Blok Kardiovaskuler
Laporan Tutorial
Modul “Nyeri Dada”
Kelompok 11
Dosen Pembimbing:
dr. Santriani Hadi
Anggota Kelompok:
Muhammad Ishaq R : 110 214 0091
Selly Silla Sakti : 110 214 0104
Ria Rizki Amaliyah : 110 214 0113
Achmad Raihan Muhfisyar : 110 214 0126
Evi Sriwahyuni : 110 214 0133
Tzuraya Zahrah : 110 214 0138
Vina Alfiani : 110 214 0145
Andi Matahari Rezkya : 110 214 0148
Regi Mayang Lestari : 110 214 0156
Dewi Arfina Sari : 110 214 0160
Ulfah Anggraini Syarief : 110 215 0160
Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia
Tahun 2016
KATA PENGANTAR
Kelompok 11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
I. PENDAHULUAN...........................................................................................
II. PEMBAHASAN..............................................................................................
A. Skenario .....................................................................................................
B. Klasifikasi Kata Sulit..................................................................................
C. Klasifikasi Kalimat Kunci...........................................................................
D. Identifikasi Masalah ..................................................................................
E. Analisis Masalah .......................................................................................
III.PENUTUP........................................................................................................
Kesimpulan.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A.SKENARIO
B.KATA SULIT
1. Laki-laki 71 tahun
2. Rasa tidak nyaman di dada dan sulit bernapas
Sejak 3 bulan terakhir saat naik tangga
3. Riwayat merokok 30 batang/hari
4. Riwayat keluarga
Ayah meninggal karena serangan jantung di usia 80 tahun
Ibu meninggal karena serangan jantung di usia 50 tahun
5. LFG 25ml/menit/m2
6. Gula darah puasa 11 mmol/L
7. Kolesterol LDL 5 mmol/L
8. Kolesterol HDL 0.7 mmol/L
9. Tekanan darah 170/95 mmHg
10. Nadi 92 kali/menit
11. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal
Jawab :
STRUKTUR
Ukuran Jantung
Panjang : 12 cm
Lebar : 8-9 cm
Pericardium
a. Percardium Fibrosa
b. Pericardium Serosa
Dinding Jantung
b.
c.
1. Epicardium, lapisan terluar dinding jantung dan tempat
ditemukannya pembuluh darah besar dan saraf. Lapisan dalam epikardium disebut
membrana serosa yang merupakan selapis sel squamosa yang bersandar pada
lamina propria jaringan ikat halus. Diantara membrane serosa dan miokardium
terdapat jaringan ikat fibroelastis yang bercampur dengan jaringan lemak yang
membuat permukaan jantung tampak halus.
2. Myocardium, lapisan yang berada di tengah dan tersusun atas
beberapa lapis otot jantung.
3. Endocardium, lapisan terdalam yang tersusun atas lapisan sel
squamosa endothelial dan melanjut pada endothel pembuluh darah yang melapisi
permukaan dalam rongga jantung.
Bagian-Bagian Jantung:
Ruang-ruang Jantung
Vaskularisasi Jantung
Aorta Ascendensà
A. Coronaria Cordis
A. Coronaria Dextra
A. coronaria Sinistra
- Sinus Coronarius
- V. Cordia Magna (V. Coronaria Sinistra)
- V. Cordia Parva (V. Coronarius Dextra)
- V. Cordis Media
- V. Ventriculi Sinistra Posterior
- V. Obliqua atria Sinistra
- V. Cardiaca Anterior
- V. Cardiaca Minimi
Persarafan Jantung
Histologi
JANTUNG
Katup AV
A.Ulnaris
Tunika – endotel dengan -endotel dengan
-Subendotel -subendotel
interna,
tight junction,
gap junction
Tunika -lapisan lebih tebal -Terdapat: – terdapat 1-2
Elastika eksterna
Tunika – Lapisan lebih tipis – Tebal lapisan – Tipis
Metateriol
Kapiler darah
3. Sinusoid
FISIOLOGI
Kontraksi Jantung
Jantung terdiri dari jaringan otot jantung, bila otot berkontraksi maka
ototnya mengecil, kontraksi, systole. Pada saat relaksasi, ukuran kembali, diastole.
Otot jantung memiliki kempuan kontraksi mandiri. Otot atrium dan ventrikel
cenderung beraktivitas sendiri-sendiri. bisa kacau dan tidak bisa menjalankan
fungsinya sebagai pemompa darah / pemberi daya pada darah sehingga darah
mengalir. Bila berhenti mengalir maka oksigen dan nutrisi untuk otak tidak ada
sehingga otak berhenti beraktivitas dan dapat mengakibatkan kematian. Atrium
berkontraksi, ventrikel relaksasi. Dan sebaliknya, atrium berkontraksi lebih
dahulu baru ventrikel. Mekanisme di atas diatur oleh sisitem penghatar / sistem
konduktoria yang mengantarkan listrik dari atrium ke ventrikel. Impuls jantung
berasal dari nodus SA yang terletak di atrium kanan pada vena cava superior.
Setelah impuls dicetuskan, potensial aksi menyebar ke seluruh atrium kanan dan
kiri melalui penyebaran impuls dari sel ke sel melalui gap junction. Impuls
berjalan dari atrium ke ventrikel melalui nodus AV (satu-satunya titik kontak
listrik antara kedua ruangan tersebut. Potensial aksi berhenti sebentar di nodus AV
untuk memastikan bahwa kontraksi atrium mendahului kontraksi ventrikel agar
pengisian ventrikel berlangsung sempurna. Impuls kemudian dengan cepat
berjalan ke septum antarventrikel melalui berkas His dan secara cepat disebarkan
ke seluruh miokardium melalui serat purkinye. Sel-sel ventrikel lainnya diaktifkan
melalui penyebaran impuls dari sel ke sel melalui gap junction. Dengan demikian,
atrium berkontraksi sebagai satu kesatuan, diikuti oleh kontraksi sikron ventrikel
setelah jeda yang singkat.
Pengendalian Jantung
2. Jelaskan pembagian nyeri dada disertai mekanisme nyeri dada dan sulit
bernapas!
Jawab :
2. Perikardikal
Saraf sensoris untuk nyeri terdapat pada perikardium parietalis diatas
diafragma. Nyeri perikardila lokasinya di daerah sternal dan area preokordinal,
tetapi dapat menyebar ke epigastrium, leher, bahu dan punggung. Nyeri
bisanya seperti ditusuk dan timbul pada aktu menarik nafas dalam, menelan,
miring atau bergerak.
Nyeri hilang bila penderita duduk dan berdandar ke depan. Gerakan
tertentu dapat menambah rasa nyeri yang membedakannya dengan rasa nyeri
angina.
Radang perikardial diafragma lateral dapat menyebabkan nyeri
epigastrum dan punggung seperti pada pankreatitis atau kolesistesis.
3.Aorta
Penderita hipertensi, koartasio aorta, trauma dinding dada merupakan
resiko tinggi untuk pendesakan aorta. Diagnosa dicurigai bila rasa nyeri dada
depan yang hebat timbul tiba- tiba atau nyeri interskapuler. Nyeri dada dapat
menyerupai infark miokard akan tetapi lebih tajam dan lebih sering menjalar ke
daerah interskapuler serta turun ke bawah tergantung lokasi dan luasnya
pendesakan.
4 Gastrointestinal
Refluks geofagitis, kegansan atau infeksi esofagus dapat menyebabkan nyeri
esofageal. Neri esofageal lokasinya ditengah, dapat menjalar ke punggung, bahu
dan kadang – kadang ke bawah ke bagian dalam lengan sehingga seangat
menyerupai nyeri angina. Perforasi ulkus peptikum, pankreatitis akut distensi
gaster kadang – kadang dapat menyebabkan nyeri substernal sehingga
mengacaukan nyeri iskemik kardinal. Nyeri seperti terbakar yang sering bersama
– sama dengan disfagia dan regurgitasi bila bertambah pada posisi berbaring dan
berurang dengan antasid adalah khas untuk kelainan esofagus, foto
gastrointestinal secara serial, esofagogram, test perfusi asam, esofagoskapi dan
pemeriksaan gerakan esofageal dapat membantu menegakan diagnosa.
5. Mulkuloskletal
Trauma lokal atau radang dari rongga dada otot, tulang kartilago sering
menyebabkan nyeri dada setempat. Nyeri biasanya timbul setelah aktivitas fisik,
berbeda halnya nyeri angina yang terjadi waktu exercis. Seperti halnya nyeri
pleuritik. Neri dada dapat bertambah waktu bernafas dalam. Nyeri otot juga
timbul pada gerakan yang berpuitar sedangkan nyeri pleuritik biasanya tidak
demikian.
6. Fungsional
Kecemasan dapat menyebabkan nyeri substernal atau prekordinal, rasa tidak
enak di dada, palpilasi, dispnea, using dan rasa takut mati. Gangguan emosi tanpa
adanya klealinan objektif dari organ jantung dapat membedakan nyeri fungsional
dengan nyeri
2. Afferent Mismatch
3.Apa hubungan rasa tidak nyaman di dada dan sulit bernapas dengan umur
pasien serta hubungan aktivitas berat dangan gejala pasien!
Jawab:
Peningkatan usia mempunyai pengaruh terhadap kadar lipid yang beredar.
Konsentrasi kolesterol maupun trigliserida akan meningkat sesuai dengan umur
dan hal ini akan menambah resiko dari penyakit arteri koroner yang berhubungan
dengan peningkatan konsentrasi Low –Density Lipoprotein ( LDL), dan
peningkatan trigliserida yang berhubungan dengan peningkatan Very Low-
Density Lipoprotein ( VLDL ). Tingginya kadar LDL atau kadar kolestrol LDL,
akan memperbesar resiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner. Akibatnya,
terjadi pembentukan sel-sel busa dalam jumlah besar. Proses pembentukan ini
dipicu oleh kadar LDL serum yang tinggi dan peningkatan pembentukan molekul
pelekat oleh endotel, sehingga mempermudah migrasi monosit dan makrofag.
akibat penumpukkan plak menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Sehingga
suplai oksigen tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan. Sehingga tubuh
berkompensasi sesak. Keadaan ini akan menimbulkan iskemia miokard dengan
nyeri hipoksik.
Gas CO
Nikotin
Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.5 – 3 ng, dan semuanya
diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara 40 – 50 ng/ml.
Demikian pula faktor stres yang akhirnya melalui jalur hormon adrenalin,
menyebabkan proses penyakit jantung koroner terjadi sebagaimana asap rokok
tadi. Seseorang yang stres kemudian mengambil pelarian dengan jalan merokok
sebenarnya sama saja dengan melipat gandakan proses penyakit jantung koroner
pada dirinya.
Sekitar 90% penderita arteritis obliteran pada tingkat III dan IV umumnya
akan menderita pula penyakit jantung. Oleh karena proses penyempitan arteri
koroner yang mendarahi otot jantung, maka ketidak cukupan antara kebutuhan
dengan suplai timbul kekurangan darah (iskhemia). Bila melakukan aktifitas fisik
atau stres kekurangan aliran meningkat sehingga menimbulkan sakit dada (angina
pektoris). Penyempitan yang berat atau penyumbatan dari satu atau lebih arteri
koroner berakhir dengan kematian jaringan (infark miokard, serangan
jantung).Komplikasi dari infark miokard termasuk aritmia jantung (irama jantung
tidak teratur) dan atau jantung berhenti mendadak. Iskemia yang berat dapat
menyebabkan otot jantung kehilangan kemampuannya untuk memompa (gagal
jantung sehingga terjadi pengumpulan cairan di jaringan tepi (bengkak/edema
kaki) maupun penimbunan cairan di paru (edema paru).
Orang yang merokok lebih dari 20 batang rokok perhari memiliki risiko 6
kali lipat terkena infark miokard dibandingkan dengan bukan perokok.Penyakit
Kardiovaskuler merupakan penyebab terdepan dari kematian di negara-negara
industri, yaitu sekitar 30% dari semua kematian karena penyakit jantung.
Hubungan rokok dengan pembuluh darah
Denyut nadi
Denyut nadi adalah gelombang darah yang dapat dirasakan karena
dipompa kedalam arteri oleh kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut nadi diatur
oleh sistem saraf otonom. Lokasi untuk merasakan denyut nadi adalah :
1. Karotid : di bagian medial leher, dibawah angulus mandibularis, hindari
pemeriksaan dua sisi sekaligus pada waktu bersamaan.
2. Brakial : Diatas siku dan medial dari tendo bisep.
3. Radial : Bagian distal dan ventral dari pergelangan tangan.
4. Femoral : Disebelah inferomedial ligamentum inguinalis.
5. Popliteal : Di belakang lutut, sedikit ke lateral dari garis tengah.
6. Tibia posterior: Di belakang dan sedikit ke arah inferior dari maleolus medialis.
7. Pedis dorsalis : Lateral dari tendo m. Extensor hallucis longus.
Kolesterol
Kolesterol adalah zat dengan sifat fisik serupa lemak tetapi memiliki rumus
steroid. Kolesterol terdapat dalam jaringan, terutama otak, sumsum tulang
belakang, hati dan empedu. Hati membuat kolesterol sangat banyak sekitar ¾
gram sehari dari berbagai sumber, termasuk asetat, suatu garam organik yang
terbentuk pada metabolisme normal, kolesterol diet dan asam empedu yang
diserap kembali oleh usus.
Sirkulasi kolesterol:
Kadar kolestrol LDL dan HDL serum dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
a. Usia
b. Genetik
c. Jenis kelamin
d. Diet
e. Aktifitas fisik
f. Obesitas
g. Stres
h. Merokok dan mengonsumsi obat-obatan
i. Penyakit metabolik
Rasio LDL/HDL
Tubuh mengatur keseimbangan kadar lipid di dalam darah dengan beberapa cara,
yaitu:
200-239 Diinginkan
>240 Tinggi
Kolestrol LDL
<100 Optimal
130-159 Diinginkan
160-189 Tinggi
>60 Tinggi
7. Langkah-langkah diagnosis
Jawab:
Anamnesis
Seringkali, pasien datang dengan keluhan berupa sesak nafas, nyeri dada,
palpitasi, dan pusing atau sinkop. Yang perlu dilakukan saat anamnesis adalah
menggali ciri-ciri dari gejala utama tersebut, seperti onset, progresifitas, maupun
derajatnya.
Pada saat istirahat, orang dengan berat badan 70kg, normalnya bernafas
sebanyak 12-15 kali per menit. Orang biasanya tidak akan begitu merasa sampai
akhirnya laju pernafasannya naik sampai dua kalinya dan dispnea akan terasa
setelah meningkat tiga kalinya. Ortopnea disebabkan oleh kongesti pulmonal pada
saat berbaring. Pada posisi itu, akan ada redistribusi darah dari ekstremitas ke
paru-paru. Pada orang normal, tidak masalah, tapi bagi mereka yang memiliki
penyakit sehingga darah tidak bisa dipompa keluar oleh ventrikel kiri, terjadi
penurunan kapasitas vital dan pemenuhan paru-paru sehingga nafasnya
memendek.
b. Nyeri dada
Pada nyeri dada, yang ditentukan adalah Site (lokasi), Onset, Character
(tajam, diremas, ditekan), Radiation (menjalar ke leher, lengan dan rahang?),
Association (terkait dengan rasa mual, pusing, atau palpitasi), Timing (apakah
bervariasi waktunya dalam satu hari?), Exacerbating and relieving factor (faktor
pencetus dan pereda: apakah mereda atau memburuk pada dengan bernafas atau
perubahan postur?), Severity (keparahan): apakah mempengaruhi aktivitas harian
atau tidur?. Kita bisa menyingkatnya menjadi SOCRATES.
Berikut adalah perbedaan nyeri dada pada perikarditis serta infark miokard
c. Palpitasi
e. Sinkop
f. Lain-lain
Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
1. Tangan
Tremor;
Tremor dapat terjadi baik pada orang normal maupun menjadi penanda
keadaan patologis, utamanya yang bersifat neurologis.
Sianosis perifer
Ada sebuah perdarahan kecil yang biasanya berbentuk garis pada kuku.
Bisa terjadi karena trauma, endokarditis, infektif.
Jari tabuh
3. Abdomen
b. Nadi
1. Denyut iregular
1. Sinus Aritmia: keadaan normal di mana pada inspirasi denyut nadi lebih
cepat daripada ekspirasi.
2. Ekstrasistolik: keadaan di mana terdapat sekali-sekali denyut nadi yang
datang lebih cepat (prematur) disusul dengan istirahat yang panjang.
Kadang-kadang denyut prematur tidak teraba pada arteri radialis
seolaholah denyut nadi terhenti sesaat.
3. Fibrilasi atrial: Keadaan di mana denyut nadi sama sekali tidak teratur
(tidak ada irama dasar). Dalam keadaan ini, harus dihitung denyut jantung
dan dibandingkan dengan frekuensi nadi dan biasanya frekuensi nadi lebih
rendah sehingga terdapat pulsus defisit.
4. Blok atriovantrikular: Keadaan di mana tidak semua rangsang dari nodus
SA diteruskan ke ventrikel sehingga ventrikel tidak berkontraksi. Biasanya
terdapat bradikardi pada kondisi ini.
2. Karakter (karotis)
Bila denyut nadi tetap lemah dari awal sampai akhir inspirasi dan baru
kembali normal pada awal ekspirasis disebut pulsus parodoxus mechanicus.
Keadaan ini dapat terjadi pada perikarditis adhesiva.
c. Tekanan Darah
Waktu tekanan vena jugularis dibandingkan dengan tekanan arteri karotis, suara
jantung S1 dan S2 serta EKG. (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK300/)
d. Pemeriksaan Dada
Denyutan apeks biasanya pada ruang sela iga kelima, garis midklavikular (area
mitral). Bisa terdapat beberapa variasi, di antaranya:
2. Auskultasi
Bunyi jantung ada dua, yaitu S1 dan S2. S1 terjadi karena penutupan katup
mitral dan trikuspidalis sedangkan S2 terjadi karena penutupan katup semilunar
aorta dan a. Pulmonalis. Bunyi S1 yang kencang dapat menandakan adanya
stenosis katup AV serta ada pemendekan interval PR. Jika lembut, dapat dicurigai
adanya regurgitasi mitral , PR yang panjang serta gagal jantung.
Sementara itu, pada bunyi S2, jika suaranya kencang: hipertensi sistemik
atau pulmonal. Splitting: normal pada inspirasi atau olahraga, terutama anak
muda. Splitting yang lebar bisa terjadi pada aktivasi yang tertunda (misal right
bundle branch block) atau terminasi sistol RV. Splitting terbalik: aktivasi tertunda
(misal left bundle branch block) atau terminasi sistol LV (hipertensi, stenosis
aorta).
Selain S1 dan S2, ada suara S3 yang dapat terdengar karena pengisian
cepat ventrikel pada orang muda atau penderita gagal jantung pada pasien
>30tahun. S4 mendahului S1, terdengar akibat kekakuan ventrikel dan pengisian
abnormal selama sistol atrium. Adanya S3 dan S4 memberikan irama gallop, Klik
ejeksi, terdengar sesudah S1, karena pembukaan katup semilunar stenotik.
Opening snap: setelah S2, pada pembukaan katup AV yang stenotik. Bunyi mitral
paling baik terdengar saat berbaring pada sisi kiri.
Murmur, merupakan suara yang terdengar akibat aliran darah turbulensi. Murmur
sistolik lembut umum terjadi dan tidak berarti apa-apa pada orang muda (~40%
anak-anak usia 3-8 tahun) dan saat latihan fisik. Sementara itu, murmur diastolik
selalu bersifat patologis. Sebagian besar murmur yang berbahaya disebabkan oleh
defek katup. Murmur vaskular (bruit) dapat mengindikasikan terjadinya stenosis
(misal ada karotis, abdominal aorta maupun arteri renalis.
8. DD
- Aterosklerosis
Epidemiologi
Banyak faktor yang secara umum berkaitan dengan risiko peningkatan proses
atheroklerosis, seperti kebiasaan merokok, kolesterol tinggi, penyakit DM,
kegemukan, dan kekurangan olahraga.
Peran Keluarga
Infark adalah area nekrosis koagulasi pada jaringan akibat iskemia lokal,
disebabkan oleh obstruksi sirkulasi ke daerah itu, paling sering karena trombus
atau embolus (Dorland, 2002).
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Faktor-faktor seperti usia, genetik, diet, merokok, diabetes mellitus tipe II,
hipertensi, reactive oxygen speciesdan inflamasi menyebabkan disfungsi dan
aktivasi endotelial. pemaparan terhadap faktor-faktor di atas menimbulkan injury
bagi sel endotel. akibat disfungsi endotel, sel-sel tidak dapat lagimemproduksi
moleku l-molekul vasoaktif seperti nitric oxide, yang berkerja sebagai vasodilator,
anti-trombotik dan anti-proliferasi. sebaliknya, disfungsi endotel justru
meningkatkan produksi vasokonstriktor, endotelin-1, dan angiotensin ii yang
berperan dalam migrasi dan pertumbuhan sel. Leukosit yang bersirkulasi
menempel pada sel endotel teraktivasi. kemudian leukosit bermigrasi ke sub
endotel dan berubah menjadi makrofag. di sini makrofag berperan sebagai
pembersih dan bekerja mengeliminasi kolesterol ldl. sel makrofag yang terpajan
dengan kolesterol ldl teroksidasi disebut sel busa (foam cell). faktor pertumbuhan
dan trombosit menyebabkan migrasi otot polos dari tunika media ke dalam tunika
intima dan proliferasi matriks. proses ini mengubah bercak lemak menjadi
ateroma matur. lapisan fibrosa menutupi ateroma matur, membatasi lesi dari
lumen pembuluh darah. perlekatan trombosit ke tepian ateroma yang kasar
menyebabkan terbentuknya trombosis. ulserasi atau ruptur mendadak lapisan
fibrosa atau perdarahan yang terjadi dalam ateroma menyebabkan oklusi arteri.
Penyempitan arteri koroner segmental banyak disebabkan oleh formasi plak.
kejadian tersebut secara temporer dapat memperburuk keadaan obstruksi,
menurunkan aliran darah koroner, dan menyebabkan manifestasi klinis infark
miokard. lokasi obstruksi berpengaruh terhadap kuantitas iskemia miokard dan
keparahan manifestasi klinis penyakit. oleh sebab itu, obstruksi kritis pada arteri
koroner kiri atau arteri koroner desendens kiri berbahaya.
Pada saat episode perfusi yang inadekuat, kadar oksigen ke jaringan
miokard menurun dan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi mekanis,
biokimia dan elektrikal miokard. perfusi yang buruk ke subendokard jantung
menyebabkan iskemia yang lebih berbahaya. perkembangan cepat iskemia yang
disebabkan oklusi total atau subtotal arteri koroner berhubungan dengan
kegagalan otot jantung berkontraksi dan berelaksasi. Selama kejadian iskemia,
terjadi beragam abnormalitas metabolisme, fungsi dan struktur sel. Miokard
normal memetabolisme asam lemak dan glukosa menjadi karbon dioksida dan air.
Akibat kadar oksigen yang berkurang, asam lemak tidak dapat dioksidasi, glukosa
diubah menjadi asam laktat dan pH intrasel menurun. Kadaaan ini mengganggu
stabilitas membran sel. Gangguan fungsi membran sel menyebabkan kebocoran
kanal K+dan ambilan Na+oleh monosit. Keparahan dan durasi dari
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen menentukan apakah
kerusakan miokard yang terjadi reversibel (<20 menit) atau ireversibel (>20
menit). Iskemia yang ireversibel berakhir pada infark miokard. Ketika aliran darah
menurun tiba-tiba akibat oklusi trombus di arteri koroner, maka terjadi infark
miokard tipe elevasi segmen ST (STEMI). Perkembangan perlahan dari stenosis
koroner tidak menimbulkan STEMI karena dalam rentang waktu tersebut dapat
terbentuk pembuluh darah kolateral. Dengan kata lain STEMI hanya terjadi jika
arteri koroner tersumbat cepat. Non STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa
elevasi segmen ST yang disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur
plak. Erosi dan ruptur plak ateroma menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen. Pada Non STEMI, trombus yang terbentuk biasanya tidak
menyebabkan oklusi menyeluruh lumen arteri koroner.Infark miokard dapat
bersifat transmural dan subendokardial (nontransmural). Infark miokard
transmural disebabkan oleh oklusi arteri koroner yang terjadi cepat yaitu dalam
beberapa jam hingga minimal 6-8 jam. Semua otot jantung yang terlibat
mengalami nekrosis dalam waktu yang bersamaan. Infark miokard subendokardial
terjadi hanya di sebagian miokard dan terdiri dari bagian nekrosis yang telah
terjadi pada waktu berbeda-beda.
GEJALA KLINIS
Nyeri dada penderita infark miokard serupa dengan nyeri angina tetapi
lebih intensif dan berlangsung lama serta tidak sepenuhnya hilang dengan istirahat
ataupun pemberian nitrogliserin. Gejalanya adalah rasa sakit pada dada sentral
atau retrosentral yang dapat menyebar ke salah satu atau kedua tangan, leher dan
punggung. Faktor pencetus yang menyebabkan angina adalah kegiatan fisik,
emosi berlebihan dan terkadang sesudah makan. Hal ini karena kegiatan tersebut
mencetuskan peningkatan kebutuhan oksigen. Namun, sakit dada juga sering
timbul ketika pasien sedang beristirat. Rasa nyeri hebat sekali sehingga penderita
gelisah, takut, berkeringat dingin dan lemas. Pasien terus menerus mengubah
posisinya di tempat tidur. Hal ini dilakukan untuk menemukan posisi yang dapat
mengurangi rasa sakit, namun tidak berhasil. Kulit terlihat pucat dan berkeringat,
serta ektremitas biasanya terasa dingin. Diagnosis IMA ditegakkan bila
didapatkan dua atau lebih dari 3 kriteria, yaitu:
Adanya nyeri dada
Sakit dada terjadi lebih dari 20 menit dan tidak hilang dengan
pemberian nitrat biasa.
Perubahan elektrokardiografi (EKG)
Nekrosis miokard dilihat dari 12 LeadEKG. Selama fase awal
miokard infark akut, EKG pasien yang mengalami oklusi total arteri
koroner menunjukkan elevasi segmen ST. Kemudian gambaran EKG
berupa elevasi segmen ST akan berkembang menjadi gelombang Q.
Sebagian kecil berkembang menjadi gelombang non-Q. Ketika trombus
tidak menyebabkan oklusi total, maka tidak terjadi elevasi segmen ST.
Pasien dengan gambaran EKG tanpa elevasi segmen ST digolongkan ke
dalam unstable anginaatau Non STEMI.
Peningkatan petanda biokimia.
Pada nekrosis miokard, protein intraseluler akan masuk dalam
ruang interstitial dan masuk ke sirkulasi sistemik melalui mikrovaskuler
lokal dan aliran limfatik. Oleh sebab itu, nekrosis miokard dapat dideteksi
dari pemeriksaan protein dalam darah yang disebabkan kerusakan sel.
Protein-protein tersebut antara lain aspartate aminotransferase(AST),
lactate dehydrogenase, creatine kinase isoenzyme MB (CK-MB),
mioglobin, carbonic anhydrase III (CA III), myosin light chain(MLC) dan
cardiac troponin I dan T (cTnI dan cTnT).Peningkatan kadar serum
protein-protein ini mengkonfirmasi adanya infark miokard.
EKG sebagai Penegakan Diagnosis Infark MiokardKompleks QRS normal
menunjukkan resultan gaya elektrik miokard ketika ventrikel
berdepolarisasi. Bagian nekrosis tidak berespon secara elektrik. Vektor
gaya bergerak menjauhi bagian nekrosis dan terekam oleh elektroda pada
daerah infark sebagai defleksi negatif abnormal. Infark yang menunjukkan
abnormalitas gelombang Q disebut infark gelombang Q. Pada sebagian
kasus infark miokard, hasil rekaman EKG tidak menunjukkan gelombang
Q abnormal. Hal ini dapat terjadi pada infark miokard dengan daerah
nekrotik kecil atau tersebar. Gelombang Q dikatakan abnormal jika
durasinya ≥ 0,04 detik. Namun hal ini tidak berlaku untuk gelombang Q di
lead III, aVR, dan V1, karena normalnya gelombang Q di lead ini lebar
dan dalam. Pada Injury miokard, area yang terlibat tidak berdepolarisasi
secara sempurna. Area tersebut lebih positif dibandingkan daerah yang
normal pada akhir proses depolarisasi. Jika elektroda diletakkan di daerah
ini, maka potensial yang positif akan terekam dalam bentuk elevasi
segmen ST. Jika elektroda diletakkan di daerah sehat yang berseberangan
dengan area injury, maka terekam potensial yang negatif dan ditunjukkan
dalam bentuk ST depresi. ST depresi juga terjadi pada injury subendokard,
dimana elektroda dipisahkan dari daerah injury oleh daerah normal.
Vektor ST bergerak menjauhi elektroda, yang menyebabkan gambaran ST
depresi. Iskemik miokard memperlambat proses repolarisasi. Area iskemik
menjadi lebih negatif dibandingkan area yang sehat pada masa
repolarisasi. Vektor T bergerak menjauhi daerah iskemik. Elektroda yang
terletak di daerah iskemik merekam gerakan ini sebagai gelombang T
negatif. Iskemia subendokard tidak mengubah arah gambaran gelombang
T, mengingat proses repolarisasi secara normal bergerak dari epikard ke
arah endokard. Karena potensial elektrik dihasilkan repolarisasi
subendokardium terhambat, maka gelombang T terekam sangat tinggi,
pada infark miokard dengan elevasi segmen ST, lokasi infark dapat
ditentukan dari perubahan EKG.
LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSIS:
Anamnesis
Pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan anamesis
secara cermat apakah nyeri dadanya bersala dari jantung atau dari luar
jantung. Jika dicurigai nyeri dada yang berasala daari jantung perlu
dibedakan apakah nyerinya berasal dari koroner atau bukan. Perlu pula di
anamnesis apakah ada riwayat infark miocard sebelumnya serta faktor-
faktor resiko antaralain hipertens, DM, dislipidemia, merokok, stres emosi
atau penyakit medis atau bedah.
Pemeriksaan fisis
Seringkali ekstremitas pucat sertaikeringat dingin. Kombinasi nyeri dada
Substernal>30 menit danbanyak keringat. Biasanya ditemukan
takikardi/hipotensi pada pasien IMA anterior, dan hampir setengah pasien
IMA inferior bradikardi/hipotensi.Tanda fisis lain disfungsi ventrikular S4
dan S3 gallop. Peningkatan suhu sampai 380C.
Elektrokardiogram
Pemeriksaan ini harus dilakukan 10 menit sejak kedatangan di IGD,
karena ini merupakan landasan dalam menentukan keputusan terapi karena
bukti kuat menunjukkan gambaran elevasi segmen ST.
PENATALAKSANAAN
1. Oksigen
Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen
arteri <90%. Pada semua pasien STEMI tampa komplikasi dapat diberikan
oksigen selama 6 jam pertama.
2. Niterogliserin (NGT)
NGT Sublingual dapat diberikan dengan dosis 0,4 mg dan dapatdiberikan
samapai 3 dosis dengan interval 5 menit. Selain mengurangi nyeri dada
NGT juga menurunkan kebutuhan oksigen dengan menurunkan preload
dan meningkatkan suplai oksigen miocard dengan cara dilatasi pembuluh
koroner yang terkena infark.
Jika nyeri dada terus berlangsung dapat diberikan NGT Intravena.
3. Morfin
Sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik untuk
tatalaksana STEMI. Orfin diberikan dengan dosis 2-4 mg dan dapat
diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. Efek
sampingny adalah konstriksi vena dan arteriolar melalui enurunan simpatis
seingga terjadi pooling vena yang akan mengurang curah jantung dan
tekanan arteri.
4. Aspirin
Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit yang dilanjutkan reduksi kadar
tromboksan A2 dicapai dengan absorbsi aspirin bukkal dengan dosis 160-
325 mg di ruang emergensi. Selannjutnya diberikan oral`dengan dosis 75-
162 mg.
5. Penyekat Beta
Jika morfin tidak berhasil, diberikan penyekat Beta IV. Regimen yang
biasa diberikan adalah metoprolol 5 mg setiap 2-5 menit sampai total 3
dosis dengan syarat frekuensi jantung >60 menit, tekanan darah
sistolik>100 mmHg.
- Perikarditis
EPIDEMIOLOGI
Etiologi
Penyebab efusi perikardium antara lain :
Infl amasi perikardium (perikarditis) sebagai respons penyakit,
trauma, atau gangguan infl amasi lain di perikardium.
Penyebab spesifik:
1. Infeksi virus, bakteri, jamur dan parasit
2. Inflamasi idiopatik
3.Inflamasi akibat operasi jantung dan heart attack (sindrom
Dressler)
4. Gangguan autoimune, seperti artritis reumatoid atau lupus
5. Akibat gagal ginjal (uremia)
6. Hypothyroidism
7. HIV/AIDS
8. Metastasis, khususnya kanker paru, kanker payudara, leukemia,
limfoma non-Hodgkin atau penyakit Hodgkin
9. Terapi radiasi atau kemoterapi
10. Trauma atau luka tusuk di dekat jantung
11. Obat-obat tertentu seperti isoniazid, fenitoin.
Penyebab lainnya: limfoma, kanker saluran cerna, dan melanoma.
Perikarditis pascaradiasi dapat menimbulkan efusi setelah beberapa minggu
sampai 12 bulan.
Patofisiologi
Perikardium dapat terinfeksi mikobakterium TB secara hematogen,
limfogen ataupun penyebaran langsung. Perikarditis TB sering terjadi tanpa TB
paru maupun TB di luar paru. Penyebaran tersering karena infeksi di nodus
mediastinum, langsung masuk ke perikardium, terutama di sekitar percabangan
trakeobronkial.
Terdapat 4 stadium evolusi perikarditis TB6,7:
1. Stadium Fibrinosa
Terjadi deposit fi brin luas bersamaan dengan reaksi granuloma. Stadium
ini sering tidak menimbulkan gejala klinis sehingga tidak terdiagnosis.
2. Stadium Efusi
Terbentuk efusi dalam kantong perikardium. Reaksi hipersensitif terhadap
tuberkuloprotein, gangguan resorbsi dan cedera vaskuler dipercaya dapat
membentuk efusi perikardium. Permukaan perikardium menjadi tebal dan
berwarna abu-abu tampak seperti bulu-bulu kusut yang menunjukkan eksudasi
fIbrin. Efusi dapat berkembang melalui beberapa fase, yaitu serosa,
serosanguinosa, keruh, atau darah. Reaksi seluler awal cairan tersebut
mengandung sel polimorfonuklear (PMN). Jumlah total sel berkisar 10.000/mm3.
Terjadi perubahan kimiawi yang ditandai dengan penurunan glukosa dan
peningkatan protein. Pada stadium ini, dapat terjadi efusi masif (±4 L).
3. Absorpsi Efusi
Pada stadium ini terbentuk fibrin dan kolagen yang menimbulkan fibrosis
perikardium; terbentukgranuloma perkejuan dan penebalan perikardium
4. Penebalan perikardium parietal, konstriksi
miokardium akan membatasi ruang gerak jantung dan ada deposit kalsium
di perikardium. Pada kasus ini sudah terjadi penebalan perkardium parietal dan
konstriksi miokardium.
Manifestasi Klinis
Penderita efusi perikardial tanpa tamponad sering asimtomatik, kurang dari 30%
penderita menunjukkan gejala seperti nyeri dada, ortopnea atau disfagia. Biasanya
gejala sirkulasi yang adekuat. Tamponade Jantung hampir selalu disertai, gelisah,
sesak napas hebat pada posisi tegak dan agak berkurang jika penderita
membungkuk, tekanan vena jugularis meningkat, takikardia, pulsus
paradoksus(penurunan tekanan sistolik >10 mmHg pada saat inspirasi), tekanan
sistolik <100 mmHg, pericardial friction rub, bunyi jantung melemah (suara
jantung yang terdengar menjauh).
Gejala klinis tamponade jantung sangat dipengaruhi oleh kecepatan
akumulasi cairan perikardium. Akumulasi lambat memberi kesempatan
kompensasi jantung yang lebih baik, yaitu takikardi, peningkatan resistensi
vaskuler perifer dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Namun, akumulasi
yang cepat berakibat fatal dalam beberapa menit.
Evaluasi Diagnostik
1. Laboratorium: Darah lengkap, faal hati dan faal ginjal, fungsi tiroid, PCR
(Protein C Reactive), Enzim Jantung (Troponin T), Rheumatoid Factor, Adenosin
deaminase pericardial test, IFN-gamma, sitologi dan analisis cairan pericardial.
Pada analisis cairan pericardial, dapat ditentukan besaran Light Criteria: kadar
LDH cairan perikardium >200 U/dL (sensitivitas 98%), kadar total protein cairan
perikard >30 g/dL (sensitivitas 97%), rasio cairan perikardium/serum LDH >0,6
(sensitivitas 94%,akurasi diagnostik 87%), rasio cairan perikardium/ serum
protein >0,5 (sensitivitas 96%). Jika salah satu kriteria tersebut terpenuhi,
tergolong eksudat.
2. Foto toraks: jantung membesar berbentuk globuler (water bottle heart) jika
cairan lebih dari 250 mL. Sering juga dijumpai efusi pleura 3. Elektrokardiografi
(EKG): takikardia, gelombang QRS rendah, elevasi segmen ST yang cekung, dan
electrical alternans. Jika kompleks QRS dipengaruhi, setiap kompleks QRS
lainnya tegangannya lebih kecil, sering dengan polaritas terbalik. Dikombinasikan
P dan QRS, hampir spesifi k untuk tamponade Volume efusi yang dapat
menyebabkan tamponade adalah sedang sampai besar (300 sampai 600 mL).
4. Ekokardiografi merupakan pemeriksaan non-invasif yang paling akurat. Akan
tampak akumulasi cairan di dalam kavum perikardium, kadang-kadang juga
adanya metastasis pada dinding perikardium.
5. Perikardiosentesis diagnostik sebaiknya memakai tuntunan ekokardiografi agar
lebih aman. Pada cairan dilakukan pemeriksaan kultur, hitung sel dan sitologi.
Pemeriksaan sitologi cukup sensitif dengan kemampuan diagnostik sekitar 80%,
hasil negatif palsu sering dijumpai pada limfoma malignan mesotelioma. Dalam
keadaan demikian, dilakukan biopsi perikardium.
Penatalaksanaan
Terapi efusi perikardial terdiri dari:
a. Terapi non-spesifi k atau simptomatik
1. Perikardiosentesis
Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi efusi perikardium atau
pungsi perikardium yang bisa dilakukan melalui insisi kecil di bawah ujung
sternum atau di antara tulang iga di sisi kiri toraks. Dapat dipasang pig tail
catheter selama 2-3 hari. Drainase perikardium ini dipertahankan selama beberapa
hari sampai dengan jumlah cairan yang keluar kurang dari 50 mL/hari. Periode ini
memberikan waktu aposisi dan adhesi antara perikardium viseral dan parietal.
Angka kekambuhan sekitar 6-12%. Komplikasi tindakan pungsi perikard adalah
pneumothorax, laserasi dinding ventrikel, laserasi arteri mamaria interna.
2. Pericardial window.
Tindakan ini memerlukan torakotomi dan dilakukan drainase dari kavum
perikardium ke kavum pleura. Angka kekambuhan sekitar 5-20%.
3. Perikardiodesis
Dilakukan pemberian tetrasiklin, tiotepa, atau bleomisin ke dalam kavum
perikardium untuk melengketkan perikardium. Tetrasiklin 500 mg
dalam 25 mL salin normal dimasukkan dalam 2-3 menit, atau bleomisin 45 mg
dalam 20 Ml salin normal.
b. Terapi spesifi k: untuk mengatasi penyebab efusi.
c. Perikardiektomi Suatu prosedur pembedahan membuka perikardium untuk
mengalirkan cairan di dalamnya. Indikasi operasi: efusi perikardium berulang atau
masif dengan tamponade jantung, biopsi perikardium, pemasangan alat pacu
jantung. Kontraindikasi: perikarditis infeksiosa, infeksi, keganasan.
DAFTAR PUSTAKA