan vaksinasi hepatitis A.
5. Menggunakan narkoba, terutama jenis narkoba suntik.
6. Menjadi pasangan seksual penderita hepatitis A.
7. Memiliki penyakit penggumpalan darah, seperti hemofilia.
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, lebih dari
dua miliar penduduk dunia terinfeksi hepatitis B (HBV) dengan angka
kematian 250.000 orang per tahun dan lebih dari 350 juta memiliki infeksi
hati kronis (jangka panjang). Pada tahun 2015 ditemukan 33 kasus
hepatitis B dan meningkat tajam menjadi 432 kasus (122 laki-laki dan 310
perempuan) pada tahun 2016. Sedangkan hepatitis A merupakan urutan
pertama dari berbagai penyakit hati di dunia. Hepatitis A terjadi secara
sporadis di seluruh dunia, dengan kecenderungan pengulangan siklus
epidemi. Berdasarkan data yang diperoleh kasus KLB hepatitis A di
indonesia tahun 2013 ada 495 kasus dan menurun di tahun 2014 yaitu 460
kasus, kemudian muncul di tahun 2018 dengan total kasus 564 kasus.
Triad Epidemiologi Penyakit Hepatitis
a. Agent : Hepatitis A adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus
hepatitis A (HAV) virus genom RNA beruntai tunggal dan linear
dengan ukuran 7.8 kb. Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B
termasuk DNA virus.
b. Host : Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur.
Paling sering pada bayi dan anak (25 -45,9 %) resiko untuk menjadi
kronis, menurun dengan bertambahnya umur dimana pada anak bayi 90
% akan menjadi kronis, pada anak usia sekolah 23 -46 % dan pada
orang dewasa 3-10% (Markum, 1997). Hal ini berkaitan dengan
terbentuk antibodi dalam jumlah cukup untuk menjamin terhindar dari
hepatitis kronis
c. Environment : Lingkungan dengan sanitasi yang jelek, daerah dengan
angka prevalensi VHB nya tinggi, daerah unit pembedahan (seperti :
ginekologi, gigi, mata), daerah unit laboratorium, daerah unit Bank
Darah, daerah tempat pembersihan, daerah dialisa dan transplantasi,
daerah unit perawatan penyakit dalam.
Riwayat Alamiah Penyakit Hepatitis
Pada masa laten, virus ditemukan pada tinja orang yang terinfeksi,
mencapai puncak 1-2 minggu sebelum timbulnya gejala dan berkurang
cepat setelah gejala disfungsi hati muncul bersamaan dengan timbulnya
sirkulasi antibodi HAV di dalam darah. Pada tahap infeksi, infektivitas
maksimum terjadi pada hari-hari terakhir dari separuh masa inkubasi dan
terus berlanjut beberapa hari hingga muncul gejala ikterus.
Pola Penularan/ Transmisi Hepatitis
Penyebaran virus hepatitis A terjadi melalui jalur fecal-oral, di mana virus
masuk ke mulut melalui benda, makanan, atau minuman yang sudah
terkontaminasi tinja penderita hepatitis A. Sedangkan untuk penularan
hepatitis B dari ibu ke bayi saat lahir, dari anggota keluarga ke anak, dan
juga melalui kontak seksual. Virus hepatitis B dapat menyebar melalui
cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Ini termasuk darah, keringat, air
mata, air liur, air mani, cairan Miss V, darah menstruasi, dan ASI dari
orang yang terinfeksi
Pencegahan dan Penanggulangan Hepatitis
Perilaku hidup bersih seperti mencuci tangan pakai sabun sebelum makan
dan sesudah dari toilet adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi diri
terhadap virus Hepatitis A. Langkah utama untuk mencegah hepatitis B
adalah melalui vaksinasi. Vaksin hepatitis B merupakan vaksin wajib yang
diberikan kepada anak-anak. Efek vaksin yang diberikan saat anak-anak
tidak akan bertahan seumur hidup, sehingga vaksinasi perlu diulang saat
dewasa. Imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri
(Havrix) atau bentuk kombinasi dengan vaksin hepatitis B (Twinrix).
Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster
yang dilakukan 6-12 bulan kemudian, sementara imunisasi hepatitis B
dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan dan 6 bulan kemudian. Selain
vaksinasi, beberapa tindakan juga perlu dilakukan untuk menurunkan
risiko terkena hepatitis B, yaitu melakukan hubungan seksual yang aman
dan tidak menyalahgunakan NAPZA.
2. SARAN
a. Untuk Pemerintah
1. Sebaiknya Pemerintah lebih mengupayakan lagi langkah-langkah
untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit Hepatitis di
Indonesia.
2. Sebaiknya Pemerintah mengevaluasi dan memperbaiki kembali
kebijakan pencegahan dan penanganan penyakit Hepatitis yang telah
berlaku.
b. Untuk Masyarakat
1. Sebaiknya masyarakat ikut berpartisipasi dalam pencegahan dan
penangulangan penyakit Hepatitis, dengan melakukan langkah-
langkah yang dianjurkan pemerintah.
2. Sebaiknya masyarkat lebih aktif dalam memperoleh data dan
informasi mengenai penyakit Hepatitis.
c. Untuk Mahasiswa
1. Sebaiknya mahasiswa melakukan langkah-langkah pencegahan dan
penanggulangan penyakit Hepatitis dengan mendemonstrasikan
kepada masyarakat.
2. Sebaiknya mahasiswa harus aktif dalam memperoleh informasi
mengenai kesehatan, terutama mengenai penyakit Hepatitis.
Price, S.A., dan Wilson, L. M., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Prosesproses
Penyakit, Edisi 6, Vol. 2, diterjemahkan oleh Pendit, B. U., Hartanto, H.,
Wulansari, p., Mahanani, D. A.,Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sari, W., & M Kes Oei Gin Djing, A. (2011). Care Yourself, Hepatitis. Penebar
PLUS+.